ASUHAN KEPERAWATAN TB PARU STIKES YATSI
ASUHAN KEPERAWATAN TB PARU
DI SUSUN OLEH :
1. Siti Nurhasanah
2. Irdawita
3. Solihin
4. Iqbal Ulum
5. Sri Mulyani
STIKES YATSI TANGERANG 2017
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyakit tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang dapat menyerang berbagai organ atau
jaringan tubuh. Tuberkolosis paru merupakan bentuk yang paling banyak dan paling penting.
Penyakit tuberkolosis sudah ada sejak ribuan tahun sebelum masehi. Menurut hasil penelitian,
penyakit tuberkolosis sudah ada sejak zaman Mesir kuno yang dibuktikan dengan penemuan
pada mumi, dan penyakit ini juga sudah ada pada kitab pengobatan Cina ‘ pen tsao ‘ sekitar 5000
tahun yang lalu. Pada tahun 1882, ilmuwan Robert Koch berhasil menemukan kuman
tuberkolosis, yang merupakan penyebab penyakit ini. Kuman ini berbentuk batang ( basil ) yang
dikenal dengan nama ‘ Mycobacterium tuberculosis’.
TUJUAN
Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada TB Paru
Tujuan khusus
1. Mengetahui pengkajian pada kasus TB Paru
2. Menegakkan diagnosa keperawatan dengan TB Paru
3. Membuat intervensi keperawatan
4. Membuat implementasi keperawatan
5. Membuat evaluasi keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TUBERKULOSIS
A. Pengertian
TB Paru adalah penyakit infeksi menahun menular yang disebabkan oleh
kuman tb ( Mycobacterium tuberkolosis ) . Depkes, 1998
Tuberkulosis ( TB ) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang penyakit
parenkim paru ( brunner & suddarth, 2002 ). Tuberkulosis adalah suatu penyakit
infeksius yang menyerang paru – peru secara khas ditandai oleh pembentukan
granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan
dapat menular dari penderita kepada orang lain ( santa,dkk, 2009 ).
Menurut Depkes ( 2007 ) Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB ( Mycobacterium tuberculosis ). Sebagian besar
kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
B. Etiologi
Penyebab penyakit tuberculosis adalah bakteri Mycobakterium tuberculosis,
kuman ini bersifat aerob sehingga sebagian besar kuman menyerang jaringan
yang memiliki konsentrasi tinggi seperti paru – paru. Kuman ini berbentuk
batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh
karena itu disebut sebagai Basil Tahan Asam ( BTA ). Kuman ini cepat mati
dengan sinar matahari langsung tetapi dapat tetap hidup beberapa jam pada
tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dorman
( tertidur lama ) selama beberapa tahun ( Depkes RI, 2002; Aditama,2002).
C. Klasifikasi ( berdasarkan kontak )
-
Kategori 0 : kontak (-), tidak ada infeksius.
-
Kategori I : kontak dengan penderita TBC (+),tidak ada bukti infeksiusdan
skin tes (-).
-
Kategori II: infeksius TBC tanpa penyakit,skin tes(+),rongent (-).
-
Kategori III: infeksius TBC dengan penyakit TBC yang aktif / inaktif,diobati /
tidak, tenang, atau relaps.
D. Manifestasi Klinis
1. Batuk lama lebih dari 3 minggu, batuk darah kadang – kadang masif.
2. Nyeri dada kadang – kadang peluritik dan sesak.
3. Rasa lelah yang tidak jelas penyebabnya.
4. Penurunan BB yang tidak diketahui penyebabnya.
5. Influenza yang tidak sembuh.
E. Patofisiologi
Penularan TB Paru terjadi karena kuman mycobacterium tubeeculosis.
Dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel
infeksi ini dapat hidup dalam udara bebas selama 1-2 jam tergantung ada tidaknya
ultraviolet. Vetilasi yang buruk dan kelembaban. Suasana yang gelap dan lembab
kuman dapat bertahn berahri – hari sampai berbulan – bulan. Bila partikel ini
terhisap oleh orang sehat maka ia akan menempel pada jalan nafas atau paru –
paru.
Partikel dapat masuk ke dalam alveolar, bila ukuran partikel kurang dari 5
mikrometer. Kuman akan dihadapi terlebih dulu oleh neutropil. Kemudian baru
oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan dibersihkan oleh makrofag keluar
dari cabang trakea bronchial bersama gerakan sillia dengan sekretnya. Bila kuman
menetap di jaringna maka ia akan tumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma
makrofag. Di sini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya.
Kuman yang bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang tuberculosis
pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau efek primer atau sarang ghon
( focus ) sarang primer ini dapat trejadi pada semua jaringan paru, bila menjalar
sampai pleura maka terjadi efusi pleura. Kuman dapat juga masuk ke dalam
saluran gastrointestinal, jaringan limpe, orofaring, dan kulit. Kemudian bakteri
masuk ke dalam vena dan menjalar keseluruh organ, seperti otak, ginjal, tulang,.
Bila masuk ke dalam arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran keseluruh bagian
paru dan menjadi TB milier.
Sarang primer akan timbul peradangan getah bening menuju hilus ( limfangitis
lokal ), dan diikuti pembesaran getah bening hilus ( limfangitis regional ). Sarang
primer limfangitis local serta regional menghasilkan komplek primer ( range ).
Proses sarang paru ini memakan waktu 3-8 minggu.
F. Pemerikasaan Radiologis
1. Infiltrate terutama di apex dan posterior.
2. Kavitas.
3. Fibrosis.
4. Pembesaran kelenjar hilus.
5. Kalsifikasi.
6. Adanya efusi pleura
7. Bercak – bercak milier
8. Bayangan bilateral terutama di lapangan atas paru
9. Infiltrat yang menetap setelah beberapa minggu
G. Pemeriksaan Laboratorium.
1. Sputum BTA .
-
Pemeriksaan penting untuk diagnose definitive dan menilai kemajuan klien.
-
Dilakukan 3x, biakan / kultur : 4 -8 minggu.
2. Tes tuberculin / mantoux.
(+) : eritema , indurasi yang diukur dalam mm melintang terhadap sumbu
panjang lengan bawah,di palpasi dengan jari, test dibaca 48 – 72 jam
Indurasi >10 mm : positif.
Indurasi 5 – 9 mm: reaksi meragukan.
Indurasi 0 - 4 mm: negatif.
3. Pemeriksaan darah tepi : leukosit biasanya normal. LED meningkat sedikit.
4. Ziehl-Nelsen ( pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan
darah ) positif untuk basil asam cepat.
H. Pengobatan
Program Nasional penanggulangan TBC di Indonesia menggunakan panduan
OAT.
1. Kategori I
: ( 2 HRZE/4 H3R3) untuk pasien TBC baru.
2. Kategori II
: ( 2 HRZES/HRZE/5 H3R3E3 ) untuk pasien ulangan
( pasien yang pengobatan kategori I – nya gagal atau pasien yang kambuh).
3. Kategori III
: ( 2 HRZ/4 H3R3 ) untuk pasien baru dengan BTA (-),RO
(+).
4. Sisipan ( HRZE ) : digunakan sebagia tambahan bila pada pemeriksaan akhir
tahap intebsif dari pengobatan dengan kategori I atau kategori II ditemukan
BTA (+)
Obat diminum sekaligus 1 ( satu ) jam sebelum makan pagi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TB PARU
A. PENGKAJIAN .
1. Data subjektif :
-
Kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek, kesulitan tidur atau demam
pada malam hari.
-
Demam hilang timbul.
-
Perasaan tak berdaya.
-
Hilang nafsu maka, mual, muntah, penurunan BB
-
Nyeri dada meningkat karena sering batuk.
-
Batuk kering, setelah peradangan menjadi produktif ( menghasilkan sputum ).
-
Perubahan kapasitas fisik.
2. Data objektif:
-
Demam biasanya samapi 40 – 41 ̊ C.
-
Takikardi, takipnea /disnea
-
Turgor kulit buruk, kering bersisik, hilang lemak subkutis.
-
Pengembangan pernafasan tidak simetris, bunyi nafas menurun
-
Perkusi redup. Kavitas yang besar : hipersonor atau timpani.
-
Auskultasi suara nafas tambahan: ronkhi basah kasar dan nyaring. Vesikuler
melemah bils terdapat
I. Pathway Tuberkulosis Paru
Invasi bakteri tuberkulosis
↓
sembuh
Infeksi primer _______________↑
↓
Sembuh dengan focus ghon
↓
Infeksi pasca primer ( reaktivasi ) →
Bakteri dorman
↓
sembuh dengan fibrotik
Bakteri muncul berapa tahun kemudian_____↑
↓
Reaksi infeksi /inflamasi,kavitas,dan merusak parenkim paru
↓
────↓──────────────↓─────────────────↓─────────────────↓
Produksi secret>
kerusakan membran
perubahan cairan
Pecahnya pembuluh darah
alveolar-kapiler merusak
intrapleura
↓
Batuk produktif
Batuk darah
↓
Ketidak efektifan jalan napas
↓
pleura,atelaktasis
↓
↓
sesak nafas,ekspansi thoraks penggunaan otot
bantu napas
Gangguan pertukaran gas
↓
↓
anoreksia lemah
sesak,sianosis,
↓
reaksi sistematis
↓
mual, BB↓
↓
↓
↓
Perubahan
↓
pemenuhan
Pola napas tidak
nutrisi kurang ↓
Efektif
dari kebutuhan ↓
↓
Intoleransi aktivitas
B. Diagnosa keperawatan TB Paru
1. Ketidakefektifan jalan nafas / bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pemumpukan
sekret
2. Gangguan pertukaran gas b.d kerusakan membrane alveolar - kapiler
3. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi ( kurang ) b.d anoreksia
N
Diagnosa
Tujuan
o
Keperawata
1
n
Bersihan
intervensi
Bersihan
jalan nafas jalan
Rasional
1. Kaji
nafas
fungsi Penurunan
pernafasan,bunyi
tidak efektif kembali
nafas,
b.
dan irama
d efektif.
:
bunyi
nafas
dapat
kecepatan menunjukkan
atelektasis,ronchi,me
penumpuka
KH
n secret
mengeluark
posisi semi fowler akumulasi
an
atau fowler tinggi ketidakmampuan
secret
2. Berikan
pasien ngi
menunjukkan
sekret
tanpa
bantu pasien untuk membersihkan
bantuan.
batuk efektif dan nafas.
latihan
jalan
nafas
dalam
3. Pertahankan
masukan
sedikitnya
ml/hari,
Posisi
cairan memaksimalkan
2500 ekspansi
paru
kecuali menurunkan
kontra indikasi
4. Kolaborasi
membantu
untuk
pernapasan.
dan
upaya
pemberian
sesuai
obat Pemasukan
indikasi, cairan
obat mukolitik
tinggi
membantu
untuk mengencerkan
secret,
membuatnya
mudah dikeluarkan.
Agen
mukolitik
menurunkan
kekentalan
dan
perlengketan
sekret
paru
untuk
memudahkan
2
1. Kaji
pembersihan.
TB Paru
Gangguan
Bebas dari
pertukaran
distres
dispnea,takipnea,
menyebabkan efek
gas b. d
pernafasan
bunyi pernafasan
luas pada paru dan
kerusakan
KH :
abnormal,
bagian kecil
membrane
perbaikan
meningkatnya
bronkopnemoniasam
alveolar-
ventilasi dan
respirasi,keterbatas pai inflamasi, difusi
kapiler
perbaikan
an ekspansi dada
oksigenasi
jaringan
luas. Efek pernafasan
dapat ringan sampai
2. Evaluasi
dispnea berat sampai
adekuat
perubahan tinkat
distress pernafasan.
denga gas
kesadaran, catat
Akumulasi sekret
darah dalam
tanda – tanda
dapat mempengaruhi
rentang
sianosis dan
oksigenasi organ vital
normal
perubahan kulit,
selaput mukosa
dan warna kuku.
3. Demontrasikan
atau anjurkan
untuk
Membantu tahanan
mengeluarkan
melawan udara luar
napas dengan bibir
untuk mencegah
disiutkan,
kolaps atau
khususnya dengan
penyempitan jalan
pasien dengan
nafas , sehingga
fibrosis atau
menbantu
kerusakan
menyebarkan udara
parenkim.
melalui paru dan
menghilangkan /
4. Anjurkan untuk
menurunkan beratnya
bedrest /
gejala.
mengurangi
Menurunkan
aktivitas.
konsumsi oksigen /
kebutuahn selama
periode penurunan
5. Kolaborasi untuk
pemberian oksigen
pernafasan dapat
menurunkan beratnya
gejala.
3
Pola nafas
tidak efektif
b.d
hiperventila
si
Pola nafas
kembali
efektif.
KH :
Bunyi nafas
normal,
TTV dalam
batas
normal,
batuk
berkurang,
ekspansi
paru
mengemban
g
1. Kaji frekuensi
kedalaman
pernafasan dan
ekspansi
dada.catat
upaya
pernafasan
termasuk
penggunaan
otot bantu
pernafasan /
pelebaran
nasal.
2. Auskultasi
bunyi nafas
dan catat
adanya bunyi
Kecepatan biasanya
mencapai kedalaman
pernapasan bervariasi
tergantung derajat
gagal napas. Expansi
dada terbatas yang
berhubungan dengan
atelektasis dan atau
nyeri dada
Ronchi dan wheezing
menyertai obstruksi
jalan nafas /
kegagalan
napas seperti
wheezing.
3. Tinggikan
kepala dan
bantu
mengubah
posisi
4. Observasi pola
batuk dan
karekter sekret
4
Gangguan
pemenuhan
kebutuhan
nutrisi
( kurang ) b.
d anoreksia
Menunjukka
n berat
badan
meningkat
1. Catat status nutrisi
pasien, catat turgor
kulit, berat badan
dan derajat
kekurangan berat
badan,
kemampuan /
ketidakmampuan
menelan, riwayat
mual – muntah .
2. Awasi masukan
atau pengeluaran
dan berat badan
secara periodic
3. Berikan perawatan
mulut sebelum dan
sesudah tindakan
pernafasan
4. Dorong makan
sedikit dan sering
dengan makanan
TKTP
5. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
kompisisi diet.
pernapasan.
Duduk tingii
memungkinkan
ekspansi paru dan
memudahkan
pernafasan
Kongesti alveolar
mengakibatkan batuk
sering / iritasi.
Berguna dalam
mendefinisikan
derajat / masalah
dalam menentukan
pilihan intervensi
yang tepat.
Berguna dalam
mengukur keefektifan
nutrisi dan dukungan
cairan.
Menurunkan rasa
tidak enak karena sisa
sputum atau sisa obat.
Memaksimalkan
masukan nutrisi
sebagai kebutuhan
energy dan
menurunkan iritasi
gaster.
Memberikan bantuan
dalam perencanaan
diet dengan nutrisi
adekuat untuk
kebutuhan metabolic
dan diet.
DI SUSUN OLEH :
1. Siti Nurhasanah
2. Irdawita
3. Solihin
4. Iqbal Ulum
5. Sri Mulyani
STIKES YATSI TANGERANG 2017
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyakit tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang dapat menyerang berbagai organ atau
jaringan tubuh. Tuberkolosis paru merupakan bentuk yang paling banyak dan paling penting.
Penyakit tuberkolosis sudah ada sejak ribuan tahun sebelum masehi. Menurut hasil penelitian,
penyakit tuberkolosis sudah ada sejak zaman Mesir kuno yang dibuktikan dengan penemuan
pada mumi, dan penyakit ini juga sudah ada pada kitab pengobatan Cina ‘ pen tsao ‘ sekitar 5000
tahun yang lalu. Pada tahun 1882, ilmuwan Robert Koch berhasil menemukan kuman
tuberkolosis, yang merupakan penyebab penyakit ini. Kuman ini berbentuk batang ( basil ) yang
dikenal dengan nama ‘ Mycobacterium tuberculosis’.
TUJUAN
Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada TB Paru
Tujuan khusus
1. Mengetahui pengkajian pada kasus TB Paru
2. Menegakkan diagnosa keperawatan dengan TB Paru
3. Membuat intervensi keperawatan
4. Membuat implementasi keperawatan
5. Membuat evaluasi keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TUBERKULOSIS
A. Pengertian
TB Paru adalah penyakit infeksi menahun menular yang disebabkan oleh
kuman tb ( Mycobacterium tuberkolosis ) . Depkes, 1998
Tuberkulosis ( TB ) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang penyakit
parenkim paru ( brunner & suddarth, 2002 ). Tuberkulosis adalah suatu penyakit
infeksius yang menyerang paru – peru secara khas ditandai oleh pembentukan
granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan
dapat menular dari penderita kepada orang lain ( santa,dkk, 2009 ).
Menurut Depkes ( 2007 ) Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB ( Mycobacterium tuberculosis ). Sebagian besar
kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
B. Etiologi
Penyebab penyakit tuberculosis adalah bakteri Mycobakterium tuberculosis,
kuman ini bersifat aerob sehingga sebagian besar kuman menyerang jaringan
yang memiliki konsentrasi tinggi seperti paru – paru. Kuman ini berbentuk
batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh
karena itu disebut sebagai Basil Tahan Asam ( BTA ). Kuman ini cepat mati
dengan sinar matahari langsung tetapi dapat tetap hidup beberapa jam pada
tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dorman
( tertidur lama ) selama beberapa tahun ( Depkes RI, 2002; Aditama,2002).
C. Klasifikasi ( berdasarkan kontak )
-
Kategori 0 : kontak (-), tidak ada infeksius.
-
Kategori I : kontak dengan penderita TBC (+),tidak ada bukti infeksiusdan
skin tes (-).
-
Kategori II: infeksius TBC tanpa penyakit,skin tes(+),rongent (-).
-
Kategori III: infeksius TBC dengan penyakit TBC yang aktif / inaktif,diobati /
tidak, tenang, atau relaps.
D. Manifestasi Klinis
1. Batuk lama lebih dari 3 minggu, batuk darah kadang – kadang masif.
2. Nyeri dada kadang – kadang peluritik dan sesak.
3. Rasa lelah yang tidak jelas penyebabnya.
4. Penurunan BB yang tidak diketahui penyebabnya.
5. Influenza yang tidak sembuh.
E. Patofisiologi
Penularan TB Paru terjadi karena kuman mycobacterium tubeeculosis.
Dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel
infeksi ini dapat hidup dalam udara bebas selama 1-2 jam tergantung ada tidaknya
ultraviolet. Vetilasi yang buruk dan kelembaban. Suasana yang gelap dan lembab
kuman dapat bertahn berahri – hari sampai berbulan – bulan. Bila partikel ini
terhisap oleh orang sehat maka ia akan menempel pada jalan nafas atau paru –
paru.
Partikel dapat masuk ke dalam alveolar, bila ukuran partikel kurang dari 5
mikrometer. Kuman akan dihadapi terlebih dulu oleh neutropil. Kemudian baru
oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan dibersihkan oleh makrofag keluar
dari cabang trakea bronchial bersama gerakan sillia dengan sekretnya. Bila kuman
menetap di jaringna maka ia akan tumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma
makrofag. Di sini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya.
Kuman yang bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang tuberculosis
pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau efek primer atau sarang ghon
( focus ) sarang primer ini dapat trejadi pada semua jaringan paru, bila menjalar
sampai pleura maka terjadi efusi pleura. Kuman dapat juga masuk ke dalam
saluran gastrointestinal, jaringan limpe, orofaring, dan kulit. Kemudian bakteri
masuk ke dalam vena dan menjalar keseluruh organ, seperti otak, ginjal, tulang,.
Bila masuk ke dalam arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran keseluruh bagian
paru dan menjadi TB milier.
Sarang primer akan timbul peradangan getah bening menuju hilus ( limfangitis
lokal ), dan diikuti pembesaran getah bening hilus ( limfangitis regional ). Sarang
primer limfangitis local serta regional menghasilkan komplek primer ( range ).
Proses sarang paru ini memakan waktu 3-8 minggu.
F. Pemerikasaan Radiologis
1. Infiltrate terutama di apex dan posterior.
2. Kavitas.
3. Fibrosis.
4. Pembesaran kelenjar hilus.
5. Kalsifikasi.
6. Adanya efusi pleura
7. Bercak – bercak milier
8. Bayangan bilateral terutama di lapangan atas paru
9. Infiltrat yang menetap setelah beberapa minggu
G. Pemeriksaan Laboratorium.
1. Sputum BTA .
-
Pemeriksaan penting untuk diagnose definitive dan menilai kemajuan klien.
-
Dilakukan 3x, biakan / kultur : 4 -8 minggu.
2. Tes tuberculin / mantoux.
(+) : eritema , indurasi yang diukur dalam mm melintang terhadap sumbu
panjang lengan bawah,di palpasi dengan jari, test dibaca 48 – 72 jam
Indurasi >10 mm : positif.
Indurasi 5 – 9 mm: reaksi meragukan.
Indurasi 0 - 4 mm: negatif.
3. Pemeriksaan darah tepi : leukosit biasanya normal. LED meningkat sedikit.
4. Ziehl-Nelsen ( pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan
darah ) positif untuk basil asam cepat.
H. Pengobatan
Program Nasional penanggulangan TBC di Indonesia menggunakan panduan
OAT.
1. Kategori I
: ( 2 HRZE/4 H3R3) untuk pasien TBC baru.
2. Kategori II
: ( 2 HRZES/HRZE/5 H3R3E3 ) untuk pasien ulangan
( pasien yang pengobatan kategori I – nya gagal atau pasien yang kambuh).
3. Kategori III
: ( 2 HRZ/4 H3R3 ) untuk pasien baru dengan BTA (-),RO
(+).
4. Sisipan ( HRZE ) : digunakan sebagia tambahan bila pada pemeriksaan akhir
tahap intebsif dari pengobatan dengan kategori I atau kategori II ditemukan
BTA (+)
Obat diminum sekaligus 1 ( satu ) jam sebelum makan pagi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TB PARU
A. PENGKAJIAN .
1. Data subjektif :
-
Kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek, kesulitan tidur atau demam
pada malam hari.
-
Demam hilang timbul.
-
Perasaan tak berdaya.
-
Hilang nafsu maka, mual, muntah, penurunan BB
-
Nyeri dada meningkat karena sering batuk.
-
Batuk kering, setelah peradangan menjadi produktif ( menghasilkan sputum ).
-
Perubahan kapasitas fisik.
2. Data objektif:
-
Demam biasanya samapi 40 – 41 ̊ C.
-
Takikardi, takipnea /disnea
-
Turgor kulit buruk, kering bersisik, hilang lemak subkutis.
-
Pengembangan pernafasan tidak simetris, bunyi nafas menurun
-
Perkusi redup. Kavitas yang besar : hipersonor atau timpani.
-
Auskultasi suara nafas tambahan: ronkhi basah kasar dan nyaring. Vesikuler
melemah bils terdapat
I. Pathway Tuberkulosis Paru
Invasi bakteri tuberkulosis
↓
sembuh
Infeksi primer _______________↑
↓
Sembuh dengan focus ghon
↓
Infeksi pasca primer ( reaktivasi ) →
Bakteri dorman
↓
sembuh dengan fibrotik
Bakteri muncul berapa tahun kemudian_____↑
↓
Reaksi infeksi /inflamasi,kavitas,dan merusak parenkim paru
↓
────↓──────────────↓─────────────────↓─────────────────↓
Produksi secret>
kerusakan membran
perubahan cairan
Pecahnya pembuluh darah
alveolar-kapiler merusak
intrapleura
↓
Batuk produktif
Batuk darah
↓
Ketidak efektifan jalan napas
↓
pleura,atelaktasis
↓
↓
sesak nafas,ekspansi thoraks penggunaan otot
bantu napas
Gangguan pertukaran gas
↓
↓
anoreksia lemah
sesak,sianosis,
↓
reaksi sistematis
↓
mual, BB↓
↓
↓
↓
Perubahan
↓
pemenuhan
Pola napas tidak
nutrisi kurang ↓
Efektif
dari kebutuhan ↓
↓
Intoleransi aktivitas
B. Diagnosa keperawatan TB Paru
1. Ketidakefektifan jalan nafas / bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pemumpukan
sekret
2. Gangguan pertukaran gas b.d kerusakan membrane alveolar - kapiler
3. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi ( kurang ) b.d anoreksia
N
Diagnosa
Tujuan
o
Keperawata
1
n
Bersihan
intervensi
Bersihan
jalan nafas jalan
Rasional
1. Kaji
nafas
fungsi Penurunan
pernafasan,bunyi
tidak efektif kembali
nafas,
b.
dan irama
d efektif.
:
bunyi
nafas
dapat
kecepatan menunjukkan
atelektasis,ronchi,me
penumpuka
KH
n secret
mengeluark
posisi semi fowler akumulasi
an
atau fowler tinggi ketidakmampuan
secret
2. Berikan
pasien ngi
menunjukkan
sekret
tanpa
bantu pasien untuk membersihkan
bantuan.
batuk efektif dan nafas.
latihan
jalan
nafas
dalam
3. Pertahankan
masukan
sedikitnya
ml/hari,
Posisi
cairan memaksimalkan
2500 ekspansi
paru
kecuali menurunkan
kontra indikasi
4. Kolaborasi
membantu
untuk
pernapasan.
dan
upaya
pemberian
sesuai
obat Pemasukan
indikasi, cairan
obat mukolitik
tinggi
membantu
untuk mengencerkan
secret,
membuatnya
mudah dikeluarkan.
Agen
mukolitik
menurunkan
kekentalan
dan
perlengketan
sekret
paru
untuk
memudahkan
2
1. Kaji
pembersihan.
TB Paru
Gangguan
Bebas dari
pertukaran
distres
dispnea,takipnea,
menyebabkan efek
gas b. d
pernafasan
bunyi pernafasan
luas pada paru dan
kerusakan
KH :
abnormal,
bagian kecil
membrane
perbaikan
meningkatnya
bronkopnemoniasam
alveolar-
ventilasi dan
respirasi,keterbatas pai inflamasi, difusi
kapiler
perbaikan
an ekspansi dada
oksigenasi
jaringan
luas. Efek pernafasan
dapat ringan sampai
2. Evaluasi
dispnea berat sampai
adekuat
perubahan tinkat
distress pernafasan.
denga gas
kesadaran, catat
Akumulasi sekret
darah dalam
tanda – tanda
dapat mempengaruhi
rentang
sianosis dan
oksigenasi organ vital
normal
perubahan kulit,
selaput mukosa
dan warna kuku.
3. Demontrasikan
atau anjurkan
untuk
Membantu tahanan
mengeluarkan
melawan udara luar
napas dengan bibir
untuk mencegah
disiutkan,
kolaps atau
khususnya dengan
penyempitan jalan
pasien dengan
nafas , sehingga
fibrosis atau
menbantu
kerusakan
menyebarkan udara
parenkim.
melalui paru dan
menghilangkan /
4. Anjurkan untuk
menurunkan beratnya
bedrest /
gejala.
mengurangi
Menurunkan
aktivitas.
konsumsi oksigen /
kebutuahn selama
periode penurunan
5. Kolaborasi untuk
pemberian oksigen
pernafasan dapat
menurunkan beratnya
gejala.
3
Pola nafas
tidak efektif
b.d
hiperventila
si
Pola nafas
kembali
efektif.
KH :
Bunyi nafas
normal,
TTV dalam
batas
normal,
batuk
berkurang,
ekspansi
paru
mengemban
g
1. Kaji frekuensi
kedalaman
pernafasan dan
ekspansi
dada.catat
upaya
pernafasan
termasuk
penggunaan
otot bantu
pernafasan /
pelebaran
nasal.
2. Auskultasi
bunyi nafas
dan catat
adanya bunyi
Kecepatan biasanya
mencapai kedalaman
pernapasan bervariasi
tergantung derajat
gagal napas. Expansi
dada terbatas yang
berhubungan dengan
atelektasis dan atau
nyeri dada
Ronchi dan wheezing
menyertai obstruksi
jalan nafas /
kegagalan
napas seperti
wheezing.
3. Tinggikan
kepala dan
bantu
mengubah
posisi
4. Observasi pola
batuk dan
karekter sekret
4
Gangguan
pemenuhan
kebutuhan
nutrisi
( kurang ) b.
d anoreksia
Menunjukka
n berat
badan
meningkat
1. Catat status nutrisi
pasien, catat turgor
kulit, berat badan
dan derajat
kekurangan berat
badan,
kemampuan /
ketidakmampuan
menelan, riwayat
mual – muntah .
2. Awasi masukan
atau pengeluaran
dan berat badan
secara periodic
3. Berikan perawatan
mulut sebelum dan
sesudah tindakan
pernafasan
4. Dorong makan
sedikit dan sering
dengan makanan
TKTP
5. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
kompisisi diet.
pernapasan.
Duduk tingii
memungkinkan
ekspansi paru dan
memudahkan
pernafasan
Kongesti alveolar
mengakibatkan batuk
sering / iritasi.
Berguna dalam
mendefinisikan
derajat / masalah
dalam menentukan
pilihan intervensi
yang tepat.
Berguna dalam
mengukur keefektifan
nutrisi dan dukungan
cairan.
Menurunkan rasa
tidak enak karena sisa
sputum atau sisa obat.
Memaksimalkan
masukan nutrisi
sebagai kebutuhan
energy dan
menurunkan iritasi
gaster.
Memberikan bantuan
dalam perencanaan
diet dengan nutrisi
adekuat untuk
kebutuhan metabolic
dan diet.