2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika 2.1.1.1 Hakikat Matematika - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Team Game Tournament (TGT) Siswa Kelas V SDN Bakaran Kulon 03 Tahun Pela

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan membahas tentang kajian teori yang terdiri dari
hakekat matematika, pembelajaran matematika, pembelajaran matematika di SD,
tujuan pembelajaran matematika di SD, Pembelajaran Teams Games Tournament
(TGT) yang terdiri dari Hakekat Pembelajaran Teams Games Tournament,
langkah - langkah Pembelajaran Teams Games Tournament, kelemahan dan
kelebihan Pembelajaran Teams Games Tournament, implementasi Pembelajaran
Teams Games Tournament, hasil belajar (hakekat hasil belajar, faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar, penilaian hasil belajar), hubungan Pembelajaran
Teams Games Tournament (TGT) dan hasil belajar, kajian penelitian yang
relevan, kerangka pikir dan hipotesis tindakan secara lebih rinci akan dijelaskan
seperti berikut.
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Matematika
2.1.1.1 Hakikat Matematika
“Apa itu matematika , dan apa manfaat kita belajar matematika ?”. Dalam
kehidupan sehari- hari kita tidak akan dapat terlepas dari apa yang namanya
matematika. Apalagi saat sekarang ini yang sudah memasuki era globalisasi,
matematika adalah salah satu pelajaran yang akrab bagi para peserta didik. Bila
dipelajari lebih mendalam mengenai pengertian matematika, sehingga kita harus

mengetahui asal usul dari kata matematika. Sehingga kita harus merujuk pada asal
mula dari kata matematika itu sendiri. Ada juga yang menyebutkan istilah
mathematic (Inggris), mathematic (Jerman), mathematique (Perancis), matematico
(Itali), mathematiceski (Rusia), atau mathematic/wiskunde (Belanda) berasal dari
perkataan Latin mathematica, yang mulanya diambil dari perkataan Yunani,
mathematike yang berarti “relating to learning”. Perkataan itu mempunyai akar
kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Perkataan
mathematika berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa,
yaitu mathanein yang mengandung arti belajar (berpikir). Istilah juga matematika

11

12

berasal dari kata Yunani mathein atau manthenein yang artinya mempelajari .
Mungkin juga kata ini berhubungan erat dengan kata Sansekerta medha atau
widya yang artinya kepandaian, ketahuan, atau intelegensi.
Kata matematika diambil dari salah satu kata dalam bahasa latin
“mathemata” yang memiliki arti “sesuatu yang dipelajari”. Sedangkan matematika
didalam bahasa Belanda dengan sebutan “wiskunde” yang memiliki arti “ilmu

pasti” dalam (Ahmad Susanto, 2013:184)

Menurut Ali Hamzah, (2014:47)

mengatakan bahwa “matematika memiliki aspek teori dan aspek terapan atau
praktis dan penggolongannya atas matematika murni, matematika terapan dan
matematika sekolah”. Umumnya matematika dikenal dengan keabstrakannya,
karena hal itu juga berkaitan dengan realita kehidupan manusia. Sedangkan dalam
(Ali Hamzah,2014:48) definisi matematika adalah “cara atau metode berfikir dan
bernalar, lambang bilangan yang dapat dipahami oleh semua bangsa berbudaya,
seni seperti pada seni musik yang penuh dengan simetri, pola dan irama yang
dapat menghibur, alat bagi pembuat peta arsitek, navigator luar angkasa, pembuat
mesin dan akuntan”.
Jadi secara umum matematika dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu pasti
yang dapat dipelajari yang terdiri dari aspek teori, murni dan terapan yang
mengandung metode penalaran, lambang bilangan sehingga dapat dipahami oleh
semua bangsa yang berbudaya yang mendasari ilmu dalam semua aspek
kehidupan manusia. Oleh sebab itu matematika sangat dibutuhkan dan penting
dalam semua aspek kehidupan manusia, apalagi siswa SD sehingga matematika
sangat diperlukan cara berfikir yang lebih serius lagi untuk mengetahui makna

yang terkandung dalam matematika tersebut. Banyak persoalan dalam kehidupan
sehari- hari yang berkaitan dengan matematika. Sebagai contoh kecil untuk
mengetahui jumlah jari tangan kita, siswa SD pasti menghitung berapa jumlah jari
tangannya dan itu berkaitan dengan perhitungan matematika. Contoh lain yang
berhubungan dengan ekonomi, juga berkaitan dengan perhitungan matematika,
untuk membantu menghitung dan memecahkan masalah ekonomi tersebut. Maka
belajar matematika sangat penting dan sebagai salah satu syarat untuk
melanjutkan pendidikan kejenjang berikutnya. Dengan belajar matematika maka

13

kita akan belajar menalar secara kritis, aktif dan kreatif. Piaget dalam teorinya
bahwa siswa SD berada pada tahap operasional kongkrit yaitu mengembangkan
pemikiran logis, masih terikat fakta perseptual, mampu berfikir logis tapi terbatas
pada objek kongkrit, dan mampu malakukan konsevasi. Intinya bertitik tolak pada
perkembangan intelektual dan psikososial siswa SD, mereka mempunyai
karakteristik sendiri dimana dalam proses berfikirnya belum dapat dipisahkan dari
dunia kongkrit atau hal yang faktual. Dalam arti lain bahwa matematika memiliki
fungsi yang praktis dalam kehidupan manusia sehari- hari dan dengan semua
masalah yang kaitannya dengan matematika harus diselesaikan dengan

matematika secara cermat dan teliti.
2.1.1.2 Pembelajaran Matematika
Menurut Dimyati dalam (Ahmad Susanto, 2013:186) mengatakan bahwa
pembelajaran merupakan “kegiatan guru secara terprogram dalam desain
instruksional, untuk membuat peserta didik belajar secara aktif”. Dan menurut
Kimble

dan

Germey

dalam

(Thobroni,

2015:17),

mengatakan

bahwa


pembelajaran yaitu “suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan
hasil praktik yang diulang-ulang”. Pembelajaran adalah suatu kegiatan dimana
subjek belajar harus dibelajarkan bukan diajarkan. Hal ini dikarenakan bahwa
subjek atau yang sering disebut peserta didik atau pembelajar yang menjadi pusat
kegiatan belajar mengajar. Peserta didik yang menjadi pusat kegiatan belajar
mengajar dituntut untuk aktif mencari, aktif menemukan, menganalisis,
merumuskan, memecahkan masalah dan

menyimpulkan suatu

masalah.

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam (Thobroni, 2015:16),
pembelajaran berasal dari kata “ajar” yang mempunyai arti petunjuk yang
diberikan kepada orang supaya diketahui atau diikuti, sedangkan pembelajaran
berarti proses, cara yang menjadikan makhluk hidup belajar. Sehingga dari
beberapa sumber diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah
suatu kegiatan belajar mengajar yang melibatkan guru dan peserta didik yang
relatif dinamis sehingga peserta didik dapat terbimbing dalam memperoleh

pelajaran, keterampilan, pengalaman serta ilmu pengetahuan dengan cara yang

14

aktif, kreatif dan menyenangkan sehingga peserta didik mampu menemukan,
menyelesaikan dan menyimpulkan suatu masalah.
Pembelajaran matematika adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang
dibimbing oleh guru sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang dapat
mengembangkan kompetensi peserta didik, pemahaman tentang konsep-konsep
matematika supaya dapat digunakan untuk memahami dan memggunakan
matematika sebagai alat untuk menyesaikan soal yang ada kaitannya dengan
matematika dalam kehidupan sehari- hari.
Dalam kegiatan ini guru dapat memposisikan diri untuk dapat
menciptakan suasana belajar yang kondusif, kreatif, aktif, inovatif dan
menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.
Dalam kegiatan belajar ini tercipta interaksi yang seimbang dan dinamis antara
peserta didik dengan guru, maupun dengan lingkungan pada saat pembelajaran
matematika sedang berlangsung.
2.1.1.3 Pembelajaran Matematika di SD
Matematika merupakan suatu ilmu pasti yang dapat dipelajari yang terdiri

dari aspek teori, murni dan terapan yang mengandung metode penalaran, lambang
bilangan sehingga dapat dipahami oleh semua bangsa yang berbudaya yang
mendasari ilmu dalam semua aspek kehidupan manusia. Pemahaman terhadap
peranan pengajaran matematika di Sekolah Dasar sangat membantu para guru
untuk memberikan pembelajaran matematika secara proporsional sesuai dengan
tujuannya. Sebagaimana tercantum dalam dokumen BSNP (Badan Standar
Nasional Pendidikan, 2006: 2) mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada
semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik
dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan
informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan
kompetitif.
Piaget, J (1955) dalam teorinya bahwa siswa SD berada pada tahap
operasional kongkrit yaitu mengembangkan pemikiran logis, masih terikat fakta

15

perseptual, mampu berfikir logis tapi terbatas pada objek kongkrit, dan mampu
melakukan konsevasi. Intinya bertitik tolak pada perkembangan intelektual dan

psikososial siswa SD, mereka mempunyai karakteristik sendiri dimana dalam
proses berfikirnya belum dapat dipisahkan dari dunia kongkrit atau hal yang
faktual.
Menurut Bruner bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi
kesempatan memanipulasi benda- benda atau alat peraga yang dirancang secara
khusus dan dapat diotak atik oleh peserta didik dalam memahami suatu konsep
matematika. Sehingga pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan
intelektual dan pemahaman anak dalam mempelajari suatu konsep misalnya
konsep matematika, maka materi pelajaran perlu disajikan oleh guru dengan
memperhatikan tahap perkembangan kognitif atau pengetahuan agar dapat
dipahami oleh peserta didik itu sendiri.
Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) harus memperhatikan
karakteristik

matematika.

Sumarno

(2002:2)


mengemukakan

beberapa

karakteristik matematika, yaitu materi matematika menekankan penalaran yang
bersifat deduktif, matematika bersifat hirarkis dan terstruktur, dan dalam
mempelajari matematika dibutuhkan ketekunan, keuletan serta rasa cinta terhadap
matematika. Karena matematika bersifat hirarkis dan terstruktur, maka dalam
belajar matematika tidak boleh putus-putus dan urutan materi harus diperhatikan.
Artinya, perlu mendahulukan belajar tentang konsep matematika yang lain
terlebih dahulu. Misalnya sebelum mempelajari perkalian, peserta didik harus
mempelajari dan memahami konsep penjumlahan.
2.1.1.4 Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Secara umum tujuan umum pembelajaran matematika di sekolah dasar
adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Menurut
Depdiknas (2001:9) kompetensi umum pembelajaran matematika adalah sebagai
berikut;
1) Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian,
serta operasi campurannya, termasuk yang melibatkan pecahan.


16

2) Menentukan sifat dan unsur sebagai bangun datar dan bangun ruang
sederhana, termasuk menggunakan sudut, keliling, luas, dan volume.
3) Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinat.
4) Menggunakan pengukuran satuan, kesetaraan antar satuan, dan penaksiran
pengukuran.
5) Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti: ukuran tertinggi,
terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan, dan menyajikan.
6) Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengomunikasikan
gagasan secara matematika. Selain itu juga, dengan pembelajaran matematika
dapat memberikan penekanan penataran nalar dalam penalaran matematika.
Adapun tujuan matematika sekolah, menurut Depdiknas (2001:9) tujuan
khusus di Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidiyah (MI) agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut;
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Tujuan umum dan khusus yang ada di kurikulum SD/MI, merupakan
pelajaran matematika di sekolah, jelas memberikan gambaran belajar tidak hanya
di bidang kognitif saja, tetapi meluas pada bidang psikomotorik dan afektif.
Pembelajaran matematika diarahkan untuk pembentukan kepribadian dan

17

pembentukan kemampuan berpikir yang bersandar pada hakikat matematika, ini
berarti hakikat matematika merupakan unsur utama dalam pembelajaran
matematika. Oleh sebab itu, hasil-hasil pembelajaran matematika berdampak
kemampuan berpikir yang matematis dalam diri siswa, yang bermuara pada
kemampuan

menggunakan

matematika

sebagai

salah

satu

alat

dalam

menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil lain yang tidak dapat diabaikan adalah terbentuknya kepribadian yang baik
dan kokoh. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam pembelajaran matematika
sangatlah penting.
Hal ini sejalan dengan pendapat Soedjadi bahwa “salah satu karakteristik
matematika adalah berpola pikir deduktif yang merupakan salah satu tujuan yang
bersifat formal, yang memberi tekanan kepada penataan nalar.” Meskipun pola
pikir ini penting, namun dalam pembelajaran matematika terutama pada jenjang
SD masih diperlukan pola pikir deduktif, sedangkan jenjang sekolah menengah
penggunaan pola pikir induktif dalam penyajian suatu topik sudah semakin
dikurangi. Di samping cara berpikir, dalam proses pembelajaran siswa juga dilatih
untuk mengembangkan kreatifitasnya melalui imajinasi dan intuisi. Setiap siswa
punya kemampuan yang berbeda-beda dalam memandang suatu permasalahan
yang dikembangkan, inilah yang disebut dengan pemikiran divergen yang perlu
terus dikembangkan.
Berdasarkan penjelasan tujuan pengajaran di atas dapat disimpulkan
bahwa matematika itu bukan saja dituntut sekedar menghitung, tetapi siswa juga
dituntut agar lebih mampu menghadapi berbagai masalah dalam hidup ini.
Masalah itu baik mengenai matematika itu sendiri maupun masalah dalam ilmu
lain, serta dituntut suatu disiplin ilmu yang sangat tinggi, sehingga apabila telah
memahami konsep matematika secara mendasar dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
2.1.2 Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
2.1.2.1 Hakikat TGT
Terdapat berbagai macam pembelajaran kooperatif, diantaranya Teams
Games Tournaments (TGT). TGT dikembangkan pertama kali oleh David De

18

Vries dan Keth Edward pada tahun 1995 (Trianto, 2010: 83). TGT merupakan
sebuah model pembelajaran dimana siswa dikelompokkan ke dalam tim dengan
kemampuan heterogen untuk berkompetisi dalam suatu permainan. Tujuan TGT
adalah untuk menciptakan suasana kelas yang efektif sehingga siswa secara aktif
terlibat dalam proses pembelajaran dan termotivasi untuk mengupayakan
keberhasilan tim. Slavin (2009:166) menyatakan bahwa TGT dapat meningkatkan
kemampuan dasar, prestasi belajar siswa, interaksi positif antar siswa, penerimaan
keanekaragaman teman sekelas dan kepercayaan diri.
Terdapat lima komponen utama dalam model pembelajaran TGT (Slavin,
2009:166 - 168), yaitu: class–presentation, Team, Game, Tournament dan TeamRecognize. Tahap class–presentation, guru menyampaikan secara klasikal pokok
materi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai serta memberikan gambaran
singkat tentang langkah yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Team,
pada tahap ini guru membagi siswa ke dalam beberapa tim yang terdiri dari 3-4
siswa dengan kemampuan kognitif yang heterogen. Selanjutnya setiap tim
diberikan kesempatan untuk mendiskusikan materi dan mengerjakan soal latihan.
Tahap Game, tahap ini merupakan tahap permainan antar tim. Guru mengadakan
kompetisi antar tim yang didesain dalam bentuk permainan. Games ini terdiri dari
3 babak, yaitu babak pertanyaan wajib, pertanyaan bergilir dan pertanyaan
rebutan. Tahap selanjutnya adalah tahap Tournament. Tahap ini merupakan proses
yang dilakukan untuk mengukur kemampuan setiap anggota tim. Masing-masing
dari anggota tim, dikelompokkan pada suatu meja turnamen untuk berkompetisi
dengan anggota tim lain yang memiliki kemampuan yang sepadan (homogen).
Langkah terakhir TGT adalah Team–Recognize, tahap pemberian penghargaan
bagi tim yang mendapat hasil terbaik dari proses kompetisi baik kompetisi dalam
tahap Team, Games maupun Tournament.
TGT tidak hanya memberikan ruang kepada siswa untuk dapat
mewujudkan kepedulian melalui proses bekerja sama dan saling membantu ke
arah yang positif, namun juga menggunakan sistem permainan yang dapat
memberikan suasana yang menyenangkan bagi siswa. Reuben (Kumar dan
Lightner, 2007) menyebutkan bahwa, “using activities and games in class

19

encourages active learning, as well as collaboration, and interactivity”. Selain
itu, TGT mempunyai sistem kontrol yang baik, yaitu setiap anggota kelompok
mempunyai tanggung jawab yang sama untuk kesuksesan kelompoknya. Dalam
model ini siswa memainkan permainan dengan anggota- anggota tim lain untuk
memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka (Trianto,2010: 84).
Menurut pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran Teams Games Tournamaent merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif yamg menekankan pada bentuk permainan kelompok
atau kompetisi antar tim yang terdiri dari anggota heterogen yang berjumlah
antara 5-6 orang dan dapat menciptakan suasana belajar menyenangkan dalam
bentuk kerjasama yang positif.
2.1.2.2 Langkah-langkah pembelajaran Teams Games Tournament
Secara umum ada 5 komponen atau langkah-langkah dalam pembelajaran
Teams Games Tournament (TGT) menurut De Vries dan Slavin dalam
Alkrismanto (2005:18) meliputi;
1.

Penyajian Kelas (Class Presentations)
Pada tahap class–presentation, guru menyampaikan secara klasikal pokok

materi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai serta memberikan gambaran
singkat tentang langkah yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Pokok
materi dan penjelasan singkat tentang LKS yang dibagikan kepada kelompok.
Kegiatan ini dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah yang
dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini peserta didik harus benar- benar
memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan
membantu peserta didik bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada
saat game atau permainan karena skor permainan akan sangat menentukan skor
kelompok.
2.

Belajar dalam kelompok (Teams)
Team, pada tahap ini guru membagi siswa ke dalam beberapa tim atau

kelompok yang terdiri dari 5 sampai 6 siswa dengan kemampuan kognitif yang
heterogen. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman
kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar

20

bekerja dengan baik dan optimal pada saat game atau permainan. Selanjutnya
setiap tim atau kelompok diberikan kesempatan untuk mendiskusikan materi dan
mengerjakan soal latihan atau lembar kerja siswa (LKS).
3.

Permainan (Games)
Games, tahap ini merupakan tahap permainan antar tim. Guru mengadakan

kompetisi antar tim tau kelompok yang didesain dalam bentuk permainan. Games
atau permainan ini terdiri dari pertanyaan- pertanyaan yang relevan dengan
materi, dan dirancang untuk meguji pengetahuan yang didapat peserta didik dari
penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game atau permaian terdiri
dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Peserta didik memilih kartu
bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu.
Peserta didik yang menjawab benar pertanyaan tersebut akan mendapat skor. Skor
ini nantinya dikumpulkan peserta didik untuk turnamen atau lomba mingguan.
4.

Pertandingan atau lomba (Turnamen)
Turnamen atau lomba adalah struktur belajar, dimana game atau

permainan terjadi. Biasanya tournament atau lomba dilakukan pada akhir minggu
atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah
mengerjakan lembar kerja siswa (LKS). Turnamen atau lomba, pertama guru
membagi peserta didik dalam beberapa meja turnamen atau lomba. Kompetisi
yang seimbang ini, memungkinkan para peserta didik dari semua tingkat kinerja
sebelumnya berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim mereka jika mereka
melakukan yang terbaik.
5.

Penghargaan kelompok (Team Recognition)
Setelah turnamen atau lomba berakhir, guru kemudian mengumumkan

kelompok yang menang, masing- masing tim atau kelompok akan mendapat
sertifikat atau hadiah apabila rata- rata skor memenuhi kriteria yang telah
ditentukan. Tim atau kelompok mendapat julukan “Super Team” jika rata- rata
skor 50 atau lebih,”Great Team” apabila rata- rata skor mencapai 50-40 dan
“Good Team” apabila rata- ratanya 40 ke bawah. Hal ini dapat menyenangkan
para peserta didik atas prestasi yang telah mereka buat.

21

2.1.2.3 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Teams Games Tournament
(TGT)
a. Kelebihan Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Mencermati model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
menurut De Vries dan Slavin dalam Alkrismanto (2005:18) mengemukakan
bahwa, kelebihan dari model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
antara lain;
1) Melatih siswa untuk mengungkap atau menyampaikan gagasan atau idenya.
2) Melatih siswa untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain.
3) Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial.
4) Melatih siswa untuk mampu mengaktualisasikan dan mengoptimalkan potensi
dirinya mengahadapi perubahan yang terjadi.
5) Melatih siswa untuk mampu mengembangkan potensi individu yang berhasil
guna dan berdaya guna, kreatif dan bertanggung jawab.
b. Kelemahan Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) menurut De Vries
dan Slavin dalam Alkrismanto (2004:18) mengemukakan bahwa, kelemahan dari
model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) antara lain;
1) Terkadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompoknya.
2) Kendala teknis, misalnya tempat duduk kadang sulit atau kurang mendukung
untuk diatur keanggotaan kelompoknya.
3) Membutuhkan banyak waktu.

22

2.1.2.5 Sintak Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Tabel 1
Sintak Pembelajaran Teams Games tournament (TGT)
Fase
Fase1
Kegiatan pra/
awal
pembelajaran
Fase 2
Penyajian kelas
secara klasikal

Kegiatan Guru
Guru membuka pembelajaran
dengan memberikan apersepsi,
motivasi dan memyampaikan
tujuan pembelajaran
Guru menyampaikan materi
pembelajaran dalam penyajian
kelas, dan penjelasan singkat
tentang LKS yang diberikan
kepada kelompok memberikan
kartu soal, lembar kerja siswa
dan kepeluan lainya.

Kegiatan Siswa
Peserta didik mendengarkan guru
dan semangat dalam menanggapi
apersepsi dari guru

Fase 6
Penghargaan
kelompok

Guru mengumumkan kelompok Peserta didik atau tim mendapat
yang menang, masing-masing penghargaan
tim atau kelompok mendapat
hadiah apabila rata- rata skor
memenuhi kriteria yang telah
ditentukan.

Peserta didik harus benar- benar
memperhatikan dan memahami
materi yang disampaikan guru.
Supaya peserta didik dapat bekerja
lebih baik pada saat kerja kelompok
dan pada saat permainan karena skor
game
atau
permainan
akan
menentukan skor kelompok.
Fase 3
Guru membagi kelas menjadi Dalam kelompok belajar ini peserta
kelompok- kelompok secara didik peserta didik mendiskusikan
Pembagian
heterogen yang terdiri dari 5-6 lembar soal yang diberikan guru.
kelompok
orang. Kelompok atau tim
heterogen
bertugas untuk mempelajari
lembar kerja.
Fase 4
Guru mengarahkan aturan Peserta didik memulai game atau
Permainan
/ permainannya. Gamenya terdiri permainan .
games
atas pertanyaan- pertanyaan Game tersebut dimainkan di atas
sederhana yang kontennya meja dengan masing – masing
relevan dengan materi.
kelompok.
Game
berupa
nomor-nomor
pertanyaan yang ditulis pada lembar
yang sama.
Seorang siswa mengambil sebuah
kartu bernomor dan harus menjawab
pertanyaan sesuai nomor yang
tertera pada kartu tersebut.
Fase 5
Pada turnamen pertama, guru Masing-masing kelompok masuk
Perlombaan
menunjuk siswa atau membagi meja turnamen dan mengerjakan
atau turnamen peserta didik untuk berada soal turnamen, tapi tidak boleh
sedang
pada meja turnamen.
saling membantu.
berlangsung.

23

Tabel 2
Pemetaan Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) berdasarkan
Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
No

Fase TGT

Kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan Eksplorasi Elaborasi Konfirmasi Penutup

1
2

3

4
5

6

Pra / awal
pembelajaran
Penyajian
kelas secara
klasikal
Pembagian
kelas dalam
belajar
kelompok
Permainan /
games
Perlombaan
atau
turnamen
sedang
berlangsung
Pengumuman
skor
dan
penghargaan
kelompok




Pengkondisian siswa dalam kelompok








Berdasarkan penjabaran sintaks Pembelajaran Teams Games Tournament
(TGT) Slavin dalam Rachmat (2003 : 15) dan pemetaan langkah- langkah TGT
berdasarkan Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, selanjutnya
penulis akan menyusun implementasi pembelajaran Teams Games Tournament
(TGT) berdasarkan Standar Proses. Langkah- langkah implementasi Pembelajaran
Teams Games Tournament (TGT) berdasarkan standart proses yaitu: (1)
Pendahuluan (Pra/awal pembelajaran/pemberian apersepsi); (2) Eksplorasi
(Penyajian kelas secara klasikal); (3) Pengkondisian kelas (membagi kelas dalam
belajar kelompok); (4) Elaborasi (Permainan/game dan Perlombaan atau turnamen
sedang berlangsung); (5)Konfirmasi ( Pengumuman skor ); (6) Penutup
(Penghargaan kelompok). Berikut tabel implementasi pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) berdasarkan Standar Proses.

24

Tabel 3
Implementasi Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) berdasarkan
Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
Sintak TGT

Tahapan/Langkah
dalam Standar
Proses
Kegiatan pra/awal
Pendahuluan
pembelajaran

Penyajian kelas
secara klasikal

Membagi kelas
dalam belajar
kelompok dan
Permainan /
games

Perlombaan atau
atau turnamen
sedang
berlangsung

Pengumuman
skor pemenang
lomba

Penghargaan
kelompok

Kegiatan Guru

1.

Guru membuka pembelajaran dengan
memberikan apersepsi dan motivasi
2. Guru memyampaikan tujuan
pembelajaran
Kegiatan inti
Eksplorasi
1. Guru menyampaikan materi dalam
penyajian kelas.
2. Guru menyampaikan penjelasan singkat
tentang LKS yang diberikan kepada
kelompok / tanya jawab
3. Guru juga memberikan kartu soal/ lembar
kerja siswa (LKS)
Pengkondisian
1. Guru membagi kelas menjadi kelompokdalam kelompok
kelompok Kelompok atau tim bertugas
untuk mempelajari lembar kerja.
2. Guru mengarahkan aturan permainannya.
Gamenya terdiri atas pertanyaanpertanyaan yang kontennya relevan yang
dirancang untuk menguji pengetahuan
siswa
Elaborasi
1. Pada
turnamen
pertama,
guru
membimbing siswa dalam turnamen
2. Presentasi kelas yang diperoleh dari
presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja
tim.
3. Setelah
selesai
menghitung
skor
permainan
Konfirmasi
1. Guru mengumumkan kelompok yang
menang
2. Masing-masing tim atau kelompok
mendapat hadiah /mendapat umpan balik
yang positif
3. Guru penguatan dalam bentuk lisan untuk
memperoleh pengalaman belajar.
Penutup
1. Guru melakukan refleksi terhadap
kegiatan yang sudah dilaksanakan secara
konsisten dan mengambil kesimpulan
2. Guru memberikan umpan balik dan
penguatan terhadap proses dan hasil
pembelajaran.
3. Guru mengakhiri pembelajaran

25

2.1.2.6 Implementasi Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dalam
pembelajaran
Pada penerapan pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) sebagai
awal pembelajaran disampaikan materi dalam penyajian kelas sebagai awal
pembelajaran. Pemberian materi dan penjelasan singkat tentang lembar kerja
siswa (LKS) digunakan sebagai stimulus pembelajaran yang selanjutnya, siswa
diarahkan atau dibimbing guru untuk kerja kelompok. Dengan menggunakan
model game aatau permainan dapat membantu peserta didik bekerja lebih baik
pada saat kerja kelompok. Karena fungsi kelompok dapat mendorong atau
memotivasi peserta didik agar proses pembelajaran mengacu pada bekerja sama
dalam belajar kelompok, hal ini dikarenakan permaianan atau games terdiri dari
pertanyaan- pertanyaan sederhana bernomor.
Pada pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) harus sesuai dengan
langkah- langkah dan tujuan supaya peserta didik mampu mampu bekerja dalam
kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya yang diberikan
oleh guru. Sehingga dengan pembelajaran

Teams Games Tournament (TGT)

dalam belajar kelompok ini peserta didik dapat mendiskusikan masalah-masalah,
membandingkan jawaban, memeriksa dan memperbaiki kesalahan- kesalahan
konsep temannya jika kelompoknya melakukan kesalahan, serta dirancang untuk
menguji pengetahuan peseta didik dari penyajian kelas dan belajar kelompok.
Maka dalam pembelajaran dibutuhkan sebuah pembelajaran yang memfasilitasi
agar siswa mempunyai keberanian dalam bersaing, bisa bekerjasama hingga
kemudian siswa menjadi lebih aktif, kreatif dan mandiri. Karena pembelajaran ini
menekankan adanya kompetisi yang dilakukan dengan cara membandingkan
kemampuan antara anggota dalam suatu bentuk turnamen atau perlombaan agar
siswa memperoleh pemahaman akan materi pelajaran yang lebih baik .
2.1.4 Hasil Belajar
2.1.4.1 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Nawawi (dalam Ahmad Susanto, 2013:05) yang menyatakan
bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai “sebagai tingkat keberhasilan siswa
dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang

26

diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.” Sama
halnya menurut Suprijono (dalam Thobroni, 2015:20), mengatakan bahwa hasil
belajar adalah “pola- pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,sikapsikap, apresiasi dan keterampilan”. Merujuk pada pemikiran Gagne bahwa hasil
belajar hal- hal berikut; (1) Informasi verbal, kapabilitas mengungkapkan
pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulis. (2) Keterampilan
intelektual, kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. (3) Strategi
kognitif, kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya. (4)
Keterampilan motorik, kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam
urusan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. (5) Sikap,
kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek
tersebut. Selain itu, menurut Lindgren (dalam Thobroni, 2015:22), mengatakan
bahwa hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah kemampuan dan perubahan- perubahan dalam bidang pengetahuan atau
pengalaman dalam bidang keterampilan, nilai dan sikap yang dicapai oleh siswa
setelah belajar. Maka hasil belajar peserta didik disini adalah adalah kemampuan
yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Ini
merupakan suatu proses dimana peserta didik berusaha mendapatkan perubahan
perilaku yang relatif tetap, meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Tetapi dalam hal ini, penelitian akan mengukur kemampuan peserta didik dalam
aspek kognitif.
2.1.4.2 Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Wasliman (dalam Ahmad Susanto, 2013:12) mengatakan hasil
belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi dari berbagai
faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal. (1)
Faktor internal; faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri
peserta didik yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini
meliputi; kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap,
kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. (2) Faktor eksternal; faktor

27

yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor
eksternal ini meliputi, keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat.
Sama halnya dengan teori Gestalt (dalam Ahmad Susanto, 2013: 12),
belajar merupakan “suatu proses perkembangan”. Di dalam setiap peserta didik
secara kodrati jiwa raga mengalami perkembangan. Perkembangan ini sendiri
memerlukan sesuatu baik dari dalam diri peserta didik sendiri maupun dari
lingkungannya. Berdasarkan teori tersebut bahwa, hasil belajar dipengaruhi oleh
dua hal. Pertama, peserta didik; dalam arti kemapuan berpikir atau intelektual,
motivasi, minat dan kesiapan peserta didik baik jasmani maupun rohani. Kedua,
lingkungan; lingkungan merupakan sarana dan prasarana, kompetensi guru,
kreatifitas guru, sumber- sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan,
keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Oleh sebab itu, semakin jelas bahwa hasil belajar peserta didik merupakan
hasil dari suatu proses yang didalamnya terlibat sejumlah faktor yang
mempengaruhi, baik peserta didik maupun lingkungan. Senada menurut
Ruseffendi

(dalam

Ahmad

Susanto,

2013:14)

mengatakan

bahwa

mengidentifikasikan faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar ke dalam
sepuluh macam, yaitu; kecerdasan, kesiapan peserta didik, bakat pesert didik,
kemauan belajar, minat peserta didik, model penyajian materi, pribadi dan sikap
guru, suasana belajar, kompetensi guru, dan kondisi masyarakat.
2.1.4.3 Penilaian Hasil Belajar
Dalam penilaian tentang hasil belajar dilakukan oleh guru terhadap hasil
pembelajaran peserta didik yang telah dilakukan untuk mengukur tingkat
pencapaian kompetensi pesrta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan
laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian
juga dilakukan secara konsisten, sistematik dan terprogram dengan menggunakan
tes.
Penilaian hasil belajar ini dilakukan secara berkesinambungan yang
bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik guna
meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dalam
penelitian ini penilaian hasil belajar hanya aspek kognitif. Prosedur penilaian hasil

28

belajar dalam penelitian ini adalah; (1)memilih standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang ada dalam silabus, (2) mengembangkan indikator sesuai
dengan kompetensi dasar yang akan dicapai, (3) membuat kisi-kisi soal, (4)
melaksanakan tes, (5) mengolah hasil tes untuk mengetahui ketercapaian
kompetensi dan keberhasilan dalam proses pembelajaran tersebut.
Hasil belajar dalam penelitian ini diukur dengan memberikan soal tes
kepada peserta didik. Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur
hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan
terhadap materi dan konsep pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan.
2.1.5 Hubungan Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Dengan
Hasil Belajar.
Pembelajaran Teams Games Tournament merupakan salah satu model
pembelajaran yang tepat digunakan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar. Dalam
pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dapat mengembangkan siswa
agar mempunyai keberanian dalam bersaing, bisa bekerjasama hingga kemudian
siswa menjadi lebih aktif, kreatif dan mandiri. Namun dalam kenyataan dan
pelaksanaanya masih banyak kekurangan, salah satu penyebabnya adalah jika
siswa belum terlatih dengan cara belajar seperti ini, mereka akan kesulitan dalam
mengikuti pembelajaran dan merasa bosan dalam kegiatan belajar mengajar.
Jika pembelajaran yang diterapkan di Sekolah Dasar pola pemikiran siswa
masih dalam tahap operasional kongkret ini sangat kesulitan dalam pembelajaran.
Oleh sebab itu, peneliti mencoba untuk menerapkan pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT). Di dalam langkah- langkah pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) terdapat kerja kelompok, diskusi kelompok, permainan, dan
demonstrasi di depan kelas. Melalui kegiatan tersebut diharapkan dapat
mengembangkan pemahaman dan memunculkan aktivitas serta meningkatkan
hasil belajar siswa. Permainan dan pertandingan atau turnamen ini guru akan
membimbing dan memfasilitasi siswa sehingga peserta didik dapat dengan mudah
memahami kegiatan belajar mengajar dan materi pelajaran akan lebih baik serta
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

29

2.1.6 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Harjoko (2014), dalam skripsi yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament)
Pada Siswa Kelas V SD N Kedungjambal 02 Kab. Sukoharjo Tahun Ajaran
2013/2014”. Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian model Teams Games
Tournament (TGT) ini terbukti bahwa hasil belajar matematika siswa mengalami
peningkatan dan siswa lebih aktif pada siswa kelas V SD N Kedungjambal 02
Kab. Sukoharjo Tahun Ajaran 2013/2014.
Sri Wilujeng (2013), dalam skripsi yang berjudul “Peningkatan aktivitas
dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Teams Games Tournament (TGT)”. Hasil
penelitian disimpulkan bahwa dengan model pembelajaran TGT dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika materi Bangun Ruang pada
siswa kelas IV dan meningkatkan performansi guru di SDN Muarareja 02 Tegal
tahun pelajaran 2011/2012.
Juniari Purwantini, I Wyn Wiarta, I Kt. Adnyana Putra (2013), dalam
skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Tipe TGT Berbantuan
Media Qustion Box Terhadap Hasil Belajar ”. Hasil penelitian disimpulkan
bahwa model pembelajaran TGT berbantuan media question box berpengaruh
signifikan terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas V Sekolah Dasar
Nomor 9 Jimbaran Tahun Ajaran 2012/2013.
Narsih (2016), dalam skripsi yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil
Belajar Matematika Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Teams Games Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas V SD”. Kesimpulan
penelitian yang didapat dari ketiga siklus yang dilaksanakan, maka dari tahapan
setiap siklus, dimana siklus I mencapai 48,44%, siklus II 84,85% dari kedua siklus
masing-masing mengalami peningkatan secara signifikan.
Penelitian yang telah diuraikan diatas, masih ada hubungannya dengan
penelitian yang akan dilakukan saat ini. Selain itu, dalam penjelasan tersebut
penelitian yang dilakukan dengan menggunakan pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) untuk meningkatkan minat belajar, motivasi belajar, dan hasil
belajar pada mata pelajaran matematika di SD. Dengan penelitian yang dilakukan

30

di atas dapat dijadikan bukti bahwa penerapan pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran
matematika di SD, serta dapat mendukung penelitian yang akan dilakukan saat ini.
Karena dalam penelitian ini menekankan pada penerapan pembelajaran Teams
Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran
matematika kelas V SD Negeri Bakaran Kulon 03.
2.1.7 Kerangka Pikir
Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan di atas, peneliti akan
menyusun kerangka berfikir untuk memperjelas arah dan maksud penelitian ini.
Kerangka berfikir ini disusun berdasarkan variabel yang dipakai dalam penelitian,
yaitu Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) Siswa Kelas V SDN Bakaran Kulon 03 Tahun Pelajaran
2016/2017.
Kegiatan belajar mengajar, guru cukup mendominasi hampir seluruh
waktu pembelajaran dan menyampaikan materi melalui ceramah, walaupun
terkadang belajar diskusi dan kelompok untuk mengerjakan tugas. Interaksi
antara siswa dan guru dilakukan hanya ketika guru menerangkan materi kepada
peserta didik. Hal ini menyebabkan siswa kurang semangat dalam proses
pembelajaran, dan mempengaruhi terhadap hasil belajarnya. Sehingga banyak
peserta didik yang banyak belum mencapai KKM (60) akibatnya hasil belajar
peserta didik rendah. Padahal kegiatan belajar mengajar akan efektif apabila
peserta didik ikut aktif dalam kegiatan pembelajaran. Peserta didik mungkin dapat
membangun pemahaman akan materi pelajaran yang lebih baik.
Mengatasi kondisi tersebut, maka peneliti akan menerapkan pembelajaran
Teams Games Tournament (TGT). Pembelajaran Teams Games Tournament
(TGT) merupakan pembelajaran yang menyiapkan siswa agar mempunyai
keberanian dalam bersaing, bisa bekerja sama hingga kemudian peserta didik
menjadi lebih aktif, kreatif dan mandiri. Pembelajaran Teams Games Tournament
(TGT)

menekankan

adanya

kompetisi

yang

dilakukan

dengan

membandingkan kemampuan antara anggota dalam suatu bentuk turnamen.

cara

31

Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) ini diterapkan melalui
beberapa tahapan yaitu menyampaikan tujuan pelajaran materi pelajaran, dan
penjelasan singkat tentang LKS yang dibagikan kepada kelompok. Guru membagi
kelas menjadi kelompok-kelompok berdasarkan kriteria kemampuan peserta
didik, kegiatan kelompok ini peserta didik mendiskusikan masalah- masalah,
membandingkan jawaban, memeriksa atau meneliti, memperbaiki kesalahan
konsep jika temannya satu kelompok ada yang melakukan kesalahan. Selanjutnya
permainan yang terdiri dari pertayaan- pertanyaan sederhana yang sesuai dengan
materi dan mencoba menjawab pertanyaan dengan benar dan akan mendapat skor
yang nantinya dikumpulkan untuk turnamen. Dalam turnamen guru membagi
peserta didik ke dalam beberapa meja turnamen. Setelah turnamen selesai, guru
kemudian mengumumkan kelompok yang menang masing- masing kelompok
akan mendapat hadiah apabila apabila rata- rata skor memenuhi kriteria yang telah
ditentukan.
Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dilaksanakan dalam dua
siklus, sampai mencapai keberhasilan belajar yaitu peningkatan hasil belajar.
Selain untuk meningkatkan hasil belajar, penerapan pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) dapat membentuk karakter siswa diantaranya kerjasama,
tanggung jawab, teliti, toleransi, keberanian dalam berbicara juga bersaing. Untuk
lebih jelasnya peneliti menggambarkan kegiatan pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) melalui gambar bagan sebagai berikut.

32

PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT )

SINTAK TGT
Proses Pembelajaran
1. Menyampaikan materi dalam penyajian kelas.
2. Belajar dalam kelompok, diskusi masalah, membandingkan jawaban,
memeriksa dan memperbaiki kesalahan konsep.
3. Permainan yang berisi pertanyaan relevan dengan materi.
4. Pertandingan atau lomba.
5. Penghargaan kelompok .

Dampak
Dampak Instruksional
1. Mampu melakukan pengukuran sudut
2. Mampu mengenal satuan, jarak dan
kecepatan

Prinsip sosial
1. Teacher center
2. Kerja Kelompok
3. Student center
4. Diskusi kelompok
5. Penghargaan
kelompok

Sistem pendukung
1. Fasilitas
kelas
2. Tatap muka

Dampak Pengiring
1. Kerjasama
2. Tanggung jawab
3. Komunikatif
4. Toleransi
5. Aktif
6. Kreatif
7. Mandiri

Prinsip reaksi
1. Penghargaan
pribadi
2. Penghargaan
kelompok

Gambar 1 Kerangka Pikir Penerapan Pembelajaran Teams Games
Tournament

hasil
hasil

33

2.1.8 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian yang relevan dan kerangka
berpikir yang telah dikemukakan, maka hipotesis tindakan sebagai dugaan atau
jawaban sementara dalam penelitian ini adalah
1.

Penerapan

pembelajaran

Teams

Games

Tournament

(TGT)

untuk

meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran Matematika di
SD Negeri Bakaran Kulon 03 tahun pelajaran 2016/2017.
2.

Dengan penerapan pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran Matematika di
SD Negeri Bakaran Kulon 03 tahun pelajaran 2016/2017.

Dokumen yang terkait

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

Analisis Pengaruh Pengangguran, Kemiskinan dan Fasilitas Kesehatan terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia di Kabupaten Jember Tahun 2004-2013

21 388 5

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

THE EFFECT OF USING ENGLISH SONGS ON THE FIFTH YEAR STUDENT’S VOCABULARY ACHIEVEMENT OF SDN KASIYAN TIMUR 03 PUGER, JEMBER

4 68 15

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

IbM Peningkatan Kesehatan Gigi dan Mulut Petani Kakao Kecamatan Bangsalsari

5 96 57