ASUHAN KEPERAWATAN TB PARU STIKES YATSI

ASUHAN KEPERAWATAN TB PARU

DI SUSUN OLEH :
1. Siti Nurhasanah
2. Irdawita
3. Solihin
4. Iqbal Ulum
5. Sri Mulyani

STIKES YATSI TANGERANG 2017

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Penyakit tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang dapat menyerang berbagai organ atau
jaringan tubuh. Tuberkolosis paru merupakan bentuk yang paling banyak dan paling penting.
Penyakit tuberkolosis sudah ada sejak ribuan tahun sebelum masehi. Menurut hasil penelitian,
penyakit tuberkolosis sudah ada sejak zaman Mesir kuno yang dibuktikan dengan penemuan
pada mumi, dan penyakit ini juga sudah ada pada kitab pengobatan Cina ‘ pen tsao ‘ sekitar 5000
tahun yang lalu. Pada tahun 1882, ilmuwan Robert Koch berhasil menemukan kuman

tuberkolosis, yang merupakan penyebab penyakit ini. Kuman ini berbentuk batang ( basil ) yang
dikenal dengan nama ‘ Mycobacterium tuberculosis’.
TUJUAN
Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada TB Paru
Tujuan khusus
1. Mengetahui pengkajian pada kasus TB Paru
2. Menegakkan diagnosa keperawatan dengan TB Paru
3. Membuat intervensi keperawatan
4. Membuat implementasi keperawatan
5. Membuat evaluasi keperawatan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

TUBERKULOSIS

A. Pengertian
TB Paru adalah penyakit infeksi menahun menular yang disebabkan oleh
kuman tb ( Mycobacterium tuberkolosis ) . Depkes, 1998

Tuberkulosis ( TB ) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang penyakit
parenkim paru ( brunner & suddarth, 2002 ). Tuberkulosis adalah suatu penyakit
infeksius yang menyerang paru – peru secara khas ditandai oleh pembentukan
granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan
dapat menular dari penderita kepada orang lain ( santa,dkk, 2009 ).
Menurut Depkes ( 2007 ) Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB ( Mycobacterium tuberculosis ). Sebagian besar
kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
B. Etiologi
Penyebab penyakit tuberculosis adalah bakteri Mycobakterium tuberculosis,
kuman ini bersifat aerob sehingga sebagian besar kuman menyerang jaringan
yang memiliki konsentrasi tinggi seperti paru – paru. Kuman ini berbentuk
batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh
karena itu disebut sebagai Basil Tahan Asam ( BTA ). Kuman ini cepat mati
dengan sinar matahari langsung tetapi dapat tetap hidup beberapa jam pada
tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dorman
( tertidur lama ) selama beberapa tahun ( Depkes RI, 2002; Aditama,2002).

C. Klasifikasi ( berdasarkan kontak )


-

Kategori 0 : kontak (-), tidak ada infeksius.

-

Kategori I : kontak dengan penderita TBC (+),tidak ada bukti infeksiusdan
skin tes (-).

-

Kategori II: infeksius TBC tanpa penyakit,skin tes(+),rongent (-).

-

Kategori III: infeksius TBC dengan penyakit TBC yang aktif / inaktif,diobati /
tidak, tenang, atau relaps.

D. Manifestasi Klinis
1. Batuk lama lebih dari 3 minggu, batuk darah kadang – kadang masif.

2. Nyeri dada kadang – kadang peluritik dan sesak.
3. Rasa lelah yang tidak jelas penyebabnya.
4. Penurunan BB yang tidak diketahui penyebabnya.
5. Influenza yang tidak sembuh.

E. Patofisiologi
Penularan TB Paru terjadi karena kuman mycobacterium tubeeculosis.
Dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel
infeksi ini dapat hidup dalam udara bebas selama 1-2 jam tergantung ada tidaknya
ultraviolet. Vetilasi yang buruk dan kelembaban. Suasana yang gelap dan lembab
kuman dapat bertahn berahri – hari sampai berbulan – bulan. Bila partikel ini
terhisap oleh orang sehat maka ia akan menempel pada jalan nafas atau paru –
paru.
Partikel dapat masuk ke dalam alveolar, bila ukuran partikel kurang dari 5
mikrometer. Kuman akan dihadapi terlebih dulu oleh neutropil. Kemudian baru
oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan dibersihkan oleh makrofag keluar
dari cabang trakea bronchial bersama gerakan sillia dengan sekretnya. Bila kuman
menetap di jaringna maka ia akan tumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma
makrofag. Di sini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya.


Kuman yang bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang tuberculosis
pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau efek primer atau sarang ghon
( focus ) sarang primer ini dapat trejadi pada semua jaringan paru, bila menjalar
sampai pleura maka terjadi efusi pleura. Kuman dapat juga masuk ke dalam
saluran gastrointestinal, jaringan limpe, orofaring, dan kulit. Kemudian bakteri
masuk ke dalam vena dan menjalar keseluruh organ, seperti otak, ginjal, tulang,.
Bila masuk ke dalam arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran keseluruh bagian
paru dan menjadi TB milier.
Sarang primer akan timbul peradangan getah bening menuju hilus ( limfangitis
lokal ), dan diikuti pembesaran getah bening hilus ( limfangitis regional ). Sarang
primer limfangitis local serta regional menghasilkan komplek primer ( range ).
Proses sarang paru ini memakan waktu 3-8 minggu.
F. Pemerikasaan Radiologis
1. Infiltrate terutama di apex dan posterior.
2. Kavitas.
3. Fibrosis.
4. Pembesaran kelenjar hilus.
5. Kalsifikasi.
6. Adanya efusi pleura
7. Bercak – bercak milier

8. Bayangan bilateral terutama di lapangan atas paru
9. Infiltrat yang menetap setelah beberapa minggu
G. Pemeriksaan Laboratorium.
1. Sputum BTA .
-

Pemeriksaan penting untuk diagnose definitive dan menilai kemajuan klien.

-

Dilakukan 3x, biakan / kultur : 4 -8 minggu.

2. Tes tuberculin / mantoux.

(+) : eritema , indurasi yang diukur dalam mm melintang terhadap sumbu
panjang lengan bawah,di palpasi dengan jari, test dibaca 48 – 72 jam
Indurasi >10 mm : positif.
Indurasi 5 – 9 mm: reaksi meragukan.
Indurasi 0 - 4 mm: negatif.
3. Pemeriksaan darah tepi : leukosit biasanya normal. LED meningkat sedikit.

4. Ziehl-Nelsen ( pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan
darah ) positif untuk basil asam cepat.

H. Pengobatan
Program Nasional penanggulangan TBC di Indonesia menggunakan panduan
OAT.
1. Kategori I

: ( 2 HRZE/4 H3R3) untuk pasien TBC baru.

2. Kategori II

: ( 2 HRZES/HRZE/5 H3R3E3 ) untuk pasien ulangan

( pasien yang pengobatan kategori I – nya gagal atau pasien yang kambuh).
3. Kategori III

: ( 2 HRZ/4 H3R3 ) untuk pasien baru dengan BTA (-),RO

(+).

4. Sisipan ( HRZE ) : digunakan sebagia tambahan bila pada pemeriksaan akhir
tahap intebsif dari pengobatan dengan kategori I atau kategori II ditemukan
BTA (+)
Obat diminum sekaligus 1 ( satu ) jam sebelum makan pagi.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TB PARU

A. PENGKAJIAN .
1. Data subjektif :
-

Kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek, kesulitan tidur atau demam
pada malam hari.

-

Demam hilang timbul.

-


Perasaan tak berdaya.

-

Hilang nafsu maka, mual, muntah, penurunan BB

-

Nyeri dada meningkat karena sering batuk.

-

Batuk kering, setelah peradangan menjadi produktif ( menghasilkan sputum ).

-

Perubahan kapasitas fisik.

2. Data objektif:

-

Demam biasanya samapi 40 – 41 ̊ C.

-

Takikardi, takipnea /disnea

-

Turgor kulit buruk, kering bersisik, hilang lemak subkutis.

-

Pengembangan pernafasan tidak simetris, bunyi nafas menurun

-

Perkusi redup. Kavitas yang besar : hipersonor atau timpani.


-

Auskultasi suara nafas tambahan: ronkhi basah kasar dan nyaring. Vesikuler
melemah bils terdapat

I. Pathway Tuberkulosis Paru

Invasi bakteri tuberkulosis


sembuh

Infeksi primer _______________↑

Sembuh dengan focus ghon

Infeksi pasca primer ( reaktivasi ) →

Bakteri dorman


sembuh dengan fibrotik

Bakteri muncul berapa tahun kemudian_____↑

Reaksi infeksi /inflamasi,kavitas,dan merusak parenkim paru

────↓──────────────↓─────────────────↓─────────────────↓
Produksi secret>

kerusakan membran

perubahan cairan

Pecahnya pembuluh darah

alveolar-kapiler merusak

intrapleura


Batuk produktif
Batuk darah

Ketidak efektifan jalan napas


pleura,atelaktasis




sesak nafas,ekspansi thoraks penggunaan otot
bantu napas

Gangguan pertukaran gas





anoreksia lemah

sesak,sianosis,



reaksi sistematis



mual, BB↓







Perubahan



pemenuhan

Pola napas tidak

nutrisi kurang ↓

Efektif

dari kebutuhan ↓


Intoleransi aktivitas

B. Diagnosa keperawatan TB Paru
1. Ketidakefektifan jalan nafas / bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pemumpukan
sekret
2. Gangguan pertukaran gas b.d kerusakan membrane alveolar - kapiler
3. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi ( kurang ) b.d anoreksia

N

Diagnosa

Tujuan

o

Keperawata

1

n
Bersihan

intervensi

Bersihan

jalan nafas jalan

Rasional

1. Kaji

nafas

fungsi Penurunan

pernafasan,bunyi

tidak efektif kembali

nafas,

b.

dan irama

d efektif.
:

bunyi

nafas

dapat

kecepatan menunjukkan
atelektasis,ronchi,me

penumpuka

KH

n secret

mengeluark

posisi semi fowler akumulasi

an

atau fowler tinggi ketidakmampuan

secret

2. Berikan

pasien ngi

menunjukkan
sekret

tanpa

bantu pasien untuk membersihkan

bantuan.

batuk efektif dan nafas.
latihan

jalan

nafas

dalam
3. Pertahankan
masukan
sedikitnya
ml/hari,

Posisi

cairan memaksimalkan
2500 ekspansi

paru

kecuali menurunkan

kontra indikasi
4. Kolaborasi

membantu

untuk

pernapasan.

dan
upaya

pemberian
sesuai

obat Pemasukan
indikasi, cairan

obat mukolitik

tinggi
membantu

untuk mengencerkan
secret,

membuatnya

mudah dikeluarkan.
Agen

mukolitik

menurunkan
kekentalan

dan

perlengketan

sekret

paru

untuk

memudahkan
2

1. Kaji

pembersihan.
TB Paru

Gangguan

Bebas dari

pertukaran

distres

dispnea,takipnea,

menyebabkan efek

gas b. d

pernafasan

bunyi pernafasan

luas pada paru dan

kerusakan

KH :

abnormal,

bagian kecil

membrane

perbaikan

meningkatnya

bronkopnemoniasam

alveolar-

ventilasi dan

respirasi,keterbatas pai inflamasi, difusi

kapiler

perbaikan

an ekspansi dada

oksigenasi
jaringan

luas. Efek pernafasan
dapat ringan sampai

2. Evaluasi

dispnea berat sampai

adekuat

perubahan tinkat

distress pernafasan.

denga gas

kesadaran, catat

Akumulasi sekret

darah dalam

tanda – tanda

dapat mempengaruhi

rentang

sianosis dan

oksigenasi organ vital

normal

perubahan kulit,
selaput mukosa
dan warna kuku.
3. Demontrasikan
atau anjurkan

untuk

Membantu tahanan

mengeluarkan

melawan udara luar

napas dengan bibir

untuk mencegah

disiutkan,

kolaps atau

khususnya dengan

penyempitan jalan

pasien dengan

nafas , sehingga

fibrosis atau

menbantu

kerusakan

menyebarkan udara

parenkim.

melalui paru dan
menghilangkan /

4. Anjurkan untuk

menurunkan beratnya

bedrest /

gejala.

mengurangi

Menurunkan

aktivitas.

konsumsi oksigen /
kebutuahn selama
periode penurunan

5. Kolaborasi untuk
pemberian oksigen

pernafasan dapat
menurunkan beratnya
gejala.

3

Pola nafas
tidak efektif
b.d
hiperventila
si

Pola nafas
kembali
efektif.
KH :
Bunyi nafas
normal,
TTV dalam
batas
normal,
batuk
berkurang,
ekspansi
paru
mengemban
g

1. Kaji frekuensi
kedalaman
pernafasan dan
ekspansi
dada.catat
upaya
pernafasan
termasuk
penggunaan
otot bantu
pernafasan /
pelebaran
nasal.
2. Auskultasi
bunyi nafas
dan catat
adanya bunyi

Kecepatan biasanya
mencapai kedalaman
pernapasan bervariasi
tergantung derajat
gagal napas. Expansi
dada terbatas yang
berhubungan dengan
atelektasis dan atau
nyeri dada

Ronchi dan wheezing
menyertai obstruksi
jalan nafas /
kegagalan

napas seperti
wheezing.
3. Tinggikan
kepala dan
bantu
mengubah
posisi
4. Observasi pola
batuk dan
karekter sekret
4

Gangguan
pemenuhan
kebutuhan
nutrisi
( kurang ) b.
d anoreksia

Menunjukka
n berat
badan
meningkat

1. Catat status nutrisi
pasien, catat turgor
kulit, berat badan
dan derajat
kekurangan berat
badan,
kemampuan /
ketidakmampuan
menelan, riwayat
mual – muntah .
2. Awasi masukan
atau pengeluaran
dan berat badan
secara periodic
3. Berikan perawatan
mulut sebelum dan
sesudah tindakan
pernafasan
4. Dorong makan
sedikit dan sering
dengan makanan
TKTP
5. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
kompisisi diet.

pernapasan.
Duduk tingii
memungkinkan
ekspansi paru dan
memudahkan
pernafasan
Kongesti alveolar
mengakibatkan batuk
sering / iritasi.
Berguna dalam
mendefinisikan
derajat / masalah
dalam menentukan
pilihan intervensi
yang tepat.
Berguna dalam
mengukur keefektifan
nutrisi dan dukungan
cairan.
Menurunkan rasa
tidak enak karena sisa
sputum atau sisa obat.
Memaksimalkan
masukan nutrisi
sebagai kebutuhan
energy dan
menurunkan iritasi
gaster.
Memberikan bantuan
dalam perencanaan
diet dengan nutrisi
adekuat untuk
kebutuhan metabolic
dan diet.