PAPER PSIKOLOGI ABK PEMBERDAYAAN PENYAND
PAPER PSIKOLOGI ABK
PEMBERDAYAAN PENYANDANG DISABILITAS DALAM DUNIA
KERJA
Dosen Pengampu Matakuliah: Dr. Idris Ahmad, M.Pd dan Khofidhotur Rofi’Ah, M.Pd
OLEH:
(Tri Budi Sasongko)
NIM. 17010044045
PENDIDIKAN LUAR BIASA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2017
PEMBERDAYAAN PENYANDANG DISABILITAS DALAM DUNIA
KERJA
Oleh: Tri Budi Sasongko
A. PENDAHULUAN
Menurut Koontz dan O’Donnel (1964) mengatakan bahwa, pengertian
kerja
yaitu
penggunaan
tenaga
dalam
usaha
untuk
menyelesaikan
atau
mengerjakan sesuatu. Usaha yang dilakukan bisa secara mental atau fisik, serta
secara sukarela atau terpaksa. Selanjutnya penyelesaian yang dilakukan bisa
sampai tuntas atau hanya sebagian saja.
Sedangkan, Menurut B. Renita (2006;125) kerja dipandang dari sudut sosial
merupakan kegiatan yang dilakukan dalam upaya untuk mewujudkan kesejahteraan
umum, terutama bagi orang-orang terdekat (keluarga) dan masyarakat, untuk
mempertahankan dan mengembangkan kehidupan, sedangkan dari sudut rohani atau
religius, kerja adalah suatu upaya untuk mengatur dunia sesuai dengan kehendak Sang
Pencipta. Dalam hal ini, bekerja merupakan suatu komitmen hidup yang harus
dipertanggung jawabkan kepada Tuhan.
Dari kedua pemaparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, Kerja yaitu
kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menyelesaikan atau mengerjakan sesuatu
yang menghasilkan alat/produk untuk memenuhi kebutuhan yang ada seperti barang
atau jasa dan memperoleh bayaran atau upah.
Merujuk pada topik pembahasan paper ini, Menurut Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2011 Tentang Pengesahan Hak-Hak Penyandang Disabilitas, penyandang
disabilitas yaitu orang yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual atau
sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan
sikap masyarakatnya dapat menemui hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi
penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak.
Dengan kata lain, Penyandang disabilitas adalah orang yang hidup dengan
karakteristik khusus dan memiliki perbedaan dengan orang normal pada umumnya.
Karena karakteristik yang berbeda inilah memerlukan pelayanan khusus agar dia
mendapatkan hak-haknya sebagai manusia yang hidup di muka bumi ini.Orang
berkebutuhan khusus memiliki defenisi yang sangat luas, mencakup orang-orang yang
memiliki cacat fisik, atau kemampuan IQ (Intelligence Quotient) rendah, serta orang
dengan
permasalahan
sangat
kompleks, sehingga
fungsi-fungsi
kognitifnya
mengalami gangguan.
Di seluruh belahan dunia, para penyandang disabilitas berpartisipasi dan
memberikan sumbangan berarti pada dunia kerja di segala tingkatan. Namun, banyak
penyandang disabilitas yang ingin bekerja tetapi tidak memiliki kesempatan untuk
memperoleh pekerjaan karena berbagai hambatan.
Maka dari itu, sangat penting bagi pemerintah maupun pihak perusahaan
swasta menjamin hak-hak kepegawaian bagi para pekerja dengan disabilitas
sebagaimana mestinya seperti pekerja/pegawai normal pada umumnya. Seperti yang
diatur dalam aturan-aturan yang telah dibuat.
B. FOKUS MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan
permasalahan yaitu: “apa landasan hukum yang menjamin kesejahteraan penyandang
disabilitas dalam pemenuhan kebutuhan hidup dalam dunia kerja? Serta bagaimana
perlakuan yang tepat dalam memperkerjakan penyandang disabilitas?”
C. PEMBAHASAN
1. Pengertian
Pekerja disabilitas adalah setiap orang berkebutuhan khusus yang memiliki
kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan layaknya orang normal pada
umumnya sesuai dengan karakteristik atau kualifikasi pekerjaan masing-masing
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Pekerja disabilitas harus diberikan
perlindungan yang khusus terkait dengan aksesibilitas dalam pemenuhan
kebutuhan hidup sehari-hari berkenaan dengan hak untuk memperoleh pekerjaan.
Hak memperoleh pekerjaan adalah hak setiap orang yang merupakan perwujudan
hak asasi manusia dalam hal pemenuhan kebutuhan hidupnya guna untuk
melangsungkan kehidupannya secara layak.
Hak untuk memperoleh pekerjaan termasuk bagi pekerja disabilitas telah
diatur di dalam konstitusi Negara Indonesia. Karena itu hak tersebut mendapatkan
perlindungan dan dijamin oleh hukum, sehingga perusahaan yang mempekerjaan
pekerja disabilitas pada khususnya harus melindungi hak-hak mereka.
2. Landasan Hukum
Pengakuan dari hukum nasional sendiri, Undang-Undang No. 4/1997
mengenai Penyandang Disabilitas, dan peraturan pelaksanaannya yaitu Peraturan
Pemerintah No.43/1998 (Upaya untuk Meningkatkan Kesejahteraan Sosial bagi
Penyandang
Disabilitas)
dan
Keputusan
Menteri
Ketenagakerjaan
&
Transmigrasi No.205/1995 merupakan dua kebijakan pokok yang memperhatikan
penyandang
disabilitas.
ketenagakerjaan,
Sedangkan
ketentuan
kuota
untuk
(Pasal
pasal
14)
yang
menyangkut
menyatakan
“bahwa
pengusaha/majikan harus mempekerjakan satu penyandang disabilitas untuk
setiap 100 orang pekerja”. Pasal 28 menetapkan sanksi (sekitar USD 20,000) bagi
perusahaan yang gagal memenuhi ketentuan kuota tersebut.
Sedangkan dari pengakuan konvensi internasional, Terdapat beberapa
instrumen pokok dalam hukum internasional yang mengatur hak kerja
penyandang disabilitas.
a.
Konvensi PBB mengenai Hak-hak Penyandang Disabilitas (2006)
beserta Optional Protocol-nya merupakan pencapaian tersukses untuk
instrumen hukum internasional di bidang disabilitas. Indonesia turut
meratifikasi konvensi PBB tersebut pada November 2011. (Undangundang No.19 tahun 2011 tentang Pengesahan Konvensi Hak
b.
Penyandang Disabilitas).
Kemudian Pasal 27 dari UNCPRD mengenai hak pekerjaan dan
lapangan kerja bagi penyandang disabilitas, yaitu menegaskan beberapa
hal berikut; Non-diskriminasi, Promosi pekerjaan di sektor swasta, dan
Memastikan akomodasi yang layak.
Akomodasi yang layak berarti modifikasi dan penyesuaian
yang diperlukan dan cocok, dengan tidak memberikan beban tambahan
yang tidak proporsional atau tidak semestinya, apabila diperlukan
dalam kasus tertentu, guna menjamin kenyamanan atau pelaksanaan
semua hak asasi manusia dan kebebasan fundamental penyandang
disabilitas berdasarkan kesetaraan dengan yang lainnya.
Peraturan yang paling terbaru sendiri yaitu, dalam bidang
ketenagakerjaan dalam UU no 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang
Disabilitas, adalah:
a.
Didasarkan pada hak (human right);
b.
Pemerintah, Pemerintah Daerah, BUMN, dan BUMD wajib
mempekerjakan penyandang disabilitas 2 % dari total pegawai
c.
Swasta wajib mempekerjakan penyandang disabilitas 1 % dari total
pegawai
d.
Terdapat insentif bagi perusahaan yang mempekerjakan penyandang
disabilitas.
3. Manfaat Memperkerjakan Penyandang Disabilitas
Penyandang disabilitas merupakan pekerja yang baik dan dapat diandalkan.
Banyak dokumen kasus yang menunjukkan perbandingan bahwa pekerja
disabilitas lebih baik dalam hal produktifitas, tingkat kecelakaan yang lebih
rendah, dan kemauan yang lebih kuat untuk mempertahankan pekerjaan,
dibandingkan dengan tenaga kerja perusahaan pada umumnya.
Penyandang disabilitas juga menunjukkan bahwa mereka memiliki sumber
keahlian dan bakat yang belum dimanfaatkan, termasuk keahlian teknis jika
mereka memiliki akses ke pelatihan, dan keahlian pemecahan masalah yang
dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Merekrut penyandang disabilitas
dapat berkontribusi pada keberagaman, kreativitas, dan semangat kerja secara
keseluruhan, serta meningkatkan reputasi perusahaan di kalangan pekerjanya, di
masyarakat, dan di kalangan konsumen.
4. Integrasi dan layanan Pekerja Disabilitas Dalam Lingkungan Kerja
Untuk meningkatkan produktivitas dan kenyamanan lingkungan kerja,
komunikasi dan hubungan ramah-tamah yang baik sangatlah penting. Perlu
diingat bahwa yang dimaksud komunikasi yaitu termasuk “bahasa, tampilan
teks, Braille, komunikasi tanda timbul, cetak ukuran besar, multimedia yang
mudah diakses maupun tertulis, audio, bahasa sederhana, pembaca-manusia
dan bentuk-bentuk, sarana dan format
komunikasi tambahan maupun
alternatif lainnya, termasuk teknologi informasi dan komunikasi yang dapat
diakses” (Pasal 2, UNCRPD). Sangatlah penting untuk memastikan
penyandang disabilitas terintegrasi dengan baik di lingkungan kerja mereka
yang baru. Meningkatkan kesadaran dari para manajer dan karyawan sebelum
proses perekrutan penyandang disabilitas akan sangat berguna
Berikut adalah bentuk penyesuain tempat kerja bagi pekerja
disabilitas:
Akomodasi Fisik yang Layak
a. Tempat kerja yang bersih dan rapi
b. Menata koridor yang luas dan bebas hambatan
c. Menata koridor yang luas dan bebas hambatan
d. fasilitas kamar kecil dapat diakses oleh penyandang disabilitas
e. menambah jalur melandai (ramps) atau susuran tangan dimana akan
dibutuhkan.
Akomodasi Non-fisik yang layak
a. Jam kerja yang fleksibel
b. Penggunaan bahasa isyarat dalam berkomunikasi atau adanya peluang
“bekerja dari rumah” dapat digunakan. Hal ini akan memungkinkan
penyandang disabilitas mengerjakan tugasnya dengan memuaskan.
Selain itu bentuk pemberian jaminan kesehatan pekerja dan
pemenuhan UMR dari perusahaan swasta maupun pemerintah juga
merupakan bentuk pemenuhan hak bagi pekerja disabilitas.
Bentuk kenaikan jabatan atas dasar prestasi juga akan meningkatkan
kinerja para pekerja dengan disabilitas
5. Hubungan Pekerja Normal Dan Pekerja Dengan Disabilitas Dalam Tempat
Kerja
Peningkatan kesadaran para karyawan mengenai disabilitas merupakan
sebuah langkah penting menuju pemahaman yang lebih baik, keberagaman,
dan memotivasi lingkungan kerja serta mempromosikan non-diskriminasi di
tempat kerja yang lebih baik bagi penyandang disabilitas. Hal ini tidak hanya
akan memberikan manfaat bagi perusahaan tetapi juga seluruh masyarakat
dengan membuat mereka mengubah pola pikir mereka dan menghilangkan
stigma negatif.
Berikut beberapa cara yang dapat diterapakan untuk menjalin
hubungan harmonis antara pekerja normal dan dengan disabilitas /
menciptakan lingkungan kerja tanpa diskriminasi:
a. Mengadakan Pelatihan Peningkatan Kesadaran Disabilitas Bagi
Seluruh Karyawan
Penting untuk melakukan meeting antara para manajer dan para
pekerja. Presentasi, video testimoni dari penyandang disabilitas dan
beberapa
latihan
praktek
adalah
cara
yang
baik
untuk
meningkatkan kesadaran. Undang para karyawan untuk mencoba
berkeliling menggunakan kursi roda atau menggunakan kacamata
untuk
menghalangi
Mobilitas).
Hal
ini
indera
penglihatan
merupakan
latihan
mereka
(Orientasi
sederhana
yang
menunjukkan secara konkrit apa yang dialami oleh penyandang
disabilitas di kehidupan mereka sehari-hari. Berkolaborasi dengan
OPD (Organisasi Penyandang Disabilitas) dalam pelatihan ini akan
menghasilkan pelatihan yang tepat berdasarkan pengalaman nyata.
b. Menyediakan Informasi Berkelanjutan Berkenaan Disabilitas
Menyedikan informasi disabilitas, termasuk undang-undang
disabilitas nasional dan internasional yang terkait dengan disabilitas.
Informasi ini dapat diberikan secara reguler di dalam situs web
perusahaan, surat kabar, dan saluran media lainnya. Pemberitaan yang
rutin mengenai informasi disabilitas sangatlah penting untuk
meningkatkan pembicaraan penting dalam lingkungan kerja.
c. Membentuk Jaringan Pendukung Disabilitas
Semua pekerja perlu untuk berpartisipasi penuh dalam
menyediakan pelayanan dan pendampingan bagi pekerja disabilitas
untuk berkontribusi pada tercapainya lingkungan nondiskriminasi di
dalam perusahaan atau pabrik.
6. Contoh Kasus
Meski dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2016 tentang Ketenagakerjaan
disebutkan penyandang disabilitas atau difabel diberikan kesempatan bekerja,
kenyataannya di Pontianak masih sedikit perusahaan yang menerima difabel
(Kepala
Bidang
Ketenagakerjaan,
Dinas
Sosial
dan
Ketenagakerjaan
(Dinsosnaker) Pontianak, Affan). Saat ini secara khusus belum ada regulasi dari
pemerintah kota untuk memberi perlindungan kesempatan kerja bagi penyandang
disabilitas.
Sampai sejauh ini pemerintah memberi dukungan pada penyandang disabilitas
dengan memberi himbauan pada perusahaan-perusahaan agar menyediakan ruang
untuk penyandang disabilitas sekurang-kurangnya 1 orang dari 100 pekerja pada
perusahaannya. Saat ini perusahaan-perusahaan yang menerima penyandang
disabilitas bekerja menempatkan mereka di bagian administrasi atau keuangan,
sedangkan untuk bagian lain sesuai dengan skill yang dimiliki penyandang
disabilitas. pekerjaan untuk disabilitas di perusahaan haruslah sesuai dengan
tingkat dan derajat kecacatannya.
Perusahaan-perusahaan kadang terkendala juga oleh hal ini, belum lagi skill
yang dimiliki penyandang disabilitas kadang tidak sesuai dengan kebutuhan
perusahaan. Hal inilah yang menyebabkan sampai saat ini masih sedikit
perusahaan yang menerima penyandang disabilitas sebagai pegawainya.
Ironisnya selain salah satu masalah diatas, masih banyak ketimpangan yang
terjadi berbanding terbalik dengan aturan/regulasi yang ditetapkan. Diantaranya
ketidaksediaan pihak perusahaan untuk pengadaan akomodasi yang mendukung
akses pekerja disabilitas dengan alasan anggaran yang dikeluarkan, pemberhentian
secara sepihak karyawan dengan disabilitas karena tidak mampu memenuhi target
akibat keterbatasannya, kurang adanya bahkan nyaris tidak ada sama sekali
sosialisasi akan lowongan pekerjaan yang memberikan kuota bagi penyandang
disabilitas dari pihak perusahaan swasta maupun pemerintah.
D. KESIMPULAN
Pekerja dengan disabilitas mendapatkan perlindungan yang lebih khusus
dibandingkan dengan pekerja normal pada umumnya. Hal ini berkenaan dengan
kebutuhan khusus yang dimiliki oleh pekerja disabilitas sehingga diperlukan
perlindungan yang khusus kepada mereka. pekerja disabilitas sudah mendapatkan
perlindungan hukum dengan ditinjau berdasarkan beberapa instrumen hukum,
diantaranya landasan hukum nasional yaitu diatur dalam Pasal 67 ayat (1) UndangUndang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Pasal 14 UndangUndang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat serta dalam UU no. 8 tahun
2016.
Dengan berdasarkan ketentuan Undang-undang di atas tersebut, maka pekerja
dengan disabilitas mendapat perlindungan hukum secara optimal terhadap hak
memperoleh pekerjaan serta tindakan diskriminasi yang dilakukan perusahaanperusahaan swasta maupun pemerintah terhadap pekerja disabilitas terkait dengan hak
untuk memperoleh pekerjaan dapat diminimalisir.
E. SARAN
Berdasarkan penulisan paper “Pemberdayaan Penyandang Disabilitas Dalam
Dunia Kerja”, Penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut;
a. Bagi Pihak Perusahaan swasta maupun Pemerintah
Alangkah baiknya regulasi atau aturan yang telah ditetapkan, harus
diimplementasikan sebagaimana mestinya. Mulai dari penyediaan fasilitas
yang mendukung untuk aksesbilitas para pekerja dengan disabilitas, jaminan
UMR bahkan jaminan kesehatan sebagaiman pekerja normal pada umumnya,
serta mengadakan job training pula juga demi meningkatkan skill pegawai
disabilitas dan meningkatkan mutu hasil produksi secara tidak langsung.
b. Bagi pembaca
Diharapkan paper ini dapat menjadi referensi keilmuan tentang
disabilitas terutama kesetaraan dalam dunia kerja, selain itu melalui paper
ini diharapkan meningkatkan minat pembaca dalam mengkampanyekan
kesetaraan penyandang disabilitas.
F. DAFTAR PUSTAKA
Husni,Lulu, 2010, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Cetakan X, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Mahmud Marzuki,Peter, 2011, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta.
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 4,
Balai Pustaka, Jakarta.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Indonesia, Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, Lembaran
Negara Tahun 1997 Nomor 9
Indonesia, Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 165
Indonesia, Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Lembaran
Negara Tahun 2003 Nomor 39
PEMBERDAYAAN PENYANDANG DISABILITAS DALAM DUNIA
KERJA
Dosen Pengampu Matakuliah: Dr. Idris Ahmad, M.Pd dan Khofidhotur Rofi’Ah, M.Pd
OLEH:
(Tri Budi Sasongko)
NIM. 17010044045
PENDIDIKAN LUAR BIASA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2017
PEMBERDAYAAN PENYANDANG DISABILITAS DALAM DUNIA
KERJA
Oleh: Tri Budi Sasongko
A. PENDAHULUAN
Menurut Koontz dan O’Donnel (1964) mengatakan bahwa, pengertian
kerja
yaitu
penggunaan
tenaga
dalam
usaha
untuk
menyelesaikan
atau
mengerjakan sesuatu. Usaha yang dilakukan bisa secara mental atau fisik, serta
secara sukarela atau terpaksa. Selanjutnya penyelesaian yang dilakukan bisa
sampai tuntas atau hanya sebagian saja.
Sedangkan, Menurut B. Renita (2006;125) kerja dipandang dari sudut sosial
merupakan kegiatan yang dilakukan dalam upaya untuk mewujudkan kesejahteraan
umum, terutama bagi orang-orang terdekat (keluarga) dan masyarakat, untuk
mempertahankan dan mengembangkan kehidupan, sedangkan dari sudut rohani atau
religius, kerja adalah suatu upaya untuk mengatur dunia sesuai dengan kehendak Sang
Pencipta. Dalam hal ini, bekerja merupakan suatu komitmen hidup yang harus
dipertanggung jawabkan kepada Tuhan.
Dari kedua pemaparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, Kerja yaitu
kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menyelesaikan atau mengerjakan sesuatu
yang menghasilkan alat/produk untuk memenuhi kebutuhan yang ada seperti barang
atau jasa dan memperoleh bayaran atau upah.
Merujuk pada topik pembahasan paper ini, Menurut Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2011 Tentang Pengesahan Hak-Hak Penyandang Disabilitas, penyandang
disabilitas yaitu orang yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual atau
sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan
sikap masyarakatnya dapat menemui hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi
penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak.
Dengan kata lain, Penyandang disabilitas adalah orang yang hidup dengan
karakteristik khusus dan memiliki perbedaan dengan orang normal pada umumnya.
Karena karakteristik yang berbeda inilah memerlukan pelayanan khusus agar dia
mendapatkan hak-haknya sebagai manusia yang hidup di muka bumi ini.Orang
berkebutuhan khusus memiliki defenisi yang sangat luas, mencakup orang-orang yang
memiliki cacat fisik, atau kemampuan IQ (Intelligence Quotient) rendah, serta orang
dengan
permasalahan
sangat
kompleks, sehingga
fungsi-fungsi
kognitifnya
mengalami gangguan.
Di seluruh belahan dunia, para penyandang disabilitas berpartisipasi dan
memberikan sumbangan berarti pada dunia kerja di segala tingkatan. Namun, banyak
penyandang disabilitas yang ingin bekerja tetapi tidak memiliki kesempatan untuk
memperoleh pekerjaan karena berbagai hambatan.
Maka dari itu, sangat penting bagi pemerintah maupun pihak perusahaan
swasta menjamin hak-hak kepegawaian bagi para pekerja dengan disabilitas
sebagaimana mestinya seperti pekerja/pegawai normal pada umumnya. Seperti yang
diatur dalam aturan-aturan yang telah dibuat.
B. FOKUS MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan
permasalahan yaitu: “apa landasan hukum yang menjamin kesejahteraan penyandang
disabilitas dalam pemenuhan kebutuhan hidup dalam dunia kerja? Serta bagaimana
perlakuan yang tepat dalam memperkerjakan penyandang disabilitas?”
C. PEMBAHASAN
1. Pengertian
Pekerja disabilitas adalah setiap orang berkebutuhan khusus yang memiliki
kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan layaknya orang normal pada
umumnya sesuai dengan karakteristik atau kualifikasi pekerjaan masing-masing
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Pekerja disabilitas harus diberikan
perlindungan yang khusus terkait dengan aksesibilitas dalam pemenuhan
kebutuhan hidup sehari-hari berkenaan dengan hak untuk memperoleh pekerjaan.
Hak memperoleh pekerjaan adalah hak setiap orang yang merupakan perwujudan
hak asasi manusia dalam hal pemenuhan kebutuhan hidupnya guna untuk
melangsungkan kehidupannya secara layak.
Hak untuk memperoleh pekerjaan termasuk bagi pekerja disabilitas telah
diatur di dalam konstitusi Negara Indonesia. Karena itu hak tersebut mendapatkan
perlindungan dan dijamin oleh hukum, sehingga perusahaan yang mempekerjaan
pekerja disabilitas pada khususnya harus melindungi hak-hak mereka.
2. Landasan Hukum
Pengakuan dari hukum nasional sendiri, Undang-Undang No. 4/1997
mengenai Penyandang Disabilitas, dan peraturan pelaksanaannya yaitu Peraturan
Pemerintah No.43/1998 (Upaya untuk Meningkatkan Kesejahteraan Sosial bagi
Penyandang
Disabilitas)
dan
Keputusan
Menteri
Ketenagakerjaan
&
Transmigrasi No.205/1995 merupakan dua kebijakan pokok yang memperhatikan
penyandang
disabilitas.
ketenagakerjaan,
Sedangkan
ketentuan
kuota
untuk
(Pasal
pasal
14)
yang
menyangkut
menyatakan
“bahwa
pengusaha/majikan harus mempekerjakan satu penyandang disabilitas untuk
setiap 100 orang pekerja”. Pasal 28 menetapkan sanksi (sekitar USD 20,000) bagi
perusahaan yang gagal memenuhi ketentuan kuota tersebut.
Sedangkan dari pengakuan konvensi internasional, Terdapat beberapa
instrumen pokok dalam hukum internasional yang mengatur hak kerja
penyandang disabilitas.
a.
Konvensi PBB mengenai Hak-hak Penyandang Disabilitas (2006)
beserta Optional Protocol-nya merupakan pencapaian tersukses untuk
instrumen hukum internasional di bidang disabilitas. Indonesia turut
meratifikasi konvensi PBB tersebut pada November 2011. (Undangundang No.19 tahun 2011 tentang Pengesahan Konvensi Hak
b.
Penyandang Disabilitas).
Kemudian Pasal 27 dari UNCPRD mengenai hak pekerjaan dan
lapangan kerja bagi penyandang disabilitas, yaitu menegaskan beberapa
hal berikut; Non-diskriminasi, Promosi pekerjaan di sektor swasta, dan
Memastikan akomodasi yang layak.
Akomodasi yang layak berarti modifikasi dan penyesuaian
yang diperlukan dan cocok, dengan tidak memberikan beban tambahan
yang tidak proporsional atau tidak semestinya, apabila diperlukan
dalam kasus tertentu, guna menjamin kenyamanan atau pelaksanaan
semua hak asasi manusia dan kebebasan fundamental penyandang
disabilitas berdasarkan kesetaraan dengan yang lainnya.
Peraturan yang paling terbaru sendiri yaitu, dalam bidang
ketenagakerjaan dalam UU no 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang
Disabilitas, adalah:
a.
Didasarkan pada hak (human right);
b.
Pemerintah, Pemerintah Daerah, BUMN, dan BUMD wajib
mempekerjakan penyandang disabilitas 2 % dari total pegawai
c.
Swasta wajib mempekerjakan penyandang disabilitas 1 % dari total
pegawai
d.
Terdapat insentif bagi perusahaan yang mempekerjakan penyandang
disabilitas.
3. Manfaat Memperkerjakan Penyandang Disabilitas
Penyandang disabilitas merupakan pekerja yang baik dan dapat diandalkan.
Banyak dokumen kasus yang menunjukkan perbandingan bahwa pekerja
disabilitas lebih baik dalam hal produktifitas, tingkat kecelakaan yang lebih
rendah, dan kemauan yang lebih kuat untuk mempertahankan pekerjaan,
dibandingkan dengan tenaga kerja perusahaan pada umumnya.
Penyandang disabilitas juga menunjukkan bahwa mereka memiliki sumber
keahlian dan bakat yang belum dimanfaatkan, termasuk keahlian teknis jika
mereka memiliki akses ke pelatihan, dan keahlian pemecahan masalah yang
dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Merekrut penyandang disabilitas
dapat berkontribusi pada keberagaman, kreativitas, dan semangat kerja secara
keseluruhan, serta meningkatkan reputasi perusahaan di kalangan pekerjanya, di
masyarakat, dan di kalangan konsumen.
4. Integrasi dan layanan Pekerja Disabilitas Dalam Lingkungan Kerja
Untuk meningkatkan produktivitas dan kenyamanan lingkungan kerja,
komunikasi dan hubungan ramah-tamah yang baik sangatlah penting. Perlu
diingat bahwa yang dimaksud komunikasi yaitu termasuk “bahasa, tampilan
teks, Braille, komunikasi tanda timbul, cetak ukuran besar, multimedia yang
mudah diakses maupun tertulis, audio, bahasa sederhana, pembaca-manusia
dan bentuk-bentuk, sarana dan format
komunikasi tambahan maupun
alternatif lainnya, termasuk teknologi informasi dan komunikasi yang dapat
diakses” (Pasal 2, UNCRPD). Sangatlah penting untuk memastikan
penyandang disabilitas terintegrasi dengan baik di lingkungan kerja mereka
yang baru. Meningkatkan kesadaran dari para manajer dan karyawan sebelum
proses perekrutan penyandang disabilitas akan sangat berguna
Berikut adalah bentuk penyesuain tempat kerja bagi pekerja
disabilitas:
Akomodasi Fisik yang Layak
a. Tempat kerja yang bersih dan rapi
b. Menata koridor yang luas dan bebas hambatan
c. Menata koridor yang luas dan bebas hambatan
d. fasilitas kamar kecil dapat diakses oleh penyandang disabilitas
e. menambah jalur melandai (ramps) atau susuran tangan dimana akan
dibutuhkan.
Akomodasi Non-fisik yang layak
a. Jam kerja yang fleksibel
b. Penggunaan bahasa isyarat dalam berkomunikasi atau adanya peluang
“bekerja dari rumah” dapat digunakan. Hal ini akan memungkinkan
penyandang disabilitas mengerjakan tugasnya dengan memuaskan.
Selain itu bentuk pemberian jaminan kesehatan pekerja dan
pemenuhan UMR dari perusahaan swasta maupun pemerintah juga
merupakan bentuk pemenuhan hak bagi pekerja disabilitas.
Bentuk kenaikan jabatan atas dasar prestasi juga akan meningkatkan
kinerja para pekerja dengan disabilitas
5. Hubungan Pekerja Normal Dan Pekerja Dengan Disabilitas Dalam Tempat
Kerja
Peningkatan kesadaran para karyawan mengenai disabilitas merupakan
sebuah langkah penting menuju pemahaman yang lebih baik, keberagaman,
dan memotivasi lingkungan kerja serta mempromosikan non-diskriminasi di
tempat kerja yang lebih baik bagi penyandang disabilitas. Hal ini tidak hanya
akan memberikan manfaat bagi perusahaan tetapi juga seluruh masyarakat
dengan membuat mereka mengubah pola pikir mereka dan menghilangkan
stigma negatif.
Berikut beberapa cara yang dapat diterapakan untuk menjalin
hubungan harmonis antara pekerja normal dan dengan disabilitas /
menciptakan lingkungan kerja tanpa diskriminasi:
a. Mengadakan Pelatihan Peningkatan Kesadaran Disabilitas Bagi
Seluruh Karyawan
Penting untuk melakukan meeting antara para manajer dan para
pekerja. Presentasi, video testimoni dari penyandang disabilitas dan
beberapa
latihan
praktek
adalah
cara
yang
baik
untuk
meningkatkan kesadaran. Undang para karyawan untuk mencoba
berkeliling menggunakan kursi roda atau menggunakan kacamata
untuk
menghalangi
Mobilitas).
Hal
ini
indera
penglihatan
merupakan
latihan
mereka
(Orientasi
sederhana
yang
menunjukkan secara konkrit apa yang dialami oleh penyandang
disabilitas di kehidupan mereka sehari-hari. Berkolaborasi dengan
OPD (Organisasi Penyandang Disabilitas) dalam pelatihan ini akan
menghasilkan pelatihan yang tepat berdasarkan pengalaman nyata.
b. Menyediakan Informasi Berkelanjutan Berkenaan Disabilitas
Menyedikan informasi disabilitas, termasuk undang-undang
disabilitas nasional dan internasional yang terkait dengan disabilitas.
Informasi ini dapat diberikan secara reguler di dalam situs web
perusahaan, surat kabar, dan saluran media lainnya. Pemberitaan yang
rutin mengenai informasi disabilitas sangatlah penting untuk
meningkatkan pembicaraan penting dalam lingkungan kerja.
c. Membentuk Jaringan Pendukung Disabilitas
Semua pekerja perlu untuk berpartisipasi penuh dalam
menyediakan pelayanan dan pendampingan bagi pekerja disabilitas
untuk berkontribusi pada tercapainya lingkungan nondiskriminasi di
dalam perusahaan atau pabrik.
6. Contoh Kasus
Meski dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2016 tentang Ketenagakerjaan
disebutkan penyandang disabilitas atau difabel diberikan kesempatan bekerja,
kenyataannya di Pontianak masih sedikit perusahaan yang menerima difabel
(Kepala
Bidang
Ketenagakerjaan,
Dinas
Sosial
dan
Ketenagakerjaan
(Dinsosnaker) Pontianak, Affan). Saat ini secara khusus belum ada regulasi dari
pemerintah kota untuk memberi perlindungan kesempatan kerja bagi penyandang
disabilitas.
Sampai sejauh ini pemerintah memberi dukungan pada penyandang disabilitas
dengan memberi himbauan pada perusahaan-perusahaan agar menyediakan ruang
untuk penyandang disabilitas sekurang-kurangnya 1 orang dari 100 pekerja pada
perusahaannya. Saat ini perusahaan-perusahaan yang menerima penyandang
disabilitas bekerja menempatkan mereka di bagian administrasi atau keuangan,
sedangkan untuk bagian lain sesuai dengan skill yang dimiliki penyandang
disabilitas. pekerjaan untuk disabilitas di perusahaan haruslah sesuai dengan
tingkat dan derajat kecacatannya.
Perusahaan-perusahaan kadang terkendala juga oleh hal ini, belum lagi skill
yang dimiliki penyandang disabilitas kadang tidak sesuai dengan kebutuhan
perusahaan. Hal inilah yang menyebabkan sampai saat ini masih sedikit
perusahaan yang menerima penyandang disabilitas sebagai pegawainya.
Ironisnya selain salah satu masalah diatas, masih banyak ketimpangan yang
terjadi berbanding terbalik dengan aturan/regulasi yang ditetapkan. Diantaranya
ketidaksediaan pihak perusahaan untuk pengadaan akomodasi yang mendukung
akses pekerja disabilitas dengan alasan anggaran yang dikeluarkan, pemberhentian
secara sepihak karyawan dengan disabilitas karena tidak mampu memenuhi target
akibat keterbatasannya, kurang adanya bahkan nyaris tidak ada sama sekali
sosialisasi akan lowongan pekerjaan yang memberikan kuota bagi penyandang
disabilitas dari pihak perusahaan swasta maupun pemerintah.
D. KESIMPULAN
Pekerja dengan disabilitas mendapatkan perlindungan yang lebih khusus
dibandingkan dengan pekerja normal pada umumnya. Hal ini berkenaan dengan
kebutuhan khusus yang dimiliki oleh pekerja disabilitas sehingga diperlukan
perlindungan yang khusus kepada mereka. pekerja disabilitas sudah mendapatkan
perlindungan hukum dengan ditinjau berdasarkan beberapa instrumen hukum,
diantaranya landasan hukum nasional yaitu diatur dalam Pasal 67 ayat (1) UndangUndang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Pasal 14 UndangUndang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat serta dalam UU no. 8 tahun
2016.
Dengan berdasarkan ketentuan Undang-undang di atas tersebut, maka pekerja
dengan disabilitas mendapat perlindungan hukum secara optimal terhadap hak
memperoleh pekerjaan serta tindakan diskriminasi yang dilakukan perusahaanperusahaan swasta maupun pemerintah terhadap pekerja disabilitas terkait dengan hak
untuk memperoleh pekerjaan dapat diminimalisir.
E. SARAN
Berdasarkan penulisan paper “Pemberdayaan Penyandang Disabilitas Dalam
Dunia Kerja”, Penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut;
a. Bagi Pihak Perusahaan swasta maupun Pemerintah
Alangkah baiknya regulasi atau aturan yang telah ditetapkan, harus
diimplementasikan sebagaimana mestinya. Mulai dari penyediaan fasilitas
yang mendukung untuk aksesbilitas para pekerja dengan disabilitas, jaminan
UMR bahkan jaminan kesehatan sebagaiman pekerja normal pada umumnya,
serta mengadakan job training pula juga demi meningkatkan skill pegawai
disabilitas dan meningkatkan mutu hasil produksi secara tidak langsung.
b. Bagi pembaca
Diharapkan paper ini dapat menjadi referensi keilmuan tentang
disabilitas terutama kesetaraan dalam dunia kerja, selain itu melalui paper
ini diharapkan meningkatkan minat pembaca dalam mengkampanyekan
kesetaraan penyandang disabilitas.
F. DAFTAR PUSTAKA
Husni,Lulu, 2010, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Cetakan X, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Mahmud Marzuki,Peter, 2011, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta.
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 4,
Balai Pustaka, Jakarta.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Indonesia, Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, Lembaran
Negara Tahun 1997 Nomor 9
Indonesia, Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 165
Indonesia, Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Lembaran
Negara Tahun 2003 Nomor 39