Pengertian Pancasila dan bentuk susunan

1.

Bentuk Susunan Pancasila Hirarkis Piramidal

Sila 5 dijiwai sila 1,2,3,4
Sila 4 dijiwai sila 1,2,3 dan menjiwai sila 5
Sila 3 dijiwai sila 1,2 dan menjiwai sila 4 & 5
Sila 2 dijiwai sila 1 dan menjiwai sila 3,4 & 5
Sila 1 menjiwai sila 2,3,4,&5
Sila dibelakang sila lainya itu adalah pengjelmaan / pengkususan sila-sila dimukanya. Lebih
sempit “luasnya” tapi lebih luasa “sifatnya”
Sila yang di depan

mendasari, meliputi

dan menjiwai sila-sila dibelakangnya atau sila

dibelakang didasari, diliputi, dan dijiwai sila didepannya

2.


Bentuk Susunan Pancasila Kesatuan Majemuk Tunggal Bersifat Organis
1. Masing-masing sila tidak terpisahkan satu sama lain dalam hal kesatuannya
2. Masing-masing sila mempunyai kedudukan dan fungsi sendiri-sendiri
3. Masing-masing sila berbeda namun tidak bertentangan
4. Masing-masing sila atau bagian saling melengkapi
5. Masing-masing sila atau bagian tidak boleh dilepas-pisahkan satu sama lain

Kesatuan organis dari kemajemukan akan menghidupkan
dalam satu kesatuan yang utuh

keduduakn dan fungsi-fungsi sila

3.

Bentuk Pancasila Saling Mengkualifikasi/Mengisi
Masing-Masing Sila Mengandung 4 sila lainnya Dikualifikasi oleh 4 sila lainnya

Sila 1 juga mengandung sila 2,3,4,5
Sila 2 juga mengandung sila 1,3,4,5
Sila 3 juga mengandung sila 1,2,4,5

Sila 4 juga mengandung sila 1,2,3,5
Sila 5 juga mengandung sila 1,2,3,4

2. Pengertian Pancasila sebagai suatu system
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan system filsafat. Yang
dimaksud dengan system adalah kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama
untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh, system lazimnya
memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1.

suatu kesauan bagian-bagian

2.

bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri

3.

saling berhubungan, saling ketergantungan


4.

kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama(tujuan system)

5.

terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore dan Voich, 1974:22)

3. Kesatuan sila-sila Pancasila
Susunan pancasila adalah hierarkis dan berbentuk pyramidal. Pengertian matematika pyramidal
digunakan untuk menggambarkan hubungan hierarki sila-sila dari pancasila dalam urutan-urutan luas
(kwantitas) dan juga dalam hal sifat-sifatnya(kwalitas). Kalau dilihat dari intinya urutan lima sila
menunjukan suatu rangkaian tingkat dalam luasnya dan isi sifatnya, merupakan pengkhususan dari silasila yang dimukanya. Jika urutan lima sila dianggap mempunyai maksud demikian, maka diantara lima
sila ada hubungan yang mengikat yang satu kepada yang lain sehingga pancasila merupakan suatu
kesatuan yang keseluruhan bulat.

4. Kesatuan sila-sila pancasila yang saling mengisi dan mengkualifikasi
Sila-sila pancasila sebagai satu kesatuan dapat dirumuskan pula dalam hubungannya saling
mengisi atau mengkualifikasi dalam rangka hubungan hierarkis pyramidal tadi. Tiap-tiap sila seperti yang
disebutkan di atas mengandung empat silalainnya. Untuk kelengkapan hubungan kesatuan keseluruhan

dari sila-sila pancasila dipersatukan dengan rumus hierarkis tersebut diatas.

5.

Pancasila sebagai suatu system filsafat
Kesatuan sila-sila pancasila bukanlah hanya merupakan kesatuan yang bersifat formal logis saja

namun juga meliputi kesatuan dasar ontologism, dasar epistemologis serta dasar aksiologis dari sila-sila
pancasila tersebut.
Dasar Ontologis Sila-sila Pancasila adalah :
manusia yang memiliki hakikat mutlak monopluralis, hakikat dasar ini disebut dasar antropologis
Manusia adalah subyek pendukung pokok sila² Pancasila, Pada hakikatnya yang ber-Tuhan YME, yang
berkemanusiaan…,yang berpersatuan…, yang berkerakyatan…, ialah manusia
Dari segi Filsafat Negara Pancasila adalah “Dasar Filsafat Negara”
Pendukung pokok negara adalah rakyat & unsur rakyat ialah manusia. Jadi tepat jika dalam
filsafat Pancasila dinyatakan bahwa hakikat dasar antropologis sila-sila Pancasila adalah Manusia
Dasar Epistemologi
Dasar epistemologi Pancasila hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya.
Manusia adalah basis ontologis Pancasila, oleh karena itu mempunyai implikasi terhadap bangunan
epistemologi, yakni bangunan epistemologi yang ditempatkan dalam bangunan fils. Manusia.

Dalam Epistemologi terdpt 3 persoalan mendasar :
1. Tentang sumber pengetahuan manusia
2. Tentang teori kebenaran penget. manusia
3. Watak pengetahuan manusia

Dasar Aksiologis:
Yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila pada hakikatnya juga merupakan suau
kesatuan. Terdapat berbagai macam teori tentang nilai dan hal ini sangat tergantung pada titik tolak dan
sudut pandangnya masing-masing dalam menentukan tentang pengertian nilai dan hierarkinya.
ARTI FILSAFAT :
Secara Etimologis : dari bahasa Yunani, terdiri atas kata :
philien = mencintai dan sophos = kebijaksanaan.
philia = cinta dan sophia = kearifan = pandai
Filsafat berarti cinta kebijaksanaan/kearifan.
Asal mulanya untk menyebut “usaha mencari keutamaan mental”
Secara Terminologis, yakni arti filsafat stlh dikaitkan dg bid.²
ilmu tertentu sesuai perkembangan Ilmu Pengetahuan.
Pancasila memenuhi syarat sebagai Sistem Filsafat, karena :
1. Sila² Pancasila merup. Satu kesat. Yg bulat & utuh
2. Sila² Pancasila bereksistensi dlm keteraturan :

- bersusun hierarkhis & berbentuk piramidal
3. Ada keterkaitan antar Sila² Pancasila
4. Ada kerjasama antar Sila² Pancasila utk mencapai tujuan
5. Ada tujuan bersama (tsb. Alinea IV Pemb. UUD NRI 1945)
Pancasila terdiri atas baggian-bagian.

yakni. Sila-sila, di mana setiap sila pada hakikatnya

merupakan suatu asas dan fungsi sendiri-sendiri, namun secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan
yang

sistematis,
Kesatuan

karena

1.

Susunan


2.

Susunan

3.

Rumusan hub. Sila² saling mengisi dan saling mengkualifikasi.

Sila-sila

Pancasila

Sila²
Bersifat

Pancasila
Hierarkhis

:
Bersifat


dan

Berbentuk

Organis
Piramidal

6. Pengertian Pancasila Secara Termitologis
Proklamasi 17 Agustus 1945 telah melahirkan Negara RI untuk melengkapai alat2
Perlengkapan Negara PPKI mengadakan sidang pada tanggal 18 Agustus 1945 dan berhasil mengesahkan
UUD 45 dimana didalam bagian Pembukaan yang terdiri dari 4 Alinea didalamnya tercantum rumusan
Pancasila. Rumusan Pancasila tersebut secara Konstitusional sah dan benar sebagai dasar negara RI yang
disahkan

oleh

PPKI

yang


mewakili

seluruh

Rakyat

Indonesia

Pancasila Berbentuk:
1.

Hirarkis (berjenjang);

2.

Piramida

v


Filsafat Pancasila versi Soekarno
Filsafat Pancasila kemudian dikembangkan oleh Sukarno sejak 1955 sampai berakhirnya
kekuasaannya (1965). Pada saat itu Sukarno selalu menyatakan bahwa Pancasila merupakan filsafat asli
Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi Indonesia dan akulturasi budaya India (Hindu-Budha),
Barat (Kristen), dan Arab (Islam). Menurut Sukarno “Ketuhanan” adalah asli berasal dari Indonesia,
“Keadilan Soasial” terinspirasi dari konsep Ratu Adil. Sukarno tidak pernah menyinggung atau
mempropagandakan “Persatuan”.

v

Filsafat Pancasila versi Soeharto
Oleh Suharto filsafat Pancasila mengalami Indonesiasi. Melalui filsuf-filsuf yang disponsori
Depdikbud, semua elemen Barat disingkirkan dan diganti interpretasinya dalam budaya Indonesia,
sehingga menghasilkan “Pancasila truly Indonesia”. Semua sila dalam Pancasila adalah asli Indonesia dan
Pancasila dijabarkan menjadi lebih rinci (butir-butir Pancasila). Filsuf Indonesia yang bekerja dan
mempromosikan bahwa filsafat Pancasila adalah truly Indonesia antara lain Sunoto, R. Parmono, Gerson
W. Bawengan, Wasito Poespoprodjo, Burhanuddin Salam, Bambang Daroeso, Paulus Wahana, Azhary,
Suhadi, Kaelan, Moertono, Soerjanto Poespowardojo, dan Moerdiono.
Berdasarkan penjelasan diatas maka pengertian filsafat Pancasila secara umum adalah hasil
berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini

sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana,
paling baik dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia.
Kalau dibedakan anatara filsafat yang religius dan non religius, maka filsafat Pancasila
tergolong filsafat yang religius. Ini berarti bahwa filsafat Pancasila dalam hal kebijaksanaan dan

kebenaran mengenal adanya kebenaran mutlak yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa (kebenaran
religius) dan sekaligus mengakui keterbatasan kemampuan manusia, termasuk kemampuan berpikirnya.
Dan kalau dibedakan filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis, filsafast Pancasila
digolongkandalam arti praktis. Ini berarti bahwa filsafat Pancasila di dalam mengadakan pemikiran yang
sedalam-dalamnya, tidak hanya bertujuan mencari kebenaran dan kebijaksanaan, tidak sekedar
untukmemenuhi hasrat ingin tahu dari manusia yang tidak habis-habisnya, tetapi juga dan terutama hasil
pemikiran yang berwujud filsafat Pancasila tersebut dipergunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari
(pandangan hidup, filsafat hidup, way of the life, Weltanschaung dan sebgainya); agar hidupnya dapat
mencapai kebahagiaan lahir dan batin, baik di dunia maupun di akhirat.
Selanjutnya filsafat Pancasila mengukur adanya kebenran yang bermacam-macam dan
bertingkat-tingkat sebgai berikut:
1.

Kebenaran indra (pengetahuan biasa);

2.

Kebenaran ilmiah (ilmu-ilmu pengetahuan);

3.

Kebenaran filosofis (filsafat);

4.

Kebenaran religius (religi).
Untuk lebih meyakinkan bahwa Pancasila itu adalah ajaran filsafat, sebaiknya kita kutip
ceramah Mr.Moh Yamin pada Seminar Pancasila di Yogyakarta tahun 1959 yang berjudul “Tinjauan
Pancasila Terhadap Revolusi Fungsional”, yang isinya anatara lain sebagai berikut:
Tinjauan Pancasila adalah tersusun secara harmonis dalam suatu sistem filsafat. Marilah kita
peringatkan secara ringkas bahwa ajaran Pancasila itu dapat kita tinjau menurut ahli filsafat ulung, yaitu
Friedrich Hegel (1770-1831) bapak dari filsafat Evolusi Kebendaan seperti diajarkan oleh Karl Marx
(1818-1883) dan menurut tinjauan Evolusi Kehewanan menurut Darwin Haeckel, serta juga bersangkut
paut dengan filsafat kerohanian seperti diajarkan oleh Immanuel Kant (1724-1804).
Menurut Hegel hakikat filsafatnya ialah suatu sintese pikiran yang lahir dari antitese pikiran.
Dari pertentangan pikiran lahirlah paduan pendapat yang harmonis. Dan ini adalah tepat. Begitu pula
denga ajaran Pancasila suatu sintese negara yang lahir dari antitese.
Saya tidak mau menyulap. Ingatlah kalimat pertama dan Mukadimah UUD Republik
Indonesia 1945 yang disadurkan tadi dengan bunyi: Bahwa sesungguhanya kemerdekaan itu ialah hak
segala bangsa. Oleh sebab itu penjajahan harus dihapusakan karena bertentangan dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan.

Kalimat pertama ini adalah sintese yaitu antara penjajahan dan perikemanusiaan dan
perikeadilan. Pada saat sintese sudah hilang, maka lahirlah kemerdekaan. Dan kemerdekaan itu kita susun
menurut ajaran falsafah Pancasila yang disebutkan dengan terang dalam Mukadimah Konstitusi R.I. 1950
itu yang berbunyi: Maka dengan ini kami menyusun kemerdekaan kami itu, dalam suatu Piagam Negara
yang berbentuk Republik Kesatuan berdasarkan ajaran Pancasila. Di sini disebut sila yang lima
untukmewujudkan kebahagiaan, kesejahteraan dan perdamaian dunia dan kemerdekaan. Kalimat ini jelas
kalimat antitese. Sintese kemerdekaan dengan ajaran Pancasila dan tujuan kejayaan bangsa yang bernama
kebahagiaan dan kesejajteraan rakyat. Tidakah ini dengan jelas dan nyata suatu sintese pikiran atas dasar
antitese pendapat?
Jadi sejajar denga tujuan pikiran Hegel beralasanlah pendapat bahwa ajaran Pancasila itu
adalah suatu sistem filosofi, sesuai dengan dialektis Neo-Hegelian. Semua sila itu adalah susunan dalam
suatu perumahan pikiran filsafat yang harmonis. Pancasila sebagai hasil penggalian Bung Karno adalah
sesuai pula dengan pemandangan tinjauan hidup Neo-Hegelian.
7. PANCASILA SEBAGAI SISTEM NILAI
Nilai pada hakekatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek. Jadi, bukan objek itu
sendiri yang dinamakan nilai. Macam – Macam Nilai dasar dijabarkan lebih lanjut oleh dengan cara
interpretasi menjadi nilai instrumental. Rumusan nilai instrumental ini masih berupa rumusan umum yang
berwujud norma-norma. Nilai instrumental ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam nilai prakris, yang
berwujud indicator-indikator yang sifatnya sangat konkrit berkaitan suatu bidang dalam kehidupan.
Dalam konteks hidup bernegara, maka Pancasila sebagai dasar Negara dan asas kerohanian Negara
merupakan nilai dasar. Nilai dasar ini dijabarkan lebih lanjut dalam nilai instrumental, yaitu berupa
UUD’45 sebagai hukum dasar tertulis. Sistem Nilai dalam Pancasila Nilai-nilai Pancasila bagi bangsa
Indonesia menjadi landasan, dasar, serta motivasi atas segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari
dan dalam kehidupan kenegaraan.
Bentuk dan Susunan Pancasila. Bentuk Pancasila di dalam pengertian ini diartikan sebagai
rumusan Pancasila sebagaimana tercantum di dalam alinea IV Pembukaan UUD’45. Pancasila sebagai
suatu sistem nilai disusun berdasarkan urutan logis keberadaan unsur-unsurnya. Susunan sila-sila
Pancasila merupakan kesatuan yang organis, satu sama lain membentuk suatu system yang disebut
dengan istilah “Majemuk Tunggal”. Pancasila sebagai satu kesatuan system nilai, juga membawa
implikasi bahwa antara sila yang satu dengan sila yang lain saling mengkualifikasi. Hal ini berarti bahwa
antara sila yang satu dengan yang lain, saling memberi kualitas, memberi bobot isi.