Laporan Praktikum Spermatogenesis dan Sp

LAPORAN PRAKTIKUM
REPRODUKSI TERNAK
“Spermatogenesis dan Sperma Ternak”

Oleh:
Kelas A
Kelompok 1

Eva Mutiara Afiyah

200110160007

LABORATORIUM REPRODUKSI TERNAK
DAN INSEMINASI BUATAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2017

I
PENDAHULUAN


1.1

Latar Belakang
Spermatogenesis adalah proses dimana spermatogonia berkembang menjadi

spermatosit, tahap masak dari spermatosit yang akan menghasilkan spermatid
dengan jumlah kromosom berkurang (haploid), spermiogenesis merupakan proses
transformasi dari spermatid menjadi spermatozoa.
Spermatogenesis dimulai dengan pertumbuhan spermatogonium menjadi
sel-sel yanglebih besar yang kemudian disebut sebagai spermatosit primer. Sel-sel
ini membelah (pertama secara mitosis) menjadi dua spermatosit sekunder yang
sama besar, yang kemudian mengalami pembelahan meiosis menjadi empat
spermatid yang sama besar pula. Spermatid ini yaitu sebuah sel bundar dengan
sejumlah besar protoplasma, yang merupakan gamet dewasa dengan jumlah
kromosom haploid.
1.2

Maksud dan Tujuan
1. Mahasiswa dapat menyebutkan tahapan pembentukan spermatozoa dan

menjelaskan komposisi semen serta struktur atau morfologi spermatozoa
secara lengkap.

1.3

Waktu dan tempat

Waktu

: 13.30 – 15.30

Tanggal

: 27 September 2017

Tempat

: Laboratorium Reproduksi Ternak dan Inseminasi Buatan Fakultas
Peternakan Universitas Padjadjaran


II
ALAT, BAHAN, PROSEDUR KERJA

2.1 Alat
1. Alat penampung semen lengkap dengan vagina buatan untuk sapi, domba
atau kambing dan ayam, berfungsi sebagai media untuk percobaan.
2. Tabung penampung, berfungsi untuk menampung sperma.
3. Pipet, berfungsi untuk memindahkan sperma dari penampung ke objek
glass.
4. Gelas Objek (Object Glass), berfungsi sebagai tempat untuk menaruh
sperma sebelum diamati pada mikroskop.
5. Gelas Penutup (Cover Glass), berfungsi untuk menutup sperma yang
sudah diletakan diatas gelas objek.
6. Miksroskop, berfungsi untuk mengamati media secara mikroskopik.
7. Ampul 0,5 ml
8. Kapas, berfungsi untuk membersihkan object glass dan cover glass
sebelum digunakan.

2.2


Bahan
1. Semen domba atau kambing
2. Semen sapi
3. Semen ayam

2.3

Prosedur Kerja

III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

3.1

Hasil Pengamatan
Pengamatan Mikroskopik

Semen Ayam Individu




(Perbesaran 10x40)

Semen bergerak maju kedepan
(progresif)



Sebagian besar sperma diam (mati)



Sperma bergerak ke kanan dan ke kiri
(zigzag)



Sperma bergerak ditempat ke kanan dan
ke kiri (vibrate)




Sperma bergerak melingkar (circular)

Semen Domba Individu



Sperma bergerak dengan cepat

(Perbesaran 10x40)



Sperma bergerak ke depan (progresif)



Ada 2 sperma yang tidak bergerak (mati)




Ada 1 sperma yang berjalan lambat



Ada Sperma bergerak melingkar
(circular)



Sperma bergerak ke segala arah



Sperma bergerak ditempat ke kanan dan
ke kiri (vibrate)

Semen Ayam Massa
(Perbesaran 10x40)


+++ : Kumpulan awan gelap, aktif, dan cepat

Semen Domba Massa

+++ : Kumpulan awan gelap, aktif, dan cepat

(Perbesaran 10x40)
Abnormalitas Semen Ayam
(Perbesaran 10x40)

1. Sperma dengan abnormalitas berkepala
dua atau disebut multiple head
2. Sperma dengan abnormalitas kepala
dengan ekor terpisah atau disebut head
without tail

Abnormalitas Semen
Domba (Perbesaran 10x40)


1. Sperma dengan abnormalitas berkepala
dua atau disebut multiple head
2. Sperma dengan abnormalitas kepala
dengan ekor terpisah atau disebut head
without tail

Semen Ayam (Perbesaran
10x40)

1. Akrosom, sebagai pelindung kepala
sperma.
2. Kepala Sperma
Pada kepala sperma ini terdapat 3 enzim
yaitu:


Enzim hialurodinase, berfungsi
untuk memecah cumulus
oophorus




Enzim CPE atau Corona
Penetrating Enzim, berfungsi
untuk menembus corona radiate



Enzim Akrosin, berfungsi untuk
menembus zona pellucida

3. Ekor Sperma
Ekor sperma ini di bagi lagi menjadi 3
yaitu:


Middle Piece, sebagai metabolism
sperma karena didalam nya
terdapat mitokondria




Main Piece, sebagai penggerak
sperma



End Piece, sebagai navigator
sperma

Semen Domba

1. Akrosom, sebagai pelindung kepala
sperma.
2. Kepala Sperma
Pada kepala sperma ini terdapat 3 enzim
yaitu:


Enzim hialuronidase, berfungsi
untuk memecah cumulus
oophorus



Enzim CPE atau Corona
Penetrating Enzim, berfungsi
untuk menembus corona radiate



Enzim Akrosin, berfungsi untuk
menembus zona pellucida

3. Ekor Sperma

Ekor sperma ini di bagi lagi menjadi 3
yaitu:


Middle Piece, sebagai metabolism
sperma karena didalam nya
terdapat mitokondria



Main Piece, sebagai penggerak
sperma



End Piece, sebagai navigator
sperma

Pengamatan Makroskopik
Ayam

Domba

Volume

0.6 ml

1.8 ml

Bau

Lebih amis dari domba /

Khas Sperma

khas sperma
Warna

Putih

Putih agak kekuningan

Konsentrasi

Kental (lebih banyak

Agar encer (lebih

sperma daripada plasma

banyak plasma semen

semen)

daripada sperma)

7.2 (basa)

6.8 (asam)

pH

3.2

Pembahasan
Pada praktikum kali ini dengan percobaan mengamati sperma dari

ternak ayam dan domba, pengamatan mikroskopik dan makroskopik, untuk
mikroskopik ini meliputi pemeriksaan pergerakan sperma itu pada mikroskop

apakah cepat atau lambat, lalu morfologi sperma tersebut apakah normal atau cacat
(abnormalitas) karena tidak semua sperma sempurna atau normal, maka dari itu
dilakukan pengamatan. Untuk pengamatan makroskopik yaitu mengamati secara
fisik warna, bau, ph, volume, dan konsentasi pada sperma ternak itu sendiri. Dengan
mengamati sedemikian rupa bisa dilihat bahwa sperma tersebut berkualitas bagus
atau tidak. Kualitas Semen yang baik harus melewati beberapa pemeriksaan antara
lain

pemeriksaan

Makroskopis

dan

pemeriksaan

Mikroskopis.

Pemeriksaan Makroskopis meliputi : volume, warna, bau, konsistensi,dan derajat
keasaman atau pH. Sedangkan untuk pemeriksaan Mikroskopis meliputi : gerakan
massa, gerakan individu, Motilitas, konsentrasi Spermatozoa serta prosentase hidup
(Hardijanto Dkk, 2008).
Untuk pemeriksaan mikroskopis pada praktikum ini melihat pergerakan
individu dan massa sperma pada ayam dan domba pada mikroskop pada perbesaran
10 x 40. Pemeriksaan mikroskopis meliputi gerakan massa, gerakan individu,
konsentrasi, persentase hidup dan mati Spermatozoa dan Abnormalitas
Spermatozoa (Kartasudjana, 2001).
3.2.1

Gerakan Individu Sperma Ayam dan Domba

Gerakan individu pada sperma ayam yang di dapatkan dari hasil
pengamatan adalah sperma bergerak maju ke depan atau progresif, sebagian
sperma diam (mati), dan sperma bergerak ke kanan dan ke kiri atau zigzag,
sperma bergerak ditempat ke kanan dan ke kiri atau vibrate, dan sperma
bergerak melingkar atau circular.
Untuk gerakan individu pada sperma domba didapatkan sperma bergerak
dengan cepat, sperma bergerak ke depan atau progresif, ada 2 sperma yang
tidak bergerak atau mati, ada 1 sperma yang berjalan lambat, sperma

bergerak melingkar atau circular, sperma bergerak ke segala arah, sperma
bergerak ditempat ke kanan dan ke kiri atau vibrate.
Dari pengamatan 2 sperma ternak yang berbeda tersebut di dapatkan
perbedaan bahwa pada sperma ayam lebih pasif di bandingkan sperma
domba, disini sperma domba sangat aktif karena pergerakan yang sangat
cepat dibandingkan dengan sperma ayam. Hal ini mungkin disebabkan
sperma yang sudah terlalu lama di tamping atau kesalah dalam penggunaan
media bisa dengan object glass yang tidak steril dan lain-lain. Hal ini
menunjukan bahwa sperma ternak domba lebih berkualitas dibandingkan
dengan sperma ternak ayam yang di amati.
Kebanyakan peneliti menentukan kualitas Semen berdasarkan Motilitas
spermatozoa dengan nilai 0 sampai 5; Spermatozoa motil atau tidak
bergerak; gerakan berputar di tempat; gerakan berayun dan melingkar,
kurang dari 50% bergerak progresif; antara 50%-80% bergerak progresif;
pergerakan progresif yang gesit dan segera membentuk gelombang dengan
90% Sperma Motil; gerakan sangat progresif, menunjukkan 100%
yang Motil aktif (Toelihere, 1979).
3.2.2

Gerakan Massa Sperma Ayam dan Domba

Gerakan massa sperma pada ayam didapatkan +++ yaitu seperti kumpulan
awan gelap aktif dan cepat, lalu sperma pada domba didapatkan +++ yaitu
seperti kumpulan awan gelap aktif dan cepat. Hal ini menunjukan bahwa
kedua sperma tersebut bagus dan cukup baik untuk bisa membuahi ovum,
kedua sperma tersebut mempunyai motilitas yang tinggi atau pergerakan
yang sangat aktif.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Motilitas spermatozoa adalah
umur Sperma, Maturasi (pematangan) Sperma, penyimpanan energi ATP
(Adenosin

Triphosfat),

agen

aktif,

biofisik

dan

fisiologik,

cairan Suspense dan adanya rangsangan hambatan (Hafez, 2000).
Menurut Salisbury dan Vandenmark (1985), yang menyatakan
bahwa berdasarkan penilaian gerakan massa, kualitas Semen dapat
ditentukan sebagai berikut:
1). Sangat baik (+++), terlihat gelombang-gelombang besar, banyak, gelap,
tebaldan aktif bagaikan gumpalan awan hitam saat akan turun hujan yang
bergerakcepat berpindah-pindah tempat.
2). Baik (++), bila terlihat gelombang-gelombang kecil, tipis, jarang, kurang
jelasdan bergerak lamban.
3). Cukup (+), jika terlihat gelombang melainkan hanya gerakan-gerakan
individual aktif progresif.
3). Buruk (N, Necrospermia atau 0), bila hanya sedikit atau tidak ada
gerakan-gerakan individual.
3.2.3

Pengamatan Makroskopis Semen Ayam dan Domba

Pengamatan makroskopis pada sperma ayam dan domba ini meliputi
pengamatan warna, bau, ph, volume, dan konsentasi dari sperma tersebut.
1. Warna
Untuk warna pada sperma pada umumnya adalah putih kekuningkuningan. Pada sperma ayam di dapatkan berwarna putih kekuningan
dan pada sperma domba didapat berwarna putih. Hal ini menunjukan
bahwa kedua sperma tersebut baik dan bagus belum terkontaminasi oleh

bakteri dan lain-lainnya yang bisa membuat sperma berwarna selain
putih.
Adanya

kuman-kuman

Pseudomonas

aeruginosa

di

dalam Semen sapi dapat menyebabkan warna hijau kekuning-kuningan
apabila Semen dibiarkan di suhu kamar. Gumpalan-gumpalan, bekuan
dan kepingan-kepingan di dalam Semen menunjukkan adanya nanah
yang

umumnya

berasal

dari

kelenjar-kelenjar

pelengkap

dari Ampula. Semen yang berwarna gelap sampai merah muda
menandakan adanya darah segar dalam jumlah berbeda dan berasal dari
saluran kelamin Uretra atau Penis. Warna kecoklatan menunjukkan
adanya darah yang telah mengalami Dekomposisi. Warna coklat muda
atau warna kehijau-hijauan menunjukkan kemungkinan kontaminasi
dengan Feses (Feradis, 2010).
2. Bau
Untuk bau yang di dapatkan dari sperma ayam dan domba adalah
sperma ayam lebih berbau khas atau amis di banding sperma domba
walaupun keduanya sama-sama terdapat bau khas sperma.
Variabel pemeriksaan bau Semen jarang dilakukan karena tidak
berhubungan

dengan

kualitas

Spermatozoa.

Umumnya

bau Semen dikategorikan sebagai bau khas (Herdis dan Rizal, 2008).
3. pH
Untuk pH yang didapatkan pada sperma ayam adalah 7,2 dengan normal
adalah diantara 7,2 – 7,6. Lalu, pada sperma domba didapatkan pH
sebesar 6,8 dengan normal adalah dianatara 5,9 – 7,3. pH yang

didapatkan ini adalah normal pH yang biasa pada sperma karena sperma
ini masih bersifat hidup.
Pada umumnya Sperma sangat aktif dan tahan hidup lama pada pH
sekitar 7,0.Motilitaspartial dapat dipertahankan pada pH antara 5
sampai 10. Walaupun Sperma segera dimobiliser oleh kondisi-kondisi
asam, pada beberapa spesies dapat dipulihkan kembali apabila pH
dikembalikan ke netral dalam waktu satu jam. Sperma sapi dan domba
yang menghasilkan asam laktat dalam jumlah yang tinggi dan
metabolisme fruktosa Plasmaseminalis, sehingga penting untuk
memberikan unsur penyangga seperti garam Phospat, Sitratbikarbonat
di dalam medium (Toelihere, 1985).
4. Volume
Volume yang didapatkan pada ayam adalah sebesar 0,6 ml dengan
normal sperma yang didapatkan dianatara 0,2 – 0,5 ml. Pada domba
didapatkan volume sebesar 1,8 ml dengan normal diantara 0,8 – 1,2 ml.
Pada pengamatan ini didapatkan volume sperma yang didapatkan diatas
rata-rata hal ini mungkin disebebakan karena ternak tersebut belum
melakukan ejakulasi sebelumnya karena biasanya ternak yang sudah
melakukan ejakulasi kedua itu akan membuat volume sperma yang
dihasilkan semakin rendah.
Ejakulasi yang sering menyebabkan penurunan volume dan apabila
dua Ejakulat diperoleh berturut-turut dalam waktu singkat maka
umumnya Ejakulat yang kedua mempunyai volume yang lebih rendah.
Volume Semen sapi antara 5-8 ml, domba 0,8-1,2 ml, babi 150-200 ml,
dan kuda 60-100 ml. Volume rendah tidak merugikan tetapi apabila

disertai

dengan

konsentrasi

yang

rendah

akan

membatasi

jumlah Spermatozoa yang tersedia (Feradis, 2010).
5. Konsistensi
Konsistensi yang didapat dengan cara memiringkan tabung kesamping
dengan perlahan sampai 45 derajat lalu dikemablikan lagi seperti
semula. Konsistensi yang didapat pada sperma ayam yaitu agak encer
dan pada sperma domba kental. Hal ini dikarenakan perbandingan
sperma dan plasma semen yang tidak seimbang. Untuk sperma ayam
agak encer disebabkan karena lebih banyak plasma semen dibandingkan
sperma, untuk sperma domba kental karena mengandung lebih banyak
sperma dibandingkan plasma semen.
Konsistensi atau kekentalan Semen segar dilihat dengan cara
memiringkan

tabung

Semen

secara

perlahan

dan

mengembalikan Semen koposisi semula sehingga dapat ditentukan
apakah cairan Semen tersebut encer, sedang atau kental. Semen sapi dan
domba

mempunyai

konsistensi

kental

berwarna

krem,

sedangkan Semen kuda dan babi cukup encer berwarna terang sampai
kelabu. Semen cair berwarna atau hanya sedikit kekeruhan memiliki
konsentrasi sekitar 100 juta sel Spermatozoa per ml dan yang jernih
seperti air kurang dari 50 juta per ml. Konsistensi Semen tergantung
pada rasio kandungan Spermatozoa dan Seminalplasma. Konsistensi
adalah

derajat

kekentalan

yang

konsentrasi Spermatozoa (Feradis, 2010).

erat

kaitanya

dengan

3.2.4

Abnormalitas Sperma Ayam dan Domba

Pada saat setelah fiksasi, dapat dilihat pada mikroskop untuk masingmasing sperma pada sperma ayam dan domba. Apakah normal atau
abnormal.
Untuk semen ayam didapatkan sperma yang abnormalitas yaitu head
without tail dan multiple head.
Untuk semen domba didapatkan sperma yang abnormalitas yaitu multiple
head dan head without tail.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, ada abnormalitas primer dan
sekunder. Untuk head without tail ini termasuk pada abnormalitas sekunder
yaitu yang bisa saja dikarenakan lingkungan. Untuk yang multiple head
termasuk pada abnormalitas primer yaitu yang dikarenakan bawaan dari
awal sperma tersebut terbentuk oleh ternak.
Suhu lingkungan yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat
mempengaruhi organ reproduksi ternak jantan. Hal ini menyebabkan
fungsi Thermoregulatoris scrotum terganggu sehingga terjadi kegagalan
pembentukan Spermatozoa dan penurunan produksi Spermatozoa. Pejantan
yang

di

tempatkan

pada

ruangan

yang

panas

mempunyai

tingkat Fertilitas yang rendah. Hal ini disebabkan karena memburuknya
kualitas Semen dan didapatkan 10% Spermatozoa yang Abnormal
(Susilawati dkk, 1993).
3.2.5

Morfologi Sperma Ayam dan Domba

Untuk sperma ayam dan domba tidak begitu berbeda karena dengan bentuk
dan morfologi yang sama. Terbentuk dari Kepala dan Ekor, dan Ekor yang
dibagi menjadi 3.

Untuk kepala sperma berbentuk oval memanjang lebar, serta datar pada satu
pandangan dan sempit pada pandangan lainnya. Berisi sepenuhnya oleh
materi inti yaitu kromosom yang terdiri atas DNA (deoxiribonukleic
acid)yang bersenyawa dengan protein. Kepala sperma terutama pada bagian
akrosom kaya dengan enzim, enzim tersebut diantaranya hyaluronidase
yang akan melisiskan cumulus oophorus, akrosin yang menembus zona
pellucida, dan corona penetrating enzyme (CPE) yang akan menembus
corona radiate ovum.
Ekor sperma terbagi atas tiga bagian: bagian tengah (mid-piece), bagian
utama (principle piece), dan bagian ujung (end-piece) yang berasal dari
sentriol spermatid selama spermatogenesis (Soeparna dan Nurcholidah,
2014).
Sel sperma normal terbentuk dari kepala, leher, bagian tengah dan
ekor. Kepala ditutup oleh tudung protoplasmik. Menurut Nalbandov (1995)
menyatakan bahwa, galea kapitis ini dulu hanya ditemukan pada sperma
dewasa, tetapi sekarang diketahui bangunan ini merupakan bagian normal
kepala sperma. Galea kapitis ini biasanya terlarut bila sperma diberi pelarut
lemak yang biasanya digunakan untuk pengecatan.

IV
KESIMPULAN

1. Setelah dilakukan praktikum ini dengan mengamati dan mencoba langsung
melihat spermatozoa dengan mikroskop. Sudah bisa mengetahui tahapan
pembentukan spermatozoa, komposisis semen, dan morfologi spermatozoa.
Tahapan pembentukan spermatozoa ada 4 fase


Fase I : Spermatogonia mengalami pembelahan sel secara mitosis



Fase II : Terjadi pembelahan secara meiosis dari spermatosit primer
menjadi spermatosit sekunder.



Fase III : Pembelahan sel spermatosit sekunder sekunder menjadi
spermatid.



Fase IV : Metamorphose spermatid (sel bulat) menjadi Sperma (Sel
berkepala dan berekor)

Komposisi Semen : Sperma dan Plasma Semen
Struktur spermatozoa adalah kepala (head piece), middle piece, main
piece, dan end piece.

DAFTAR PUSTAKA

Feradis. 2010. Bioteknologi reproduksi pada ternak. Alfabeta. Bandung.
Hafez and Bellin. 2000. Reproduction in Farm Animal (second edition).
Washington State University Pullman. Washington.
Hardijanto, Sardjito, T., Hernawati, T., Susilowati, T. dan Suprayogi, TW. 2008.
Penuntun Praktikum Fisiologi dan Teknologi Reproduksi (IB). Fakultas
Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya.
Herdis., Rizal, M. 2008. Inseminasi Buatan pada Domba. Rineka Cipta. Jakarta.
Kartasudjana, R. 2001. Teknik Inseminasi Buatan Pada Ternak. Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta.
Nalbandov.

1995.

Fisiologi

Reproduksi

Pada

Mamalia

dan

Unggas. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Salisbury, G. W. and N. L. Van Denmark. 1985. Fisiologi dan Inseminasi Buatan
pada Sapi (Physiologi and Artificial Insemination of Cattle). Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
Soeparna., Solihati, Nurcholidah. 2014. Ilmu Reproduksi Ternak. Institut Pertanian
Bogor Press. Bogor.
Susilawati, Dkk. 1993. Kualitas Semen Sapi Fries Holland dan Sapi Bali pada
berbagai Umur dan Berat Badan. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya. Malang.
Toelihere, M.R. 1977. Fisiologi Reproduksi Hewan Ternak. Angkasa. Bandung.
Toelihere, M.R. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa. Bandung.