Muntoha Demokrasi Dan Negara dan Demokrasi
BAB 3. NEGARA DAN DEMOKRASI
A. KONSTITUSIONALISME
1. Gagasan tentang Konstitusionalisme
Konstitusi atau undang-undang dasar negara mengandung dan
menetapkan kekuasaan negara efektif untuk kepentingan rakyat, serta tercegah
dari penyalahgunaan kekuasaan. Konstitusi dianggap sebagai jaminan yang
paling efektif bahwa kekuasaan pemerintah tidak akan disalahgunakan dan hakhak warga negara tidak dilanggar.
Isi daripada konstitusi negara bercirikan dua hal pokok ini:
a. Konstitusi itu membatasi kekuasaan pemerintah atau penguasa agar tidak
bertindak sewenang-wenang terhadap warganya.
b. Konstitusi itu menjamin hak-hak dasar dan kebebasan warga negara.
Konstitusi atau undang-undang dasar dianggap sebagai perwujudan dari
hukm tertinggi yang harus ditaati oleh negara dan pejabat-pejabat negara
sekalipun. Hal ini sesuai dengan dalil “goverment by law, not by men”
(pemerintahan berdasarkan hukum, bukan oleh manusia)
2. Negara Konstitusional
Konstitusionalisme merupakan gagasan bahwa konstitusi suatu negara
harus mampu memberi pembatasan kekuasaan pemerintahan, serta memberi
perlindungan dan jaminan pada hak-hak dasar warga negara.
B. KONSTITUSI NEGARA
1. Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dari istilah bahasa Perancis “constituer” yang artinya
membentuk. Pemakaian istilah konstitusi dimaksudkan untuk pembentukan
suatu negara atau menyusun dan menyatakan suatu negara.
Sedangkan menurut K.C. Wheare mengartikan konstitusi sebagai
“keseluruhan sistem ketatanegaraan dari suatu negara, berupa kumpulan
peraturan yang membentuk, mengatur, atau memerintah dalam pemerintahan
suatu negara.
Konstitusi dapat diartikan secara luas dan sempit sebagai berikut:
a. Konstitusi (hukum dasar) dalam arti luas meliputi hukum dasar tertulis dan
tidak tertulis.
b. Konstitusi (hukum dasar) dalam arti sempit adalah hukum dasar tertulis,
yaitu undang-undang dasar. Dalam pengertian ini, undang-undang dasar
merupakan konstitusi atau hukum dasar yang tertulis
Di negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi
konstitusional, undang-undang dasar mempunyai fungsi khas, yaitu membatasi
kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan
tidak bersifat semena-mena.
2. Kedudukan Konstitusi
Konstitusi merupakan kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan
ketatanegaraan suatu negara karena konstitusi meliputi barometer kehidupan
bernegara dan berbangsa yang sarat dengan buki sejarah perjuangan para
pendahulu. Selain itu, konstitusi juga merupakan ide-ide dasar yang digariskan
oleh the founding fathers, serta memberikan arahan kepada generasi penerus
bangsa dalam mengemudikan suatu negara yang mereka pimpin.
Jimmy Asshiddiqie (2010) dengan mengutip pendapat William Andrews,
menyatakan bahwa konsensus yang menjamin tegak konstitusionalisme negara
modern pada umumnya bersandar pada tiga elemen kesepakatan (consensus),
yaitu:
a. Kesepakatan pertama, berkenaan dengan tujuan dan cita-cita bersama
(the general goal of society or general acceptance of the same philosoopy
of goverment) dan sangat menentukan tegaknya konstitusi di suatu
negara.
b. Kesepakatan kedua, adalah kesepakatan bahwa basis pemerintahan
didasarkan atas aturan hukum dan konstitusi.
c. Kesepakatan ketiga, berkenaan dengan (1) bangunan organ negara dan
prosedur-prosedur yang mengatur kekuasaannya, (2) hubungan satu
sama lain antar organ negara, serta (3) hubungan antara organ-organ
negara itu dengan warga negara.
Konstitusi secara umum berisi hal-hal yang mendasar dari suatu negara.
Hal-hal mendasar itu adalah aturan-aturan atau norma-norma dasar yang
dipakai sebagai pedoman pokok bernegara.
Meskipun konstitusi yang ada di dunia ini berbeda-beda, baik dalam hal
tujuan, bentuk, atau isinya, tetapi umumnya mereka mempunyai kedudukan
formal yang sama, yaitu sebagai hukum dasar dan hukum tertinggi.
a. Konstitusi sebagai hukum dasar
Konstitusi berkedudukan sebagai hukum dasar karena ia berisi aturan dan
ketentuan tentang hal-hal yang mendasar dalam kehidupan suatu negara,
secara khusus konstitusi memuat aturan-aturan tentang badan-badan
pemerintahan (lembaga-lembaga negara), dan sekaligus memberikan
kewenangan kepadanya.
b. Konstitusi sebagai hukum tertinggi
Konstitusi lazimnya juga diberi kedudukan sebagai hukum tertinggi dalam
tata hukum negara yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa aturanaturan yang terdapat dalam konstitusi, secara hierarkis mempunyai
kedudukan lebih tinggi (superior) terhadap aturan lainnya.
3. Isi, Tujuan, dan Fungsi Konstitusi Negara
Gagasan konstituionalisme menyatakan bahwa konstitusi di suatu negara
memiliki sifat membatasi kekuasaan pemerintah dan menjamin hak-hak dasar
warga negara. Sejalan dengan sifat membatasi kekuasaan pemerintah maka
konstitusi secara ringkas memiliki 3 tujuan, yaitu;
a. Memberi pembatasan sekaligus pengawasan terhadap kekuasaan politik,
b. Melepaskan kontrol kekuasaan dari penguasa itu sendiri, dan
c. Memberi batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa dalam
menjalankan kekuasaannya. (ICCE UIN, 2000)
Selain itu, konstitusi negara bertujuan menjamin pemenuhan hak-hak
dasar warga negara. Konstitusi negara memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut
(Jimly Asshididqie);
a. Fungsi penentu atau pembatas kekuasaan negara.
b. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara.
c. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antara organ negara dengan warga
negara.
d. Fungsi pemberi atau sumber legimitasi terhadap kekuasaan negara
ataupun kegiatan penyelenggaraan kekuasaan negara.
e. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan asli
(dalam demokrasi adalah rakyat) kepada organ negara.
f. Fungsi simbolik, yaitu sebagai sarana pemersatu 9symbol of unity),
sebagai rujukan identitas dan keagungan kebangsaan (identity of nation),
serta sebagai center of ceremony.
g. Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat (social control) baik
dalam arti sempit, yaitu bidang politik dan arti luas mencakup bidang
sosial ekonomi
h. Fungsi sebagai sarana perekayasaan dan pembaruan masyarakat (social
engineering atau social reform)
C. UUD 1945 SEBAGAI KONSTITUSI NEGARA INDONESIA
Konstitusi negara Indonesia adalah UUD 1945 yang disahkan oleh PPKI
pada 18 Agustus 1945 dan diundangkan dalam Berita Republik Indonesia No. 7
Tahun 1946. Sekarang ini, setelah dilakukan perubahan undang-undang dasar
dengan cara “addendum”, kita memiliki 5 naskah resmi UUD 1945, yakni;
1. Naskah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan
kembali dengan Dekritt Presiden pada tanggal 5 Juli 1959, serta
dikukuhkan secara aklamasi pada tanggal 22 Juli 1959 oleh Dewan
Perwakilan Rakyat.
2. Naskah perubahan Pertama Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (hasil sidang umum MPR tahun 1999)
3. Naskah perubahan Pertama Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (hasil sidang umum MPR tahun 2000)
4. Naskah perubahan Pertama Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (hasil sidang umum MPR tahun 2001)
5. Naskah perubahan Pertama Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (hasil sidang umum MPR tahun 2002)
1. Konstitusi yang Pernah Berlaku di Indonesia
Dalam sejarahnya sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 hingga sekarang, di
Indonesia telah berlaku tiga macam undang-undang dasar dalam empat periode,
yaitu:
a. Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949 menggunakan UUD
1945. UUD 1945 terdiri dari bagian pembukaan, batang tubuh dengan
16 bab, 37 pasal, 4 Aturan Peralihan, dan 2 ayat aturan tambahgan
dan bagian penjelasan,
b. Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950 menggunakan UUD RIS.
UUD RIS terdiri dari 6 bab, 197 pasal, dan beberapa bagian.
c. Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959 menggunakan UUDS 1950 yang
terdiri dari 6 bab, 146 pasal, dan beberapa bagian,
d. Periode 5 Juli 1959 hingga sekarang kembali menggunakan UUD 1945.
2. Proses Amandemen UUD 1945
Amandemen (Bhs. Inggris, amendment) artinya perubahan.
Mengamandemen artinya mengubah atau mengadakan perubahan.
UUD 1945 dengan amandemen atau perubahan dilakukan pertama kali
oleh MPR pada sidang umum MPR tahun 1999 dan mulai berlaku sejak tanggal
19 Oktober 1999. Amandemen UUD 1945 dilakukan sebanyak 4 kali, sebagai
berikut;
a. Amandemen pertama terjadi pada Sidang Umum MPR tahun 1999 , dan
disahkan 19 Oktober 1999.
b. Amandemen kedua terjadi pada Sidang Tahunan MPR tahun 2000, dan
disahkan 18 Agustus 2000.
c. Amandemen ketiga terjadi pada Sidang Tahunan MPR tahun 2001, dan
disahkan 10 November 2001.
d. Amandemen ketiga terjadi pada Sidang Tahunan MPR tahun 2002, dan
disahkan 10 Agustus 2002.
Dengan amandemen tersebut maka konstitusi negara Indonesia UUD 1945
menjadi lebih lengkap dan bertambah jumlah pasal-pasalnya. Jumlah
keseluruhan pasal yang dirubah dari perubahan pertama hingga keempat ada 73
pasal.
3. Isi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
UUD 1945 sekarang ini hanya terdiri atas dua bagian, yaitu bagian
pembukaan dan bagian pasal-pasal. Hal ini didsasarkan atas Pasal II Aturan
Tambahan Naskah UUD 1945 Perubahan Keempat yang menyatakan “Dengan
ditetapkannya perubahan Undang-Undang Dasar ini, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri atas Pembukaan dan Pasal-Pasal"
D. SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA
1. Bentuk Negara Kesatuan
Indonesia menetapkan bentuk sususan negara adalah kesatuan bukan
serikat atau federal. Negara kesatuan adalah negara yang bersusunan tunggal.
Suatu bentuk negara yang tidak terdiri atas negara-negara bagian atau negara
yang didalamnya tidak terdapat daerah yang bersifat negara. Didalam negara
kesatuan, kekuasaan mengatur seluruh daerahnya ada di tangan pemerintahan
pusat.
Untuk itu, di dalam negara hanya terdapat seorang kepala negara, satu
Undang-Undang Dasar Negara yang berlaku untuk seluruh warga negaranya,
satu kepala pemerintahan, dan satu parlemen.
Negara kesatuan dengan asas desentralisasi menyerahkan sebagian
kekuasaannya kepada daerah-daerah yang ada di wilayah negara tersebut.
Daerah tersebut menjadi otonom dalam arti memiliki kekuasaan dan wewenang
sendiri untuk mengelola penyelenggaraan pemerintahan di daerah itu.
2. Bentuk Pemerintahan Republik
Indonesia menetapkan bentuk pemerintahannya adalah Republik, bukan
monarki atau kerajaan. Dasar penetapan ini adalah UUD 1945 pasal 1 Ayat 1
yang menyatakan “Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk
Republik.” Berdasar pasal tersebut dapat diketahui bahwa kesatuan adalah
bentuk negara, sedangkan republik adalah bentuk pemerintahan.
3. Sistem Pemerintahan Presidensial
Dalam sistem pemerintahan Presidensial, badan eksektuif dan legislatif
memiliki kedudukan yang independe. Kedua badan tersebut tidak berhubungan
secara langsung seperti dalam sistem pemerintahan parlementer. Mereka dipilih
oleh raktar secara terpisah.
Adapun ciri-ciri sistem pemerintahan presidensial adalah sebagai berikut.
a. Penyelenggaraan negara berada di tangan presiden.
b. Kabinet (dewan menteri) dibentuk oleh presiden.
c. Presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen.
d. Presiden tidak dapat membubarkan parlemen, seperti dalam sistem
parlemen.
e. Parlemen memiliki kekuasaan legislatif dan sebagai lembaga
perwakilan.
f. Presiden tidak berada di bawah pengawasan langsung parlemen.
4. Sistem Politik Demokrasi
Sistem politik yang dianut negara Indonesia adalah sistem politik
demokrasi. Hal ini secara jelas dinyatakan dalam Pasal 1 ayat 2 UUD 1945
bahwa “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD”
Sistem politik disebut demokrasi apabila kewenangan pemerintah terhadap
kehidupan warga negara amat terbatas. Pemerintah negara tidak turut campur
atas semua aspek kehidupan warganya. Warga negara dapat mengatur sendiri
kehidupannya. Disamping itum adanya pertanggungjawaban pemerintah kepada
rakyatnya atas apa yang dijalankan.
BAB 4 DEMOKRASI DAN PENDIDIKAN DEMOKRASI
A. HAKIKAT DEMOKRASI
1. Pengertian Etimologis Demokrasi
Dari sudut bahasa (etimologis), demokrasi berasal dari bahasa yunani, yaitu
demos yang berarti rakyat dan cratos atau cratein yang berarti pemerintahan
atau kekuasaan. Jadi, secara bahasa demos-cratos berarti pemerintahan rakyat
atau kekuasaan rakyat.
2. Pengertian Terminologis Demokrasi
Sedangkan menurut Harris Soche menyatakan bahwa “Demokrasi adalah
bentuk pemerintahan rakyat, karena itu kekuasaan pemerintah itu melekat pada
diri rakyat, diri orang banyak, dan merupakan hak bagi rakyat atau orang
banyak untuk mengatur, mempertahankan, dan melindungi dirinya dari paksaan
dan perkosaan orang lain atau badan yang diserahi untuk memerintah.
3. Demokrasi Sebagai Bentuk Pemerintahan
Secara klasik pembagian bentuk pemerintahan menurut Plato dibedakan
sebagai berikut.
a. Monarki, yaitu suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh seseorang
sebagai pemimpin tertinggi dan dijalankan untuk kepentingan rakyat
banyak.
b. Tirani, yaitu suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh seseorang
sebagai pemimpin tertinggi dan dijalankan untuk kepentingan pribadi.
c. Aristoraksi, yaitu suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh
sekelompok orang yang memimpin dan dijalankan untuk kepentingan
rakyat banyak.
d. Oligarki, yaiu suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh sekolompok
orang yang memimpin dan dijalankan untuk kepentingan kelompok itu
sendiri.
e. Demokrasi, yaitu suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh rakyat
dan dijalankan untuk kepentingan rakyat.
f. Mobokrasi/Okhlokrasi, yaitu suatu bentuk pemerintahan yang dipegang
oleh rakyat, tetapi rakyat tidak tahu apa-apa, rakyat yang tidak
berpendidikan, yang akhirnya pemerintahan yang dijalankan tidak berhasil
untuk kepentingan rakyat banyak.
Klasifikasi bentuk pemerintahan seperti di atas sekarang ini tidak dianut lagi
oleh banyak negara. Menurut Niccolo Machiavelli (1461-1527) bentuk
pemerintahan yang dianut atau diterima dewasa ini adalah klasifikasi bentuk
pemerintahan modern.
Machiavelli membedakan ada dua bentuk pemerintahan, yaitu:
a. Monarki adalah bentuk pemerintahan yang bersifat kerajaan. Pemimpin
negara umumnya bergelar raja, ratu,kaisar, atau sultan.
b. Republik adalah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh seorang
presiden atau perdana menteri.
4. Demokrasi Sebagai Sistem Politik
Henry B. Mayo menyatakan demokrasi sebagai sistem politik merupakan
suatu sistem yang menunjukan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar
mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam
pemilihan secara berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan
diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.
5. Demokrasi Sebagai Sikap Hidup
Menurut Nurchoish Madjid, demokrasi sebagai proses berisikan norma-norma
yang menjadi pandangan hidup bersama. Demokrasi adalah proses menuju dan
menjaga civil society yang menghormati dan berupaya merealisasikan nilai-nilai
demokrasi. Demokrasi sebagai way of life dalam seluk beluk sendi kehidupan
bernegara baik oleh rakyat maupun pemerintahan.
B. DEMOKRATISASI
Demokratisasi adalah penerapan kaidah-kaidah atau prinsip-prinsip
demokrasi pada setiap kegiatan politik kenegaraan. Tujuannya adalah
terbentuknya kehidupan politik yang bercirikan demokrasi. Demokrasi merujuk
pada proses perubahan menuju pada sistem pemerintahan yang lebih
demokratis.
Demokratisasi melalui beberapa tahapan, yaitu:
1. Tahapan pertama adalah pergantian dari penguasaan nondemokrasi ke
penguasa demokrasi
2. Tahap kedua adalah pembentukan lembaga-lembaga dan tertib politik
demokrasi
3. Tahap ketiga adalah konsolidasi demokrasi
4. Tahap keempat adalah praktik demokrasi sebagai budaya politik
bernegara
1. Nilai (Kultur) Demokrasi
Nurcholis Majdid dalam Tim ICCE UIN Jakarta (2003) menyatakan bahwa ada
7 norma atau pandangan hidup demokratis sebagai berikut.
a. Kesadaran akan pluralisme
b. Prinsip musyawarah
c.
d.
e.
f.
g.
Adanya pertimbangan moral
Pemufakatan yang jujur dan adil
Pemenuhan segi-segi ekonomi
Kerja sama antar warga
Pandangan hidup demokrasi sebagi unsur yang menyatu dengan sistem
pendidikan
2. Lembaga (Struktur) Demokrasi]
Menurut Mirriam Budiarjo (1977) bahwa untuk melaksanakan nilai-nilai
demokrasi perlu diselenggarakan lembaga-lembaga, antara lain;
a. Pemerintahan yang bertanggung jawab
b. Suatu dewan perwakilan rakyat yang mewakili golongan dan kepentingan
dalam masyarakat yang dipilih melalui pemilihan umum yang bebas dan
rahasia. Dewan ini melakukan pengeawasan terhadap pemerintah
c. Suatu organisasi politik yang mencakup lebih dari satu partai (sistem
dwipartai atau multi partai). Partai menyelenggarakan hubungan yang
kontinu dengan masyarakat
d. Pers dan media massa yang bebas untuk menyatakan pendapat
e. Sistem peradilan yang bebas untuk menjamin hak asasi manusia dan
mempertahankan keadilan
3. Ciri Demokratisasi
Demokratisasi sebagai proses menuju demokrasi memiliki ciri-ciri sebagai
berikut.
a. Berlangsung secara evolusioner
Demokratisasi berlangsung dalam waktu yang lama. Berjalan secara
perlahan, bertahap, dan bagian demi bagian.
b. Proses perubahan secara persuasif bukan koersif
Demokratisasi dilakukan bukan dengan paksaan, kekerasan, atau
tekanan.
c. Proses yang tidak pernah selesai
Demokratisasi merupakan proses yang berlangsung terus menerus,
Demokrasi adalah sesuatu yang ideal tapi tidak dapat dicapai.
C. DEMOKRASI DI INDONESIA
1. Demokrasi Desa
Demokrasi desa memiliki 5 unsur atau anasir, yaitu:
a. Rapat,
b. Mufakat,
c. Gotong-royong,
d. Hak mengadakan protes bersama, dan
e. Hak menyingkir dari kekuasaan raja absolut
2. Demokrasi Pancasila
Nilai-nilai demokrasi yang terjabar dari nilai-nilai Pancasila tersebut adalah
sebagai berikut
a. Kedaulatan rakyat
b. Republik
c. Negara berdasar atas hukum
d.
e.
f.
g.
Pemerintahan yang konstitusional
Sistem perwakilan
Prinsip musyawarah
Prinsip ketuhanan
Demokrasi pancasila dapat diartikan secara luas maupun sempit sebagai
berikut.
a. Secara luas demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang
didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dalam bidang politik, ekonomi, dan
sosial.
b. Secara sempit demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang
dilaksanakan menurut hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
3. Perkembangan Demokratisasi Indonesia
Membicarakan pelaksanaan demokrasi tidak lepas dari periodisasi demokrasi
yang pernah ada dan berlaku di sejarah Indonesia. Mirriam Budiarjo (2008)
menyatakan bahwa dipandang dari sudut perkembangan sejarah, demokrasi
Indonesia hingga masa Orde Baru dapat dibagi dalam 4 masa, yaitu:
a. Masa Republik Indonesia I (1945-1959), yang dinamai masa demokrasi
konstitusional yang menonjolkan peranan parlemen dan partai-partai dan
karena itu dinamakan Demokrasi Parlementer.
b. Masa Republik Indonesia II (1959-1965), yaitu masa demokrasi Terpimpin
yang banyak aspek menyimpang dari Demokrasi Konstitusional yang
secara formal merupakan landasannya dan menunjukan beberapa aspek
demokrasi rakyat.
c. Masa Republik Indonesia III (1965-1998), yaitu masa demokrasi Pancasila
yang merupakan demokrasi konstitusional yang menonjolkan sistem
presidensial.
d. Masa Republik Indonesia IV (1998-sekarang), yaitu masa reformasi yang
menginginkan tegaknya demokrasi di Indonesia sebagai koreksi terhadap
prakik-praktik politik yang terjadi pada masa Republik Indonesia III
D. SISTEM POLITIK DEMOKRASI
1. Landasan Sistem Politik Demokrasi di Indonesia
Landasan negara Indonesia sebagai negara demokrasi terdapat dalam:
a. Pembukaan UUD 1945 pada alinea ke 4 yaitu “... maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu UUD Negara RI yang
terbentuk dalam suatu susunan Negara RI yang berkedaulatan rakyat ...”
b. Pasal 1 ayat 2 UUD 1945 yang menyatakan bahwa kedaulatan di tangan
rakyat dan dilakukan menurut ketentuan UUD
2. Sendi-Sendi Pokok Sistem Politik Demokrasi Indonesia
Adapun sendi-sendi pokok daripada sistem politik demokrasi di Indonesia
adalah sebagai berikut.
a. Ide kedaulatan rakyat
b. Negara berdasar atas hukum
c. Bentuk republik
d. Pemerintahan berdasar konstitusi
e. Pemerintahan yang bertanggung jawab
f. Sistem perwakilan
g. Sistem pemerintahan presidensial
3. Mekasnisme dalam Sistem Politik Demokrasi Indonesia
Pokok-pokok dalam sistem politik Indonesia adalah sebagai berikut.
a. Merupakan bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas
b. Bentuk pemerintahan republik, sedangkan sistem pemerintahan
presidensial
c. Presiden adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan
d. Kabinet atau menteri diangkat oleh Presiden dan bertanggung jawab
kepada Presiden
e. Parlement teriri dari dua kamar, yaitu DPR dan DPD
f. Pemilu diselenggarakan untuk memilih presiden dan wakil presiden,
anggota DPR, anggota DPD, anggota DPRD Provinsi, anggota DPRD
Kab/Kota, dan kepala daerah
g. Sistem multipartai
h. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Mahkamah Agung dan badan
peradilan di bawahnya, yaitu peradilan tinggi dan pengadilan negeri serta
sebuah Mahkamah Konstitusi
4. Masa Depan Demokrasi
Masa depan demokrasi Indonesia sesungguhnya telah mendapat pijakan
kuat atas keberhasilan orde baru memajukan pendidikan dan kesehatan warga
negara. Tingkat pendidikan dengan semakin banyaknya kelas menengah terdidik
membawa harapan bagi demokasi di Indonesia, setidaknya memberi basis bagi
berkembangnya tradisi dan nilai-nilai demokrasi di masyarakat. Harapan lain
adalah semakin kuatnya peranan media massa dalam proses pendidikan politik
dan kontrol negara, tingkat urbanisasi dan mobilitas tinggi warga negara yang
memungkinkan terjadinya plurarisasi dan heterogenisasi.
E. PENDIDIKAN DEMOKRASI
1. Membangun Kultur Demokrasi
Perilaku atau kultur demokrasi merujuk pada berlakunya nilai-nilai demokrasi
di masyarakat. Masyarakat yang demokratis adalah masyarakat yang perilaku
hidup baik keseharian dan kenegaraannya dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi.
2. Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Demokrasi
Pendidikan demokrasi pada hakikatnya adalah sosialisasi nilai-nilai
demokrasi agar dapat diterima dan dijalankan oleh warga negara. Pendidikan
demokrasi adalah upaya sistematis yang dilakukan oleh negara dan masyarakat
untuk memfasilitasi individu warga negara agar memahami, menghayati,
mengamalkan, dan mengembangkan konsep, prinsip dan nilai demokrasi sesuai
dengan status dan perannya di masyarakat (Udin S. Winataputra, 2012)
A. KONSTITUSIONALISME
1. Gagasan tentang Konstitusionalisme
Konstitusi atau undang-undang dasar negara mengandung dan
menetapkan kekuasaan negara efektif untuk kepentingan rakyat, serta tercegah
dari penyalahgunaan kekuasaan. Konstitusi dianggap sebagai jaminan yang
paling efektif bahwa kekuasaan pemerintah tidak akan disalahgunakan dan hakhak warga negara tidak dilanggar.
Isi daripada konstitusi negara bercirikan dua hal pokok ini:
a. Konstitusi itu membatasi kekuasaan pemerintah atau penguasa agar tidak
bertindak sewenang-wenang terhadap warganya.
b. Konstitusi itu menjamin hak-hak dasar dan kebebasan warga negara.
Konstitusi atau undang-undang dasar dianggap sebagai perwujudan dari
hukm tertinggi yang harus ditaati oleh negara dan pejabat-pejabat negara
sekalipun. Hal ini sesuai dengan dalil “goverment by law, not by men”
(pemerintahan berdasarkan hukum, bukan oleh manusia)
2. Negara Konstitusional
Konstitusionalisme merupakan gagasan bahwa konstitusi suatu negara
harus mampu memberi pembatasan kekuasaan pemerintahan, serta memberi
perlindungan dan jaminan pada hak-hak dasar warga negara.
B. KONSTITUSI NEGARA
1. Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dari istilah bahasa Perancis “constituer” yang artinya
membentuk. Pemakaian istilah konstitusi dimaksudkan untuk pembentukan
suatu negara atau menyusun dan menyatakan suatu negara.
Sedangkan menurut K.C. Wheare mengartikan konstitusi sebagai
“keseluruhan sistem ketatanegaraan dari suatu negara, berupa kumpulan
peraturan yang membentuk, mengatur, atau memerintah dalam pemerintahan
suatu negara.
Konstitusi dapat diartikan secara luas dan sempit sebagai berikut:
a. Konstitusi (hukum dasar) dalam arti luas meliputi hukum dasar tertulis dan
tidak tertulis.
b. Konstitusi (hukum dasar) dalam arti sempit adalah hukum dasar tertulis,
yaitu undang-undang dasar. Dalam pengertian ini, undang-undang dasar
merupakan konstitusi atau hukum dasar yang tertulis
Di negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi
konstitusional, undang-undang dasar mempunyai fungsi khas, yaitu membatasi
kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan
tidak bersifat semena-mena.
2. Kedudukan Konstitusi
Konstitusi merupakan kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan
ketatanegaraan suatu negara karena konstitusi meliputi barometer kehidupan
bernegara dan berbangsa yang sarat dengan buki sejarah perjuangan para
pendahulu. Selain itu, konstitusi juga merupakan ide-ide dasar yang digariskan
oleh the founding fathers, serta memberikan arahan kepada generasi penerus
bangsa dalam mengemudikan suatu negara yang mereka pimpin.
Jimmy Asshiddiqie (2010) dengan mengutip pendapat William Andrews,
menyatakan bahwa konsensus yang menjamin tegak konstitusionalisme negara
modern pada umumnya bersandar pada tiga elemen kesepakatan (consensus),
yaitu:
a. Kesepakatan pertama, berkenaan dengan tujuan dan cita-cita bersama
(the general goal of society or general acceptance of the same philosoopy
of goverment) dan sangat menentukan tegaknya konstitusi di suatu
negara.
b. Kesepakatan kedua, adalah kesepakatan bahwa basis pemerintahan
didasarkan atas aturan hukum dan konstitusi.
c. Kesepakatan ketiga, berkenaan dengan (1) bangunan organ negara dan
prosedur-prosedur yang mengatur kekuasaannya, (2) hubungan satu
sama lain antar organ negara, serta (3) hubungan antara organ-organ
negara itu dengan warga negara.
Konstitusi secara umum berisi hal-hal yang mendasar dari suatu negara.
Hal-hal mendasar itu adalah aturan-aturan atau norma-norma dasar yang
dipakai sebagai pedoman pokok bernegara.
Meskipun konstitusi yang ada di dunia ini berbeda-beda, baik dalam hal
tujuan, bentuk, atau isinya, tetapi umumnya mereka mempunyai kedudukan
formal yang sama, yaitu sebagai hukum dasar dan hukum tertinggi.
a. Konstitusi sebagai hukum dasar
Konstitusi berkedudukan sebagai hukum dasar karena ia berisi aturan dan
ketentuan tentang hal-hal yang mendasar dalam kehidupan suatu negara,
secara khusus konstitusi memuat aturan-aturan tentang badan-badan
pemerintahan (lembaga-lembaga negara), dan sekaligus memberikan
kewenangan kepadanya.
b. Konstitusi sebagai hukum tertinggi
Konstitusi lazimnya juga diberi kedudukan sebagai hukum tertinggi dalam
tata hukum negara yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa aturanaturan yang terdapat dalam konstitusi, secara hierarkis mempunyai
kedudukan lebih tinggi (superior) terhadap aturan lainnya.
3. Isi, Tujuan, dan Fungsi Konstitusi Negara
Gagasan konstituionalisme menyatakan bahwa konstitusi di suatu negara
memiliki sifat membatasi kekuasaan pemerintah dan menjamin hak-hak dasar
warga negara. Sejalan dengan sifat membatasi kekuasaan pemerintah maka
konstitusi secara ringkas memiliki 3 tujuan, yaitu;
a. Memberi pembatasan sekaligus pengawasan terhadap kekuasaan politik,
b. Melepaskan kontrol kekuasaan dari penguasa itu sendiri, dan
c. Memberi batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa dalam
menjalankan kekuasaannya. (ICCE UIN, 2000)
Selain itu, konstitusi negara bertujuan menjamin pemenuhan hak-hak
dasar warga negara. Konstitusi negara memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut
(Jimly Asshididqie);
a. Fungsi penentu atau pembatas kekuasaan negara.
b. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara.
c. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antara organ negara dengan warga
negara.
d. Fungsi pemberi atau sumber legimitasi terhadap kekuasaan negara
ataupun kegiatan penyelenggaraan kekuasaan negara.
e. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan asli
(dalam demokrasi adalah rakyat) kepada organ negara.
f. Fungsi simbolik, yaitu sebagai sarana pemersatu 9symbol of unity),
sebagai rujukan identitas dan keagungan kebangsaan (identity of nation),
serta sebagai center of ceremony.
g. Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat (social control) baik
dalam arti sempit, yaitu bidang politik dan arti luas mencakup bidang
sosial ekonomi
h. Fungsi sebagai sarana perekayasaan dan pembaruan masyarakat (social
engineering atau social reform)
C. UUD 1945 SEBAGAI KONSTITUSI NEGARA INDONESIA
Konstitusi negara Indonesia adalah UUD 1945 yang disahkan oleh PPKI
pada 18 Agustus 1945 dan diundangkan dalam Berita Republik Indonesia No. 7
Tahun 1946. Sekarang ini, setelah dilakukan perubahan undang-undang dasar
dengan cara “addendum”, kita memiliki 5 naskah resmi UUD 1945, yakni;
1. Naskah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan
kembali dengan Dekritt Presiden pada tanggal 5 Juli 1959, serta
dikukuhkan secara aklamasi pada tanggal 22 Juli 1959 oleh Dewan
Perwakilan Rakyat.
2. Naskah perubahan Pertama Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (hasil sidang umum MPR tahun 1999)
3. Naskah perubahan Pertama Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (hasil sidang umum MPR tahun 2000)
4. Naskah perubahan Pertama Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (hasil sidang umum MPR tahun 2001)
5. Naskah perubahan Pertama Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (hasil sidang umum MPR tahun 2002)
1. Konstitusi yang Pernah Berlaku di Indonesia
Dalam sejarahnya sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 hingga sekarang, di
Indonesia telah berlaku tiga macam undang-undang dasar dalam empat periode,
yaitu:
a. Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949 menggunakan UUD
1945. UUD 1945 terdiri dari bagian pembukaan, batang tubuh dengan
16 bab, 37 pasal, 4 Aturan Peralihan, dan 2 ayat aturan tambahgan
dan bagian penjelasan,
b. Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950 menggunakan UUD RIS.
UUD RIS terdiri dari 6 bab, 197 pasal, dan beberapa bagian.
c. Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959 menggunakan UUDS 1950 yang
terdiri dari 6 bab, 146 pasal, dan beberapa bagian,
d. Periode 5 Juli 1959 hingga sekarang kembali menggunakan UUD 1945.
2. Proses Amandemen UUD 1945
Amandemen (Bhs. Inggris, amendment) artinya perubahan.
Mengamandemen artinya mengubah atau mengadakan perubahan.
UUD 1945 dengan amandemen atau perubahan dilakukan pertama kali
oleh MPR pada sidang umum MPR tahun 1999 dan mulai berlaku sejak tanggal
19 Oktober 1999. Amandemen UUD 1945 dilakukan sebanyak 4 kali, sebagai
berikut;
a. Amandemen pertama terjadi pada Sidang Umum MPR tahun 1999 , dan
disahkan 19 Oktober 1999.
b. Amandemen kedua terjadi pada Sidang Tahunan MPR tahun 2000, dan
disahkan 18 Agustus 2000.
c. Amandemen ketiga terjadi pada Sidang Tahunan MPR tahun 2001, dan
disahkan 10 November 2001.
d. Amandemen ketiga terjadi pada Sidang Tahunan MPR tahun 2002, dan
disahkan 10 Agustus 2002.
Dengan amandemen tersebut maka konstitusi negara Indonesia UUD 1945
menjadi lebih lengkap dan bertambah jumlah pasal-pasalnya. Jumlah
keseluruhan pasal yang dirubah dari perubahan pertama hingga keempat ada 73
pasal.
3. Isi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
UUD 1945 sekarang ini hanya terdiri atas dua bagian, yaitu bagian
pembukaan dan bagian pasal-pasal. Hal ini didsasarkan atas Pasal II Aturan
Tambahan Naskah UUD 1945 Perubahan Keempat yang menyatakan “Dengan
ditetapkannya perubahan Undang-Undang Dasar ini, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri atas Pembukaan dan Pasal-Pasal"
D. SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA
1. Bentuk Negara Kesatuan
Indonesia menetapkan bentuk sususan negara adalah kesatuan bukan
serikat atau federal. Negara kesatuan adalah negara yang bersusunan tunggal.
Suatu bentuk negara yang tidak terdiri atas negara-negara bagian atau negara
yang didalamnya tidak terdapat daerah yang bersifat negara. Didalam negara
kesatuan, kekuasaan mengatur seluruh daerahnya ada di tangan pemerintahan
pusat.
Untuk itu, di dalam negara hanya terdapat seorang kepala negara, satu
Undang-Undang Dasar Negara yang berlaku untuk seluruh warga negaranya,
satu kepala pemerintahan, dan satu parlemen.
Negara kesatuan dengan asas desentralisasi menyerahkan sebagian
kekuasaannya kepada daerah-daerah yang ada di wilayah negara tersebut.
Daerah tersebut menjadi otonom dalam arti memiliki kekuasaan dan wewenang
sendiri untuk mengelola penyelenggaraan pemerintahan di daerah itu.
2. Bentuk Pemerintahan Republik
Indonesia menetapkan bentuk pemerintahannya adalah Republik, bukan
monarki atau kerajaan. Dasar penetapan ini adalah UUD 1945 pasal 1 Ayat 1
yang menyatakan “Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk
Republik.” Berdasar pasal tersebut dapat diketahui bahwa kesatuan adalah
bentuk negara, sedangkan republik adalah bentuk pemerintahan.
3. Sistem Pemerintahan Presidensial
Dalam sistem pemerintahan Presidensial, badan eksektuif dan legislatif
memiliki kedudukan yang independe. Kedua badan tersebut tidak berhubungan
secara langsung seperti dalam sistem pemerintahan parlementer. Mereka dipilih
oleh raktar secara terpisah.
Adapun ciri-ciri sistem pemerintahan presidensial adalah sebagai berikut.
a. Penyelenggaraan negara berada di tangan presiden.
b. Kabinet (dewan menteri) dibentuk oleh presiden.
c. Presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen.
d. Presiden tidak dapat membubarkan parlemen, seperti dalam sistem
parlemen.
e. Parlemen memiliki kekuasaan legislatif dan sebagai lembaga
perwakilan.
f. Presiden tidak berada di bawah pengawasan langsung parlemen.
4. Sistem Politik Demokrasi
Sistem politik yang dianut negara Indonesia adalah sistem politik
demokrasi. Hal ini secara jelas dinyatakan dalam Pasal 1 ayat 2 UUD 1945
bahwa “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD”
Sistem politik disebut demokrasi apabila kewenangan pemerintah terhadap
kehidupan warga negara amat terbatas. Pemerintah negara tidak turut campur
atas semua aspek kehidupan warganya. Warga negara dapat mengatur sendiri
kehidupannya. Disamping itum adanya pertanggungjawaban pemerintah kepada
rakyatnya atas apa yang dijalankan.
BAB 4 DEMOKRASI DAN PENDIDIKAN DEMOKRASI
A. HAKIKAT DEMOKRASI
1. Pengertian Etimologis Demokrasi
Dari sudut bahasa (etimologis), demokrasi berasal dari bahasa yunani, yaitu
demos yang berarti rakyat dan cratos atau cratein yang berarti pemerintahan
atau kekuasaan. Jadi, secara bahasa demos-cratos berarti pemerintahan rakyat
atau kekuasaan rakyat.
2. Pengertian Terminologis Demokrasi
Sedangkan menurut Harris Soche menyatakan bahwa “Demokrasi adalah
bentuk pemerintahan rakyat, karena itu kekuasaan pemerintah itu melekat pada
diri rakyat, diri orang banyak, dan merupakan hak bagi rakyat atau orang
banyak untuk mengatur, mempertahankan, dan melindungi dirinya dari paksaan
dan perkosaan orang lain atau badan yang diserahi untuk memerintah.
3. Demokrasi Sebagai Bentuk Pemerintahan
Secara klasik pembagian bentuk pemerintahan menurut Plato dibedakan
sebagai berikut.
a. Monarki, yaitu suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh seseorang
sebagai pemimpin tertinggi dan dijalankan untuk kepentingan rakyat
banyak.
b. Tirani, yaitu suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh seseorang
sebagai pemimpin tertinggi dan dijalankan untuk kepentingan pribadi.
c. Aristoraksi, yaitu suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh
sekelompok orang yang memimpin dan dijalankan untuk kepentingan
rakyat banyak.
d. Oligarki, yaiu suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh sekolompok
orang yang memimpin dan dijalankan untuk kepentingan kelompok itu
sendiri.
e. Demokrasi, yaitu suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh rakyat
dan dijalankan untuk kepentingan rakyat.
f. Mobokrasi/Okhlokrasi, yaitu suatu bentuk pemerintahan yang dipegang
oleh rakyat, tetapi rakyat tidak tahu apa-apa, rakyat yang tidak
berpendidikan, yang akhirnya pemerintahan yang dijalankan tidak berhasil
untuk kepentingan rakyat banyak.
Klasifikasi bentuk pemerintahan seperti di atas sekarang ini tidak dianut lagi
oleh banyak negara. Menurut Niccolo Machiavelli (1461-1527) bentuk
pemerintahan yang dianut atau diterima dewasa ini adalah klasifikasi bentuk
pemerintahan modern.
Machiavelli membedakan ada dua bentuk pemerintahan, yaitu:
a. Monarki adalah bentuk pemerintahan yang bersifat kerajaan. Pemimpin
negara umumnya bergelar raja, ratu,kaisar, atau sultan.
b. Republik adalah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh seorang
presiden atau perdana menteri.
4. Demokrasi Sebagai Sistem Politik
Henry B. Mayo menyatakan demokrasi sebagai sistem politik merupakan
suatu sistem yang menunjukan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar
mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam
pemilihan secara berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan
diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.
5. Demokrasi Sebagai Sikap Hidup
Menurut Nurchoish Madjid, demokrasi sebagai proses berisikan norma-norma
yang menjadi pandangan hidup bersama. Demokrasi adalah proses menuju dan
menjaga civil society yang menghormati dan berupaya merealisasikan nilai-nilai
demokrasi. Demokrasi sebagai way of life dalam seluk beluk sendi kehidupan
bernegara baik oleh rakyat maupun pemerintahan.
B. DEMOKRATISASI
Demokratisasi adalah penerapan kaidah-kaidah atau prinsip-prinsip
demokrasi pada setiap kegiatan politik kenegaraan. Tujuannya adalah
terbentuknya kehidupan politik yang bercirikan demokrasi. Demokrasi merujuk
pada proses perubahan menuju pada sistem pemerintahan yang lebih
demokratis.
Demokratisasi melalui beberapa tahapan, yaitu:
1. Tahapan pertama adalah pergantian dari penguasaan nondemokrasi ke
penguasa demokrasi
2. Tahap kedua adalah pembentukan lembaga-lembaga dan tertib politik
demokrasi
3. Tahap ketiga adalah konsolidasi demokrasi
4. Tahap keempat adalah praktik demokrasi sebagai budaya politik
bernegara
1. Nilai (Kultur) Demokrasi
Nurcholis Majdid dalam Tim ICCE UIN Jakarta (2003) menyatakan bahwa ada
7 norma atau pandangan hidup demokratis sebagai berikut.
a. Kesadaran akan pluralisme
b. Prinsip musyawarah
c.
d.
e.
f.
g.
Adanya pertimbangan moral
Pemufakatan yang jujur dan adil
Pemenuhan segi-segi ekonomi
Kerja sama antar warga
Pandangan hidup demokrasi sebagi unsur yang menyatu dengan sistem
pendidikan
2. Lembaga (Struktur) Demokrasi]
Menurut Mirriam Budiarjo (1977) bahwa untuk melaksanakan nilai-nilai
demokrasi perlu diselenggarakan lembaga-lembaga, antara lain;
a. Pemerintahan yang bertanggung jawab
b. Suatu dewan perwakilan rakyat yang mewakili golongan dan kepentingan
dalam masyarakat yang dipilih melalui pemilihan umum yang bebas dan
rahasia. Dewan ini melakukan pengeawasan terhadap pemerintah
c. Suatu organisasi politik yang mencakup lebih dari satu partai (sistem
dwipartai atau multi partai). Partai menyelenggarakan hubungan yang
kontinu dengan masyarakat
d. Pers dan media massa yang bebas untuk menyatakan pendapat
e. Sistem peradilan yang bebas untuk menjamin hak asasi manusia dan
mempertahankan keadilan
3. Ciri Demokratisasi
Demokratisasi sebagai proses menuju demokrasi memiliki ciri-ciri sebagai
berikut.
a. Berlangsung secara evolusioner
Demokratisasi berlangsung dalam waktu yang lama. Berjalan secara
perlahan, bertahap, dan bagian demi bagian.
b. Proses perubahan secara persuasif bukan koersif
Demokratisasi dilakukan bukan dengan paksaan, kekerasan, atau
tekanan.
c. Proses yang tidak pernah selesai
Demokratisasi merupakan proses yang berlangsung terus menerus,
Demokrasi adalah sesuatu yang ideal tapi tidak dapat dicapai.
C. DEMOKRASI DI INDONESIA
1. Demokrasi Desa
Demokrasi desa memiliki 5 unsur atau anasir, yaitu:
a. Rapat,
b. Mufakat,
c. Gotong-royong,
d. Hak mengadakan protes bersama, dan
e. Hak menyingkir dari kekuasaan raja absolut
2. Demokrasi Pancasila
Nilai-nilai demokrasi yang terjabar dari nilai-nilai Pancasila tersebut adalah
sebagai berikut
a. Kedaulatan rakyat
b. Republik
c. Negara berdasar atas hukum
d.
e.
f.
g.
Pemerintahan yang konstitusional
Sistem perwakilan
Prinsip musyawarah
Prinsip ketuhanan
Demokrasi pancasila dapat diartikan secara luas maupun sempit sebagai
berikut.
a. Secara luas demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang
didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dalam bidang politik, ekonomi, dan
sosial.
b. Secara sempit demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang
dilaksanakan menurut hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
3. Perkembangan Demokratisasi Indonesia
Membicarakan pelaksanaan demokrasi tidak lepas dari periodisasi demokrasi
yang pernah ada dan berlaku di sejarah Indonesia. Mirriam Budiarjo (2008)
menyatakan bahwa dipandang dari sudut perkembangan sejarah, demokrasi
Indonesia hingga masa Orde Baru dapat dibagi dalam 4 masa, yaitu:
a. Masa Republik Indonesia I (1945-1959), yang dinamai masa demokrasi
konstitusional yang menonjolkan peranan parlemen dan partai-partai dan
karena itu dinamakan Demokrasi Parlementer.
b. Masa Republik Indonesia II (1959-1965), yaitu masa demokrasi Terpimpin
yang banyak aspek menyimpang dari Demokrasi Konstitusional yang
secara formal merupakan landasannya dan menunjukan beberapa aspek
demokrasi rakyat.
c. Masa Republik Indonesia III (1965-1998), yaitu masa demokrasi Pancasila
yang merupakan demokrasi konstitusional yang menonjolkan sistem
presidensial.
d. Masa Republik Indonesia IV (1998-sekarang), yaitu masa reformasi yang
menginginkan tegaknya demokrasi di Indonesia sebagai koreksi terhadap
prakik-praktik politik yang terjadi pada masa Republik Indonesia III
D. SISTEM POLITIK DEMOKRASI
1. Landasan Sistem Politik Demokrasi di Indonesia
Landasan negara Indonesia sebagai negara demokrasi terdapat dalam:
a. Pembukaan UUD 1945 pada alinea ke 4 yaitu “... maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu UUD Negara RI yang
terbentuk dalam suatu susunan Negara RI yang berkedaulatan rakyat ...”
b. Pasal 1 ayat 2 UUD 1945 yang menyatakan bahwa kedaulatan di tangan
rakyat dan dilakukan menurut ketentuan UUD
2. Sendi-Sendi Pokok Sistem Politik Demokrasi Indonesia
Adapun sendi-sendi pokok daripada sistem politik demokrasi di Indonesia
adalah sebagai berikut.
a. Ide kedaulatan rakyat
b. Negara berdasar atas hukum
c. Bentuk republik
d. Pemerintahan berdasar konstitusi
e. Pemerintahan yang bertanggung jawab
f. Sistem perwakilan
g. Sistem pemerintahan presidensial
3. Mekasnisme dalam Sistem Politik Demokrasi Indonesia
Pokok-pokok dalam sistem politik Indonesia adalah sebagai berikut.
a. Merupakan bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas
b. Bentuk pemerintahan republik, sedangkan sistem pemerintahan
presidensial
c. Presiden adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan
d. Kabinet atau menteri diangkat oleh Presiden dan bertanggung jawab
kepada Presiden
e. Parlement teriri dari dua kamar, yaitu DPR dan DPD
f. Pemilu diselenggarakan untuk memilih presiden dan wakil presiden,
anggota DPR, anggota DPD, anggota DPRD Provinsi, anggota DPRD
Kab/Kota, dan kepala daerah
g. Sistem multipartai
h. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Mahkamah Agung dan badan
peradilan di bawahnya, yaitu peradilan tinggi dan pengadilan negeri serta
sebuah Mahkamah Konstitusi
4. Masa Depan Demokrasi
Masa depan demokrasi Indonesia sesungguhnya telah mendapat pijakan
kuat atas keberhasilan orde baru memajukan pendidikan dan kesehatan warga
negara. Tingkat pendidikan dengan semakin banyaknya kelas menengah terdidik
membawa harapan bagi demokasi di Indonesia, setidaknya memberi basis bagi
berkembangnya tradisi dan nilai-nilai demokrasi di masyarakat. Harapan lain
adalah semakin kuatnya peranan media massa dalam proses pendidikan politik
dan kontrol negara, tingkat urbanisasi dan mobilitas tinggi warga negara yang
memungkinkan terjadinya plurarisasi dan heterogenisasi.
E. PENDIDIKAN DEMOKRASI
1. Membangun Kultur Demokrasi
Perilaku atau kultur demokrasi merujuk pada berlakunya nilai-nilai demokrasi
di masyarakat. Masyarakat yang demokratis adalah masyarakat yang perilaku
hidup baik keseharian dan kenegaraannya dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi.
2. Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Demokrasi
Pendidikan demokrasi pada hakikatnya adalah sosialisasi nilai-nilai
demokrasi agar dapat diterima dan dijalankan oleh warga negara. Pendidikan
demokrasi adalah upaya sistematis yang dilakukan oleh negara dan masyarakat
untuk memfasilitasi individu warga negara agar memahami, menghayati,
mengamalkan, dan mengembangkan konsep, prinsip dan nilai demokrasi sesuai
dengan status dan perannya di masyarakat (Udin S. Winataputra, 2012)