T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Tiga Kepala SMP Negeri Salatiga Tahun 2014 T2 BAB II
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Evaluasi Kinerja
1. Evaluasi
Dalam
manajemen
pendidikan
tidak
terlepas dari kegiatan evaluasi. Evaluasi tidak
hanya dijadikan sebagai alat atau kegiatan
penilaian suatu objek, namun evaluasi dapat
digunakan sebagai alat untuk memperbaiki
suatu program. Menurut Hikmat (2009: 125),
evaluasi adalah penilaian semua kegiatan
untuk
menemukan
menyebabkan
indikator
sukses
atau
yang
gagalnya
pencapaian tujuan, sehingga dapat dijadikan
bahan kajian berikutnya. Widoyoko (2013:
06), mengartikan evaluasi sebagai proses yang
sistematis
dan
berkelanjutan
mengumpulkan,
untuk
mendeskripsikan,
menginterpretasikan dan menyajikan tentang
suatu
program
sebagai
untuk
dasar
menyusun
dapat
digunakan
membuat
kebijakan
keputusan,
maupun
menyusun
program selanjutnya.
Berbeda
(2009:
adalah
02),
dengan
pendapat
menyatakan
kegiatan
untuk
Arikunto
bahwa
evaluasi
mengumpulkan
informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang
selanjutnya
untuk
informasi
menentukan
8
tersebut
alternatif
digunakan
yang
tepat
dalam mengambil sebuah keputusan. Senada
dengan hal tersebut Wirawan (2009: 03),
memaparkan bahwa evaluasi sebagai proses
mengumpulkan
informasi
mengenai
objek
evaluasi dan menilai objek evaluasi dan
membandingkannya dengan standar evaluasi.
Suprananto
(2012:
10),
menambahkan
bahwa, evaluasi merupakan perbandingan
antara hasil penilainan dengan suatu norma
atau kriteria yang bersifat kualitatif dan
evaluatif.
Berdasarkan
beberapa
pengertian
di
atas, dapat disimpulkan bahawa evaluasi
adalah proses mengumpulkan dan menilai
suatu objek kegiatan, untuk menemukan
penyebab-penyebab sukses gagalnya suatu
tujuan, sehingga dapat dijadikan sebagai
bahan kajian berikutnya.
2. Kinerja
Kinerja merupakan output (hasil kerja)
seseorang, kelompok atau organisasi dalam
melakukan suatu kegiatan. Untuk menilai
suatu kinerja, seseorang harus mengetahui
dan memahami istilah kinerja. Kinerja adalah
hasil yang diperoleh oleh suatu individu atau
organisasi
yang
dihasilkan
selama
satu
periode waktu (Fahmi, 2011: 02). Sejalan
dengan itu Wirawan (2009: 05) menyatakan,
bahwa
kinerja
adalah
keluaran
yang
dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator9
indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi
dalam waktu tertentu. Suwanto (2011: 196)
menambahkan, bahwa kinerja adalah hasil
yang dicapai seseorang menurut ukuran yang
berlaku dalam kurun waktu tertentu.
Menurut Rivai (2005: 14), kinerja adalah
tingkat
keberhasilan
seseorang
selama
periode tertentu dalam melaksanakan tugas
yang
dibandingkan
dengan
berbagai
kemungkinan, seperti standar hasil kerja,
target atau sasaran atau kriteria yang telah
ditentukan
terlebih
dahulu
dan
telah
disepakati bersama. Sementara itu Dharma
(2008: 04), menjelaskan bahwa kinerja adalah
hasil
kerja
kelompok
sesuai
yang
dicapai
orang
dalam
wewenang
masing-masing
suatu
dan
dalam
seseorang
atau
organisasi
tanggungjawabnya
rangka
mencapai
tujuan organisasi yang bersangkutan.
Berdasarkan
paparan
di
atas,
disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja
individu atau kelompok dalam waktu tertentu,
sesuai
wewenang
masing-masing
dan
dalam
tanggungjawabnya
rangka
mencapai
tujuan yang bersangkutan.
3. Evaluasi Kinerja
Kata evaluasi dan kinerja merupakan
dua istilah yang berbeda, namun kedua
istilah tersebut sama-sama digunakan dalam
dunia pendidikan. Keterkaitan evaluasi dan
10
kinerja
digunakan
mengukur
output
untuk
yang
menilai
dan
dihasilkan
oleh
manusia. Dalam dunia pendidikan evaluasi
kinerja biasanya digunakan untuk menilai
kinerja
pengajaran,
pembelajaran,
guru,
karyawan, kepala sekolah, bahkan pengawas
pendidikan.
Menurut Dharma (2005: 14), evaluasi
kinerja
merupakan
digunakan
untuk
sistem
formal
mengevaluasi
yang
kinerja
pegawai secara periodik yang ditentukan oleh
organisasi.
Sejalan
dengan
hal
tersebut
Wirawan (2012: 11) memaparkan, bahwa
evaluasi
kinerja
melakukan
merupakan
penilaian
proses
mengenai
kinerja
ternilai yang didokumentasikan secara formal,
untuk
menilai
kinerja
ternilai
dengan
membandingkan standar kinerjanya secara
periodik
guna
membantu
pengambilan
keputusan manajemen sumber daya manusia.
Berbeda
dengan
pendapat
yang
dipaparkan para ahli di atas, evaluasi kinerja
tidak hanya di bandingkan secara periodik.
Uno (2012: 87), mengatakan bahwa evaluasi
kinerja adalah suatu proses yang mengukur
kinerja seseorang dengan membandingkan
berbagai
kemungkinan,
target/sasaran,
ditetapkan
atau
terlebih
misalnya
standar,
kriteria
yang
telah
dahulu
dan
telah
disepakati bersama. Hal tersebut di dukung
oleh pendapat Simanjutak (2005: 103) yang
11
menjelaskan bahwa evaluasi kinerja adalah
penilaian pelaksanaan tugas (performance)
seseorang atau sekelompok orang atau unit
kerja
organisasi
atau
perusahaan
sesuai
dengan standar kinerja atau tujuan yang
ditetapkan lebih dahulu.
Beberapa
pengertian
disimpulkan
merupakan
bahwa
suatu
di
atas
dapat
evaluasi
proses
kinerja
penilaian
dan
pengukuran yang dilakukan oleh seseorang
atau organisasi sesuai dengan standar kerja
yang
telah
ditetapkan,
guna
membantu
pengambilan keputusan manajemen sumber
daya manusia.
B. Kepala Sekolah
1. Pengertian Kepala Sekolah
Kepemimpinan dan kepala sekolah saling
berhubungan erat. Menurut Hikmat (2009:
252), kepemimpinan adalah sekumpulan dari
serangkaian
kemampuan
kepribadian,
termasuk
dan
di
sifat
dalamnya
kewibawaan, untuk dijadikan sarana dalam
meyakinkan
yang
dipimpinnya.
Senada
dengan pernyataan tersebut Mulyono (2008:
143),
menjelaskan
bahwa
kepemimpinan
merupakan ruh yang menjadi pusat sumber
gerak organisasi untuk mencapai tujuan.
Berbeda
dengan
Nawawi
(1983:
79),
mendefinisikan kepemimpinan adalah proses
mengarahkan, membimbing, mempengaruhi
12
atau
mengawasi
tindakan,
dan
pikiran,
tingkah
perasaan
laku
orang
atau
lain.
Kepemimpinan lahir pada jati diri seseorang
yang tidak dapat dipaksakan.
Beranjak
dari
kepemimpinan,
Wahjosumidjo (2003: 83) menyatakan, bahwa
kepala sekolah adalah tenaga fungsional yang
diberi
tugas
untuk
penyelenggaraan
Mulyasa
suatu
sekolah.
Menurut
16),
kepala
sekolah
pendidikan
tingkat
(2011:
merupakan
memimpin
pemimpin
satuan pendidikan yang harus memiliki dasar
kepemimpinan
dipertegas
yang
oleh
kuat.
Saroni
Hal
tersebut
(2006:
37),
menjelaskan bahwa kepala sekolah adalah
sosok
yang
diberi
kepercayaan
dan
kewenangan oleh banyak orang (anak buah)
untuk membawa sekolah ke arah tujuan yang
ingin dicapai.
Beberapa paparan di atas di simpulkan
bahwa kepala sekolah merupakan pemimpin
pendidikan
yang
bertugas
mengarahkan,
membimbing, mempengaruhi atau mengawasi
pikiran, perasaan atau tindakan dan tingkah
laku seseorang, untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
2. Tugas Kepala Sekolah
Seorang
kepala
sekolah
memiliki
beberapa tugas dan fungsi dalam mengemban
sekolahnya. Tugas dan fungsi kepala sekolah
13
yaitu: (1) sebagai pendidik (educator); (2)
sebagai manajer; (3) sebagai administrator; (4)
sebagai supervisor; (5) sebagai leader; (6)
sebagai inovator; dan (7) sebagai motivator
(Mulyasa, 2011:
98-120). Ketujuh fungsi
tersebut mendoronng kepala sekolah untuk
memotivasi dirinya dalam mengembangkan
sekolah yang dipimpin. Menurut Dharma
(2008:
09),
mencakup
tugas
tiga
manajerial;
pokok
bidang,
(2)
kepala
yaitu:
sekolah
(1)
supervisi;
tugas
dan
(3)
kewirausahaan.
Tugas
kepala
manajerial
sekolah
berkaitan
dalam
dengan
bidang
pengelolaan
sekolah, sehingga semua sumber daya dapat
disediakan dan dimanfaatkan secara optimal
untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif
dan efisien (Dharma, 2008: 09). Tugas pokok
kepala
sekolah
dalam
bidang
manajerial
meliputi: (1) menyusun perencanaan sekolah;
(2)
mengelola
program
pembelajaran;
(3)
mengelola kesiswaan; (4) mengelola sarana
dan
prasarana;
(5)
mengelola
personal
sekolah; (6) mengelola keuangan sekolah; (7)
mengelola
hubungan
masyarakat;
(8)
sekolah;
mengelola
(9)
sekolah
mengelola
dan
administrasi
sistem
informasi
sekolah; (10) mengevaluasi program sekolah;
dan (11) memimpin sekolah.
Untuk melaksanakan tugas pokoknya,
seorang kepala sekolah dituntut memiliki
14
beberapa
sekolah
kompetensi.
adalah
kertampilan
kompetensi
kewirausahaan,
(Permendiknas
Kompetensi
pengetahuan,
pada
sikap
dan
dimensi-dimensi
kepribadian,
manajerial,
supervisi,
Nomor
kepala
28
dan
sosial
Tahun
2010).
Dengan kompetensi tersebut kepala sekolah
harus mampu memahami sekolah sebagai
sistem yang harus dipimpin dan dikelola
dengan baik. Kompetensi utama yang harus
dimiliki kepala sekolah dalam menjalankan
tugas
manajerialnya
yaitu
kompetensi
manajerial. Standar kompetensi manajerial
kepala
sekolah
Dalam
Peraturan
Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007
tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah
dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1.
Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah
Kompetensi
Manajerial
Sub-sub Kompetensi
a. Menyusun
perencanaan
sekolah/madrasah
untuk
berbagai
tingkatan perencanaan.
b. Mengembangkan
organisasi
sekolah/madrasah
sesuai
dengan
kebutuhan.
c. Memimpin
sekolah/madrasah
dalam
rangka pendayagunaan sumber daya
sekolah/madrasah secara optimal.
d. Mengelola
perubahan
dan
pengembangan
sekolah/madrasah
menuju organisasi pembelajaran yang
efektif.
e. Menciptakan
budaya
dan
iklim
sekolah/madrasah yang kondusif dan
inovatif bagi pembelajaran peserta didik.
f. Mengelola guru dan staf dalam rangka
15
pendayagunaan sumber daya manusia
secara optimal.
g. Mengelola
sarana
dan
prasarana
sekolah/madrasah
dalam
rangka
pendayagunaan secara optimal.
h. Mengelola hubungan sekolah/madrasah
dan masyarakat dalam rangka pencarian
dukungan ide, sumber belajar, dan
pembiayaan sekolah/madrasah.
i. Mengelola peserta didik dalam rangka
penerimaan peserta didik baru, dan
penempatan
dan
pengembangan
kapasitas peserta didik.
j. Mengelola pengembangan kurikulum dan
kegiatan pembelajaran sesuai dengan
arah dan tujuan pendidikan nasional.
k. Mengelola keuangan sekolah/madrasah
sesuai dengan prinsip pengelolaan yang
akuntabel, transparan, dan efisien.
l. Mengelola
ketatausahaan
sekolah/madrasah dalam mendukung
pencapaian tujuan sekolah/madrasah.
m. Mengelola
unit
layanan
khusus
sekolah/madrasah dalam mendukung
kegiatan pembelajaran dan kegiatan
peserta didik di sekolah/madrasah.
n. Mengelola
sistem
informasi
sekolah/madrasah dalam mendukung
penyusunan program dan pengambilan
keputusan.
o. Memanfaatkan
kemajuan
teknologi
informasi bagi peningkatan pembelajaran
dan manajemen sekolah/madrasah.
p. Melakukan monitoring, evaluasi dan
pelaporan pelaksanaan program kegiatan
sekolah/madrasah
dengan
prosedur
yang tepat, serta merencanakan tindak
lanjutnya.
Berdasarkan kompetensi manajerial di atas,
dalam penelitian ini disimpulkan bahwa terdapat
tujuh aspek manajerial. Ketujuh aspek manajerial
tersebut
yaitu:
(1)
menyusun
perencanaan
sekolah; (2) mengembangkan organisasi sekolah;
16
(3) memimpin sekolah; (4) menciptakan budaya
dan iklim kerja yang kondusif; (5) mengelola
sekolah;
(6)
memanfaatkan
perkembangan
teknologi; dan (7) mengevaluasi program sekolah.
Dimana
aspek-aspek
tersebut
akan
dinilai
dengan kriteria mampu, kurang mampu, dan
tidak mampu. Kepala sekolah dikatakan mampu
jika dapat melaksanakan seluruh tugas sekolah
dengan
maksimal. Kepala sekolah dikatakan
kurang mampu jika hanya sebagian tugas yang
dilaksanakan dengan maksimal. Kepala sekolah
dikatakan tidak mampu jika seluruh tugas kepala
sekolah tidak dilaksanakan dengan maksimal.
C. Penelitian yang Relevan
Evaluasi kinerja kepala sekolah dilakukan
ketika ingin mengetahui bagaimana hasil kerja
yang dicapai selama periode tertentu. Kegiatan
evaluasi akan menghasilkan suatu kondisi yang
telah
dirancang
sebelumnya,
apakah
telah
mencapai tujuan yang di inginkan atau belum.
Beberapa penelitian mengenai manajerial kepala
sekolah yang relevan dengan penelitian ini antara
lain adalah sebagai berikut:
Penelitian
”Pengaruh
Sekolah
Werang
(2010)
Ketrampilan
dan
Status
dengan
Manajerial
Sosial
judul
Kepala
Ekonomi
Guru
terhadap Kinerja Guru SMA Negeri I MeraukePapua”
menyimpulkan,
bahwa
Kualitas
ketrampilan manajerial kepala SMA Negeri I
Merauke
berada
pada
17
kategori
tinggi.
Hal
tersebut berarti bahwa kepala SMA Negeri I
Merauke
sudah
memiliki
dan
menerapkan
ketrampilan manajerialnya secara baik.
Menurut
Sugeng
(2012),
dengan
judul
penelitiannya ”Pengaruh Kompetensi Manajerial
Kepala Sekolah dan Budaya Sekolah terhadap
Kinerja Guru SMP Negeri di Kabupaten Kudus”,
menghasilkan bahwa terdapat pengaruh positif
dan signifikan kompetensi manajerial kepala
sekolah terhadap kinerja guru; terdapat pengaruh
positif dan signifikan budaya organisasi terhadap
kinerja guru; terdapat pengaruh positif dan
signifikan kompetensi manajerial kepala sekolah
dan budaya organisasi secara bersama-sama terhadap kinerja guru. Sejalan dengan penelitian
tersebut
Karweti
(2010),
menyatakan
bahwa
kemampuan manajerial dan motivasi kerja kepala
sekolah
berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap kinerja guru SLB di Kabupaten Subang,
dengan
penelitian
Kemampuan
Faktor
Manajerial
yang
terhadap
yang
berjudul
Kepala
Mempengaruhi
Kinerja
Guru
”Pengaruh
Sekolah
Motivasi
SLB
di
dan
Kerja
Kabupaten
Subang”.
Yogaswara
penelitiannya
(2010),
yang
menyimpulkan
berjudul
”Kontribusi
Manajerial Kepala Sekolah dan Sistem Informasi
Kepegawaian terhadap Kinerja Mengajar Guru”
bahwa
terdapat
hubungan
yang
positif
dan
signifikan antara kemampuan manajerial kepala
sekolah terhadap kinerja mengajar guru. Akhlaq
18
dkk
(2010)
juga
menyimpulkan
penelitianya
yang
berjudul
Ketrampilan
Kompetensi
dalam
”Analisis
Manajerial
Kritis
Kepala
Sekolah Menengah yang Dilatih Melalui Jarak
Mode dari Universitas Terbuka Allama Iqbal”,
bahwa ketrampilan manajerial kepala sekolah
menengah sesuai dengan kategori ketrampilan
yang difokuskan yaitu ketrampilan komunikasi
interpersonal,
perencanaan,
kolaborasi/kerja
sama tim, kecakapan, organisasi, umpan balik,
teknologi
dasar,
dan
pengetahuan
akses
teknologi. Penelitian Rohmah (2014), dengan
judul ”Ketrampilan Manajerial Kepala Sekolah
dalam Peningkatan Kinerja Guru”, menghasilkan:
Komunikasi dan kerjasama kepala sekolah dalam
peningkatan kinerja guru di SMP Negeri 26
Surabaya adalah kegiatan yang dilakukan oleh
kepala
sekolah
untuk
memberikan
motivasi
kepada guru yang disampaikan secara langsung
dan tidak langsung agar guru meningkatkan
kinerjanya
Berbeda dengan penelitian-penelitian di atas
Taswir (2014) mengatakan dalam penelitiannya
yang berjudul “Manajerial Kepala Sekolah dalam
Meningkatkan
Kinerja
Guru
pada
Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Sinabang
Kabupaten
Simeulue”,
perubahan
sikap
bahwa
guru-guru
tidak
yang
terdapat
mengarah
kepada perubahan yang lebih baik dari proses
pembinaan yang dilakukan kepala sekolah dalam
usaha meningkatkan kinerja guru.
19
Adanya perbedaan beberapa hasil penelitian
di
atas
maka
penilaian
Dengan
penelitian
kinerja
adanya
ini
manajerial
penilaian
menghasilkan
kepala
yang
untuk
pada
sekolah.
diharapkan
saran
direkomendasikan
mengacu
dapat
dapat
memperbaiki
dan
mengurangi adanya perbedaan pada penelitian
selanjutnya.
Persamaan
pada
peneliian
ini
terletak pada bidang manajerial kepala sekolah.
Perbedaannya
dengan
penelitian-penelitian
sebelumnya yaitu penelitian ini mengacu pada
evaluasi kinerja manajerial kepala sekolah.
D. Kerangka Berpikir
Seorang kepala sekolah pada hakekatnya
harus
mampu
memberikan
bekerja,
contoh
memimpin,
yang
baik
dan
untuk
bawahannya. Kemampuan kerja kepala sekolah
tidak
hanya
dilihat
dari
kepemimpinannya,
namun juga dilihat bagaimana kepala sekolah
dalam menjalankan tugasnya. Salah satu tugas
kepala sekolah adalah tugas manajerial. Kepala
sekolah
yang
manajerialnya
mampu
dengan
menjalankan
baik
tentunya
tugas
harus
memiliki kompetensi manajerial yang baik pula,
sehingga tujuan sekolah yang telah ditetapkan
sebelumnya tercapai. Dengan kata lain kinerja
kepala
sekolah
yang
baik
akan
mendorong
tercapainya tujuan sekolah. Alur penelitiannya di
gambarkan sebagai berikut:
20
Manajerial
Kepala Sekolah
Kompetensi
Manajerial
Komite
Pengawas
Kinerja
Manajerial
Kinerja
Manajerial
Kepala sekolah
Kinerja Kepala Sekolah
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
21
Tugas
Manajerial
Staff TU
Guru
KAJIAN TEORI
A. Evaluasi Kinerja
1. Evaluasi
Dalam
manajemen
pendidikan
tidak
terlepas dari kegiatan evaluasi. Evaluasi tidak
hanya dijadikan sebagai alat atau kegiatan
penilaian suatu objek, namun evaluasi dapat
digunakan sebagai alat untuk memperbaiki
suatu program. Menurut Hikmat (2009: 125),
evaluasi adalah penilaian semua kegiatan
untuk
menemukan
menyebabkan
indikator
sukses
atau
yang
gagalnya
pencapaian tujuan, sehingga dapat dijadikan
bahan kajian berikutnya. Widoyoko (2013:
06), mengartikan evaluasi sebagai proses yang
sistematis
dan
berkelanjutan
mengumpulkan,
untuk
mendeskripsikan,
menginterpretasikan dan menyajikan tentang
suatu
program
sebagai
untuk
dasar
menyusun
dapat
digunakan
membuat
kebijakan
keputusan,
maupun
menyusun
program selanjutnya.
Berbeda
(2009:
adalah
02),
dengan
pendapat
menyatakan
kegiatan
untuk
Arikunto
bahwa
evaluasi
mengumpulkan
informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang
selanjutnya
untuk
informasi
menentukan
8
tersebut
alternatif
digunakan
yang
tepat
dalam mengambil sebuah keputusan. Senada
dengan hal tersebut Wirawan (2009: 03),
memaparkan bahwa evaluasi sebagai proses
mengumpulkan
informasi
mengenai
objek
evaluasi dan menilai objek evaluasi dan
membandingkannya dengan standar evaluasi.
Suprananto
(2012:
10),
menambahkan
bahwa, evaluasi merupakan perbandingan
antara hasil penilainan dengan suatu norma
atau kriteria yang bersifat kualitatif dan
evaluatif.
Berdasarkan
beberapa
pengertian
di
atas, dapat disimpulkan bahawa evaluasi
adalah proses mengumpulkan dan menilai
suatu objek kegiatan, untuk menemukan
penyebab-penyebab sukses gagalnya suatu
tujuan, sehingga dapat dijadikan sebagai
bahan kajian berikutnya.
2. Kinerja
Kinerja merupakan output (hasil kerja)
seseorang, kelompok atau organisasi dalam
melakukan suatu kegiatan. Untuk menilai
suatu kinerja, seseorang harus mengetahui
dan memahami istilah kinerja. Kinerja adalah
hasil yang diperoleh oleh suatu individu atau
organisasi
yang
dihasilkan
selama
satu
periode waktu (Fahmi, 2011: 02). Sejalan
dengan itu Wirawan (2009: 05) menyatakan,
bahwa
kinerja
adalah
keluaran
yang
dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator9
indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi
dalam waktu tertentu. Suwanto (2011: 196)
menambahkan, bahwa kinerja adalah hasil
yang dicapai seseorang menurut ukuran yang
berlaku dalam kurun waktu tertentu.
Menurut Rivai (2005: 14), kinerja adalah
tingkat
keberhasilan
seseorang
selama
periode tertentu dalam melaksanakan tugas
yang
dibandingkan
dengan
berbagai
kemungkinan, seperti standar hasil kerja,
target atau sasaran atau kriteria yang telah
ditentukan
terlebih
dahulu
dan
telah
disepakati bersama. Sementara itu Dharma
(2008: 04), menjelaskan bahwa kinerja adalah
hasil
kerja
kelompok
sesuai
yang
dicapai
orang
dalam
wewenang
masing-masing
suatu
dan
dalam
seseorang
atau
organisasi
tanggungjawabnya
rangka
mencapai
tujuan organisasi yang bersangkutan.
Berdasarkan
paparan
di
atas,
disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja
individu atau kelompok dalam waktu tertentu,
sesuai
wewenang
masing-masing
dan
dalam
tanggungjawabnya
rangka
mencapai
tujuan yang bersangkutan.
3. Evaluasi Kinerja
Kata evaluasi dan kinerja merupakan
dua istilah yang berbeda, namun kedua
istilah tersebut sama-sama digunakan dalam
dunia pendidikan. Keterkaitan evaluasi dan
10
kinerja
digunakan
mengukur
output
untuk
yang
menilai
dan
dihasilkan
oleh
manusia. Dalam dunia pendidikan evaluasi
kinerja biasanya digunakan untuk menilai
kinerja
pengajaran,
pembelajaran,
guru,
karyawan, kepala sekolah, bahkan pengawas
pendidikan.
Menurut Dharma (2005: 14), evaluasi
kinerja
merupakan
digunakan
untuk
sistem
formal
mengevaluasi
yang
kinerja
pegawai secara periodik yang ditentukan oleh
organisasi.
Sejalan
dengan
hal
tersebut
Wirawan (2012: 11) memaparkan, bahwa
evaluasi
kinerja
melakukan
merupakan
penilaian
proses
mengenai
kinerja
ternilai yang didokumentasikan secara formal,
untuk
menilai
kinerja
ternilai
dengan
membandingkan standar kinerjanya secara
periodik
guna
membantu
pengambilan
keputusan manajemen sumber daya manusia.
Berbeda
dengan
pendapat
yang
dipaparkan para ahli di atas, evaluasi kinerja
tidak hanya di bandingkan secara periodik.
Uno (2012: 87), mengatakan bahwa evaluasi
kinerja adalah suatu proses yang mengukur
kinerja seseorang dengan membandingkan
berbagai
kemungkinan,
target/sasaran,
ditetapkan
atau
terlebih
misalnya
standar,
kriteria
yang
telah
dahulu
dan
telah
disepakati bersama. Hal tersebut di dukung
oleh pendapat Simanjutak (2005: 103) yang
11
menjelaskan bahwa evaluasi kinerja adalah
penilaian pelaksanaan tugas (performance)
seseorang atau sekelompok orang atau unit
kerja
organisasi
atau
perusahaan
sesuai
dengan standar kinerja atau tujuan yang
ditetapkan lebih dahulu.
Beberapa
pengertian
disimpulkan
merupakan
bahwa
suatu
di
atas
dapat
evaluasi
proses
kinerja
penilaian
dan
pengukuran yang dilakukan oleh seseorang
atau organisasi sesuai dengan standar kerja
yang
telah
ditetapkan,
guna
membantu
pengambilan keputusan manajemen sumber
daya manusia.
B. Kepala Sekolah
1. Pengertian Kepala Sekolah
Kepemimpinan dan kepala sekolah saling
berhubungan erat. Menurut Hikmat (2009:
252), kepemimpinan adalah sekumpulan dari
serangkaian
kemampuan
kepribadian,
termasuk
dan
di
sifat
dalamnya
kewibawaan, untuk dijadikan sarana dalam
meyakinkan
yang
dipimpinnya.
Senada
dengan pernyataan tersebut Mulyono (2008:
143),
menjelaskan
bahwa
kepemimpinan
merupakan ruh yang menjadi pusat sumber
gerak organisasi untuk mencapai tujuan.
Berbeda
dengan
Nawawi
(1983:
79),
mendefinisikan kepemimpinan adalah proses
mengarahkan, membimbing, mempengaruhi
12
atau
mengawasi
tindakan,
dan
pikiran,
tingkah
perasaan
laku
orang
atau
lain.
Kepemimpinan lahir pada jati diri seseorang
yang tidak dapat dipaksakan.
Beranjak
dari
kepemimpinan,
Wahjosumidjo (2003: 83) menyatakan, bahwa
kepala sekolah adalah tenaga fungsional yang
diberi
tugas
untuk
penyelenggaraan
Mulyasa
suatu
sekolah.
Menurut
16),
kepala
sekolah
pendidikan
tingkat
(2011:
merupakan
memimpin
pemimpin
satuan pendidikan yang harus memiliki dasar
kepemimpinan
dipertegas
yang
oleh
kuat.
Saroni
Hal
tersebut
(2006:
37),
menjelaskan bahwa kepala sekolah adalah
sosok
yang
diberi
kepercayaan
dan
kewenangan oleh banyak orang (anak buah)
untuk membawa sekolah ke arah tujuan yang
ingin dicapai.
Beberapa paparan di atas di simpulkan
bahwa kepala sekolah merupakan pemimpin
pendidikan
yang
bertugas
mengarahkan,
membimbing, mempengaruhi atau mengawasi
pikiran, perasaan atau tindakan dan tingkah
laku seseorang, untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
2. Tugas Kepala Sekolah
Seorang
kepala
sekolah
memiliki
beberapa tugas dan fungsi dalam mengemban
sekolahnya. Tugas dan fungsi kepala sekolah
13
yaitu: (1) sebagai pendidik (educator); (2)
sebagai manajer; (3) sebagai administrator; (4)
sebagai supervisor; (5) sebagai leader; (6)
sebagai inovator; dan (7) sebagai motivator
(Mulyasa, 2011:
98-120). Ketujuh fungsi
tersebut mendoronng kepala sekolah untuk
memotivasi dirinya dalam mengembangkan
sekolah yang dipimpin. Menurut Dharma
(2008:
09),
mencakup
tugas
tiga
manajerial;
pokok
bidang,
(2)
kepala
yaitu:
sekolah
(1)
supervisi;
tugas
dan
(3)
kewirausahaan.
Tugas
kepala
manajerial
sekolah
berkaitan
dalam
dengan
bidang
pengelolaan
sekolah, sehingga semua sumber daya dapat
disediakan dan dimanfaatkan secara optimal
untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif
dan efisien (Dharma, 2008: 09). Tugas pokok
kepala
sekolah
dalam
bidang
manajerial
meliputi: (1) menyusun perencanaan sekolah;
(2)
mengelola
program
pembelajaran;
(3)
mengelola kesiswaan; (4) mengelola sarana
dan
prasarana;
(5)
mengelola
personal
sekolah; (6) mengelola keuangan sekolah; (7)
mengelola
hubungan
masyarakat;
(8)
sekolah;
mengelola
(9)
sekolah
mengelola
dan
administrasi
sistem
informasi
sekolah; (10) mengevaluasi program sekolah;
dan (11) memimpin sekolah.
Untuk melaksanakan tugas pokoknya,
seorang kepala sekolah dituntut memiliki
14
beberapa
sekolah
kompetensi.
adalah
kertampilan
kompetensi
kewirausahaan,
(Permendiknas
Kompetensi
pengetahuan,
pada
sikap
dan
dimensi-dimensi
kepribadian,
manajerial,
supervisi,
Nomor
kepala
28
dan
sosial
Tahun
2010).
Dengan kompetensi tersebut kepala sekolah
harus mampu memahami sekolah sebagai
sistem yang harus dipimpin dan dikelola
dengan baik. Kompetensi utama yang harus
dimiliki kepala sekolah dalam menjalankan
tugas
manajerialnya
yaitu
kompetensi
manajerial. Standar kompetensi manajerial
kepala
sekolah
Dalam
Peraturan
Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007
tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah
dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1.
Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah
Kompetensi
Manajerial
Sub-sub Kompetensi
a. Menyusun
perencanaan
sekolah/madrasah
untuk
berbagai
tingkatan perencanaan.
b. Mengembangkan
organisasi
sekolah/madrasah
sesuai
dengan
kebutuhan.
c. Memimpin
sekolah/madrasah
dalam
rangka pendayagunaan sumber daya
sekolah/madrasah secara optimal.
d. Mengelola
perubahan
dan
pengembangan
sekolah/madrasah
menuju organisasi pembelajaran yang
efektif.
e. Menciptakan
budaya
dan
iklim
sekolah/madrasah yang kondusif dan
inovatif bagi pembelajaran peserta didik.
f. Mengelola guru dan staf dalam rangka
15
pendayagunaan sumber daya manusia
secara optimal.
g. Mengelola
sarana
dan
prasarana
sekolah/madrasah
dalam
rangka
pendayagunaan secara optimal.
h. Mengelola hubungan sekolah/madrasah
dan masyarakat dalam rangka pencarian
dukungan ide, sumber belajar, dan
pembiayaan sekolah/madrasah.
i. Mengelola peserta didik dalam rangka
penerimaan peserta didik baru, dan
penempatan
dan
pengembangan
kapasitas peserta didik.
j. Mengelola pengembangan kurikulum dan
kegiatan pembelajaran sesuai dengan
arah dan tujuan pendidikan nasional.
k. Mengelola keuangan sekolah/madrasah
sesuai dengan prinsip pengelolaan yang
akuntabel, transparan, dan efisien.
l. Mengelola
ketatausahaan
sekolah/madrasah dalam mendukung
pencapaian tujuan sekolah/madrasah.
m. Mengelola
unit
layanan
khusus
sekolah/madrasah dalam mendukung
kegiatan pembelajaran dan kegiatan
peserta didik di sekolah/madrasah.
n. Mengelola
sistem
informasi
sekolah/madrasah dalam mendukung
penyusunan program dan pengambilan
keputusan.
o. Memanfaatkan
kemajuan
teknologi
informasi bagi peningkatan pembelajaran
dan manajemen sekolah/madrasah.
p. Melakukan monitoring, evaluasi dan
pelaporan pelaksanaan program kegiatan
sekolah/madrasah
dengan
prosedur
yang tepat, serta merencanakan tindak
lanjutnya.
Berdasarkan kompetensi manajerial di atas,
dalam penelitian ini disimpulkan bahwa terdapat
tujuh aspek manajerial. Ketujuh aspek manajerial
tersebut
yaitu:
(1)
menyusun
perencanaan
sekolah; (2) mengembangkan organisasi sekolah;
16
(3) memimpin sekolah; (4) menciptakan budaya
dan iklim kerja yang kondusif; (5) mengelola
sekolah;
(6)
memanfaatkan
perkembangan
teknologi; dan (7) mengevaluasi program sekolah.
Dimana
aspek-aspek
tersebut
akan
dinilai
dengan kriteria mampu, kurang mampu, dan
tidak mampu. Kepala sekolah dikatakan mampu
jika dapat melaksanakan seluruh tugas sekolah
dengan
maksimal. Kepala sekolah dikatakan
kurang mampu jika hanya sebagian tugas yang
dilaksanakan dengan maksimal. Kepala sekolah
dikatakan tidak mampu jika seluruh tugas kepala
sekolah tidak dilaksanakan dengan maksimal.
C. Penelitian yang Relevan
Evaluasi kinerja kepala sekolah dilakukan
ketika ingin mengetahui bagaimana hasil kerja
yang dicapai selama periode tertentu. Kegiatan
evaluasi akan menghasilkan suatu kondisi yang
telah
dirancang
sebelumnya,
apakah
telah
mencapai tujuan yang di inginkan atau belum.
Beberapa penelitian mengenai manajerial kepala
sekolah yang relevan dengan penelitian ini antara
lain adalah sebagai berikut:
Penelitian
”Pengaruh
Sekolah
Werang
(2010)
Ketrampilan
dan
Status
dengan
Manajerial
Sosial
judul
Kepala
Ekonomi
Guru
terhadap Kinerja Guru SMA Negeri I MeraukePapua”
menyimpulkan,
bahwa
Kualitas
ketrampilan manajerial kepala SMA Negeri I
Merauke
berada
pada
17
kategori
tinggi.
Hal
tersebut berarti bahwa kepala SMA Negeri I
Merauke
sudah
memiliki
dan
menerapkan
ketrampilan manajerialnya secara baik.
Menurut
Sugeng
(2012),
dengan
judul
penelitiannya ”Pengaruh Kompetensi Manajerial
Kepala Sekolah dan Budaya Sekolah terhadap
Kinerja Guru SMP Negeri di Kabupaten Kudus”,
menghasilkan bahwa terdapat pengaruh positif
dan signifikan kompetensi manajerial kepala
sekolah terhadap kinerja guru; terdapat pengaruh
positif dan signifikan budaya organisasi terhadap
kinerja guru; terdapat pengaruh positif dan
signifikan kompetensi manajerial kepala sekolah
dan budaya organisasi secara bersama-sama terhadap kinerja guru. Sejalan dengan penelitian
tersebut
Karweti
(2010),
menyatakan
bahwa
kemampuan manajerial dan motivasi kerja kepala
sekolah
berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap kinerja guru SLB di Kabupaten Subang,
dengan
penelitian
Kemampuan
Faktor
Manajerial
yang
terhadap
yang
berjudul
Kepala
Mempengaruhi
Kinerja
Guru
”Pengaruh
Sekolah
Motivasi
SLB
di
dan
Kerja
Kabupaten
Subang”.
Yogaswara
penelitiannya
(2010),
yang
menyimpulkan
berjudul
”Kontribusi
Manajerial Kepala Sekolah dan Sistem Informasi
Kepegawaian terhadap Kinerja Mengajar Guru”
bahwa
terdapat
hubungan
yang
positif
dan
signifikan antara kemampuan manajerial kepala
sekolah terhadap kinerja mengajar guru. Akhlaq
18
dkk
(2010)
juga
menyimpulkan
penelitianya
yang
berjudul
Ketrampilan
Kompetensi
dalam
”Analisis
Manajerial
Kritis
Kepala
Sekolah Menengah yang Dilatih Melalui Jarak
Mode dari Universitas Terbuka Allama Iqbal”,
bahwa ketrampilan manajerial kepala sekolah
menengah sesuai dengan kategori ketrampilan
yang difokuskan yaitu ketrampilan komunikasi
interpersonal,
perencanaan,
kolaborasi/kerja
sama tim, kecakapan, organisasi, umpan balik,
teknologi
dasar,
dan
pengetahuan
akses
teknologi. Penelitian Rohmah (2014), dengan
judul ”Ketrampilan Manajerial Kepala Sekolah
dalam Peningkatan Kinerja Guru”, menghasilkan:
Komunikasi dan kerjasama kepala sekolah dalam
peningkatan kinerja guru di SMP Negeri 26
Surabaya adalah kegiatan yang dilakukan oleh
kepala
sekolah
untuk
memberikan
motivasi
kepada guru yang disampaikan secara langsung
dan tidak langsung agar guru meningkatkan
kinerjanya
Berbeda dengan penelitian-penelitian di atas
Taswir (2014) mengatakan dalam penelitiannya
yang berjudul “Manajerial Kepala Sekolah dalam
Meningkatkan
Kinerja
Guru
pada
Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Sinabang
Kabupaten
Simeulue”,
perubahan
sikap
bahwa
guru-guru
tidak
yang
terdapat
mengarah
kepada perubahan yang lebih baik dari proses
pembinaan yang dilakukan kepala sekolah dalam
usaha meningkatkan kinerja guru.
19
Adanya perbedaan beberapa hasil penelitian
di
atas
maka
penilaian
Dengan
penelitian
kinerja
adanya
ini
manajerial
penilaian
menghasilkan
kepala
yang
untuk
pada
sekolah.
diharapkan
saran
direkomendasikan
mengacu
dapat
dapat
memperbaiki
dan
mengurangi adanya perbedaan pada penelitian
selanjutnya.
Persamaan
pada
peneliian
ini
terletak pada bidang manajerial kepala sekolah.
Perbedaannya
dengan
penelitian-penelitian
sebelumnya yaitu penelitian ini mengacu pada
evaluasi kinerja manajerial kepala sekolah.
D. Kerangka Berpikir
Seorang kepala sekolah pada hakekatnya
harus
mampu
memberikan
bekerja,
contoh
memimpin,
yang
baik
dan
untuk
bawahannya. Kemampuan kerja kepala sekolah
tidak
hanya
dilihat
dari
kepemimpinannya,
namun juga dilihat bagaimana kepala sekolah
dalam menjalankan tugasnya. Salah satu tugas
kepala sekolah adalah tugas manajerial. Kepala
sekolah
yang
manajerialnya
mampu
dengan
menjalankan
baik
tentunya
tugas
harus
memiliki kompetensi manajerial yang baik pula,
sehingga tujuan sekolah yang telah ditetapkan
sebelumnya tercapai. Dengan kata lain kinerja
kepala
sekolah
yang
baik
akan
mendorong
tercapainya tujuan sekolah. Alur penelitiannya di
gambarkan sebagai berikut:
20
Manajerial
Kepala Sekolah
Kompetensi
Manajerial
Komite
Pengawas
Kinerja
Manajerial
Kinerja
Manajerial
Kepala sekolah
Kinerja Kepala Sekolah
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
21
Tugas
Manajerial
Staff TU
Guru