MAKALAH TEORI MODRENISASI Organisasi Dasar

MAKALAH TEORI MODRENISASI

Untuk Tugas Mata Kuliah Teori Pembangunan Dalam Pemerintahan

Oleh :
ANNA PRANITA br SARAGIH

MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan selalu diikuti dengan kemajuan teknologi. Hal ini terbukti
dengan banyaknya penemuan dalam bidang teknologi guna memenuhi kebutuhan hidup
manusia dalam melakukan berbagai aktivitas sehari-hari. Pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di Indonesia melibatkan Negara-negara lain. Dalam banyak proyek pengembangan

ilmu pengetahuan seperti penelitian-penelitian, beasiswa, dan institusi pendidikan, Negaranegara lain banyak terlibat baik dari segi pembiayaan maupun segi pengadaan fasilitas.
Modernisasi berarti proses menuju masa kini atau proses menuju masyarakat yang modern.
Modernisasi dapat pula berarti perubahan dari masyarakat tradisional menuju masyarakat yang
modern. Jadi, modernisasi merupakan suatu proses perubahan di mana masyarakat yang sedang
memperbaharui dirinya berusaha mendapatkan ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki
masyarakat modern. Selain itu, ini juga menunjukkan suatu proses dari serangkaian upaya untuk
menuju atau menciptakan nilai-nilai (fisik, material dan sosial) yang bersifat atau berkualifikasi
universal,rasional,danfungsional.
1.2 RumusanMasalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Apakah yang dimaksud modernisasi dan bagaimana sejarahnya?
2) Apasajateori-teorimodernisasi?
3) Bagaimana syarat modernisasi?
4) Bagaimana gejala modernisasi?
5) Bagaimana dampak positif dan negatif modernisasi?
1.3 Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, penulisan makalah ini dimaksudkan untuk:
1) Mengetahui pengertian Modernisasi dan sejarahnya.
2) Mengetahui teori-teori modernisasi.

3) Mengetahui syarat-syarat suatu modernisasi.
4) Mengetahui gejala modernisasi di indonesia.
5) Mengetahui dampak positif dan negatif teknologi modernisasi.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Sejarah Modernisasi
1. Pengertian Modernisasi
Modernisasi merupakan suatu proses perubahan yang menuju pada tipe sistem-sistem sosial,
ekonomi, dan politik yang telah berkembang di Eropa Barat dan Amerika Utara pada abad ke-17
sampai 19. Sistem sosial yang baru ini kemudian menyebar ke negara-negara Eropa lainnya serta
juga ke negara-negara Amerika Selatan, Asia, dan Afrika.
Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak dari keadaanyang
tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu masyarakat yang modern.
Pengertian modernisasi berdasar pendapat para ahli adalah sebagai berikut:
Widjojo Nitisastro, modernisasi adalah suatu transformasi total dari kehidupan bersama yang
tradisional atau pramodern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, ke arah pola-pola
ekonomisdanpolitis.

Soerjono Soekanto, modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang terarah yang
didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social planning.
Dengan dasar pengertian di atas maka secara garis besar istilah modern mencakup pengertian
sebagai
berikut:
1) Modern berarti berkemajuan yang rasional dalam segala bidang dan meningkatnya tarat
penghidupan
masyarakat
secara
menyeluruh
dan
merata.
2) Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam pergaulan hidup dalam
masyarakat.
Sejarah Modernisasi
Teori modernisasi lahir sebagai tanggapan ilmuwan sosial Barat terhadap Perang Dunia II.
Teori ini muncul sebagai upaya Amerika untuk memenangkan perang ideologi melawan
sosialisme yang pada waktu itu sedang populer. Bersamaan dengan itu, lahirnya negara-negara
merdeka baru di Asia, Afrika, dan Amerika Latin bekas jajahan Eropa melatar belakangi
perkembangan teori ini. Negara adidaya melihat hal ini sebagai peluang untuk membantu Negara

Dunia
Ketiga
sebagai
upaya
stabilitas
ekonomi
dan
politik.
Di awal perumusannya tahun 1950-an, aliran modernisasi mencari bentuk teori dan
mewarisi pemikiran-pemikiran dari teori evolusi dan fungsionalisme. Teori evolusi dan
fungsionalisme pada waktu itu dianggap mampu menjelaskan proses peralihan masyarakat
tradisional menuju masyarakat modern di Eropa Barat, selain juga didukung oleh para pakar
yang terdidik dalam alam pemikiran struktural-fungsionalisme. Teori evolusi menggambarkan
perkembangan masyarakat sebagai gerakan searah seperti garis lurus. Kita dapat melihatnya
dalam karya-karya Spencer dan Comte. Teori fungsionalisme dari Talcott Parsons beranggapan

bahwa masyarakat tidak ubahnya seperti organ tubuh manusia yang memiliki berbagai bagian
yang saling bergantung.
Selain itu, teori modernisasi pun didukung oleh tokoh-tokoh seperti Neil Smelser dengan
teori diferensiasi strukturalnya. Smelser beranggapan dengan proses modernisasi,

ketidakteraturan struktur masyarakat yang menjalankan berbagai fungsi sekaligus akan dibagi
dalam substruktur untuk menjalankan satu fungsi yang lebih khusus. Sedangkan Rostow yang
menyatakan bahwa ada lima tahapan pembangunan ekonomi. Ia merumuskannya ke dalam teori
tahapan pertumbuhan ekonomi, yaitu tahap masyarakat tradisional, prakondisi lepas landas, lepas
landas, bergerak ke kedewasaan, dan berakhir dengan tahap konsumsi massal yang tinggi. Di
samping itu, ada beberapa varian teori modernisasi lain seperti Coleman dengan diferensiasi dan
modernisasi politik-nya, Harrod-Domar yang menekankan penyediaan modal untuk investasi
pembangunan, McClelland dengan teori need for Achievement (n-Ach)-nya, Weber dengan
“Etika Protestan”-nya, Hoselitz yang membahas faktor-faktor nonekonomi yang ditinggalkan
Rostow yang disebut faktor “kondisi lingkungan”, dan Inkeles yang mengemukakan ciri-ciri
manusia modern.
Satu hal yang menonjol dari teori ini adalah modernisasi seolah-olah tidak memberikan
celah terhadap unsur luar yang dianggap modern sebagai sumber kegagalan, namun lebih
menekankan sebagai akibat dari dalam masyarakat itu sendiri. Alhasil faktor eksternal menjadi
terabaikan. Teori modernisasi memberikan solusi, bahwa untuk membantu Dunia Ketiga
termasuk kemiskinan, tidak saja diperlukan bantuan modal dari negara-negara maju, tetapi
negara itu disarankan untuk meninggalkan dan mengganti nilai-nilai tradisional dan kemudian
melembagakan demokrasi politik.
Karena berpatokan dengan perkembangan di Barat, modernisasi diidentikkan dengan
westernisasi. Teori ini pun kurang mampu menjawab kegagalan penerapannya di Amerika Latin,

tidak memperhatikan kondisi obyektif masyarakat, sejarah dan tradisi lama yang masih
berkembang di Negara Dunia Ketiga. Untuk menjawabnya, muncullah teori modernisasi baru.
Bila dalam teori modernisasi klasik, tradisi dianggap sebagai penghalang pembangunan, dalam
teori modernisasi baru, tradisi dipandang sebagai faktor positif pembangunan. Namun, tetap saja
baik teori modernisasi klasik, maupun baru, melihat permasalahan pembangunan lebih banyak
dari
sudut
kepentingan
Amerika
Serikat
dan
negara
maju
lainnya.
2.2

Teori Modernisasi
Berdasarkan pada teori pembagian kerja secara internasional, maka secara umum di dunia
ini terdapat dua kelompok negara, yaitu kelompok negara yang memproduksi hasil pertanian dan
kelompok negara yang memproduksi barang industri. Pada kedua kelompok negara ini terjadi

hubungan dagang dan keduanya menurut teori diatas saling menguntungkan. Tetapi setelah
beberapa puluh tahun kemudian, muncul suatu permasalahan bahwa neraca perdagangan kedua
kelompok negara ini berbeda, yang dimana negara yang memproduksi barang industri
mendapatkan keuntungan yang besar dan semakin kaya sedangkan negara yang memproduksi
hasil pertanian mendapatkan hasil yang kurang menguntungkan dan lebih tertinggal (miskin).
Dari permasalahan diatas maka muncul beberapa teori modernisasi yang dikemukakan oleh

beberapa ahli, yang menjelaskan tentang kemiskinan disebabkan oleh beberapa faktor yang
terdapat di dalam negara tersebut. Beberapa teori yang tergolong kedalam kelompok teori
modernisasi
yaitu
:
1) Teori
Harrod

Domar
:
Modal
dan
Investasi

Roy Harrod dan Evsey Domar adalah ahli ekonomi yang berbicara tentang teori ekonomi
pembangunan yang menekankan pada penyediaan modal dan investasi. Mereka berkesimpulan
bahwa pembangunan akan berhasil dan terlaksana dengan baik jika pertumbuhan ekonomi
ditentukan oleh tingginya modal dan investasi.
2)

Teori Max Weber : Etika Protestan
Max Weber adalah seorang sosiolog jerman yang dianggap bapak sosiolog modern. Teori
Max Weber menekankan tentang nilai-nilai budaya yang menjelaskan tentang peran agama
dalam pembentukan kapitalisme. Peran agama yang dikemukakan disini mempunyai peran yang
menentukan dalam mempengaruhi tingkah laku individu. Kalau nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat dapat diarahkan kepada sikap yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi, maka
proses pembangunan dalam masyarakat dapat terlaksana.
3)

Teori David McCleland : Dorongan Berprestasi atau n-Ach
David McCleland adalah seorang ahli psikologi sosial. Teori ini menekankan pada aspekaspek psikologi individu. Bagi McCleland, dengan mendorongnya proses pembangunan berarti
membentuk manusia wiraswasta dengan n-Ach yang tinggi. Kalau manusia wiraswasta ini dapat
dibentuk dalam jumlah yang banyak, maka proses pembangunan dalam masyarakat tersebut
dapat terlaksana dengan baik.

4)

Teori W.W. Rostow : Lima Tahap Pembangunan
W.W. Rostow adalah seorang ahli ekonomi, perhatiannya bukan hanya pada masalah
ekonomi dalam arti sempit tetapi juga meluas pada masalah sosiologi dalam proses
pembangunan, meskipun titik berat analisisnya masih tetap pada masalah ekonomi. Bagi Rostow
sendiri pembangunan merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari
masyarakat yang terbelakang ke masyarakat yang maju. Untuk menuju ke proses ini maka
rostow membaginya menjadi lima tahap, yaitu :
a.

Masyarakat tradisional
Perlunya penguasaan ilmu pengetahuan agar kehidupan dan kemajuan masyarakat dapat
berkembang.
b. Prakondisi untuk lepas landas
Proses ini memerlukan adanya campur tangan dari luar atau masyarakat yang sudah maju.
Dengan campur tangan dari luar ini maka mulai berkembang ide pembaharuan.
c. Lepas landas
Periode ini akan ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang menghalangi proses


pertumbuhan ekonomi.
d. Bergerak ke kedewasaan
Periode ini ditandai perkembangan industri yang sangat pesat dan memantapkan posisinya
dalam perekonomian global. Barang-barang yang tadinya di inpor, sekarang dapat diproduksi di
dalam negeri. Yang diproduksikan bukan hanya terbatas pada barang konsumsi tetapi juga
barang modal.
e. Zaman konsumsi masal yang tinggi
Pada periode ini konsumsi tidak lagi terbatas pada kebutuhan pokok untuk hidup, tetapi akan
meningkat ke kebutuhan yang lebih tinggi. Produksi industri akan berubah, dari kebutuhan dasar
menjadi kebutuhan barang konsumsi yang tahan lama. Pada titik ini pembangunan sudah
merupakan sebuah proses yang berkesinambungan, yang bisa menopang kemajuan secara terus
menerus.
Selain itu juga teori Rostow menekankan pada aspek-aspek non ekonomi untuk menuju ke
proses lepas landas. Baginya untuk menuju ke proses lepas landas harus memenuhi tiga kondisi
yang saling berkaitan, yaitu :
a) Peningkatan investasi pada sektor produktif
b) Pertumbuhan satu atau lebih sektor manukfaktur yang penting dengan tingkat
pertumbuhan yang tinggi.
c) Perlunya lembaga-lembaga politik dan sosial yang bisa memanfaatkan berbagai dorongan
gerak ekspansi dari sektor ekonomi modern dan akibat yang mungkin terjadi terjadi dengan

adanya kekuatan-kekuatan ekonomi dari luar sebagai hasil dari lepas landas, disamping itu juga
lembaga-lembaga ini bisa membuat pertumbuhan menjadi sebuah proses berkesinambungan.
Dengan memperhatikan tiga kondisi ini, maka tahap lepas landas dan kemudian tahap konsumsi
masal yang tinggi akan tercapai.
5) Teori Bert. F. Hoselitz : Faktor-Faktor Non Ekonomi
Teori Hoselitz membahas tentang faktor-faktor non ekonomi yang ditinggalkan oleh Rostow.
Teorinya menekankan pada perlunya lembaga-lembaga yang diperlukan menjelang lepas landas.
Menurut Hoselitz masalah utama pembangunan bukan hanya sekedar masalah kekurangan
modal, tetapi ada masalah lain yang juga sangat penting yakni adanya ketrampilan kerja tertentu,
yang termasuk didalamnya tenaga wiraswata yang tangguh. Hoselitz berfikir bahwa, dibutuhkan
perubahan kelembagaan pada masa sebelum lepas landas, yang akan mempengaruhi pemasukan
modal menjadi lebih produktif. Perubahan kelembagaan ini akan menghasilkan tenaga
wiraswasta dan administrasi, serta ketrampilan teknis dan keilmuan yang dimiliki. Oleh karena
itu, bagi Hoselitz pembangunan membutuhkan pemasukan dari beberapa unsur, yaitu :
a) Pemasokan modal besar dan perbankan
Dibutuhkan lembaga-lembaga yang bisa menggerakan tabungan masyarakat dan
menyalurkannya ke kegiatan yang produktif. Ia menyebutkan lembaga perbankanlah yang lebih
efektif. Tanpa lembaga-lembaga seperti ini, maka modal besar yang ada sulit dikumpulkan
sehingga bisa menjadi sia-sia dan tidak menghasilkan pembangunan.
b) Pemasokan tenaga ahli dan terampil
Tenaga yang dimaksud adalah tenaga kewiraswataan, administrator profesional, insinyur, ahli
ilmu pengetahuan, dan tenaga manajerial yang tangguh. Disamping itu juga perlu di dukung
dengan perkembangan teknologi dan sains yang harus sudah melembaga sebelum masyarakat

melakukan lepas landas.
6) Teori Alex Inkeles dan David. H. Smith : Manusia Modern
Teori Alex Inkeles dan David Smith menekankan tentang lingkungan material dalam hal ini
lingkungan pekerjaan. Teori pada dasarnya berbicara tentang pentingnya factor manusia sebagai
komponen penting penopang pembangunan dalam hal ini manusia modern. Kedua tokoh ini
mencoba memberikan ciri-ciri dari manusia modern, seperti : keterbukaan terhadap pengalaman
dan ide baru, berorientasi ke masa sekarang dan masa depan, punya kesanggupan merencanakan,
percaya bahwa manusia bisa menguasai alam. Keduanya beranggapan, bahwa bagaimanapun
juga manusia bisa diubah secara mendasar setelah dia menjadi dewasa, dan karena itu tidak ada
manusia yang tetap menjadi tradisional dalam pandangan dan kepribadiannya hanya karena dia
dibesarkan dalam sebuah masyarakat yang tradisional. Artinya, dengan memberikan lingkungan
yang tepat, setiap orang bisa diubah menjadi manusia modern setelah dia mencapai dewasa.
Dari hasil penelitiannya, mereka berkesimpulan bahwa pendidikan adalah yang paling efektif
untuk mengubah manusia dan pengalaman kerja dan pengenalan terhadap media massa.
Penemuan ini juga mendukung pendapat Daniel Lerner yang menekankan pentingnya media
massa sebagai lembaga yang mendorong modernisasi.
Perbedaan yang ada pada macam-macam teori yang ada diatas hanya merupakan perbedaan
penekanan aspek yang dianggap penting, baik dalam menciptakan manusia yang akan
membangun maupun dalam mempersiapkan sarana material untuk pembangunan itu sendiri.
Tetapi pada dasarnya, inti dari teori-teori ini adalah sama.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan dari persoalan mengenai mengapa ada Negaranegara yang tertinggal (miskin). Bagi teori modernisasi cukup jelas, bahwa negara-negara
tersebut belum maju atau masih bersifat tradisional atau belum berhasil lepas landas karena baik
orang-orangnya maupun nilai-nilai yang hidup di masyarakat tersebut belum modern sehingga
tidak menopang pembangunan. Maka dari itu, untuk menanggulangi permasalahan ini perlu
diperkenalkan nilai-nilai yang rasional dan sarana atau lembaga modern untuk menopang proses
pembangunan. Demi maksud ini maka perlu campur tangan dan dukungan dari Negara-negara
yang sudah maju atau modern.
2.3

Syarat-Syarat Suatu Modernisasi
Selain dorongan modernisasi, terdapat pula syarat-syarat modernisasi. Menurut Soerjono
Soekanto, syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut :
1. Cara berpikir ilmiah (scientific thinking) yang sudah melembaga dan tertanam kuat dalam
kalangan pemerintah maupun masyarakat luas.
2. Sistem administrasi Negara yang baik dan benar-benar mewujudkan birokrasi.
3. Sistem pengumpulan data yang baik, teratur, dan terpusat pada suatu lembaga atau badan
tertentu seperti BPS (Badan Pusat Statistik).
4. Penciptaan iklim yang menyenangkan (favourable) terhadap modernisasi terutama media
massa.
5. Tingkat organisasi yang tinggi, terutama disiplin diri.
6. Sentralisasi wewenang dalam perencanaan social (social planning) yang tidak
mementingkan kepentingan pribadi atau golongan.

2.4

Gejala Modernisasi di Indonesia
Gejala-gejala modernisasi dapat ditinjau dari berbagai bidang modernisasi kehidupan
manusia berikut ini:
1. Bidang budaya; ditandai dengan semakin terdesaknya budaya tradisional oleh masuknya
pengaruh budaya dari luar, sehingga budaya asli semakin pudar.
2. Bidang politik; ditandai dengan semakin banyaknya Negara yang lepas dari penjajahan,
munculnya Negara-negara yang baru merdeka, tumbuhnya Negara-negara demokrasi, lahirnya
lembaga-lembaga politik, dan semakin diakuinya hak-hak.
3. Bidang ekonomi; ditandai dengan semakin kompleksnya kebutuhan manusia akan barangbarang dan jasa sehingga sektor industri dibangun secara besar-besaran untuk memproduksi
barang.
4. Bidang sosial; ditandai dengan semakin banyaknya kelompok baru dalam masyarakat,
seperti kelompok buruh, kaum intelektual, kelompok manajer, dan kelompok ekonomi kelas
(kelas menengah dan kelas atas.
2.5 Dampak Positif dan Negatif Modernisasi
1. Dampak positif
Dampak positif teknologi modernisasi adalah sebagai berikut:
1) Perubahan Tata Nilai dan Sikap
Adanya modernisasi dalam zaman sekarang ini bisa dilihat dari cara berpikir masyarakat yang
irasional menjadi rasional.
2) Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah
dalam beraktivitas. Serta mendorong untuk berpikir lebih maju, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi pula yang membentuk masa modernisasi yang terus kian berkembang dan maju di
waktu sekarang ini.
3) Tingkat Kehidupan yang lebih Baik
Dibukanya industri atau industrialisasi berdasarkan teknologi yang sudah maju menjadikan
nilai dalam memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih, dan juga
merupakan salah satu usaha mengurangi pengangguran dan meningkatkan taraf hidup
masyarakat, hal ini juga dipengaruhi tingkat ilmu pengetahuan dan teknologi yang membantu
perkembangan modernisasi.
2. Dampak negatif
Dampak negatif teknologi modernisasi adalah sebagai berikut:
1) Pola Hidup Konsumtif
Perkembangan teknologi industri yang sudah modern dan semakin pesat membuat penyediaan
barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk
menkonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada, sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
2)

Sikap Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi
membutuhkan orang lain dalam beraktivitas. Padahal manusia diciptakan sebagai makhluk
sosial.

3) Gaya Hidup Kebarat-baratan
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai
menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja,
dan lain-lain.
4) Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat
mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara
individu dengan individu lainnya.
Dengan kata lain individu yang dapat terus mengikuti perkembangan jaman memiliki
kesenjangan tersendiri terhadap individu yang tidak dapat mengikuti suatu proses modernisasi
tersebut.
Hal ini dapat menimbulkan kesenjangan sosial antara individu satu dengan lainnya, yang bisa
disangkutkan sebagai sikap individualistik.
5)

Kriminalitas
Kriminalitas sering terjadi di kota-kota besar karena menipisnya rasa kekeluargaan, sikap
yang individualisme, adanya tingkat persaingan yang tinggi dan pola hidup yang konsumtif.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak dari keadaan
yang tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu masyarakat yang
modern. Banyak para ahli mendefinisikaan modernisasi, namun secara garis besar kami dapat
mennyimpulkan definisi modernisasi seperti kalimat diatas.
Modernisasi dapat terwujud apabila masyarakatnya memiliki individu yang mempunyai
sikap modern. Selain dorongan modernisasi, terdapat pula syarat-syarat modernisasi.
Modernisasi juga mempunyai dampak bagi kehidupan bermasyarakat pada masysarakat
yang menganut modernisasi. Modernisasi memiliki dampak negatif dan dampak positif. Dampak
positif modernisasi diantaranya perubahan tata nilai dan sikap, berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, tingkat kehidupan yang lebih baik. Dampak negatif dari modernisasi
diantaranya pola hidup konsumtif, sikap individualistik, gaya hidup kebarat-baratan, kesenjangan
sosial, kriminalitas.
Modernisasi memiliki gejala-gelaja meliputi gejala politik, gejala sosial, gejala budaya,
gejala ekonomi yang harus ditanggapi dengan bijak.
3.2 Saran
Modernisasi memang perlu untuk kemajuan suatu wilayah, daerah, bahkan suatu negara. Namun
kia harus menanggapi modernisasi dengan bijak agar kita tidak terjerumus ke dalam dampakdampak atau gejala yang merugikan yang akan ditimbulkan oleh modernisasi.
Bak dua sisi mata uang yang berbeda, disamping ada dampak positif dari modernisasi yang akan
menguntungkan kita, ada juga dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh modernisasi yang
pastikan akan mengganggu, dan merugikan kita.
Karena itu, menurut kami masyarakat hendaknya lebih selektif dalam menyaring kebudayan
modernisasi ini. Apa lagi budaya kebarat-baratan, sebagai negara yang sebagian besar
penduduknya beragama islam, hendaknya masyarakat tidak menganut budaya barat yang tidak
sesuai dengan syariat agama.
Pemerintah juga berperan penting dalam pemerataan modernisasi. Karena akan ada banyak
masalah yang ditimbulkan , misalnya karena pola hidup masyarakat yang konsumtif, kita harus
mengimpor barang untuk memenuhi permintaaan pasar dala negeri, sedangkan daya ekspor kia
rendah, hal ini kan sangat merugikan pelaku pasar di dalam negeri, seperti kentang yang
pemerintah impor, akan merugikan petani kentang karena harga kentang lokal akan turun karena
banyaknya kentang dipasaran. ini tugas kita bersama dan juga pemerintah yang harus lebih
memperhatikan rakyat kecil. Kita juga harus lebih mencintai produk-produk dalam negeri. Jika
kerugian akan terus menerus melanda pelaku pasar dalam negeri, maka akan banyak pelaku
pasar yang gulung tikar, banyak pekerja yang akan menganggur, ini akan menimbulkan

kriminalitas. Maka dari itu para pelaku pasar diminta untuk lebih kreatif dalam menciptakan dan
memsarakan produk dan jasa dalam negeri di nasional maupuun dikancah internasional.
Masyarakat juga tidak seharusnya bersikap individualistik. Karena kita hidup bermasyarakat dan
kita adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan, kita harus memiliki rasa kepedulian
terhadap sesama.
REFERENSI
Suryono Agus, 2010, Dimendi-Dimensin Prima Teori pembangunan, cetakan 1, Malang:
Universitas
Brawijaya
Press.
Elly, Usman, 2011, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta Dan Gejala Permasalahan Sosial:
Teori,
Aplikasi,
Dan
Pemecahannya,
Cetakan
ke-1,
Jakarta:
kencana.
Gerge, Doglas J, 2004, Teori Sosiologi Modern, Edisi Pertama, cetakan ke-7, Penerjemah
Alimandan,
Editor
Triwibwo,
Jakarta:
kencana.
Suryono Agus, 2010, Dimendi-Dimensin Prima Teori pembangunan, cetakan 1, Malang:
Universitas
Brawijaya
Press.
Sonia,
2011,
Makalah
Modernisasi
-Ilmu
Sosial
Budaya,
http://soniarai-azizah.blogspot.com/2011/12/makalah-modernisasi-ilmu-sosial-budaya.html.
Diambil
pada
05
Mei
2014
My
sceret,
Teori
Modernisasi
(Geografi
Pembangunan),
2014,
http://erinutami.blogspot.com/2014/02/teori-modernisasi-geografi-pembangunan.html. Diambil
pada
05
Mei
2014
ENS Blog, 2013, Makalah Modernisasi, http://evanursaadah15.blogspot.com/2013/09/makalahmodernisasi.html. Diambil pada 05 Mei 2014