pemberian media gambar untuk meningkatka

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau
pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara
berhadapan ataupun dengan jarak jauh. Moris dalam Novia (2002: 57) menyatakan
bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang alami antara anggota masyarakat
untuk mengungkapkan pikiran dan sebagai sebuah bentuk tingkah laku sosial.
Bygate (1987:26) mengatakan

bahwa dalam berbicara seseorang harus

mempunyai pengetahuan keterampilan perspektif motorik, dan keterampilan
interaktif, maka agar dapat bercerita dengan baik, seseorang harus mempunyai
kompetensi kebahasaan yang memadai serta unsur-unsur yang menjadi syarat agar
proses berbicaranya dapat lancar, baik dan benar. Diantaranya adalah lafal, intonasi,
ejaan, kosa kata, dan sebagainya.
Bercerita adalah seni menggunakan bahasa, vokalisasi, atau gerakan fisik dan
isyarat untuk mengungkapkan unsur-unsur dan gambaran dari sebuah cerita kepada
sesuatu yang spesifik, kehidupan penonton. Untuk itu, agar cerita tersebut dapat
didengar dengan baik oleh pendengar selain suara atau vokal diperlukan media untuk

mendukung pencerita dalam melakukan gerakan saat bercerita. Media dapat
digunakan sebagai penghubung atau pembawa pesan dari sumber pesan kepada
penerima pesan. Anitah (2009:123) menyatakan, media merupakan bentuk jamak dari
kata medium, yang berarti sesuatu yang terletak ditengah (antara dua pihak atau
kutub) atau suatu alat. Dengan kata lain media dijadikan sebagai perantara atau
penghubung antara dua pihak, yaitu sumber pesan dan penerima pesan atau informasi.
Melihat pentingnya perkembangan bahasa terutama pada aspek berbicara pada
anak, maka pemerintah merancangkan kurikulum TK yang mengarahkan agar para

1

guru TK dapat memotivasi anak, agar anak sejak usia dini mampu berbahasa terutama
pada aspek berbicara, anak diharapkan untuk dapat bercerita secara baik dan benar,
serta senang belajar menulis meskipun masih dalam bentuk-bentuk gambar-gambar
atau simbo-simbol yang dapat mengekspresikan minat dan kemampuannya. Tetapi
rancangan kurikulum ini kenyatannya kurang mendapat perhatian.
Berdasarkan permasalahan diatas, jelas terlihat harapan-harapan yang diinginkan
dalam pembelajran di TK terutama dalam meningkatkan kemampuan bercerita anak,
tetapi dalam realitanya yang terjadi pada pembelajaran di TK saat ini belum sesuai
dengan harapan. Kegiatan bercerita dengan menggunakan media gambar jarang

diberikan, sehingga anak kurang tertarik untuk mengikuti pembelajaran, karena
pembelajaran menurutnya bersifat monoton dan membosankan, begitu juga guru yang
jarang mengajak anak-anak bercerita karena tidak terbiasa, guru merasa sulit dalam
membawakan cerita, sehingga guru lebih baik membawa anak-anak berhitung,
menulis dan membaca awal. Pengetahuan guru dalam bercerita sangat kurang dan
minim. Padahal kegiatan bercerita merupakan kegiatan yang menyenangkan anak
apalagi kegiatan ini didukung oleh media yang menarik.
Dengan demikian untuk meningkatkan kemampuan bercerita kepada anak, guru
menerapkan metode bercerita dengan mnggunakan media gambar dengan begitu guru
akan memberikan pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita
kepada anak secara lisan.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan

penelitian dengan judul : “Pemberian Media Gambar untuk

Meningkatkan Keterampilan Berbicara pada Anak TK” dengan menggunakan metode
pemberian media gambar untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak, kegiatan
belajar akan menjadi menarik sehingga keterampilan berbicara anak akan lebih
meningkat.


2

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Apakah pemberian media gambar dapat meningkatkan keterampilan berbicara
pada anak TK ?

C. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah megetahui apakah pemberian media gambar dapat
meningkatkan keterampilan berbicara pada anak TK.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis : hasil penelitian dapat dijadikan sebagai pengembangan salah
satu teori belajar sehingga dapat dipakai sebagai referensi dalam upaya
pelaksanaan penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat praktis : dapat bermanfaat bagi siswa dalam hal penguasaan bahan
pelajaran yang lebih baik dan siswa akan lebih semangat dalam belajar dengan

adanya media gambar sebagai alat bantu pembelajaran serta dapat bermanfaat
bagi guru untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih konkrit mengenai
penggunaan media gambar dan guru dapat mengefektifkan proses belajar
mengajar dalam rangka meningkatkan keterampilan berbicara siswa,
khususnya dengan penggunaan media gambar.

3

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Anak Usia Prasekolah
Menurut Syamsu Yusuf, anak usia prasekolah merupakan fase perkembangan
individu sekitas 0-6 tahun, dimana anak pada usia tersebut adalah usia yang masih
mengalami perkembangan yang pesat, baik fisik maupun psikis. Adapun tugas
perkembangan anak pada usia ini adalah mengembangkan keterampilan fisik dan
sosial, mengembangkan hubungan emosional serta kata hati (conscience).
Sedangkan menurut Aisyah (2007: 1.3) menyatakan anak usia dini adalah yang
berada pada rentang usia 0-8 tahun yang tercakup dalam program pendidikan ditaman
penitipan anak, penitipan anak pada keluarga (family child care home), pendidikan
prasekolah swasta maupun negeri, Taman kanak- kanak dan SD.

Menurut Biechler dan Snowman (1993), yang dimaksud dengan anak prasekolah
adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun. Mereka biasanya mengikuti program
prasekolah atau kindergarten. Di indonesia, umumnya mereka mengikuti program
kelompok bermain (2-3 tahun), sedangkan pada usia 4-6 tahun biasanya mereka
mengikuti program taman kanak-kanak.
B. Keterampilan Berbicara Anak TK
1. Pengertian Keterampilan Berbicara Anak TK
Keterampilan berbicara terdiri dari dua kata yaitu keterampilan dan
berbicara, keduanya memiliki makna masing-masing yang jika digabungkan
akan menjadi lebih bermakna dan mudah dipahami dalam kaitannya dengan
peningkatan aspek keterampilan berbicara anak di Taman Kanak-kanak dalam
penelitian ini.
Kata keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan, terampil atau
cekatan adalah kepandaian melakukan suatu pekerjaan dengan cepat dan benar
(Soemarjadi, dkk, 1992: 2). Keterampilan adalah “kemampuan anak

4

dalam


melakukan berbagai aktivitas seperti motorik, berbahasa, sosial-emosional,
kognitif, dan afektif (nilai-nilai moral)” (Yudha M. Saputra dan Rudyanto, 2005:
7).
Keterampilan

yang akan

dibahas disini adalah

keterampilan

yang

diperuntukkan bagi anak usia Taman Kanak-kanak, sebab masa usia TK
merupakan masa emas untuk dilatihkan keterampilannya.
Menurut

Djago Tarigan dkk (1997:37) berbicara merupakan keterangan

menyampaikan pesan melalui bahasa lisan, bicara diartikan sebagai kemampuan

mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan, dan menyampaikan pikiran, gagasan serta perasaan.
Selanjutnya, Nurgiyantoro (2001:276) mengungkapkan bahwa berbicara
adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan
berbahasa,

yaitu setelah aktivitas mendengarkan, berdasarkan bunyi-bunyi

yang didengar itu, kemudian manusia belajar untuk mengucapkan dan akhirnya
terampil berbicara, dapat dikatakan berbicara merupakan suatu sistem tandatanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang
memanfaatkan sejumlah otot tubuh manusia, demi maksud dan tujuan gagasan
atau ide-ide yang dikombinasikan. Berbicara merupakan suatu bentuk
perilaku manusia yang memanfaatkan faktar-faktor fisik, psikologi, neurologis,
semantik dan linguistik.
Berbicara

(speaking)

adalah


perbuatan

menghasilkan

bahasa

untuk

berkomunikasi. Komunikasi ini dimaksudkan agar pembicara dan pendengar
dapat memahami maksud pembicaraan. Dalam proses komunikasi inilah terjadi
interaksi antara pembicara dan pendengar (Tim, 2003: 10).
Berbicara merupakan tuntutan kebutuhan hidup manusia. Sebagai makhluk
sosial, manusia akan berkomunikasi dengan orang lain dengan menggunakan
bahasa sebagai alat utamanya. Berbicara ialah kegiatan berbahasa yang penting
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berbicara seseorang dapat mengungkapkan

5

pikiran dan perasaannya kepada orang lain secara lisan (Soenardi Djiwandono,
1996: 68).

Berdasarkan pengertian keterampilan dan berbicara di atas dapat disimpulkan
bahwa

keterampilan

menyampaikan

berbicara

ide/gagasan,

adalah

pikiran,

dan

kemampuan
perasaan


seseorang
kepada

dalam

orang lain

menggunakan bahasa lisan dengan jelas dan tepat.
Berbicara merupakan keterampilan bagi anak, sehingga berbicara dapat
dipelajari dengan beberapa metode yang berbeda. Menurut Hurlock (1978: 183)
berbicara dapat diperoleh anak dengan cara: (a) meniru, yaitu mengamati suatu
model baik dari teman sebaya maupun dari orang yang lebih tua; dan (b)
pelatihan, yaitu dengan bimbingan dari orang dewasa.
Dalam mewujudkan keterampilan yang baik pada anak TK guru perlu
mengetahui kemampuan yang dimiliki pada masing-masing anak. Dengan
mengetahui kemampuan yang dimiliki anak, guru akan dapat mengetahui sejauh
mana kemampuan yang dimiliki anak kemudian akan dengan mudah untuk
melakukan pengembangan keterampilan pada anak. Perubahan keterampilan pada
anak terjadi sebagai akibat dari latihan yang telah dilakukan, baik secara
langsung maupun tidak langsung, serta pemberian pengalaman tertentu.

2. Karakteristik Keterampilan Berbicara Anak TK
Pengembangan berbicara anak sangat penting untuk dikembangkan, karena
perkembangan bahasa dan perilaku yang dilakukannya dapat diketahui dengan
mengamati perkembangan berbicara anak. Pengembangan bicara merupakan
suatu hal yang esensial dan sangat dibutuhkan oleh anak, sebab pengembangan
bicara itu sangat berguna bagi anak untuk memperlancar kemampuan dan
keterampilan berbicara anak itu sendiri Menurut Suhartono (2005: 122) bahwa
yang dimaksud dengan pengembangan bicara anak yaitu usaha meningkatkan
kemampuan anak untuk berkomunikasi secara lisan sesuai dengan situasi yang
dimasukinya. Jadi, tujuan utama dalam pengembangan bicara anak adalah agar

6

anak memiliki keterampilan berbicara yang baik serta memiliki kemampuan
berkomunikasi secara lisan dengan lancar.
Menurut Suhartono, (2005: 123) anak yang sejak kecil dilatih dan dibimbing
untuk berbicara secara tepat dan baik, akan mampu berpikir kritis dan logis.
Dengan membimbing anak berbicara sejak usia dini

akan memberikan

banyak manfaat bagi kemampuan anak. Anak akan mampu mengungkapkan isi
hatinya (pendapat, sikap) secara lisan dengan lafal yang tepat. Yang berarti
bahwa tujuan umum dari pengembangan bicara tersebut adalah :
a. anak dapat melafalkan bunyi bahasa yang digunakan secara tepat.
b. anak mempunyai perbendaharaan kata yang memadai untuk keperluan
berkomunikasi, dan
c. anak mampu menggunakan kalimat secara baik untuk berkomunikasi
secara lisan.
Anak usia Taman Kanak-kanak mempunyai karakteristik khusus dalam
kemampuan berbahasa atau berbicara, antara lain sudah dapat bicara lancar
dengan kalimat sederhana, mengenal sejumlah kosakata, menjawab dan
membuat pertanyaan sederhana, serta menceritakan kembali isi cerita.
Nurbiana Dhieni (2005: 3.8) menyebutkan bahwa untuk mengembangkan
keterampilan berbicara anak membutuhkan reinforcement (penguat), reward
(hadiah, pujian), stimulasi, dan model atau contoh yang baik dari orang
dewasa agar keterampilan berbicaranya dapat berkembang secara maksimal.
Dalam linguistik dijelaskan bahwa berbicara memiliki karakteristik atau ciriciri khusus, yaitu:
a. Bertujuan, kegiatan berbicara membawa seseorang mencapai tujuan dan
keinginannya.
b. Bersifat interaktif, ada dialog sehingga proses komunikasi akan terjadi.
c. Kesementaraan, proses komunikasi hanya terjadi selama proses
pembicaraan berlangsung.
d. Terjadi dalam bingkai khusus, yakni komunikasi hanya terjadi pada

7

waktu tertentu, mengambil tempat tertentu, ada topik, dan kedua belah
pihak dalam keadaan siap.
e. Alfa (tidak memperhatikan) tanda baca.
f. Kata-kata terbatas.
g. Pengalaman.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Berbicara Anak
TK
Dalam berkomunikasi harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kegiatan berbicara. Menurut Arman Agung (Siti Manar Mufidah,
2010: 55), ada dua faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara yaitu:
a. Faktor internal
Faktor internal merupakan segala potensi yang ada dalam diri seseorang,
meliputi :
1) Faktor

fisik,

merupakan

faktor

yang

kesempurnaan

organ-organ

tubuh

yang

menyangkut
digunakan

di

dengan
dalam

berbicara, dalam hal ini meliputi pita suara, lidah, gigi, dan bibir.
2) Faktor non fisik (psikis), merupakan faktor yang berhubungan
dengan kondisi psikologis seseorang dan tidak berhubungan dengan
fisik. Faktor psikis keterampilan berbicara.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu
yang meliputi tingkat pendidikan, kebiasaan, dan lingkungan pergaulan.
Hurlock (1980: 115) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
banyaknya anak berbicara adalah:
1) Intelegensi
Semakin cerdas anak, semakin cepat keterampilan berbicara dikuasai
sehingga semakin cepat dapat berbicara.

8

2) Jenis disiplin
Anak yang dibesarkan dengan disiplin yang cenderung lemah lembut
lebih banyak berbicara daripada anak yang orang tuanya bersikap
keras.
3) Posisi urutan (urutan kelahiran)
Anak sulung didorong untuk lebih banyak berbicara daripada adiknya.
4) Besarnya keluarga
Anak tunggal didorong untuk lebih banyak berbicara daripada anakanak dari keluarga besar dan orang tuanya punya lebih banyak waktu
untuk berbicara dengannya. Dalam keluarga besar, disiplin yang
ditegakkan lebih otoriter sehingga menghambat anak-anak untuk
berbicara sesukanya.

C. Media Gambar
1. Pengertian Media Gambar
Media gambar memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar.
Media gambar dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan.
Gambar dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan
dengan isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Menurut Farida Nur’ aini
(2010:12) menyatakan bahwa “Alam pikir anak adalah gambar. Dengan perkataan
lain, ‘bahasa alam pikir anak adalah bahasa gambar’. Semua informasi yang dia
terima, akan dia pikirkan di alampikirannya dalam bentuk konkret, bentuk yang
sesuai dengan pemikirannya sendiri”.
Oemar Hamalik mengartikan media gambar sebagai segala sesuatu yang
diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan
atau pikiran yang terdiri atas : lukisan, ilustrasi, karikatur, kartun, atau poster,

9

gambar seri, potret dan slide. Media gambar merupakan suatu sarana pengajaran
yang berbentuk gambar yang mengandung makna situasi, keadaan, peristiwa,
benda.
Menurut Schram dan Wilbur (1984: 148) bahwa gambar ialah tiruan barang
orang yang sifatnya universal, mudah dimengerti dan tidak terikat o1eh
bahasa; sedangkan menurut Rahadi (2004: 23) bahwa gambar dan foto adalah
media yang paling umum dipakai dalam pembelajaran. Gambar dan foto sifatnya
universal, mudah dimengerti dan tidak terikat oleh keterbatasan bahasa.
Penelitian

yang

dilakukan

oleh

Dweyer

pada

tahun

1967

yang

membandingkan penyajian dengan kata-kata (oral) yang dilengkapi gambargambar garis sederhana, gambar mendetail, foro realistik dengan penyajian yang
menggunakan kata-kata (oral) tanpa kelengkapan tersebut, membuktikan bahwa
gambar garis sederhana merupakan yang terbaik untuk mengajarkan konsep
keseluruhan, lokasinya, strukturnya dan posisi bagian-bagiannya.
2. Manfaat Media Gambar
Manfaat yang diperoleh dalam proses belajar membaca dengan menggunakan
media gambar adalah anak dapat memahami isi gambar, sehingga anak lebih
termotivasi dan lebih tertarik untuk membaca dan mengetahui isi cerita
bergambar. Dengan demikian membaca bagi anak perlu disediakan media sebagai
visualisasi agar dapat menarik minat membaca sehingga kemampuan anak dapat
lebih meningkat dibanding sebelum menggunakan media gambar.
Penemuan-penemuan dari penelitian mengenai nilai guna gambar tersebut,
menurut Brown dalam Gene L. Wilkinson (1984:23-24) mempunyai sejumlah
implikasi bagi pengajaran, yaitu:
a. Bahwa penggunaan gambar dapat merangsang minat atau perhatian siswa.
b. Gambar yang dipilih dan diadaptasi secara tepat, membantu siswa
memahami dan mengingat isi informasi bahan-bahan verbal yang

10

menyertainya.
c. Gambar - gambar dengan garis sederhana sering kali dapat lebih efektif
sebagai penyampaian informasi ketimbang gambar dengan bayangan, atau
pun gambar fotografi yang sebenarnya.
D. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Ha

: Pemberian media gambar dapat meningkatkan keteramppilan

berbicara pada anak TK.

11

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan variabel sebagai berikut :
1. Variabel terikat

: Keterampilan Berbicara

2. Variabel Bebas

: Media Gambar

B. Definisi Operasional
1. Keterampilan Berbicara
Keterampilan

berbicara

adalah

kemampuan

seseorang

dalam

menyampaikan ide/gagasan, atau isi fikirannya kepada orang lain secara lisan
dengan tepat dan jelas dengan melihat beberapa aspek, yaitu kejelasan suara,
ketepatan dalam melafal, ketepatan berekspresi, ketepatan struktur kalimat
yang dipakai, dan ketepatan pilihan kata yang digunakan.
2. Media Gambar
Media gambar adalah media pembelajaran yang berupa kartu
berukuran 50x100 cm berisi gambar – gambar yang menarik.
C. Populasi dan Sampel
Pengertian populasi menurut Suharsimi Arikunto (2006:130) menyebutkan
“Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian”. Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa-siswi TK yang berjumlah 20 orang. Sementara sampel diambil dengan
menggunakan teknik purposive sampling, dimana subjek dipilih berdasarkan kriteria
spesifik tertentu. Dalam penelitian ini adapun kriteria subjek yang akan diberikan
perlakuan adalah sebagai berikut :
1. Subjek telah sampai pada tahap usia lancar bicara yakni minimal 4 tahun.

12

2. Subjek tidak mengalami gangguan fisik yang behubungan dengan gangguan
berbicara.
3. Subjek memiliki keterampilan berbicara yang rendah.
4. Subjek tidak mengalami gangguan mental lain (seperti autisme).

D. Metode Pengumpulan Data
Di dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan
pengamatan atau observasi. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar
penilaian berbicara.
Adapun rancangan lembar observasi untuk melihat kemampuan berbicara
diadaptasi dari aspek kemampuan berbicara yang diungkap oleh Jakobovits dan
Gordon seperti dikutip Valette (1977) dalam Burhan Nurgiyantoro (1988: 265).
Observasi dilakukan dengan teknik naratif, yakni mencatat semua kejadian yang
dianggap relevan dengan tujuan observasi. Aspek-aspek yang dinilai dikemukakan
oleh Jakobovits dan Gordon dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
1.

No
1

Aspek yang dinilai
Kesesuaian ide dengan isi

2

yang disampaikan
Kejelasan suara

3

Ketepatan dalam melafal

4

Ketepatan berekspresi

5

Ketepatan struktur kalimat

6

yang dipakai
Ketepatan pilihan kata (diksi)

Catatan

yang digunakan

13

E. Rancangan Eksperimen
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain penelitian satu
kelompok, yakni One-Group Pretest-Posttest Design. Dalam Liche dkk (2011),
disebutkan bahwa dalam desain ini diawal penelitian dilakukan pengukuran terhadap
VT yang telah dimiliki subjek. Setelah diberikan perlakuan (manipulasi), dilakukan
kembali pengukuran terhadap VT dengan alat ukur yang sama.

F. Tahapan Penelitian
1. Tahap Awal
Pada tahap awal peneliti melakukan screening untuk mendapatkan subjek
sesuai kriteria di atas. Screening dilakukan dengan cara mewawancarai guru
mengenai keadaan anak-anak. Selanjutnya, setelah mendapatkan subjek,
peneliti melakukan pretest.
2. Tahap Eksperimen
Pada tahap eksperimen, peneliti memberikan pengarahan kepada guru untuk
mempergunakan media gambar saat proses belajar, terutama saat subjek
diminta untuk bercerita. Subjek diminta menceritakan apapun tentang gambar
yang ia lihat. Prosedur ini dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan.
3. Tahap Akhir
Pada tahap akhir, peneliti akan memberikan posttest pada subjek dengan
meminta subjek untuk bercerita tanpa menggunakan media gambar lagi.
Selama proses ini peneliti akan memeberikan penilaian pada lembar penilaian
berbicara.
4. Tahap Analisis
Setelah posttest selesai dilakukan, maka peneliti dapat memulai tahap analisis,
apakah terjadi perubahan signifikan setelah diberikan perlakuan.

14

G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang dipakai penulis adalah dengan menggunakan teknik analisis
data statistik non parametrik yaitu Analisis Test Ranking Bertanda Wilcoxon
(Wilcoxon Sign Rank Test). Teknik ini digunakan sesuai dengan jenis eksperimen
dan jenis data yang ada pada penelitian yaitu one group pretest posttest desaign, yang
mana sekelompok subyek dikenai perlakuan untuk jangka waktu tertentu, dan
pengaruh perlakuan diukur dari perbedaan antara pengukuran awal (T1) dan
pengukuran akhir (T2). Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan adalah
sebagai berikut:
a. Perumusan Hipotesis
Rumusan hipotesis dua pihak
H0 : TX = T (tidak ada perbedaan antara X dan Y)
Ha : TX ≠ TY (ada perbedaan antara X dan Y)
b. Pemilihan taraf signifikansi (a) Y Pemilihan taraf signifikansi dipilih 5%.
c. Penentuan statistik uji
Statistik uji yang digunakan adalah Wilcoxon Sign Rank Test yang diberi
simbol Z dengan program SPSS release 13. Jika nilai Z dengan P > 0,05,
maka H0 diterima dan Ha ditolak, sebaliknya jika nilai Z dengan P < 0,05,
maka H0 ditolak dan H a diterima.

15

DAFTAR PUSTAKA
Delfita, R. Meningkatkan Kemampuan Berbicaraanak Melalui Permainan Gambar
Dalam Bak Pasir ditaman Kanak - Kanak Bina Anap Rasa Mekar Sari Padang.
Jurnal Persona Paud Vol. 1 No. 1.
Lestari, H, T. 2006. Perbandingan Keefektifan Pembelajaran Berbicara dengan
Teknik Bercerita yang Memanfaatkan Objek langsung dan yang Memanfaatkan
Media gambar pada Siswa Sekolah Dasar. Universitas Negeri Semarang.
Nugraha, N, S, A. 2014. Penggunaan Metode Bercerita dengan Media Gambar
Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbahasa dan Sikap mandiri anak
Kelompok A TK Negeri Pembina Bangli Tahun ajaran 2012/2013. Jurnal
Program Pascasarjana Universitas pendidikan Ganesha Program studi Pendidikan
Dasar Vol. 4.
Salimah, 2011. Dampak penerapan bermain dengan Media Gambar Seri dalam
Mengembangkan Keterampilan Berbicara dan Penguasaan Kosa Kata Anak
Usia Dini. Jurnal edisi khusus No. 1.
Sari, A, K. 2010. Pengaruh Media Cerita Bergambar Terhadap Peningkatan
Keterampilan Menyimak dan Membaca Anak Berkesulitan Belajar Kelas II SD
Petora Jebres Surakarta TA 2009/2010. Universitas 11 Maret.
Sukami, 2009. Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara dengan Media
Gambar. Surakarta.

16