PENERAPAN REUSE MATERIAL BEKAS SEBAGAI B

PENERAPAN REUSE MATERIAL BEKAS
SEBAGAI BAHAN MATERIAL PADA BANGUNAN

Dian Suci Wulandari Ningrum

PENERAPAN REUSE MATERIAL BEKAS
SEBAGAI BAHAN MATERIAL PADA BANGUNAN1
Dian Suci Wulandari Ningrum2

ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh proyek pembangunan yang menghasilkan limbah konstruksi
sehingga berpengaruh terhadap kerusakan lingkungan. Sementara material bekas sebagai bagian dari limbah
konstruksi dapat dimanfaatkan kembali (reuse) pada bangunan sebagai gerakan sustainable construction, yakni
pembangunan yang memperhatikan daya dukung lingkungan . Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
metode reuse pada bangunan dan mengidentifikasi elemen-elemen material bekas dari sudut pandang desain
bangunan. Teori utama yang digunakan adalah Teori Hierarkial Daur Ulang dengan metode reuse sebagai
tingkatan tertinggi dalam prosesnya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatifdeskriptif dengan memberikan contoh-contoh kasus yang terkait dengan reuse material bekas sebagai bahan
material pada bangunan. Pemanfaatan kembali material bekas sebagai bahan material merupakan satu langkah
yang layak dipilih dalam merancang dan mendirikan bangunan serta sebagai salah satu upaya untuk
menyelamatkan lingkungan akibat kerusakan limbah konstruksi.
Kata Kunci: pembangunan berkelanjutan, reuse, material bekas


ABSTRACT
This research based on building process that was producing construction waste and was contributing
an environmental degradation. On the other hand, salvage construction as a part of the construction waste can
be reused as sustainable construction, that concern on sustainable depends on carrying capacity of the
environment. The goal of this research is describing the method of reuse for buildings and identifying the
elements. This research used Theory of Hierarchical Recycling that explain about reuse method as the highest
level in the process. The method that is used in this research is descriptive-qualitative research methods to
provide examples of cases related to the reuse of waste materials as building materials. Reusing waste materials
is one of technique that can be applied in designing and building as well as an effort to save the environment as
a result of damage to construction waste.
Keywords: sustainable, reuse, waste materials

PENDAHULUAN
Proyek pembangunan menghasilkan limbah
konstruksi
yang
berpengaruh
terhadap
kerusakan lingkungan. Sementara material

bekas sebagai bagian dari limbah konstruksi
dapat dimanfaatkan kembali (reuse) pada
bangunan
sebagai
gerakan
sustainable
construction, yakni pembangunan yang
memperhatikan daya dukung lingkungan.
Fenomena tersebut menarik untuk dibahas
khususnya terkait dengan material bekas pakai

1

yang dapat digunakan kembali pada konstruksi
bangunan lain. Oleh karena itu dalam penelitian
ini akan dibahas beberapa hal sebagai berikut:
1. Konsep reuse material bekas yang
diterapkan pada bangunan,
2. Elemen material bekas yang dapat
diaplikasikan pada bangunan,

3. Studi komparasi diantara bangunan yang
menerapkan reuse material sebagai bahan
material pada bangunannya,
4. Potensi yang diperoleh dalam reuse
material bekas.

Tulisan ini merupakan bagian akhir dari tugas mata kuliah Studi Perencanaan Lingkungan Binaan II di Program Studi
Teknik Arsitektur Fakultas Teknik USU Medan dengan bimbingan Dr.Wahyu Utami, ST., MT.
2
Mahasiswi semester VIII Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik USU, Jl. Perpustakaan Gedung D Kampus USU
Padang Bulan, Medan. Email: diyansuci@gmail.com

PENERAPAN REUSE MATERIAL BEKAS
SEBAGAI BAHAN MATERIAL PADA BANGUNAN

Dian Suci Wulandari Ningrum

Masalah yang akan diteliti yaitu: Bagaimana
penerapan elemen-elemen material bekas dari
sudut pandang desain bangunan?


satu gerakan sustainable karena memanfaatkan
kembali barang bekas merupakan upaya untuk
meminimalisasi kerusakan lingkungan.

Teori utama yang digunakan adalah Teori
Hierarkial Daur Ulang berdasarkan buku The
Ecology of Building Materials (Berge, 2000)
yang mengklasifikasikan konsep daur ulang
sesuai dengan manfaat yang diperoleh, yakni
(1)Reuse, (2)Recycle, (3)Energy recovery.
Adapun reuse merupakan tingkatan tertinggi
dalam sistem daur ulang karena tidak
memerlukan energi untuk merubah bentuknya
atau mengolahnya menjadi bahan layak pakai.

Hierarkial Daur Ulang
Sustainable construction didefinisikan sebagai
konstruksi
yang

memperhatikan
aspek
keberlanjutan, yaitu penggunaan sumberdaya
alam yang memperhatikan daya dukung
lingkungan untuk menghindari terjadinya
penurunan kualitas lingkungan. Banyak faktor
yang menjadi penyebabnya, salah satunya
adalah tidak efisiennya proses konstruksi.
Sebagai upaya dalam mengantisipasi pengaruh
aktivitas konstruksi terhadap lingkungan dapat
diterapkan konsep daur ulang pada material
bangunan.

Penerapan material bekas dengan metode reuse
sebagai bahan material pada bangunan adalah
salah
satu
langkah
alternatif
untuk

menyelamatkan alam akibat kerusakan limbah
konstruksi serta merupakan satu langkah efisien
dibandingkan dengan metode daur ulang yang
lainnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Material Bekas
Menurut Ervianto (2012) material bekas
merupakan sisa material konstruksi dan sampah
lain yang bersumber dari aktivitas konstruksi,
pembongkaran, dan pembersihan lahan di awal
pelaksanaan
proyek.
Sebagai
upaya
mengantisipasi pengaruh aktivitas konstruksi
terhadap lingkungan dapat diterapkan prinsip
daur ulang material bekas. Efek jangka pendek
dari material bekas dapat menghemat biaya
pembangunan, sementara efek jangka panjang
yakni dapat membantu program pelestarian

lingkungan yang hemat energi.
Menurut Mediastika (2013) dalam bukunya
yang berjudul Hemat Energi & Lestari
Lingkungan Melalui Bangunan, penggunaan
material bekas untuk konstruksi bangunan dan
pengolahan lahan dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:
1. Material bekas bangunan atau sisa-sisa
material bangunan untuk material bangunan.
2. Material bekas selain dari bangunan untuk
material bangunan.
Beberapa pakar Sustainable Construction di
Indonesia, seperti Ahmad Tardiyana, Adi
Purnomo, dan Eko Prawoto menyatakan bahwa
penggunaan material bekas merupakan salah

Menurut Berge dalam bukunya The Ecology of
Building Materials (2000), ada tiga tingkatan
hierarkial daur ulang sesuai dengan manfaat
yang diperoleh, yaitu:

1. Re-use
Re-use atau penggunaan kembali ialah
tingkatan tertinggi dalam daur ulang, yaitu
menggunakan kembali barang yang sudah
dipakai namun masih memiliki sisa umur.
2. Recycle
Recycle memerlukan energi dan proses
untuk menjadikan material bekas pakai
menjadi material yang layak pakai.
3. Energy recovery
Enery recovery merupakan jenjang terendah
dalam daur ulang. Semua material yang
sudah tidak mungkin dipakai dibakar untuk
memperoleh energi potensial yang masih
terdapat dalam material melalui proses
pembakarannya.
Inti dari tujuan daur ulang ialah untuk
memperpanjang usia guna suatu benda atau
material. Semakin lama masa penggunaan
bahan bangunan atau kemungkinan untuk

digunakan kembali, semakin kecil pula
kemungkinan bahan bangunan tersebut
menimbulkan sampah dan puing yang
mencemari lingkungan.
Konsep Reuse
Reuse
memiliki
banyak
keunggulan
dibandingkan dengan metode recycle (Smith,
2004). Reuse tidak membutuhkan teknologi
seperti yang dibutuhkan untuk melakukan
proses recycle yang memerlukan teknik khusus.

PENERAPAN REUSE MATERIAL BEKAS
SEBAGAI BAHAN MATERIAL PADA BANGUNAN

Pelaksanaannya juga bisa dilakukan tidak
peduli jumlah material bekas yang didapat
sedikit atau banyak. Hal ini berbeda dengan

metode recycle yang seringkali harus
memenuhi kuota tertentu agar efisien
produksinya. Hal yang paling membedakan
ialah reuse tidak memerlukan pabrikasi seperti
metode recycle yang melibatkan proses fisika
dan kimia sehingga biaya yang diperlukan juga
relatif lebih kecil.
Menurut Ervianto (2012) dalam bukunya yang
berjudul Selamatkan Bumi Melalui Konstruksi
Hijau, reuse adalah menggunakan kembali
berbagai material dengan cara: (1)Dekonstruksi,
material digunakan kembali dalam bentuk yang
sama, (2)Limbah material yang tetap digunakan
sama dengan fungsi sebelumnya.Menurut Saleh
(2009) dalam Ervianto dkk (2012) reuse dapat
dibedakan menjadi tiga, yakni: (a)building
reuse, (b)component reuse, (c)material reuse.
Reuse sebuah bangunan (building reuse) dapat
terjadi manakala seluruh bangunan dapat
diselamatkan tanpa proses penghancuran

melainkan melalui proses relokasi dan renovasi.
Reuse sebuah bangunan harus berurusan dengan
perencanaan dan desain yang kompleks untuk
mendapatkan manfaat maksimal dari aspek
lingkungan dan ekonomi. Hal ini dapat
menghemat pemakaian sumberdaya alam
termasuk didalamya bahan baku, energi, dan
air. Selain itu, reuse bangunan mampu
mencegah tirnbulnya polusi yang disebabkan
oleh
pengambilan
material,
produksi,
transportasi dan mencegah timbulnya limbah
padat yang berakhir di tempat pembuangan.
Reuse komponen bangunan (component reuse)
diutamakan untuk bagian interior non struktur,
seperti dinding interior, pintu, lantai, plafon
yang akan digunakan untuk hal yang sama atau
untuk hal lain sampai habis umur pakai
komponen tersebut. Agar komponen dapat
digunakan kernbali perencana dan arsitek ikut
berperan untuk menciptakan desain inovatif
yang memungkinkan untuk dipasang dan
dibongkar tmpa mengalami kerusakan agar
dapat dipasang pada bangunan lain.
Reuse material hasil dekonstruksi struktur
bangunan dalam bangunan baru (material
reuse) sangat dianjurkan guna mempertahankan

Dian Suci Wulandari Ningrum

nilai ekonomis, mengurangi energi yang
dibutuhkan dalam proses daur ulang, dan
meminimalkan
kebutuhan
cetakan
dan
sumberdarya alam terutama pengurangan
terjadinya CO2. Menurut Chini, dkk (2012)
dalam Ervianto (2012) menggunakan material
sampai habis umur pakainya menjadi prioritas
utama bagi arsitek dan perencana dalam
memillih jenis material yang akan digunakan.
Pengolahan Material Reuse
Komponen utama dalam industri daur ulang
ialah bahan baku yang berupa barang bekas.
Apabila bahan baku tidak tersedia maka
aktivitas produksi akan terhenti. Bahan baku
dapat diperoleh melalui mekanisme yang
terbentuk secara alamiah di masyarakat mana
pemulung merupakan ujung tombaknya
(Ervianto dkk, 2012).
Pengolahan bentuk material habis pakai dapat
dibagi menjadi dua kemungkinan, yakni:
1. Material akan diolah di tempat pengepul
untuk tahap penyeleksian dan perbaikan
material (sesuai kriteria).
2. Material akan diolah di lapangan dimana
pengolahan material seperti yang dilakukan
pada
material-material
baru
untuk
diterapkan pada bangunan.
Pengepul dapat dibedakan menjadi pengepul
lokal, pengepul wilayah dan pengepul yang
mempunyai akses ke industri. Pengepul adalah
pengumpul material bekas yang dihasilkan oleh
pemulung. Tingkatan tertinggi dari pengepul ini
apabila pengepul tersebut mempunyai akses
untuk memasok material bekasnya ke industri
yang membutuhkan. Pengepul pada tingkatan
ini mempunyai pendapatan yang lebih besar
bila dibandingkan dengan pengepul-pengepul
yang memasoknya (Ervianto dkk, 2012).
Berdasarkan wawancara yang dilakukan
Ervianto (2012) terhadap beberapa pengepul,
untuk memperoleh pasokan material bekas,
pengepul dapat memperoleh melalui beberapa
cara sebagai berikut: (a) mendapatkan pasokan
dari pemulung, (b) lelang pembongkaran
bangunan, (c) membeli bongkaran bangunan.
Dari ketiga cara tersebut mempunyai aspek
positif dan negatif masing-masing.

PENERAPAN REUSE MATERIAL BEKAS
SEBAGAI BAHAN MATERIAL PADA BANGUNAN

Dian Suci Wulandari Ningrum

Tabel 1. Komparasi Sistem Pasokan Material Bekas

Aspek
Dipertimbangkan

Dipasok
Pemulung
Tidak
diperlukan
Relatif lebih
murah

Legalitas perusahaan
Harga material bekas

Lelang
Bongkaran
Diperlukan

Beli
Bongkaran
Tidak
diperlukan

Tidak tentu

Tidak tentu

Kualitas material bekas

Tergantung tersedianya
material dari pemulung

Relatif
lebih baik

Relatif lebih baik

Kemudahan mendapatkan
material bekas

Lebih mudah

Relatif

Relatif

Kontinuitas

Relatif konstan untuk
material tertentu

Tidak tentu

Tidak tentu

Sumber: Ervianto dkk (2012)

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah
metode
penelitian
kualitatif-deskriptif.
Penelitian
dilakukan
dengan
cara
menghubungkan hasil temuan yang didapat
dari literatur berdasarkan studi kasus dengan
elemen material bekas dan metode reuse yang
diterapkan pada bangunan.
Metode pengumpulan data pada penelitian ini
adalah literature-based method (metode
berbasis literatur). Data diperoleh dari studi
literatur dan studi penelitian sejenis untuk
dijadikan perbandingan dan acuan dalam
penelitian.
Adapun variabel yang diteliti adalah:
(1)material bekas dari bangunan, (2)material
bekas selain dari bangunan, dan (3)metode
reuse sebagai konsep daur ulang, dan (4)jenis
pengolahan material daur ulang.
PENERAPAN MATERIAL BEKAS
PADA BANGUNAN
Penerapan material bekas dengan metode reuse
sebagai bahan material pada bangunan
merupakan salah satu langkah alternatif untuk
menyelamatkan alam akibat kerusakan limbah
konstruksi serta merupakan satu langkah
efisien dibandingkan dengan metode daur
ulang yang lainnya. Selain itu, penerapan
material bekas dapat menambah nilai estetika
suatu bangunan melalui ide-ide kreatif dalam
mendesain, sehingga material yang tidak

terpakai lagi dapat dimanfaatkan kembali
menjadi sesuatu yang layak pakai. Desain yang
kreatif akan memberikan kesan unik pada
penerapan kembali material bekas sebagai
elemen dalam mendesain bangunan.
Berikut adalah contoh bangunan yang
menerapkan material bekas sebagai bahan
material pada bangunan, diantara lain: (1)
Rumah Heinz Frick, (2) Rumah Butet
Kertaradjasa, (3)Mason’s Bend Community
Center, (4) Yancey Chapel.
Kasus rumah Dr.Heinz Frick memanfaatkan
material bekas menjadi solusi yang tepat untuk
memenuhi konsep desain yang ramah
lingkungan sekaligus tetap terjangkau. Desain
rumah menggunakan tenaga lokal dan material
lokal. Hal ini menunjukkan bahwa material
yang digunakan juga berkelanjutan yang sesuai
dengan sub-aspek material bangunan yang
berkelanjutan.
Aplikasi material bekas pada kasus kedua yaitu
rumah seniman Butet Kertaradjasa yang
didesain oleh Eko Prawoto. Elemen reuse
material bekas ternyata dapat dipadukan dalam
sebuah desain yang menarik berlandaskan pada
kreativitas owner maupun arsitek.
Mason’s Bend Community Center dan Yancey
Chapel adalah dua karya dari Rural Studio
yang menerapkan 95% material bekas dan
memanfaatkan potensi material lokal pada
bangunannya sehingga mengurangi beban
lingkungan akibat transportasi bahan dan biaya
konstruksi pembangunan yang lebih terjangkau

PENERAPAN REUSE MATERIAL BEKAS
SEBAGAI BAHAN MATERIAL PADA BANGUNAN

Dian Suci Wulandari Ningrum

Tabel 2. Studi Kasus Penerapan Reuse Material Bekas sebagai Bahan Material pada Bangunan

No
1.

Studi Kasus Penelitian
Rumah Dr.HeinzFrick

- Rumah karya Dr. Heinz
Frick yang terletak di
Jalan
Srinindito,
Simongan,
Semarang
menerapkan prinsip desain
ramah
lingkungan
sekaligus tetap terjangkau.

Sumber
Literatur
Tanuwidjaja,
Gunawan dkk.
(2012). Desain
Rumah
Heinz
Frick
yang
Ramah
Lingkungan dan
Terjangkau.
Surabaya:
Jurnal
Tesa
Arsitektur,
Vol.11,
No.1.
pp. 44-63. ISSN
1410-6094

- Rumah Butet Kertaradjasa
karya arsitek Eko Prawoto
mengusung konsep yang
ramah lingkungan terbukti

Papan-papan
akustik
dari
vermikulit
(kepingan
mika)
dipasang di dapur, teras
tempat makan, dan
ruang keluarga

Tangga dengan reuse
tiang
lstrik
bekas
sebagai balok tangga,
lempengan besi sebagai
anak tangganya.

- Desain
rumah
menggunakan tenaga lokal
dan material lokal seperti
material batako, batu
alam, kayu daur ulang,
atap genteng serta baja.
Selain itu, limbah daur
ulang berupa ubin bekas,
limbah kertas, limbah
kayu, dan besi beton juga
digunakan.
Rumah Butet Kertaradjasa

Pecahan keramik dari
UNIKA
digunakan
ulang secara kreatif
untuk finishing dinding
dan lantai kamar mandi
tamu.

Papan bekas peti kemas
yang digunakan untuk
langit-langit selasar

- Adapun
pemilihan
material bangunan pada
rumah ini mengusung
konsep sustainable.

2

Reuse Material Bekas

Semua pegangan pintu
rumah ini digunakan
kembali dari rumah
yang lain dari Swiss.

Ariadina, Artha.
(2009). Bedah
Rumah Orang
Beken

Rancangan Eko
Prawoto.
Jakarta:
Kanisius

Kursi bekas dan tegel
terakota bekas RS.
Tentara Magelang.

Pemanfaatan
kembali
lumpang tua sebagai
anak tangga, lubang
pada tangga sebagai
storage dan railing
tangga dari kayu bekas
tangkai bajak.

Gambar

PENERAPAN REUSE MATERIAL BEKAS
SEBAGAI BAHAN MATERIAL PADA BANGUNAN

pada penggunaan kembali
material
lokal
yang
berasal dari alam ataupun
material-material
bekas
yang masih layak pakai.

3.

- Daur
ulang
dengan
memanfaatkan
kembali
(reuse)
terlihat
pada
penerapan material bekas
sebagai
elemen
bangunannya,
seperti
tangga kayu yang unik,
pintu bekas, lantai dengan
tegel terakota bekas dan
pecahan keramik, serta
perabotan lain.
Mason’s Bend
Community Center

- Bangunan ini merupakan
suatu fasilitas sosial yang
berada pada suatu kota
kecil bernama Mason’s
Bend, Alabama, Amerika
Serikat.
- Community center ini
dibangun
berdasarkan
kebutuhan
masyarakat
akan fasilitas serbaguna
yang dapat digunakan
untuk kegiatan-kegiatan
pertemuan warga baik
secara formal maupun
informal dan kegiatan
pelayanan keagamaan.
- Material yang digunakan
pada bangunan merupakan
95% material bekas

Dian Suci Wulandari Ningrum

Pemanfaatan
kembali
keramik bekas sebagai
finisihing salah satu
lantai

Teras dengan panggung
panggung
kecil
berlantai papan kayu
yang
berasal
dari
bantalan rel kereta api
di Semarang.
Dean, Andrea
Oppenheimer.
(2002).
Rural
Studio.
New
York: Princeton
Architectural
Press.

Kandungan
material
utama pada dinding
adalah tanah liat (30%)
dan
pasir
(70%)
diperoleh langsung dari
tapak.

Lantai dengan material
sisa konstruksi dari
bangunan yang tidak
terpakai.

Kolom dan struktur
sekunder
pada
bangunan ini terbuat
dari baja bekas yang
tidak terpakai kemudian
di amplas dan di cat
kembali.
Material kayu yang
diperoleh
dari
site
sebagai struktur utama
atap
dan
perabot
(bangku)
Dinding dan atap kaca
pada
bangunan
ini
berupa
pemanfaatan
kembali 80 buah kaca
jendela mobil bekas
yang dibeli dari tempat
pembuangan di Chicago

PENERAPAN REUSE MATERIAL BEKAS
SEBAGAI BAHAN MATERIAL PADA BANGUNAN

4.

Yancey Chapel

Dean, Andrea
Oppenheimer.
(2002).
Rural
Studio.
New
York: Princeton
Architectural
Press

Dian Suci Wulandari Ningrum

Dinding terbuat dari
kurang lebih 1000 ban
kendaraan
bermotor
bekas yang berasal dari
sebuah perusahaan ban
kemudian diisi tanah liat
Lantai
menggunakan
material batu alam yang
ditambang langsung di
suatu lembah yang
berada tidak jauh dari
tapak sehingga energi
yang dibutuhkan untuk
transportasi
material
sangat kecil.
Struktur penopang atap
terbuat dari bahan kayu
bekas yang diperoleh
dari sebuah bangunan
yang
sudah
tidak
terpakai lagi. Kayu
bekas diolah secara
sederhana
sehingga
dapat digunakan sebagai
kuda-kuda (struktur).
Perabotan
seperti
mimbar dan tempat
penampungan air (untuk
upacara agama) terbuat
dari bahan baja bekas.

Sumber: Ningrum (2015)

KESIMPULAN
Penerapan Material Bekas dan Manfaatnya
Berdasarkan analisa pada rumah Dr.Heinz
Frick tampak sekali bahwa pemanfaatan
material bekas menjadi solusi yang tepat untuk
memenuhi konsep desain yang ramah
lingkungan sekaligus tetap terjangkau. Pada
kasus rumah Butet Kertaradjasa elemen reuse
yang berbeda ternyata dapat dipadukan dalam
sebuah desain yang menarik berlandaskan pada
kreativitas owner maupun arsitek. Adapun dua
bangunan karya Rural Studio yang menjadi
penelitian yaitu Mason’s Bend Community
Center dan Yancey Chapel menerapkan 95%
material bekas dan memanfaatkan potensi
material lokal pada bangunannya sehingga
memberikan keuntungan secara ekologis,
yakni dengan mengurangi beban lingkungan
akibat transportasi bahan dan biaya konstruksi
pembangunan yang lebih terjangkau.

Melalui keempat studi kasus yang telah
dianalisa, reuse material bekas merupakan satu
langkah yang layak dipilih dalam merancang
dan mendirikan bangunan. Berdasarkan analisa
aplikasi material bekas dengan memanfaatkan
kembali (reuse) pada empat studi kasus diatas
memiliki karakteristik sebagai berikut, (1)
tidak mengalami perubahan bentuk produk, (2)
proses tidak membutuhkan teknologi, (3)
relatif tidak membutuhkan energi, (4) dapat
dilakukan dalam skala kecil ataupun besar,
namun tidak membutuhkan pabrikasi, (5)
membutuhkan modal yang sangat kecil, (6)
proses tidak melibatkan proses fisika maupun
kimia. Adapun dengan kreativitas yang
dimiliki, daur ulang pada material bekas dapat
memberikan kesan unik dan menambah nilai
estetika pada bangunan.

PENERAPAN REUSE MATERIAL BEKAS
SEBAGAI BAHAN MATERIAL PADA BANGUNAN

Daftar Pustaka
Ariadina, A. (2009). Bedah Rumah Orang
Beken – Rancangan Eko Prawoto.
Jakarta: Kanisius
Berge, B. (2000). The Ecology of Building
Materials. Oxford: Architectural
Press.
Dean, A. O. (2002). Rural Studio. New York:
Princeton Architectural Press.
Ervianto, W. I., Soemardi, B. W., Abduh, M.
(2012), Kajian Reuse Material
Bangunan dalam Konsep Sustainable
Construction di Indonesia. Jurnal
Teknik Sipil, Vol. 12, No.1.
Ervianto, W. (2012). Selamatkan Bumi Melalui
Konstruksi
Hijau.
Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Majalah Rumah Ide. (2007). Sustainable
Construction. Jakarta: PT.Gramedia
Pustaka Utama.
Mediastika, C. (2013). Hemat Energi &
Lestari
Lingkungan
Melalui
Bangunan. Yogyakarta: Penerbit
Andi.
Smith, P. (2004). Eco-Refurbishment: A Guide
to Saving and Producing Energy in
Home. Amsetrdam: Architectural
Press.
Tangga Kayu Bernuansa Etnik Khas Butet,
2013,
(http://www.ideaonline.co.id/iDEA20
13/Interior/Ruang-Keluarga/TanggaKayu-Bernuansa-Etnik-Khas-Butet)
diakses 30 April 2015.
Tanuwidjaja, G., Mulyono, L. L. A., Silvanus,
D. C. (2012). Desain Rumah Heinz
Frick yang Ramah Lingkungan dan
Terjangkau. Surabaya: Jurnal Tesa
Arsitektur, Vol.11, No.1. pp. 44-63.
ISSN 1410-6094.

Dian Suci Wulandari Ningrum

Dokumen yang terkait

ANALISIS KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-BC MENGGUNAKAN BUTON GRANULAR ASPHALT (BGA) 15/20 SEBAGAI BAHAN KOMPOSISI CAMPURAN AGREGAT HALUS

14 283 23

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

PENGARUH KONSENTRASI TETES TEBU SEBAGAI PENYUSUN BOKASHI TERHADAP KEBERHASILAN PERTUMBUHAN SEMAI JATI (Tectona grandis Linn f) BERASAL DARI APB DAN JPP

6 162 1

OPTIMASI SEDIAAN KRIM SERBUK DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam.) SEBAGAI ANTIOKSIDAN DENGAN BASIS VANISHING CREAM

57 260 22

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SEBAGAI ADJUVAN TERAPI CAPTOPRIL TERHADAP KADAR RENIN PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI

37 251 30

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18