T2__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Pembelajaran Melalui Manajemen Biaya Operasional Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Mijen ebonagung Demak T2 BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perhatian bangsa Indonesia akan pentingnya
pendidikan
nasional
sangat
secara
besar.
Reformasi
mendasar
pendidikan
melalui
tata
aturan
perundang-undangan telah dimulai sejak tahun 1999,
yaitu sejak lahirnya Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia.
undang
tersebut
dicantumkan
Dalam undang-
bahwa
pendidikan
merupakan salah satu hak asasi manusia.
Undang-Undang
tentang
Amandemen
UUD
II
Hak
1945
Asasi
Tahun
Selain
Manusia,
2000
juga
menegaskan bahwa pendidikan merupakan hak asasi
manusia.
Pemerintah
Indonesia
menyalurkan
berbagai
bantuan demi kelangsungan pendidikan, salah satunya
adalah dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). BOS
diperuntukkan bagi setiap sekolah tingkat dasar di
Indonesia dengan tujuan mengatasi
beban biaya
pendidikan demi tuntasnya wajib belajar sembilan
tahun.
Kebijakan
bantuan
dana
pemerintah
BOS
bukan
dengan
memberi
berarti
behentinya
permsalahan pendidikan. Masalah baru muncul terkait
dengan penyelewengan dana BOS, dan ketidakefektifan
pengelolan
dana
BOS.
Sistem
yang
ada
bumerang dan menghadirkan masalah baru.
menjadi
Selain
1
masalah
pribadi
juga
masalah
Indonesia ikut berpengaruh
budaya
manusia
terhadap penyelewengan
dan ketidakefektifan pengelolaan dana BOS. Oleh
karena itu dibutuhkan kerja sama semua elemen dalam
mewujudkan efektifitas pengelolaan dana BOS.
Penulis
memilih untuk mengangkat masalah
peningkatan pembelajaran melalui manajemen biaya
operasional sekolah serta permasalahannya.
Pilihan
lokasi di SD Negeri Mijen 3 Kebonagung Demak.
Diperoleh informasi bahwa pelaksanaan program BOS
di
SD
Negeri
Mijen
3
berlangsung
baik
dengan
mengedepankan prinsip transparansi dan akuntabilitas
publik
dalam
pengelolaannya.
Mudah-mudahan
makalah kecil ini bisa memberikan gambaran bagi para
pembaca terkait dengan pengelolaan dana BOS. Solusi
yang muncul bukan berarti solusi terbaik, tetapi sedikit
sumbangan
pemikiran
untuk
perkembangan
pendidikan di Indonesia.
Tilaar
dan
Nugroho
(2009:
28)
menyatakan
bahwa pendidikan dalam kaitannya dengan manusia
sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat adalah
upaya
pengembangan
kepribadian
agar
mampu
memenuhi kebutuhan pribadi dan menyumbangkan
kemampuannya
untuk
masyarakat.
menyelenggarakan
pendidikan,
Untuk
pemerintah
perlu
menetapkan serangkaian kebijakan pendidikan. Ada
tiga pilar kebijakan pendidikan yang telah ditetapkan
yaitu: 1) Perluasan dan pemerataan akses pendidikan,
2) Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, 3)
Tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik.
2
Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
adalah suatu kegiatan yang merupakan realisasi atau
implementasi
kebijakan
dalam
pemerataan akses pendidikan,
perluasan
dan
khususnya dalam
mendukung program wajib belajar
pendidikan dasar
(Wajar Dikdas) sembilan tahun. BOS
merupakan
implementasi dari Undang-undang Nomor 20 tahun
2003 pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa pemerintah
dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya
wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar
tanpa
memungut
merupakan
biaya
serta
tanggung
diselenggarakan
pemerintah
oleh
daerah
wajib
jawab
lembaga
dan
belajar
negara
yang
pendidikan
dari
masyarakat. Program
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) merupakan suatu
peraturan kebijakan yang dikeluarkan dalam rangka
memperlancar penuntasan buta aksara seperti amanat
Inpres Nomor 5 Tahun 2005, untuk itu Menteri
Pendidikan membentuk tim pelaksana yang diatur
dalam surat edaran nomor 5421/MPN/OT/2005.
Konsekuensi
tersebut
adalah
dari
amanat
undang-undang
pemerintah dan pemerintah daerah
wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh
peserta
dan
didik
SMP)
pada
serta
tingkat pendidikan
satuan
pendidikan
dasar
lain
(SD
yang
sederajat dengan menjamin bahwa peserta didik tidak
terbebani oleh biaya pendidikan. Biaya
merupakan
salah
satu
komponen
pendidikan
masukan
instrumen (instrumental input) yang berperan penting
dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah karena
3
biaya
pendidikan
menentukan
memiliki
setiap
peran
upaya
yang
sangat
pencapaian
tujuan
pendidikan baik tujuan-tujuan yang bersifat kuantitatif
maupun kualitatif. Dalam kaitannya dengan keuangan
sekolah, Mulyasa (2006: 195) menyatakan bahwa
dalam rangka
desentralisasi
pelaksanaan otonomi daerah dan
pendidikan,
manajemen
keuangan
sekolah perlu dilakukan untuk menunjang penyediaan
sarana dan prasarana dalam rangka mengefektifkan
kegiatan
belajar
mengajar
dan
meningkatkan
prestasi belajar peserta didik.
Dalam buku panduan BOS (2010: 2) dinyatakan
bahwa secara khusus program BOS bertujuan untuk:
1) membebaskan seluruh siswa SD dan SMP dari biaya
operasi sekolah, 2) membebaskan seluruh siswa miskin
dari pungutan apapun baik di sekolah negeri maupun
swasta, dan 3) meringankan biaya operasional sekolah
terutama bagi sekolah swasta. Pencapaian tujuan
program
BOS
mulai
tampak
berdasarkan
hasil
penelitian Balitbang Kemendiknas dalam Puspitawati
(2006: 3) yang menyebutkan bahwa penyaluran BOS
berdampak
positif
antara
lain:
1)
Program
BOS
mengurangi beban orangtua untuk biaya pendidikan
anak.
Program BOS terbukti meningkatkan jumlah
siswa yang terbebas dari pungutan biaya operasional
sekolah/madrasah
yaitu dari 28,4% pada tahun
2004/2005 menjadi 70,3% pada tahun 2005/2006, 2)
Program BOS berhasil menurunkan
sekolah dari 0,60%
menjadi
angka putus
0,40%, menurunkan
tingkat ketidakhadiran dari 2,71% menjadi 2,14%, dan
4
menurunkan angka mengulang
menjadi
1,24%,
serta
kelas
dari
meningkatkan
1,73%
angka
melanjutkan dari SD/MI ke SMP/MTs dari 94,27%
menjadi 96,70%, setelah digulirkannya program BOS
sejak tahun 2005/2006.
Dengan adanya program dana BOS, sekolah
dituntut kemampuannya untuk dapat merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan
pengelolaan
biaya-biaya
pendidikan
secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah.
Pengelolaan pembiayaan pendidikan akan berpengaruh
secara langsung terhadap mutu pendidikan sekolah,
terutama berkaitan dengan sarana prasarana dan
sumber
belajar
dalam
rangka
optimalisasi
pembelajaran disekolah.
Pengelolaan BOS tidak terlepas dari peranan
kepala sekolah dalam pengertian cara kepala sekolah
mengatur
alokasi
pembiayaan
sekolah. Mulyasa (2006:194)
kepala
sekolah
untuk
operasional
menyatakan
profesional
dituntut
bahwa
memiliki
kemampuan memanajemen keuangan sekolah, baik
melakukan
evaluasi
mendasar
perencanaan, pelaksanaan,
dan
dari
maupun
pertanggungjawabannya.
manajemen
adalah
Aspek
perencanaan,
dalam hal pembiayaan yang disebut penganggaran.
Sebagaimana
yang
dikemukakan
Sa’ud
dan
Makmun (2009: 17) bahwa “Perencanaan merupakan
proses penyusunan berbagai keputusan yang akan
dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan”.
Hal ini
5
menunjukkan
merencanakan
bahwa
kemampuan
keuangan
untuk
kepala
rencana
sekolah
kegiatan
beserta sumber daya pendukung lainnya yang ada di
sekolah merupakan sesuatu yang sangat penting.
Dalam manajemen pembiayaan, satu diantara
instrumen yang penting adalah penyusunan Rencana
Anggaran Pendapat dan Belanja Sekolah (RAPBS).
Penyusunan
RAPBS
mendasari
(akuntansi) dan evaluasi (auditing)
pelaksanaan
program
secara
transparan, akuntabel dan demokratis. Penyusunan
anggaran
bangkan
dan
pengembangan RAPBS mempertim-
beberapa
faktor,
diantaranya:
pertumbuhan
peserta
didik,
pengembangan
program
dan
2)
1)
laju
inflasi,
perbaikan,
3)
dan
4)
proses pengajaran dan pembelajaran.
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) diberikan
kepada
sekolah
untuk
meringankan
beban
masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam
rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu. Dalam
buku panduan BOS (2010: 28-29) disebutkan bahwa
penggunaan dana BOS dialokasikan pada beberapa
jenis
kegiatan
yaitu:
penerimaan
siswa
baru,
pembelian buku referensi dan buku teks pembelajaran,
biaya pembelajaran tambahan dan
biaya
ulangan
dan
ujian,
ekstrakurikuler,
pembelian barang habis
pakai, langganan daya dan jasa serta perawatan
sekolah, honor guru dan kegiatan
pengembangan
profesi, transport siswa miskin, biaya
BOS,
6
pembelian
komputer
pengelolaan
desktop,
media
pembelajaran
dan
mebeler
(jika
masih
ada
sisa
dana).
Untuk menjaga agar tidak terjadi penyimpangan
dalam penyaluran maupun penggunaan dana BOS di
tingkat
sekolah diperlukan evaluasi pelaksanaan
program BOS tersebut. Evaluasi yang dimaksudkan
adalah evaluasi pengelolaan keuangan. Mulyasa (2006:
205) menyatakan, “Evaluasi dan pertanggungjawaban
keuangan sekolah dapat
diidentifikasikan ke dalam
tiga hal yaitu pendekatan pengendalian penggunaan
alokasi dana, bentuk pertanggungjawaban keuangan
sekolah, dan keterlibatan pengawasan pihak eksternal
sekolah”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar
belakang
di
atas
maka
rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana
upaya
peningkatan
pembelajaran
melalui manajemen biaya operasional sekolah di
SDN Mijen 3 Kebonagung Demak?
2. Bagaimana implementasi pengelolaan dana bos di
SD Negeri Mijen 3 Kebonagung Demak?
3. Bagaimana pelaporan pengelolaan dana bos di SD
Negeri Mijen 3 Kebonagung Demak?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
7
1. Mengetahui
upaya
peningkatan
pembelajaran
melalui manajemen biaya operasional sekolah di
SDN Mijen 3 Kebonagung Demak.
2. Mengetahui implementasi pengelolaan dana bos di
SD Negeri Mijen 3 Kebonagung Demak.
3. Mengetahui tindak lanjut pengelolaan dana bos di
SD Negeri Mijen 3 Kebonagung Demak.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian
ini
diharapkan
bisa
memberikan
manfaat baik secara teoritis dan praktis bagi para
pemerhati pendidikan:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk
menambah wawasan
tentang program dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS), penggunaan,
problematik, penyaluran, dan mengelola untuk
peningkatan pembelajaran, khususnya melalui
pengelolaan dana BOS secara akuntabel.
2. Manfaat Praktis
1. Bagi siswa dapat memperoleh pendidikan yang
bermutu dan tanpa memikirkan beaya yang tinggi.
2. Bagi guru dapat meningkatkan aktivitas dan kinerja
guru dalam pembelajaran dengan pemanfaatan dana
BOS.
3. Bagi kepala sekolah dapat memberikan fasilitas
peningkatan
program
pembelajaran
pengalokasian dana BOS secara tepat.
8
melalui
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perhatian bangsa Indonesia akan pentingnya
pendidikan
nasional
sangat
secara
besar.
Reformasi
mendasar
pendidikan
melalui
tata
aturan
perundang-undangan telah dimulai sejak tahun 1999,
yaitu sejak lahirnya Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia.
undang
tersebut
dicantumkan
Dalam undang-
bahwa
pendidikan
merupakan salah satu hak asasi manusia.
Undang-Undang
tentang
Amandemen
UUD
II
Hak
1945
Asasi
Tahun
Selain
Manusia,
2000
juga
menegaskan bahwa pendidikan merupakan hak asasi
manusia.
Pemerintah
Indonesia
menyalurkan
berbagai
bantuan demi kelangsungan pendidikan, salah satunya
adalah dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). BOS
diperuntukkan bagi setiap sekolah tingkat dasar di
Indonesia dengan tujuan mengatasi
beban biaya
pendidikan demi tuntasnya wajib belajar sembilan
tahun.
Kebijakan
bantuan
dana
pemerintah
BOS
bukan
dengan
memberi
berarti
behentinya
permsalahan pendidikan. Masalah baru muncul terkait
dengan penyelewengan dana BOS, dan ketidakefektifan
pengelolan
dana
BOS.
Sistem
yang
ada
bumerang dan menghadirkan masalah baru.
menjadi
Selain
1
masalah
pribadi
juga
masalah
Indonesia ikut berpengaruh
budaya
manusia
terhadap penyelewengan
dan ketidakefektifan pengelolaan dana BOS. Oleh
karena itu dibutuhkan kerja sama semua elemen dalam
mewujudkan efektifitas pengelolaan dana BOS.
Penulis
memilih untuk mengangkat masalah
peningkatan pembelajaran melalui manajemen biaya
operasional sekolah serta permasalahannya.
Pilihan
lokasi di SD Negeri Mijen 3 Kebonagung Demak.
Diperoleh informasi bahwa pelaksanaan program BOS
di
SD
Negeri
Mijen
3
berlangsung
baik
dengan
mengedepankan prinsip transparansi dan akuntabilitas
publik
dalam
pengelolaannya.
Mudah-mudahan
makalah kecil ini bisa memberikan gambaran bagi para
pembaca terkait dengan pengelolaan dana BOS. Solusi
yang muncul bukan berarti solusi terbaik, tetapi sedikit
sumbangan
pemikiran
untuk
perkembangan
pendidikan di Indonesia.
Tilaar
dan
Nugroho
(2009:
28)
menyatakan
bahwa pendidikan dalam kaitannya dengan manusia
sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat adalah
upaya
pengembangan
kepribadian
agar
mampu
memenuhi kebutuhan pribadi dan menyumbangkan
kemampuannya
untuk
masyarakat.
menyelenggarakan
pendidikan,
Untuk
pemerintah
perlu
menetapkan serangkaian kebijakan pendidikan. Ada
tiga pilar kebijakan pendidikan yang telah ditetapkan
yaitu: 1) Perluasan dan pemerataan akses pendidikan,
2) Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, 3)
Tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik.
2
Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
adalah suatu kegiatan yang merupakan realisasi atau
implementasi
kebijakan
dalam
pemerataan akses pendidikan,
perluasan
dan
khususnya dalam
mendukung program wajib belajar
pendidikan dasar
(Wajar Dikdas) sembilan tahun. BOS
merupakan
implementasi dari Undang-undang Nomor 20 tahun
2003 pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa pemerintah
dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya
wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar
tanpa
memungut
merupakan
biaya
serta
tanggung
diselenggarakan
pemerintah
oleh
daerah
wajib
jawab
lembaga
dan
belajar
negara
yang
pendidikan
dari
masyarakat. Program
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) merupakan suatu
peraturan kebijakan yang dikeluarkan dalam rangka
memperlancar penuntasan buta aksara seperti amanat
Inpres Nomor 5 Tahun 2005, untuk itu Menteri
Pendidikan membentuk tim pelaksana yang diatur
dalam surat edaran nomor 5421/MPN/OT/2005.
Konsekuensi
tersebut
adalah
dari
amanat
undang-undang
pemerintah dan pemerintah daerah
wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh
peserta
dan
didik
SMP)
pada
serta
tingkat pendidikan
satuan
pendidikan
dasar
lain
(SD
yang
sederajat dengan menjamin bahwa peserta didik tidak
terbebani oleh biaya pendidikan. Biaya
merupakan
salah
satu
komponen
pendidikan
masukan
instrumen (instrumental input) yang berperan penting
dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah karena
3
biaya
pendidikan
menentukan
memiliki
setiap
peran
upaya
yang
sangat
pencapaian
tujuan
pendidikan baik tujuan-tujuan yang bersifat kuantitatif
maupun kualitatif. Dalam kaitannya dengan keuangan
sekolah, Mulyasa (2006: 195) menyatakan bahwa
dalam rangka
desentralisasi
pelaksanaan otonomi daerah dan
pendidikan,
manajemen
keuangan
sekolah perlu dilakukan untuk menunjang penyediaan
sarana dan prasarana dalam rangka mengefektifkan
kegiatan
belajar
mengajar
dan
meningkatkan
prestasi belajar peserta didik.
Dalam buku panduan BOS (2010: 2) dinyatakan
bahwa secara khusus program BOS bertujuan untuk:
1) membebaskan seluruh siswa SD dan SMP dari biaya
operasi sekolah, 2) membebaskan seluruh siswa miskin
dari pungutan apapun baik di sekolah negeri maupun
swasta, dan 3) meringankan biaya operasional sekolah
terutama bagi sekolah swasta. Pencapaian tujuan
program
BOS
mulai
tampak
berdasarkan
hasil
penelitian Balitbang Kemendiknas dalam Puspitawati
(2006: 3) yang menyebutkan bahwa penyaluran BOS
berdampak
positif
antara
lain:
1)
Program
BOS
mengurangi beban orangtua untuk biaya pendidikan
anak.
Program BOS terbukti meningkatkan jumlah
siswa yang terbebas dari pungutan biaya operasional
sekolah/madrasah
yaitu dari 28,4% pada tahun
2004/2005 menjadi 70,3% pada tahun 2005/2006, 2)
Program BOS berhasil menurunkan
sekolah dari 0,60%
menjadi
angka putus
0,40%, menurunkan
tingkat ketidakhadiran dari 2,71% menjadi 2,14%, dan
4
menurunkan angka mengulang
menjadi
1,24%,
serta
kelas
dari
meningkatkan
1,73%
angka
melanjutkan dari SD/MI ke SMP/MTs dari 94,27%
menjadi 96,70%, setelah digulirkannya program BOS
sejak tahun 2005/2006.
Dengan adanya program dana BOS, sekolah
dituntut kemampuannya untuk dapat merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan
pengelolaan
biaya-biaya
pendidikan
secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah.
Pengelolaan pembiayaan pendidikan akan berpengaruh
secara langsung terhadap mutu pendidikan sekolah,
terutama berkaitan dengan sarana prasarana dan
sumber
belajar
dalam
rangka
optimalisasi
pembelajaran disekolah.
Pengelolaan BOS tidak terlepas dari peranan
kepala sekolah dalam pengertian cara kepala sekolah
mengatur
alokasi
pembiayaan
sekolah. Mulyasa (2006:194)
kepala
sekolah
untuk
operasional
menyatakan
profesional
dituntut
bahwa
memiliki
kemampuan memanajemen keuangan sekolah, baik
melakukan
evaluasi
mendasar
perencanaan, pelaksanaan,
dan
dari
maupun
pertanggungjawabannya.
manajemen
adalah
Aspek
perencanaan,
dalam hal pembiayaan yang disebut penganggaran.
Sebagaimana
yang
dikemukakan
Sa’ud
dan
Makmun (2009: 17) bahwa “Perencanaan merupakan
proses penyusunan berbagai keputusan yang akan
dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan”.
Hal ini
5
menunjukkan
merencanakan
bahwa
kemampuan
keuangan
untuk
kepala
rencana
sekolah
kegiatan
beserta sumber daya pendukung lainnya yang ada di
sekolah merupakan sesuatu yang sangat penting.
Dalam manajemen pembiayaan, satu diantara
instrumen yang penting adalah penyusunan Rencana
Anggaran Pendapat dan Belanja Sekolah (RAPBS).
Penyusunan
RAPBS
mendasari
(akuntansi) dan evaluasi (auditing)
pelaksanaan
program
secara
transparan, akuntabel dan demokratis. Penyusunan
anggaran
bangkan
dan
pengembangan RAPBS mempertim-
beberapa
faktor,
diantaranya:
pertumbuhan
peserta
didik,
pengembangan
program
dan
2)
1)
laju
inflasi,
perbaikan,
3)
dan
4)
proses pengajaran dan pembelajaran.
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) diberikan
kepada
sekolah
untuk
meringankan
beban
masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam
rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu. Dalam
buku panduan BOS (2010: 28-29) disebutkan bahwa
penggunaan dana BOS dialokasikan pada beberapa
jenis
kegiatan
yaitu:
penerimaan
siswa
baru,
pembelian buku referensi dan buku teks pembelajaran,
biaya pembelajaran tambahan dan
biaya
ulangan
dan
ujian,
ekstrakurikuler,
pembelian barang habis
pakai, langganan daya dan jasa serta perawatan
sekolah, honor guru dan kegiatan
pengembangan
profesi, transport siswa miskin, biaya
BOS,
6
pembelian
komputer
pengelolaan
desktop,
media
pembelajaran
dan
mebeler
(jika
masih
ada
sisa
dana).
Untuk menjaga agar tidak terjadi penyimpangan
dalam penyaluran maupun penggunaan dana BOS di
tingkat
sekolah diperlukan evaluasi pelaksanaan
program BOS tersebut. Evaluasi yang dimaksudkan
adalah evaluasi pengelolaan keuangan. Mulyasa (2006:
205) menyatakan, “Evaluasi dan pertanggungjawaban
keuangan sekolah dapat
diidentifikasikan ke dalam
tiga hal yaitu pendekatan pengendalian penggunaan
alokasi dana, bentuk pertanggungjawaban keuangan
sekolah, dan keterlibatan pengawasan pihak eksternal
sekolah”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar
belakang
di
atas
maka
rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana
upaya
peningkatan
pembelajaran
melalui manajemen biaya operasional sekolah di
SDN Mijen 3 Kebonagung Demak?
2. Bagaimana implementasi pengelolaan dana bos di
SD Negeri Mijen 3 Kebonagung Demak?
3. Bagaimana pelaporan pengelolaan dana bos di SD
Negeri Mijen 3 Kebonagung Demak?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
7
1. Mengetahui
upaya
peningkatan
pembelajaran
melalui manajemen biaya operasional sekolah di
SDN Mijen 3 Kebonagung Demak.
2. Mengetahui implementasi pengelolaan dana bos di
SD Negeri Mijen 3 Kebonagung Demak.
3. Mengetahui tindak lanjut pengelolaan dana bos di
SD Negeri Mijen 3 Kebonagung Demak.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian
ini
diharapkan
bisa
memberikan
manfaat baik secara teoritis dan praktis bagi para
pemerhati pendidikan:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk
menambah wawasan
tentang program dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS), penggunaan,
problematik, penyaluran, dan mengelola untuk
peningkatan pembelajaran, khususnya melalui
pengelolaan dana BOS secara akuntabel.
2. Manfaat Praktis
1. Bagi siswa dapat memperoleh pendidikan yang
bermutu dan tanpa memikirkan beaya yang tinggi.
2. Bagi guru dapat meningkatkan aktivitas dan kinerja
guru dalam pembelajaran dengan pemanfaatan dana
BOS.
3. Bagi kepala sekolah dapat memberikan fasilitas
peningkatan
program
pembelajaran
pengalokasian dana BOS secara tepat.
8
melalui