sejarah kronologis korea utara korea sel

Kata Pengantar

Hukum internasional sebagai hukum yang menjadi landasan dalam
tatanan internasional, hukum nasional sampai sekarang belum ada
kodifikasi (pengumpulan hukum dalam satu kitab hukum) atas berbagai
aturan yang ada.
Hanya sebagian yang sudah menjadi hukum internasional yang
disetujui secara internasional sebagai hukum positif tertulis, diantaranya
adalah hukum laut. Namun dalam hal-hal lainnya masih didasarkan atas
kebiasaan-kebiasaan internasional. Untuk itu perlunya diadakan
penyusunan makalah ini. Agar kita lebih mampu mengkaji tentang hukum
internasional.
Sistem makalah ini dimulai dari pengantar yang merupakan apersepsi
atas materi yang telah dan akan dibahas. Dengan adanya makalah ini
diharapkan dapat mengkaji hukum internasional.
Akhirnya, penyusun mengucapkan terima kasih. Penyusun juga
dengan tangan terbuka menerima setiap kritik yang membangun dari para
pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi anda semua.
Terima kasih.

Cilacap,


Mei 2013

Penyusun

Daftar Isi :
Halaman
 Kata Pengantar
.......................................................
 Daftar Isi
..................................................................

1
2

 Bab 1. Pendahuluan
..............................................
o Latar Belakang Masalah ..................................
o Rumusan Masalah
.......................................

o Tujuan Penulisan
.........................................
o Manfaat Penulisan ..........................................

3

 Bab 2. Pembahasan
.............................................
o Kualitas .............................................................
o Penyebab .........................................................
o Solusi dan permasalahan ..................................

4

 Bab 3. Penutup
...................................................
o Kesimpulan .........................................................
o Saran .................................................................

5


KOREA UTARA-KOREA SELATAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Perang antar dua Korea kembali memanas 10 Agustus 2011, saat Korea
Selatan

dengan

Amerika

Serikat

melakukan

latihan


militer

bersama.Latihan militer tersebut diduga sengaja memancing suasana
panas kedua Korea,Korea Utara menembakan tiga artileri ke arah
perbatasan utara Korea Selatan di Laut Kuning. Tidak tinggal diam militer
Korea

Selatan

langsung

membalasnya

dengan

tembakan

yang

sama. Tembakan Korea Utara jatuh di perairan dekat pulau Yeonpyoeng

yang sempat menjadi sasaran tembak November tahun lalu, yang
menewaskan empat orang. Perang antar dua Korea juga pernah terjadi
dari 25 Juni 1950 sampai 27 Juli 1953, adalah sebuah konflik antara Korea
Utara dan Korea Selatan. Perang ini juga disebut "perang yang
dimandatkan" (bahasa Inggris proxy war) antara Amerika Serikat dan
sekutu PBB-nya dan komunis Republik Rakyat Cina dan Uni Soviet (juga
anggota PBB). Peserta perang utama adalah Korea Utara dan Korea
Selatan. Maka dari itu penulis tertarik untuk membahas tentang konflik
antar dua Korea tersebut yang penuh kontropersi dunia Internasional
karena selalu melibatkan Amerika Serikat dan Rusia.

1.2 Rumusan Masalah
Berpijak dari latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
pada penulisan makalah ini adalah :

1.

Kronologis Perang Korea Utara – Korea Selatan

2.

Penyebab Perang Korea Utara- Korea Selatan
3.
penyelesaian tentang konflik antara Korea Utara dan Korea
Selatan

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:

1.

Menjabarkan Kronologis Perang Korea Utara – Korea Selatan

2.

Menganalisa penyebab Perang Korea Utara- Korea Selatan

3.

Mengetahui penyelesaian tentang konflik antara Korea Utara dan


Korea Selatan

BAB II

LANDASAN TEORI

Yang dibahas pada bagian ini adalah teori-teori tentang ilm-ilmu yang
diteliti. Penyajian teori dalam landasan teori dianggap tidak terlalu
sulit karena bersumber dari bacaan-bacaan. Akibatnya terjadilah
penyajian materi yang tidak proporsional, yaitu mengambil banyak
teori walaupun tidak mendasari bidang yang diteliti. Jadi seharusnya
teori yang dikemukakan harus benar-benar menjadi dasar bidang
yang diteiti. Selain itu, pada bagian ini juga dibahas temuan-temuan
penelitian sebelumnya yang terkait langsung dengan penelitian. Teori
yang ditulis orang lain atau temuan penelitian orang lain yang dikutip
harus disebut sumbernya untuk menghindari tuduhan sebagai
pencuri karya orang lain tanpa menyebut sumbernya. Etika ilmiah
tidak membenarkan seseorang melakukan pencurian karya orang
lain.
Landasan Teori yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah

ini yaitu observasi dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan
informasi dari berbagai buku dan browsing di internet.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kronologi Konflik Antara Korea Utara Dan Korea Selatan
Perang antar dua Korea pernah terjadi dari 25 Juni 1950 sampai 27
Juli 1953, adalah sebuah konflik antara Korea Utara dan Korea
Selatan. Perang ini juga disebut "perang yang dimandatkan" (bahasa
Inggris proxy war) antara Amerika Serikat dan sekutu PBB-nya dan
komunis Republik Rakyat Cina dan Uni Soviet (juga anggota PBB).
Peserta perang utama adalah Korea Utara dan Korea Selatan. Sekutu
utama Korea Selatan termasuk Amerika Serikat, Kanada, Australia,
dan Britania Raya, meskipun banyak negara lain mengirimkan tentara
di bawah bendera PBB.
Sekutu Korea Utara, seperti Republik Rakyat Tiongkok, menyediakan
kekuatan militer, sementara Uni Soviet yang menyediakan penasihat
perang dan pilot pesawat, dan juga persenjataan, untuk pasukan

Tiongkok dan Korea Utara. Di Amerika Serikat konflik ini diistilahkan
sebagai aksi polisional di bawah bendera PBB daripada sebuah
perang,

dikarenakan

untuk

menghilangkan

keperluan

kongres

mengumumkan perang. 25 Juni 1950 - artileri telah diluncurkan, tanktank dan pasukan infanteri Tentara Korea Utara mulai menyerang
Korea Selatan, sebuah kawasan di selatannya berseberangan haluan
secara politik, yang hanya dipisahkan garis imajiner 38˚. 4 Januari
1951 - Tentara Korea Utara yang dibantu Cina berhasil menguasai
Seoul. 27 Juli 1953 - Amerika Serikat, RRC, dan Korea Utara
menandatangani persetujuan gencatan senjata. Presiden Korea

Selatan saat itu, Seungman Rhee, menolak menandatanganinya
namun berjanji menghormati kesepakatan gencatan senjata tersebut.
Secara resmi, perang ini belum berakhir sampai dengan saat ini.

60 tahun kemudian.

26 Maret 2010 - kapal perang Korea Selatan Cheonan tenggelam.
Korsel menaruh curiga pada Korut. Hubungan kedua negara
memanas.24 November 2010 - Korut melakukan serangan artileri ke
pulau

Yeonpyeong

yang

menjadi

markas

militer


Korsel,

dengan melepaskan 200 artileri. Tidak lama kemudian, saksi mata
melihat

bangunan-bangunan

bombardir. Api

kemudian

di

pulau

langsung

itu

terkena

membara.

serangan

Saksi

mata

mengatakan 60-70 rumah di Yeonpyeong kebakaran akibat serangan
artileri. Sekitar 10 menit kemudian, Korsel langsung membalas
serangan artileri. Kedua pihak saling balas bombardir. Sementara
saksi mata mengatakan warga Yeonpyeong dievakuasi ke dalam
bungker. Artileri

Korut

pun

melumpuhkan

listrik

di

Pulau

Yeonpyeong, dua warga dilaporkan terluka. Asap mulai mengepul
tinggi dari rumah-rumah warga. Pihak militer Korsel menyatakan
status siaga tinggi. Kebakaran semakin luas di Pulau Yeonpyeong.
Beberapa rumah runtuh setelah terbakar hebat. Jet tempur Korsel
langsung diterbangkan ke lokasi.
Pemerintah Korsel langsung menggelar rapat mendadak. Mereka
mengatakan akan mengambil tindakan tegas jika Korut melanjutkan
provokasi. Namun Presiden Korsel Lee Myung-bak menyerukan
upaya untuk meredam aksi saling tembak.
Satu jam berlalu atau sekitar pukul 16.00 waktu Korea, pihak Korsel
menyerukan penghentian aksi saling bombardir. Warga Pulau
Yeonpyeong mulai diungsikan ke luar pulau dengan perahu nelayan.
Perang bombardir berhenti. Militer Korsel mengumumkan satu
tentara tewas, 13 luka-luka termasuk 3 orang luka berat.

Selang beberapa bulan Ketegangan kembali terjadi antara militer
Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut) di Laut kuning,
Rabu, 10 Agustus 2011. Pemicunya, peluru artileri Korut jatuh di
perairan dekat perbatasan kedua negara.
Menteri Pertahanan Korsel, Kim Min-seok, yang dikutip kantor
berita Associated Press,mengatakan Korut menembakkan tiga artileri
ke arah perbatasan utara Korsel di Laut Kuning. Tidak tinggal diam,
militer Korsel langsung membalasnya dengan jumlah tembakan yang
sama.
Semua tembakan artileri tersebut jatuh di laut. Tidak dilaporkan
adanya korban terluka akibat insiden itu. Tembakan Korut jatuh di
perairan dekat pulau Yeonpyeong yang sempat menjadi sasaran
tembak November tahun lalu, menewaskan empat orang.
Seorang pejabat Kementerian Pertahanan yang tidak disebutkan
namanya mengatakan tembakan terjadi secara tiba-tiba. kala itu
kedua belah pihak tidak ada yang tengah melakukan latihan perang.
Saat ini, militer Korsel tengah mencari motif yang melatarbelakangi
penyerangan tersebut.
Garis perbatasan sengketa kedua negara di Laut Kuning kerap
menjadi pemicu ketegangan sejak tahun 1999 yang menewaskan
puluhan orang. Korut mengatakan garis batas seharusnya lebih ke
arah selatan.
Namun, pihak Seoul menolak dengan mengatakan jika menuruti Korut
maka sektor perikanan di lima pulau Korsel terancam. Selain itu, jika
dituruti, maka akses ke pelabuhan Incheon menjadi tertutup.
Sejak perang 1950-1953, Korea Utara dan Korea Selatan tak pernah
mengalami perang terbuka dan total, hanya ada serangkaian perang
terbatas. Meskipun kedua negara memiliki dukungan negara besar

seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet (Rusia), tetap saja tak pernah
terjadi perang berskala dan intensitas besar maupun massif. Banyak
pengamat yang mengatakan bahwa perang kedua negara bersaudara
ini adalah perang Proxy, atau perang yang tak melibatkan kekuatan
utama yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet.

3.2 Penyebab Perang Korea Utara dan Korea Selatan
Penyebab meledaknya perang Korea Utara Vs Korea Selatan terdiri
dari 2 versi. Informasi versi Korut, pihak Korsel bersikeras menggelar
latihan militer pada selasa sore di wilayah sengketa sekitar puluhan
kilometer dari pulau Yeonpyeong dan mengabaikan peringatan dari
Korut.
Latihan militer tersebut diduga sengaja memancing suasana panas
kedua Korea, sehingga semula Korut telah mengerahkan militer untuk
memukul mundur latihan militer yang sifatnya provokasi itu. Langkah
ini diambil untuk menekan para provokator.
Pihak Korut menambahkan, jika pihak Korsel berani mengganggu ke
perairan DPRK (Korea Utara) maka pihaknya akan mengambil langkah
militer. Peringatan itu sudah berulangkali disampaikan kepada pihak
Korsel.
Sedangkan Versi Korsel menyalahkan pihak Korut, yang terlebih
dahulu meluncurkan roket ke arah Korsel saat berlangsungnya
latihan perang sehingga memancing keadaan memanas dan terpaksa
Korsel memberikan tindakan militer balasan.
Serangan artileri Korut tersebut menyebabkan 2 tentara Korsel tewas
dan beberapa sipil terluka parah. Pihak Korsel juga menambahkan
bahwa serangan pelanggaran tersebut merusak sejumlah rumah di

Pulau Yeonpyeong, milik Korsel. Di sisi lain, penilaian pengamat akan
serangan Korut hanya sebagai bentuk cari perhatian terhadap public
akan kekuatan militernya, saat pergantian kekuasaan dari Kim Jong-il
kepada anaknya Kim Jong-un.
3.3 Penyelesaian Perang Korea Utara dan Korea Selatan
China akhirnya menyerukan dimulainya kembali perundingan enam
pihak (Six-party talks). Upaya itu untuk mencegah agar Korea Selatan
(Korsel) dan Korea Utara (Korut) terpicu kembali untuk menggelar
perang saudara secara frontal, seperti 1950-53. Menurut stasiun
televisi CNN, seruan China itu muncul setelah sejumlah negara
mengkritik Beijing yang kurang serius menanggapi buruknya
ketegangan di Semenanjung Korea pasca serangan artileri ke Pulau
Yeonpyeong. Belum ada kesediaan resmi dari kedua Korea atas
seruan itu.
Kalangan pejabat Amerika Serikat (AS) dan negara-negara lain
menilai

China

sebetulnya

punya

pengaruh

besar

untuk

ikut

mendamaikan kedua Korea karena punya hubungan yang erat
dengan kedua pihak. Bahkan, China merupakan sekutu terdekat
Korut. Status itu tidak dimiliki banyak negara, termasuk AS.
Ajakan perundingan ini disampaikan juru bicara pemerintah China,
Wu Dawei, di Beijing, Minggu 28 November 2010. Dimulai secara
berkala sejak Agustus 2003, forum itu melibatkan Korut, Korea
Korsel, AS, Jepang, China, dan Rusia, untuk membahas cara
mengatasi konflik dan ancaman senjata nuklir di Semenanjung Korea.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, forum itu terhenti karena
meningkatnya lagi ketegangan antara Korut dengan AS dan Korsel.
Pada 2009, Korut secara sepihak menghentikan dialog itu setelah
diganjar sanksi PBB setelah melakukan ujicoba rudal. AS dan sekutu-

sekutunya khawatir Korut gencar membuat senjata nuklir sehingga
harus diberi sanksi, termasuk perdagangan.
Wu menyatakan peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini di Semenanjung
Korea membuat masyarakat internasional, khususnya anggota sixparty talks, prihatin. Inilah alasan dasar China mengajak keenam
negara; Korsel, Korut, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang, untuk
kembali melanjutkan perundingan itu.
Dari pihak China, setelah melakukan pertimbangan yang hati-hati,
mengajak melakukan pertemuan darurat di antara para pemimpin
delegasi six-party talks pada awal Desember nanti di Beijing untuk
bertukar pandangan mengenai masalah yang terjadi akhir-akhir
ini. Six-party talks memiliki peranan yang penting dalam memperkuat
komunikasi di antara banyak pihak, meningkatkan denuklirisasi di
semenanjung Korea dan menjaga perdamaian dan stabilitas di
semenanjung dan Asia Tenggara.
Namun, belum ada kesediaan dari Korut dan Korsel atas ajakan China
itu. Bahkan Presiden Korsel, Lee Myung-bak, mengatakan bahwa saat
ini bukanlah waktu yang tepat untuk memulai kembali perundingan
tersebut.
Sumber dari pemerintah Korsel yang tidak ingin disebutkan namanya,
mengatakan bahwa perundingan ini tidak akan menyelesaikan
masalah.
“Six-party talk tidak akan bisa menggantikan agresi yang dilakukan
oleh Korut. Tindakan nyata perlu dilakukan oleh Korut untuk
menunjukkan perubahan kelakuan.”
Sementara itu, senator Amerika Serikat dari negara bagian Arizona,
John McCain, mengatakan bahwa perundingan ini memang jalan
yang baik. Namun Korut tidak akan berhenti berulah sampai diberikan

hukuman yang berat. China, ujarnya, dapat saja menghentikan Korut,
namun mereka tidak melakukannya.
China tidak bertindak seperti negara kekuatan besar dunia yang
bertanggung jawab. Mereka bisa saja menurunkan ekonomi Korut
hingga sedengkul jika mereka mau.
Adapun sanksi yang diberikan kepada Korut bukan berasa dari AS
tetapi dari PBB. Resolusi PBB merefleksikan konsensus dari dunia
internasional, bahwa tindakan Korut melanggar kewajibannya dan
mengancaman

keamanan

internasional.

Ini

adalah

inti

yang

menyebabkan sanksi itu dikeluarkan. Dengan tambahan AS juga
memberikan sanksi lain untuk Korut. Kami yakin sanksi yang
diberikan kepada Korut, ditujukan agar negara itu dapat menghormati
kesepakatan yang sudah disepakati sebelumnya.
Bila Korut dapat mengikuti apa yang telah disepakati dalam Six Party
Talks, Semenanjung Korea akan bersih dari nuklir dan tentunya dapat
menuju ke normalisasi hubungan kedua Korea. Hal ini dapat
mendorong pencabutan sanksi juga. Semua ini dapat dilakukan,
tetapi membutuhkan waktu lama dan perubahan dari sikap Korut.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Perang antar dua Korea kembali memanas 10 Agustus 2011, saat
Korea Selatan dengan Amerika Serikat melakukan latihan militer
bersama.Latihan militer tersebut diduga sengaja memancing suasana
panas kedua Korea, Korea Utara menembakkan tiga artileri ke arah
perbatasan utara Koea Selatan di Laut Kuning. Tidak tinggal diam,
militer

Korea

Selatan langsung

membalasnya

dengan

jumlah

tembakan yang sama. Tembakan Korut jatuh di perairan dekat pulau
Yeonpyeong yang sempat menjadi sasaran tembak November tahun
lalu, menewaskan empat orang. Perang antar dua Korea jugapernah
terjadi dari 25 Juni 1950 sampai 27 Juli 1953, adalah sebuah konflik
antara Korea Utara dan Korea Selatan. Perang ini juga disebut
"perang yang dimandatkan" (bahasa Inggris proxy war) antara
Amerika Serikat dan sekutu PBB-nya dan komunis Republik Rakyat
Cina dan Uni Soviet (juga anggota PBB). Peserta perang utama
adalah Korea Utara dan Korea Selatan.
Untuk penyelesaian konflik yang terjadi di Korea Utara dan selatan
yaitu China melakukan perundingan
talks). China

sebetulnya

punya

enam
pengaruh

pihak (Six-party
besar

untuk

ikut

mendamaikan kedua Korea karena punya hubungan yang erat
dengan kedua pihak. Bahkan, China merupakan sekutu terdekat
Korut. Status itu tidak dimiliki banyak negara, termasuk AS. China
mengajak keenam negara; Korsel, Korut, Amerika Serikat, Rusia dan
Jepang, untuk kembali melanjutkan perundingan itu.
Adapun sanksi yang diberikan kepada Korut dari PBB, bahwa
tindakan

Korut

melanggar

kewajibannya

dan

mengancaman

keamanan internasional. Ini adalah inti yang menyebabkan sanksi itu
dikeluarkan.

Bila Korut dapat mengikuti apa yang telah disepakati dalam Six Party
Talks, Semenanjung Korea akan bersih dari nuklir dan tentunya dapat
menuju ke normalisasi hubungan kedua Korea. Hal ini dapat
mendorong pencabutan sanksi juga. Semua ini dapat dilakukan,
tetapi membutuhkan waktu lama dan perubahan dari sikap Korut.

SENGKETA INTERNASIONAL BATAS WILAYAH (AMBALAT) ANTARA
INDONESIA DENGAN MALAYSIA

BAB 1
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

TAK dapat disangkal, salah satu persoalan yang dapat memicu
persengketaan antar negara adalah masalah perbatasan. Indonesia juga
menghadapi masalah ini, terutama mengenai garis perbatasan di wilayah
perairan laut dengan negara-negara tetangga.
Bila dicermati, banyak negara-negara di Asia Pasific juga menghadapi
masalah yang sama. Anggapan bahwa situasi regional sekitar Indonesia
dalam tiga dekade ke depan tetap aman dan damai, mungkin ada
benarnya, namun di balik itu sebenarnya bertaburan benih konflik, yang
dapat berkembang menjadi persengketaan terbuka.
Republik Indonesia adalah Negara kepulauan berwawasan nusantara,
sehingga batas wilayah di laut harus mengacu pada UNCLOS (United
Nations Convension on the Law of the Sea) 82/ HUKLA (Hukum laut) 82
yang kemudian diratifikasi dengan UU No. 17 Tahun 1985. Indonesia
memiliki sekitar 17.506 buah pulau dan 2/3 wilayahnya berupa lautan.
Dari 17.506 pulau tersebut terdapat Pulau-pulau terluar yang menjadi
batas langsung Indonesia dengan negara tetangga. Berdasarkan hasil
survei Base Point atau Titik Dasar yang telah dilakukan DISHIDROS TNI
AL, untuk menetapkan batas wilayah dengan negara tetangga, terdapat
183 titik dasar yang terletak di 92 pulau terluar, sisanya ada di tanjung
tanjung terluar dan di wilayah pantai. Dari 92 pulau terluar ini ada 12 pulau
yang harus mendapatkan perhatian serius.
Dalam makalah ini penulis ingin membahas masalah “Sengketa
Internasional Batas Wilayah (Ambalat) Antara Indonesia dengan Malaysia”

BAB II
PERMASALAHAN

Indonesia tentu patut mewaspadai perkembangan yang terjadi di
sekitarnya terutama di ka-wasan Asia Pasific. Sebab konsekuensi letak
geo-grafis Indonesia dipersilangan jalur lalulintas internasional, maka

setiap pergolakan berapa pun kadar intensitas pasti berpengaruh terhadap
Indonesia. Apalagi jalur suplai kebutuhan dasar terutama minyak beberapa
negara melewati perairan Indonesia. Jalur pasokan minyak dari Timur
Tengah dan Teluk Persia ke Jepang dan Amerika Serikat, misalnya, sekitar
70% pelayarannya melewati perairan Indonesia. Karenanya sangat wajar
bila berbagai negara berkepentingan mengamankan jalur pasokan minyak
ini, termasuk di perairan nusantara, seperti, Selat Malaka, Selat Sunda,
Selat Lombok, Selat Makasar, Selat Ombai Wetar, dan lain-lain.
Pasukan Beladiri Jepang secara berkala dan teratur mengadakan latihan
operasi jarak jauh untuk mengamankan area yang mereka sebut sebagai
"life line," yakni, radius sejauh 1000 mil laut hingga menjangkau perairan
Asia Tenggara. Hal yang sama juga dilakukan Cina, Australia, India,
termasuk mengantisipasi kemungkinan terjadi penutupan jalur-jalur vital
tersebut oleh negara-negara di sekitarnya (termasuk Indonesia.)
Keberadaan Indonesia dipersilangan jalur pelayaran strategis, memang
selain membawa keberuntungan juga mengandung ancaman. Sebab pasti
dilirik banyak negara. Karena itu sangat beralasan bila beberapa negara
memperhatikan dengan cermat setiap perkembangan yang terjadi di
Indonesia. Australia
misalnya,
sangat
kuatir
bila
Indonesia
mengembangkan kekuatan angkatan laut, yang pada gilirannya dapat
memperketat pengendalian efektif semua jalur pelayaran di perairan
nusantara.

Patut diingat, penetapan sepihak selat Sunda dan selat Lombok sebagai
perairan internasional oleh Indonesia secara bersama-sama ditolak oleh
Ameri-ka Serikat, Australia, Canada, Jerman, Jepang, Ing-gris dan
Selandia Baru. Tentu apabila dua selat ini menjadi perairan teritorial
Indonesia, maka semua negara yang melintas di wilayah perairan ini harus
tunduk kepada hukum nasional Indonesia, tanpa mengabaikan
kepentingan internasional.
Hal yang patut dicermati adalah kenyataan bahwa wilayah Indonesia yang
saat ini terbelit konflik sosial berkepanjangan (manifes maupun latent)
umumnya adalah daerah yang berada dijalur pelayaran internasional,
seperti, Bali, Lombok, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Selatan, Riau, Aceh, Papua dan lain-lain. Kenyataan ini patut diwaspadai
karena tak tertutup kemungkinan adanya pihak luar yang bermain di dalam
konflik yang terjadi di beberapa daerah ini. Selain itu sebab jika Indonesia
gagal mengatasinya, dan konflik yang terjadi berkembang menjadi
ancaman bagi keselamatan pelayaran internasional, maka berdasarkan
keten-tuan internasional, negara asing diperbolehkan menu-runkan satuan
militernya di wilayah itu demi menjaga kepentingan dunia.
Dalam rangka pengamanan jalur-jalur strategis tersebut, sejumlah negara
maju secara bersama-sama telah membentuk satuan reaksi cepat yang
disebut "Stand By High Readness Brigade" (SHIRBRIG) berkekuatan 4000

personil yang selalu siap digerakkan ke suatu target sebagai "muscular
peace keeping force."
Dari uraian diatas, permasalahan yang ingin penulis bahas adalah:
1.

Apa Latar belakang munculnya konflik internasional?

2.

Mengapa Ambalat jadi rebutan?

3.

Bagaimana upaya pemerintah mempertahankan kedaulatan NKRI?

BAB III
PEMBAHASAN
A.

LATAR BELAKANG TERJADINYA SENGKETA INTENASIONAL

Persengketaan bisa terjadi karena:
1.

Kesalahpahaman tentang suatu hal.

2.

Salah satu pihak sengaja melanggar hak / kepentingan negara lain.

3.

Dua negara berselisih pendirian tentang suatu hal.

4.

Pelanggaran hukum / perjanjian internasional.

Sebab timbulnya sengketa
terjadinyaperang terbuka :
1.

internasional

yang

sangat

potensial

Segi Politis (adanya pakta pertahanan / pakta perdamaian).

Pasca Perang Dunia II (1945) muncul dua kekuatan besar yaitu Blok Barat
(NATO pimpinan AS) dan Blok Timur (PAKTA WARSAWA pimpinan Uni
Soviet). Mereka bersaing berebut pengaruh di bidang Ideologi, Ekonomi,
dan Persenjataan. Akibatnya sering terjadi konflik di berbagai negara,
missalnya Krisis Kuba, Perang Korea (Korea Utara didukung Blok Timur
dan Korea Selatan didukung Blok Barat), Perang Vietnam dll.
2.

Batas Wilayah.

Suatu Negara berbatasan dengan wilayah Negara lain. Kadang antar
Negara terjadi ketidak sepakatan tentang batas wilayah masing – masing.
Misalnya Indonesia dengan Malaysia tentang Pulau Sipadan dan Ligitan
(Kalimantan). Sengketa ini diserahkan kepada Mahkamah Internasional
dan pada tahun 2003 sengketa itu dimenangkan oleh Malaysia.
Dengan runtuhnya Blok Timur dengan ditandai runtuhnya Tembok Berlin

A.

UPAYA PEMERINTAH MEMPERTAHANKAN KEDAULATAN NKRI

Di mata Pemerintah Indonesia, Ambalat bukan wilayah sengketa, dan juga
tak ada tumpang tindih wilayah. Jika Malaysia masuk, itu artinya upaya
perampasan wilayah kedaulatan. Akan tetapi masyarakat perbatasan
membutuhkan jawaban dan kepastian. Jangan biarkan mereka hidup
dalam kebimbangan. Lantaran itu TNI bersama dengan Pemerintah
Kabupaten Nunukan dan masyarakat sudah bertekad untuk menjaga
Ambalat dan Karang Unarang sebagai wilayah teritorial Indonesia. Mereka
menancapkan bendera Merah Putih di perairan tersebut, sekaligus juga
membiarkan nelayan mendirikan bagang lebih banyak lagi.
Sengketa blok Ambalat antara Indonesia-Malaysia tercatat telah sering
terjadi. Terhitung sejak Januari hingga April 2009 saja, TNI AL mencatat
kapal Malaysia telah sembilan kali masuk ke wilayah Indonesia.
Betapa istimewanya Ambalat, blok laut seluas 15.235 kilometer persegi
yang terletak di laut Sulawesi atau Selat Makassar itu, hingga menjadi titik
konflik antara dua negara bertetangga ini. Wilayah Ambalat merupakan
wilayah yang memiliki potensi ekonomi cukup besar karena memiliki
kekayaan alam, berupa sumber daya minyak. Oleh karena itu, wajar jika
muncul berbagai kepentingan yang mendasari munculnya masalah

persengketaan ini. Bukan saja kepentingan ekonomi, melainkan juga
adanya faktor kepentingan politik di antara dua negara. Bagi Malaysia,
secara internasional akan merasa "menang" terhadap Indonesia, jika
berhasil mengklaim blok Ambalat.
Beda lagi bagi Indonesia yang secara politik ingin mempertahankan blok
Ambalat, karena dianggap sama dengan mempertahankan kedaulatan
bangsa.

Agar tidak
melalukan :
1.

terjadi

konflik

berkepanjangan

hendaknya

pemerintah

pemetaan kembali titik-titik perbatasan Indonesia

Pemetaan kembali titik-titik perbatasan wilayah Indonesia harus dilakukan.
Hasil pemetaan baru tersebut harus dibandingkan dengan pemetaan yang
pernah dilakukan sebelumnya. Koordinat titik-titik perbatasan sangat
penting untuk kita inventarisir dan dimasukkan dalam sebuah undangundang mengenai perbatasan wilayah Indonesia. Apabila perlu, daripada
konstitusi diubah-ubanh hanya untuk keperluan rebutan kekuasaan,
masukkan klausul mengenai titik-titik perbatasan tersebut dalam UUD.
Bangun jalan di sepanjang perbatasan darat. Pandangan kita mengenai
perbatasan sebagai wilayah terpencil harus kita ubah. Mulai saat ini kita
harus memandang perbatasan sebagai wilayah strategis. Strategis untuk
mempertahankan wilayah kita. Oleh karena itu, pemerintah pusat dan
daerah yang memiliki wilayah perbatasan darat dengan negara tetangga
seperti Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur dan
Papua harus memprioritaskan pembangunan prasarana jalan di sepanjang
perbatasan. Jalan tersebut dihubungkan ke pusat kota atau pusat
pemukiman
terdekat.
Tujuan

1.
pembangunan jalan tersebut adalah untuk merangsang
pembangunan kota atau pemukiman baru di dekat perbatasan.
2.
Bangun wilayah baru di dekat perbatasan. Setelah di sepanjang
perbatasan dibangun jalan yang terhubung ke pusat kota atau pusat
pemukiman terdekat, pemerintah daerah diharuskan membangun wilayah
baru di dekat perbatasan. Pembangunan untuk perluasan kota yang sudah
mapan
harus
dihambat
dan
masyarakat
dirangsang
untuk
mengembangkan wilayah baru. Untuk melakukan hal tersebut, Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah harus menyusun konsep pengembangan
wilayah perbatasan secara komprehensif agar wilayah baru yang dibentuk
dapat hidup baik secara ekonomi maupun sosial.

Selain itu, wilayah baru yang dibangun sebaiknya diarahkan untuk memiliki
spesialsisasi. Misalnya, ada blok khusus jeruk Pontianak, blok khusus
kebun aren, blok khusus sawah padi, dll. untuk merangsang masuknya
investasi bisnis pendukung di sana.
3.
Pembangunan pangkalan militer di dekat perbatasan. Saat ini kita
melihat gelaran pasukan TNI kita kurang memadai untuk melakukan upaya
menjaga perbatasan negara. Gelaran pasukan justru diletakkan di wilayahwilayah padat penduduk yang sudah terbangun. Gelaran pasukan seperti
ini harus diubah. Batalyon-batalyon yang berada di wilayah “aman” dari
gangguan luar sepantasnya direlokasi ke wilayah perbatasan. Apalagi,
urusan keamanan dan ketertiban saat ini sudah menjadi tanggung jawab
kepolisian.
4.
Galakkan kembali transmigrasi. Program transmigrasi yang dulu
gencar dilaksanakan pada era Orde Baru harus digalakkan kembali.
Transmigran diarahkan untuk mendiami wilayah-wilayah baru yang
dibentuk di dekat perbatasan. Saya yakin, apabila infrastruktur transportasi
dan komunikasi disiapkan, banyak penduduk dari wilayah-wilayah padat
yang bersedia bertransmigrasi.
Pilih pemimpin yang kuat dan tegas. Pemimpin yang kuat dan tegas
sangat penting. Terlepas dari segala kekurangan yang dituduhkan, kita
pernah
1.
memiliki dua sosok pemimpin yang tegas sehingga dihormati kawan
dan disegani lawan. Kedua pemimpin yang kuat dan tegas itu adalah
Soekarno dan Soeharto. Pada saat kedua orang itu memimpin, tidak ada
yang berani melecehkan negara kita. Akan tetapi, setelah berganti
pemimpin, negara kita menjadi bulan-bulanan pelecehan terutama oleh
Malaysia dan kadang-kadang Singapura.

BAB IV
PENUTUP

A.

KESIMPULAN

Indonesia, sebagai negara ASEAN yang memiliki wilayah paling luas tidak
memiliki ambisi teritorial untuk mencaplok wilayah negara lain. Hal tersebut

sangat berbeda dengan Malaysia yang rakus untuk memperluas
wilayahnya. Kita semua sudah tahu bahwa titik-titik perbatasan darat
Indonesia – Malaysia di Pulau Kalimantan selalu digeser oleh Malaysia.
Wilayah kita semakin sempit sementara wilayah Malaysia semakin luas.
Indonesia mempunyai perbatasan darat dengan tiga negara tetangga,
yaitu Malaysia, Papua Nugini dan Timor Leste. Sementara perbatasan laut
dengan sepuluh negara tetangga, diantaranya Malaysia, Singapura,
Vietnam, Filipina, Papua Nugini, Timor Leste, India, Thailand, Australia,
dan Palau. Hal ini tentunya sangat erat kaitannya dengan masalah
penegakan kedaulatan dan hukum di laut, pengelolaan sumber daya alam
serta pengembangan ekonomi kelautan suatu negara.
Sengketa blok Ambalat antara Indonesia-Malaysia tercatat telah sering
terjadi. Terhitung sejak Januari hingga April 2009 saja, TNI AL mencatat
kapal Malaysia telah sembilan kali masuk ke wilayah Indonesia. Blok
Ambalat dengan luas 15.235 kilometer persegi, ditengarai mengandung
kandungan minyak dan gas yang dapat dimanfaatkan hingga 30 tahun.
Bagi masyarakat perbatasan, Ambalat adalah asset berharga karena di
sana diketahui memiliki deposit minyak dan gas yang cukup besar. Kelak,
jika tiba waktunya minyak dan gas tersebut bisa dieksploitasi, rakyat di
sana juga yang mendapatkan dampaknya.
B.

SARAN

Sebagai negara kepulauan yang berwawasan nusantara, maka Indonesia
harus menjaga keutuhan wilayahnya. Pulau-pulau terluar biasanya adalah
daerah terpencil, miskin bahkan tidak berpenduduk dan jauh dari perhatian
Pemerintah.

Keberadaan pulau-pulau ini secara geografis sangatlah strategis, karena
berdasarkan pulau inilah batas negara kita ditentukan. Pulau-pulau ini
seharusnya mendapatkan perhatian dan pengawasan serius agar tidak
menimbulkan permasalahan yang dapat menggangu keutuhan wilayah
Indonesia, khususnya pulau yang terletak di wilayah perbatasan dengan
negara negara yang tidak/ belum memiliki perjanjian (agreement) dengan
Indonesia. Dari 92 pulau terluar yang dimiliki Indonesia terdapat 12 pulau
yang harus mendapat perhatian khusus, Pulau-pulau tersebut adalah
Pulau Rondo, Berhala, Nipa, Sekatung, Marore, Miangas, Fani, Fanildo,
Dana, Batek, Marampit dan Pulau Bras.
Jangan takut bersikap tegas, kalau memang harus perang, rakyat
Indonesia pasti mendukung demi keutuhan NKRI. Karena NKRI adalah
harga mati.

DAFTAR PUSTAKA

Kahar, Jounil, 2004. Penyelesaian Batas Maritim NKRI . Pikiran Rakyat 3
Januari
2004
Tim Redaksi, 2004. Pulau-pulau terluar Indonesia. Buletin DISHIDROS TNI
AL edisi 1/ III tahun 2004

SENGKETA ANTARA INDONESIA DENGAN TIMOR LESTE
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Timor Leste dengan Indonesia merupakan dua negara yang
berbatasan sehingga dapat dikatakan negara tetangga yang
samasama memiliki batas wilayahnya masing-masing. Sejak

terpisahya Timor Leste menjadi negara tersendiri tepat pada
tahun 1999. Timor Leste dengan Indonesia memiliki sejarah
yang panjang hinngga saat ini masih merupakan dasar yang
kuat bagi kedua negara untuk saling bekerjasama dan saling
memberi kepercayaan, karena sebelumnya Timor Leste
merupakan wilayah /propinsi bagian dari negara Republik
Indonesia. Sejak Timor Leste merdeka, secara resmi Timor
Leste berbatasan langsung dengan wilayah Indonesia, yaitu
dengan wilayah Nusa Tengara Timur Motain (NTT) secara
khusus. Kawasan wilayah perbatasan antara negara Timor
Leste dengan negara Indonesia termasuk dalam kategori
wilayah/daerah yang rawan dan bersifat strategis.

BAB 2
RUMUSAN MASALAH
Kerawanan yang timbul akibat dari adanya kesenjangan sosial,
ekonomi, dan budaya antar kedua negara tersebut karena jarak
batas antara Timor Leste dengan Indonesia sangat berdekatan
begitu pula penduduk masyarakat di perbatasan wilayah kedua
negara bila di tinjau dari sejarahnya, samasama berbahasa
TeTum. Sehingga dapat menjadi dampak bagi aspek kepentingan
nasional. Untuk itu perlu adanya perbedaan khusus garis batas
wilayah kedua negara ini agar bisa mencegah bisnis gelap yang
sering muncul secara tradisional di wilayah perbatasan karena
akibat dari perselisihan harga barang yang dijual secara pasar
gelap. Begitu pula ditinjau dari persaudaraan yang terjalin oleh
masyarakat diwilayah perbatasan kedua negara ini jika dilihat
dari sejarahnya yang memudahkan untuk saling berkomunikasi
untuk memunculkan pasar gelap ini karena faktor ekonomi yang
saat ini sulit untuk teratasi. Timor Leste adalah sebuah negara
kecil yang masih sangat memerlukan perhatian dan itu tidak
hanya merupakan kewajiban pemerintah Timor Leste saja, akan
tetapi juga merupakan kewajiban bagi seluruh masyarakat Timor
Leste, oleh karena itu sangat penting mengkaji tentang kebijakan
pemerintah Timor Leste dalam mengatasi masalah perbatasan
Timor Leste (Motain) dengan Indonesia. Timor Leste merupakan
sebuah negara kecil yang baru merdeka, Timor Leste memiliki
batas wilayah dengan negara Indonesia. Dimana panjang garis
perbatasan antara Timor Leste dan Indonesia adalah kurang lebih
279 kilometer yang masingmasing meliputi 710 titik di Kabupaten
belu, 3 titik diKabupaten Kupang dan 5 titik di Kabupaten Timor
Tengah Utara. Batas wilayah kedua negara tersebut merupakan
sengketa bagi pertahanan keamanan bagi masingmasing wilayah
kedua negara ini.
BAB 3
PEMBAHASAN

Garis batas wilayah negara Timor Leste (Motain) dengan
Indonesia di batasi oleh sebuah sungai kecil, sudah tentu
perbatasan wilayah kedua negara tersebut akan menimbulkan
berbagai permasalahn karena jarak yang sangat berdekatan
memudahkan timbulnya kerawanan bagi keamanan wilayah
Timor Leste. Timbulnya masalah di perbatasan Wilayah Timor
Leste – Indonesia karena kerawanan batas wilayah kedua negara
yang strategis, stabilitas keamanan kedua negara yang belum
100% terjamin aman, ditinjauh dari aspek historis atau
sejarahnya, masyarakat yang berada diwilayah perbatasan kedua
negara tersebut memiliki ciri khas yang sama yaitu persamaan
bahasa, ras, warna kulit juga sebagian besar masyarakat yang
memiliki keluarga di seberang (Atambua) sehingga memudahkan
warga seberang melakukan bisnis gelap masuk ke wilayah Timor
Leste karena target harga yang berbeda, dan perbedaan mata
uang yang berlaku yaitu Rupiah ke Dolar yang memiliki
kesenjangan yang berbeda jauh, karena kurang terjaminnya
stabilitas keamanan bagi kedua negara tersebut. Seperti yang
diketahui pula bahwa adanya kasus-kasus dan konflik di wilayah
perbatasan kedua negara tersebut yang masih sangat merupakan
faktor hambatan bagi stabilitas perbatasan kedua negara ini
antara lain :
1.1.1 Konflik perbatasan yang menurut Aiex Mendonca,
bahwa perbatasan antara Timor Leste dengan Indonesia belum
dikatakan mengikuti kaidah Internasional karena sebagai
buktinya pembangunan pos perbatasan yang masih dalam
kawasan bebas (free area), yang jaraknya sekitar 1 km dari bibir
perbatasan Timor Leste. Sehingga dikatakan tidak pas untuk
mengadakan penangkapan kepada masyarakat manapun.
1.1.2 Contoh kasus penyeludupan bahan bakar minyak (BBM)
dan kebutuhan bahan pokok ekonomi lainnya yang dijual oleh
masyarakat bagian Timor Barat kepada masyarakat bagian Timor
Leste secara ilegal.
1.1.3 Kasus pelarian Mayor Alfredo Reinaldo beserta rekanrekan anggotanya masuk melintasi wilayah perbatasan dengan
membawa senjata tanpa dokumentasi. Karena perlakuan tersebut
dikatakan mengancam ketenangan masyarakat Timor Leste.
Contoh kasus – kasus kejahatan tersebut memberikan
gambaran bahwa wilayah perbatasan antara kedua negara
tersebut belum terjamin aman. Menurut Kandidat Doktor ilmu
hukum John Bernando Seran SH.MA, UGM Yogyakarta
mengatakan, perbatasan antara Timor Leste dan Timor bagian
Barat NTT bisa menjadi jalur kejahatan internasional jika
diabaikan oleh Interpol kedua negara tersebut.
Karena jika semakin terbukanya peluang maka semakin
meningkatnya kejahatan. Untuk mencegah Konsul Timor Leste di
Kupang, C Kaetano De Sousa Guterres, SH.MH, meminta kepada
pemerintah Indonesia untuk membangun kerja sama, baik di

bidang Imigrasi maupun Karantina di perbatasan, juga
penyeludupan barang perdagangan, orang dan bentuk kejahatan
lainnya melaui perbatasan.

Penyelesaian konflik
Permasalahan perbatasan antara RI dan Timor Leste itu kini
sedang dalam rencana untuk dikoordinasikan antara Pemerintah
RI dengan Pemerintah Timor Leste dan kemungkinan akan dibawa
ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mendapatkan
penyelesaian.Masalah perbatasan antara Indonesia dan Timor
Leste, khususnya di lima titik yang hingga kini belum diselesaikan
akan
dibawa
ke
Perserikatan
Bangsa-Bangsa
(PBB).
Lima titik tersebut adalah Imbate, Sumkaem, Haumeniana,
Nimlat, dan Tubu Banat, yang memiliki luas 1.301 hektare (ha)
dan sedang dikuasai warga Timor Leste. Tiga titik diantaranya
terdapat di perbatasan Kabupaten Belu dan dua di perbatasan
Timor
Leste
dengan
Kabupaten
Timor
Tengah
Utara
(TTU).Berlarutnya penyelesaian lima titik di perbatasan tersebut
mengakibatkan penetapan batas laut kedua negara belum bisa
dilakukan. Di lima titik tersebut, ada dua hal yang belum
disepakati
warga
dari
kedua
negara
yakni:
Penetapan batas apakah mengikuti alur sungai terdalam, dan
persoalan
pembagian
tanah.
Semula, pemerintah Indonesia dan Timor Leste sepakat batas
kedua negara adalah alur sungai terdalam, tetapi tidak disepakati
warga, karena alur sungai selalu berubah-ubahSelain itu, ternak
milik warga di perbatasan tersebut minum air di sungai yang
berada
di
tapal
batas
kedua
negara.
Jika sapi melewati batas sungai terdalam, warga tidak bisa
menghalaunya kembali, karena melanggar batas negara.warga
kedua negara yang bermukim di perbatasan harus rela membagi
tanah ulayat mereka, karena menyangkut persoalan batas negara

Bab 4
PENUTUP
ANALISIS
Wilayah Indonesia diklaim warga timor letse menurut pendapat
saya merupakan kasus internasional. Hal ini dijelaskan oleh
mochtar
Kusumaatmadja
mengenai
pengertian
hukum
internasional, Hukum internasional adalah keseluruhan kaedahkaedah dan azas-azas yang mengatur hubungan atau persoalan
yang
melintasi
batas-batas
negara-negara
antara:
(1)
negara
dengan
negara;
(2) negara dengan subjek hukum lain bukan negara atau subjek
hukum bukan negara satu sama lain.
Dalam hal ini hukum internasional yang dimaksud adalah hukum
Internasional publik, bukan hukum internasional perdata, sebab
hukum internasional perdata hanya mengatur hubungan perdata
(antara orang perseorangan) yang melintasi batas negara,
sedangkan hukum publik yang mengatur hubungan atau
persoalan yang melintasi batas negara diluar kasus perdata
tersebut.
Berdasarkan pengertian tersebut, kedaulatan bangsa, dalam hal
ini batas wilayah Indonesia, masuk kedalam ranah hukum publik.
Hal ini jelas diatur dalam pasal 1 UUD 1945 tentang bentuk
kedaulatan jo pasal 25A UUD 1945 tentang wilayah negara.
Berdasarkan pasal tersebut, kedaulatan dilaksanakan menurut
undang-undang dengan wilayah dan batas-batas dan hak-haknya
ditetapkan dengan undang-undang. Berdasarkan batas zona
bebas kelautan, Natuka merupakan wilayah Indonesia, namun
berdasarkan kebiasaan dimana penduduk Oecusse berkebun di
wilayah tersebut, sehingga mereka mengklaim wilayah tersebut
merupakan wilayah Timur Letse.
Hal ini berkaitan dengan kedaulatan suatu bangsa, jika Natuka
merupakan wilayah Indonesia, maka wilayah tersebut dengan
jelas merupakan teritorial indonesia, yang berarti segala tindakan
yang terjadi di dalamnya berlaku hukum Indonesia. Dalam hal ini,
jika yang diberlakukan hukum Indonesia, maka penduduk
Oecusse yang merupakan penduduk Timur Letse, telah
melakukan
penyimpangan
dengan
memanfaatkan
lahan
Indonesia sebagai mata pencaharian tanpa ijin. Pasal yang
dituntutkan antara lain masuk wilayah negara tanpa ijin, serta
pidana
pencurian
dan
penggelapan.
Selain itu, kasus ini merupakan persoalan negara dengan negara,
yaitu Indonesia dengan Timur Letse, sehingga berada dalam
ranah hukum Publik. Penyelesaiannya pun dapat berupa traktat,
keputusan yudisial dan pengadilan arbitrase keputusan

pengadilan internasional, maupun keputusan leembaga atau
konferensi Internasional yang dalam hal ini dapat diselesaikan
baik melalui perundingan antar kedua negara saja maupun
melibatkan PBB.