Kebijakan Ekonomi dan Crowding Out Effec

Bab 1. Pendahuluan
1.1.

Latar Belakang
Ilmu ekonomi adalah sebuah cabang ilmu dari pengetahuan sosial yang tidak
bisa lepas dalam kehidupan sehari-hari karena melalui ilmu ekonomi inilah setiap
manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, baik sebagai individu maupun
sebagai satu kesatuan atau dikenal dengan organisasi. Dalam hal ini, organisasi yang
merupakan kesatuan dari setiap individu disebut dengan negara.
Berbicara soal negara, tentu tidak bisa dilepaskan dari cabang ilmu
pengetahuan sosial lainnya yaitu ilmu politik. Melalui ilmu politik ini individuindividu yang terlibat dalam organisasi yang disebut sebagai negara dapat
memainkan perannya untuk mengatur sebuah negara agar dapat mencapai tujuannya
yang telah dicita-citakan melalui semua kebijakan, termasuk kebijakan ekonomi.
Kebijakan ekonomi suatu negara tidak bisa lepas dari keterlibatan pemerintah
karena pemerintah memegang kendali atas segala sesuatu, menyangkut semua
kebijakan yang bermuara kepada keberlangsungan negara itu sendiri. Setiap
pemerintahan yang sedang memimpin suatu negara tentu saja memiliki kebijakan
ekonomi andalan untuk menjamin perekonomian negara yang baik dan stabil demi
tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan, karena sudah menjadi kewajiban
pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi agar tercapainya kehidupan yang
makmur dan sejahtera bagi rakyatnya.

Kebijakan ekonomi suatu negara juga tidak bisa dilepaskan dari paham atau
sistem ekonomi yang dipegang oleh pemerintahan suatu negara, seperti sistem
ekonomi Kapitalisme, Sosialisme, Campuran, maupun sistem ekonomi Islam. Tentu
saja pemerintah, sebagai pengendali perekonomian suatu negara, menganut salah
satu sistem ekonomi sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan ekonomi. Apapun
sistem ekonomi yang dipegang oleh suatu pemerintahan, sistem ekonomi itulah yang
diyakini sebagai sistem ekonomi terbaik bagi perekonomian negara yang dipimpin
oleh suatu pemerintahan tersebut walaupun nantinya dalam sistem ekonomi yang
dipegang memiliki berbagai kelemahan.
Dari berbagai sistem ekonomi yang ada, dengan segala kelebihan dan
kekurangan yang dimiliki, sistem ekonomi Islam dianggap sebagai smart solution
dari berbagai sistem ekonomi yang ada karena secara etimologi maupun secara
empiris, terbukti sistem ekonomi Islam menjadi sistem ekonomi yang mampu
1

memberikan kemakmuran dan kesejahteraan yang nyata dalam penerapannya pada
saat zaman Rasullah Muhammad SAW dan pada masa Khalifa Islamiyah karena
sistem ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang berdasarkan pada nilai keadilan
dan kejujuran yang merupakan refleksi dari hubungan vertikal antara manusia
dengan Allah SWT.

Makalah ini akan membahas mengenai Kebijakan dalam Sistem Ekonomi
Indonesia, yang mencangkup kebijakan harga dan peranan pemerintah, kebijakan
fiskal dan moneter di Indonesia, dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN).

2

1.2. Rumusan Masalah

1.3

1.

Apa saja macam-macam kebijakan dalam ekonomi makro?

2.

Bagaimana penerapan kebijakan dalam ekonomi makro?

3.


Apa yang dimaksud dengan crowding out?

4.

Apa penyebab terjadinya crowding out?

5.

Bagaimana mengatasi terjadinya crowding out effect?

Tujuan Masalah
1.

Mengetahui macam-macam kebijakan dalam ekonomi makro.

2.

Mengetahui penerapan kebijakan dalam ekonomi makro.


3.

Mengetahui definisi crowding out.

4.

Mengetahui penyebab terjadinya crowding out.

5.

Mengetahui cara mengatasi terjadinya crowding out effect.

3

Bab 2. Tinjauan Pustaka

2.1 Pengertian Kebijakan
 Menurut Lasswell (1970): kebijakan adalah sebagai suatu program pencapaian
tujuan, nilai-nilai dan praktik-praktik yang terarah (a projected program of goals
values and practices).



Menurut Anderson (1979): kebijakan adalah serangkaian tindakan yang
mempunyai tujuan tertentu yang mesti diikuti dan dilakukan oleh para pelakunya
untuk memecahkan suatu masalah (a purposive corse of problem or matter of
concern).



Menurut

Heclo (1977): kebijakan adalah cara bertindak yang sengaja

dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah-masalah.
 Menurut Eulau (1977): kebijakan adalah keputusan tetap, dicirikan oleh tindakan
yang bersinambung dan berulang-ulang pada mereka yang membuat dan
melaksanakan kebijakan.


Menurut Amara Raksasa Taya (1976): kebijakan adalah suatu taktik atau

strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan.

 Menurut Friedrik (1963): kebijakan adalah serangkaian tindakan yang diajukan
seseorang,

group,

mencantumkan

dan

pemerintah

kendala-kendala

yang

dalam

lingkungan


dihadapi

serta

tertentu
kesempatan

dengan
yang

memungkingkan pelaksanaan usulan tersebut dalam upaya mencapai tujuan.


Menurut Budiardjo (1988): kebijakan adalah sekumpulan keputusan yang
diambil oleh seorang pelaku atau kelompok politik dalam usaha memilih tujuantujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.

 Menurut Carter V. Good (1959): kebijakan adalah sebuah pertimbangan yang
didasarkan atas suatu nilai dan beberapa penilaian terhadap faktor-faktor yang
bersifat situasional, untuk mengoperasikan perencanaan yang bersifat umum dan

memberikan bimbingan dalam pengambilan keputusan demi tercapainya tujuan.
 Menurut Indrafachrudi (1984): kebijakan adalah suatu ketentuan pokok yang
menjadi dasar dan arah dalam melaksanakan kegiatan administrasi atau
pengelolaan.
4

 Menurut Carl Friedrich: Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada
tujuan dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan
tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan
sasaran yang diinginkan.
 Menurut PBB: Kebijakan adalah suatu deklarasi mengenai dasar pedoman (untuk)
bertindak, suatu arah tindakan tertentu, suatu program mengenai aktivitas-aktivitas
tertentu atau suatu rencana.
 Menurut KBBI: Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis
dan dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan, serta cara
bertindak (tetang perintah, organisasi, dan sebagainya).
 Menurut Anderson: Kebijakan adalah suatu tindakan yang mempunyai tujuan
yang dilakukan seseorang pelaku atau sejumlah pelaku untuk memecahkan suatu
masalah.
2.2 Pengertian Makro

-

Adam Smith
“Secara sistematis ilmu ekonomi mempelajari tingkah laku manusia dalam usahanya
untuk mengalokasikan sumber-sumber daya yang terbatas guna mencapai tujuan
tertentu. Ini yang banyak dikenal sebagai teori ekonomi klasik. Dalam analisisnya,
Adam Smith banyak menggunakan istilah-istilah normatif seperti: nilai (value),
kekayaan (welfare), dan utilitas (utility) berdasarkan asumsi berlakunya hukum
alami.”

2.3 Pengertian Bisnis
-

Huat, T Chwee (1990)
“Bisnis dalam arti luas adalah istilah umum yang menggambarkan semua aktifitas dan
institusi yang memproduksi barang & jasa dalam kehidupan sehari-hari. Bisnis
sebagai suatu sistem yang memproduksi barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan
masyarakat.”

5


-

Glos, Steade dan Lowry (1996)
“Bisnis merupakan sekumpulan aktifitas yang dilakukan untuk menciptakan dengan
cara mengembangkan dan mentransformasikan berbagai sember daya menjadi barang
atau jasa yang diinginkan konsumen.

-

Musselman dan Jackson (1992)
“Suatu aktivitas yang memenuhi kebutuhan dan ekonomis masyarakat dan perusahaan
diorganisasikan untuk terlibat dalam aktifitas tersebut.

2.4 Pengertian Hukum Bisnis
-

Achmad ichsan
“Hukum bisnis adalah hukum yang mngatur soal- soal perdagangan, yaitu soal- soal
yang timbul karena tinglah laku manusia dalam perdagangan.”


-

R. Soekardono
“Hukum bisnis adalah bagian dari hukum perdata pada umumnya, yakni yang
mengatur masalah perjanjian dan perikatan- perikatan yang diatur dalam Buku III
Burgerlijke Wetboek (BW). Dengan kata lain, hukum dagang adalah himpunan
peraturan- peraturan yang mengatur seorang dengan orang lain dalam kegiatan
peruahaan yang terutama terdapat dalam kodifikasi KUDH DAN KUHPdt. Hukum
bisnis dapat pula dirumuskan adalah serangkaian kaidah yang mengatur tentang dunia
usaha atau bisnis dan dalam lalu lintas perdagangan. “

-

Fockema Andreae
“Hukum bisnis adalah kesuluruhan dari aturan hukum mengenai perusahaan dalam
lalu lintas perdagangan, sejauh mana diatur dalam KUHD dan beberapa undangundang tambahan. “

-

J. van Kan dan J. H. Beekhuis
“Hukum bisnis adalah rumpunan kaidah yang mengatur secara memaksa perbuatanperbuatan orang dalam bisnis. Bisnis secara yuridis berarti membeli dan menjual dan
6

Mengadakan perjanjian yang mempermudah dan memperkembangan menjual beli.
Dengan demikian, hukum bisnis adalah tidak lain dari sebagian dari hukum perikatan,
dan bahkan untuk sebagian besar dari hukum perjanjian.”
-

M. H. Tirtaamidjaja
“Hukum bisnis adalah hukum yang mnegatur tingkah laku orang-orang yang turut
melakukan bisnis. Sedangkan bisnis adalah pemberian perantara produsen dan
konsumen ; membeli dan menjual dan membuat perjanjian yang memudahkan dan
memajukan pembelian dan penjualan itu. Sekalipun sumber utama hukum bisnis
adalah KUHD, akan tetapi tidak bisa dilepaskan dari KUHPdt. “

-

H.M.N. Purwosuthipto
“Hukum dagang adalah hukum perikatan yang timbul khusus dari lapangan
perusahaan.”
Dari berbagai pengertian hukum bisnis sebagaimana dikemukakan oleh para
ahli hukum di atas tampak bahwa, ada satu pengertian meyeluruh yang dapat
dijadikan sebagai titik awal untuk melihat apa makna hukum bisnis. Pengertian
menyeluruh yang dimaksud adalah pada hakikatnya hukum bisnis sebagaimana suatu
norma yang digunakan dalam menjalankan suatu kegiatan dunia usaha. Dengan kata
lain, hukum bisnis adalah seragkaian norma yang timbul khusus dalam dunia usaha
atau kegiatan perusahaan. Norma tersebut dapat bersumber, baik pada aturan hukum
yang sudah dikodifikasikan, yaitu dalam KUHPdt dan KUHD maupun di luar
kodifikasi. Perlu juga dikemukakan bahwa hal yang diatur dalam kodifikasi tersebut
secara parsial telah diatur dalam undang- undang sendiri.

BAB 3. Pembahasan
3.1 Hukum Binis
Hukum sebagai suatu perangkat kaidah dan asas yang mengatur kehidupan manusia
dalam masyarakat, mencakup pula lembaga dan proses yang diperlukan untuk mewujudkan
hukum. Hukum adalah kaidah-kaidah atau aturan yang dibentuk untuk mengatur kehidupan

7

bermasyarakat pada suatu tempat dan waktu tertentu yang memiliki sifat memaksa. Dan
tujuan dari pada hukum antara lain:
1. Keadilan
2. Kepastian
3. Kemanfaatan
4. Menciptakan

tatanan

masyarakat

yang

tertib,

menciptakan

ketertiban

dan

keseimbanganitu dalam kenyataan.
Hukum merupaka suatu perjanjian yang dibuat untuk mengatur dan menerapkan asasasas tujuan dari hukum. Pengertian perjanjian berdasarkan ketentuan Pasal 1313 KUH
Perdata ialah: “Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya.” Adapun asas-asas sebagai
norma dasar dalam hukum perjanjian, terdiri dari:
(a) Asas Kebebasan Berkontrak
Asas kebebasan berkontrak terdapat dalam ketentuan Pasal 1338 ayat (1)
KUH Perdata, yaitu: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya.” Jadi asas ini memberikan
kebebasan kepada para pihak untuk:
a. Membuat atau tidak membuat perjanjian.
b. Mengadakan perjanjian dengan siapapun.
c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya.
d. Menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.
Asas kebebasan berkontrak ini juga dibatasi bahwa perjanjian yang dibuat
oleh para pihak tidak dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan
ketertiban umum dan tidak bertentangan dengan kesusilaan (Pasal 1337 Kitab
Undang-undang Hukum Perdata).
(b) Asas Konsensualisme
Asas ini dapat diketahui dari Pasal 1320 ayat (1) Kitab Undang-undang
Hukum Perdata. Dalam pasal ini ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian
yaitu adanya kesepakatan kedua belah pihak. Asas konsensualisme merupakan asas
yang menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal,
tetapi cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak (lisan).
8

(c) Asas Pacta Sunt Servanda
Asas ini disebut juga sebagai asas kepastian hukum, asas ini berhubungan
dengan akibat perjanjian, Asas Pacta Sunt Servanda merupakan asas bahwa hakim
atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak,
sebagaimana layaknya sebuah undang-undang,

mereka tidak boleh

melakukan

intervensi terhadap substansi perjanjian yang dibuat oleh para pihak. Asas ini dapat
diketahui dari Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Perdata bahwa
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang.
(d) Asas Itikad Baik
Asas itikad baik dapat diketahui dari Pasal 1338 ayat (3) Kitab Undangundang
Hukum Perdata, yaitu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Asas itikad
baik merupakan asas bahwa para pihak yaitu pihak kreditur dan debitur, harus
melaksanakan substansi perjanjian berdasarkan kepercayaan dan keyakinan yang
teguh atau kemauan baik dari para pihak.
(e) Asas Kepribadian
Merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan dan
atau membuat perjanjian hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat
diketahui dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
Pasal 1315 Kitab Undangundang Hukum Perdata menyebutkan pada umumnya
seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya
sendiri.
Sesuai dengan KUH perdata pasal 1320 syarat-syarat sahnya suatu perjainjian
ada 4 syarat yaitu sepakat untuk mengikatkan dirinya, cakap untuk membuat suatu
perjanjian, mengenai suatu hal tertentu, dan suatu sebab yang halal. Sedangkan unsur
dari perjanjian adalah ada pihak-pihak sedikitnya dua orang, adanya persetujuan
antara pihak-pihak tersebut, adanya tujuan yang hendak dicapai, adanya prestasi yang
akan dilaksanakan, adanya bentuk tertentu baik lisan maupun tertulis, dan adanya
syarat tertentu sebagai isi perjanjian.
Macam- macam perjanjian dalam bisnis :
9

-

Perjanjian jual beli
Berdasarkan Pasal 1457 KUH Perdata Jual Beli adalah “suatu perjanjian
dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu
kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan”.
Lahirnya suatu perjanjian yang diatur dalam KUH Perdata disebabkan adanya
kesepakatan dari para pihak (Asas Konsensualisme). Sehingga perjanjian jual beli
dianggap telah terjadi pada saat dicapai kata sepakat antara penjual dan pembeli, hal
yang demikian ini telah diatur dalam Pasal 1458 KUH Perdata yang menyatakan
bahwa “jual beli dianggap sudah terjadi antara para pihak seketika setelah mereka
mencapai kata sepakat tentang barang dan harga, meskipun barang itu belum
diserahkan maupun harganya belum dibayar” Dengan demikian jual beli itu
sebenarnya sudah terjadi pada waktu terjadinya kesepakatan tersebut.

-

Perjanjian sewa-menyewa
Didalam Pasal 1548 KUH Perdata pengertian sewa-menyewa adalah “suatu
perjanjian yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang
lainnya kenikmatan dari sesuatu barang, selama suatu waktu tertentu dan dengan
pembayaran suatu harga yang oleh pihak yang tersebut terakhir itu disanggupi
pembayarannya”. Dan saat terjadinya perjanjian sewa-menyewa, sama halnya dengan
perjanjian jual beli yang telah dijelaskan sebelumnya adalah suatu perjanjian
konsensual yaitu sudah sah dan mengikat pada detik tercapainya sepakat mengenai
unsur-unsur pokok, yaitu barang dan harga.
Hak utama penyewa atas perjanjian sewa menyewa adalah memperoleh hak
pemakaian atas barang yang disewanya dalam keadaan baik dari orang yang
menyewakan sesuai dengan apa yang diperjanjikan. Sedangkan hak dari pihak yang
menyewakan adalah menerima pembayaran harga atas benda yang disewakannya
kepada penyewanya.

-

Wanprestasi dan berakhirnya perjanjian
Wanprestasi adalah

suatu kesengajaan atau kelalaian si debitur yang

mengakibatkan ia tidak dapat memenuhi prestasi yang harus dipenuhinya dalam suatu
10

perjanjian dengan seorang kreditur atau si berhutang. Adapun bentuk-bentuk dari
wanprestasi, adalah sebagai berikut:
o

Tidak memenuhi prestasi sama sekali;

o Memenuhi prestasi tetapi tidak dapat pada waktunya;
o

Memenuhi prestasi tetapi tidak sesuai atau keliru;

o Tidak melaksanakan apa yang disanggupi akan dilakukannya;
o

Melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan;

o Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat;
o Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.
Sedangkan suatu perjanjian akan hapus atau berkahir apabila terjadi minimal
salah satu dari kondisi-kondisi berikut dibawah ini:
o Karena pembayaran;
o Karena penawaran;
o Karena pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpangan atau penitipan;
o Karena perjumpaan utang atau kompensasi;
o

Karena percampuran utang;

o Karena pembebasan utang;
o Karena musnahnya barang yang terutang;
o Karena kebatalan dan pembatalan;
o Karena berlakunya syarat batal;
o Karena lewat waktu.

Pengertian bisnis adalah keseluruhan kegiatan usaha yang dijalankan oleh orang atau
badan secara teratur dan terus menerus, yaitu berupa kegiatan mengadakan barang-barang
dan jasa-jasa maupun fasilitas-fasilitas untuk diperjualbelikan, dipertukarkan, atau disewakan
dengan tujuan mendapat keuntungan. Dalam memperoleh keuntungan atau laba tersebut,
tentu perlu adanya rambu-rambu pengontrol, agar tidak menghalalkan segara cara demi
mencapai tujuan bisnis tersebut, maka diperlukan hukum.
Pengertian hukum bisnis. (1) seperangkat kaidah-kaidah hukum, yang diadakan untuk
mengatur serta menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul dalam aktivitas antar manusia
11

khususnya dalam bidang perdagangan. (2) serangkain peraturan yang berkaitan secara
langsung maupun tidak langsung dengan urusan-urusan perusahaan dalam menjalankan roda
perekonomian.
Hukum sebagai salah satu sarana/alat pengawasan yang efektif untuk mengendalikan
praktek bisnis yang tidak sehat. Sebab hukum menetapkan secara tegas apa yang harus di
lakukan atau tidak boleh di lakukan, serta bentuknya yang tertulis memberi rasa aman bagi
para pelaku bisnis, karena apabila terjadi pelanggaran sanksinya jelas. Bisnis tidak bisa lepas
dari faktor hukum, tetapi hukum saja belum cukup untuk mengatur bisnis, dalam hal ini pula
di dukung faktor lain seperti etika. Bahkan pada taraf normatif, etika mendahului hukum.
Mematuhi hukum dalam bisnis adalah suatu keharusan.
Sumber-sumber hukum bisnis adalah:
1. Perundang-undangan
2. Perjanjian
3. Traktat
4. Jurisprudensi
5. Kebiasaan
6. Pendapat sarjana hukum (doktrin)
Yurisprudensi adalah Putusan-putusan Hakim atau Pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap dan dibenarkan oleh Mahkamah Agung sebagai Pengadilan kasasi,
atau putusan Mahkamah Agung sendiri yang sudah berkekuatan hukum tetap.

3.2 Hukum Ekonomi
Ilmu ekonomi menurut M. Manulang merupakan suatu ilmu yang mempelajari
masyarakat dalam usahanya untuk mencapai kemakmuran (kemakmuran suatu keadaan di
mana manusia dapat memenuhi kebutuhannya baik barang-barang maupun jasa). Kata
“ekonomi” berasal dari bahasa latin oikonomia yang mengandung pengertian pengaturan
rumah tangga. Rumah tangga disini mungkin kecil seperti sebuah keluarga, mungkin juga
besar seperti negara. Pengaturan demikian bertujuan untuk mencapai kemakmuran. Berbeda
12

dengan hukum, pengaturan melalui ekonomi di atas terbatas pada usaha-usaha manusia untuk
mencapai kemakmuran dengan menggunakan sumber daya ekonomi yang tersedia secara
lebih efisien dan produktif. Jadi, belum berorientasi pada pencapaian keadilan dan kepastian
hukum dalam penggunaan sumber daya ekonomi tersebut yang dapat dilakukan melalui
hukum.
Lahirnya hukum ekonomi disebabkan oleh semakin pesatnya pertumbuhan dan
perkembangan perekonomian. Di seluruh dunia hukum yang berfungsi mengatur dan
membatasi kegiatan-kegiatan ekonomi dengan harapan pembangunan perekonomian tidak
mengabaikan hak-hak dan kepentingan masyarakat.
Rochmat Soemitro memberikan definisi, hukum ekonomi merupakan sebagian
keseluruhan norma yang dibuat oleh pemerintah atau penguasa sebagai satu personifikasi dari
masyarakat yang mengatur kehidupan ekonomi di mana saling berhadapan kepentingan
masyarakat.
Sedang Sunaryati Hartono menyatakan hukum ekonomi indonesia adalah keseliruhan
kaidah-kaidah dan putusan-putusan hukum yang secara khusus mengatur kegiatan dan
kehidupan ekonomi di Indonesia.
Sunaryati hartono juga membedakan hukum ekonomi Indonesia ke dalam dua macam,
yaitu:
1)

Hukum ekonomi pembangunan, yaitu seluruh peraturan dan pemikiran hukum

mengenai cara-cara peningkatan dan pengembangan kehidupan ekonomi (misal
hukum perusahaan dan hukum penanaman modal)
2)

Hukum ekonomi sosial, yaitu seluruh peraturan dan pemikiran hokum mengenai

cara-cara pembagian hasil pembangunan ekonomi secara adil dan merata, sesuai
dengan hak asasi manusia (misal, hukum perburuhan dan hukum perumahan).
Hukum ekonomi adalah hukum yang berkaitan dengan berbagai aktivitas ekonomi.
Aktivitas ekonomi dalam berbagai kegiatan bidangnya ada yang diatur oleh hukum, ada pula
yang tidak atau belim diatur oleh hukum. Jadi hukum ekonomi mempunyai ruang lingkup
pengertian yang luas meliputi semua persoalan berkaitan dengan hubungan antara hukum dan
kegiatan-kegiatan ekonomi.
Hukum ekonomi merupakan kajian baru yang berawal dari konsep kajian hukum
dagang. Jadi embrio dari hukum ekonomi adalah kajian hukum dagang dan perkembangan
pada bagian dari hukum perdata. Kajian hukum perdata, dalam hal ini hukum dagang, selalu
mempunyai tekanan utama pada perikatan para pihak (hubungan hukum para pihak) dan
13

tekanan utama pada hak dan kewajiban para pihak. Pengkajian hukum dagang juga dikaji
dengan pendekatan mikro saja sehingga hukum dagang berada dalam ranah privat.
Sedang hukum ekonomi tidak hanya dikaji dari hukum perdata saja tapi harus dikaji
dari banyak aspek sehingga membutuhkan metode pendekatan yang berbeda dari kajian
hukum dagang atau perdata umumnya. Hukum ekonomi mempunyai kajian dengan
pendekatan makro dan mikro. Kajian yang berkonsep makro maksudnya ialah kajian hukum
terhadap setiap hal yang ada kaitannya dengan kegiatan pelaku ekonomi secara makro, dalam
bagian ini ada campur tangan negara terhadap kegiatan tersebut sehingga tercapai masyarakat
ekonomi yang sehat dan wajar (ruang lingkup publik). Sedangkan kajian yang berkonsep
mikro maksudnya ialah kajian yang mempunyai wawasan khusus terhadap hubunganhubungan yang tercipta karena adanya hubungan hukum para pihak yang sifatnya nasional,
kondisional, situasional (ruang lingkup hukum privat). Dengan demikian hukum ekonomi
berada dalam ranah atau mengacu pada hukum privat dan publik.
Sumber Hukum Ekonomi terdiri dari:
1. Peraturan Perundang-undangan
Merupakan produk hukum tertulis yang sengaja diciptakan oleh pihak yang
berwenang. Perundang-undangan merupakan produk hukum yang dibuat dari atas
yang kemudian pelaksanaannya dipaksakan kepada masyarakat untuk ditaati.
2. Perjanjian
Perjanjian (kontrak) mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan
perundang-undangan. Artinya perjanjian yang dibuat mengikat para pihak seperti
mengikatnya undang-undang. Hal ini dijamin oleh Pasal 1338 Kitab Undang Undang
Hukun Perdata yang isinya bahwa perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi para pihak yang membuatnya. Dengan demikian, apabila terjadi
sengketa atau perselisihan dalam pelaksanaan perjanjian maka para pihak dapat
menggunakan isi perjanjian mereka sebagai sumber atau dasar hukum penyelesaian
sengketa.
3. Traktat
Yaitu perjanjian antar Negara, traktat dapat dibuat oleh dua Negara (bilateral)
atau oleh banyak Negara (multilateral). Traktat sangat berperan penting dalam
hubungan antar Negara karena dengan adanya traktat maka apabila ada sengketa antar
14

Negara dapat diselesaiakan menggunakan traktat mengingat setiap Negara memiliki
kedaulatan dan juga aturan hukum masing-masing Negara berbeda-beda dan tidak
dapat dipaksakan berlaku di Negara lain. Supaya hukum tertentu berlaku di banyak
Negara terlebih dahulu harus ada perjanjian antar Negara. Perjanjian antar Negara ini
dimaksudkan untuk menerobos sifat kedaulatan Negara tersebut. Supaya rakyatdi
Negara-negara peserta perjanjian mengikat, perjanjian yang ditandatangani oleh
pemerintah masing-masing Negara tersebut perlu ditindaklanjuti dengan pengesahan
(ratifikasi) agar setara dengan hokum nasional di masing-masing Negara peserta.
Misalnya dijadikan undang-undang atau keputusan presiden (Dahlan, 2000: 12).
4.Jurisprudensi
Yaitu putusan-putusan hakim sebelumnya yang dapat dijadikan sumber hukum
untuk memutuskan suatu perkara yang sama. Jurisprudensi berasal dari hasil
pemikiran para hakim pada berbagai tingkatan peradilan yang disimpan dalam suatu
system informasi hukumbaik dalam bentuk tertulis maupun database elektronik
(komputer),

yang

dapat

diakses

melalui

lembaga-lembaga

peradilan

atau

perpustakaan-perpustakaan hukum (Dahlan, 2000:13).
Di Indonesia, hakim bebas menggunakan atau tidak menggunakan
jurisprudensi.

Apabila

jurisprudensi

dianggap

relevan

tentu

hakim

akan

menggunakannya.
5.Kebiasaan
Kegiatan ekonomi bermula dari suatu kebiasaan yang tumbuh di masyarakat
yang kemudian dijadikan undang-undang sebagai sumber hukum yang mengatur.
Namun berhubung banyaknya kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dalam masyarakat
ekonomi maka ada kebiasaan-kebiasaan yang belun dijadikan perundang-undangan.
Oleh karena itu kebiasaan-kebiasaan ekonomi yang timbul dalam masyarakat
ekonomi namun belum dijadikan perundangundangan dapat dipergunakan sebagai
sumber hukum dalam menyelesaikan suatu sengketa ekonomi.
6.Doktrin
Merupakan pendapat para sarjana atau ahli hukum yang mana pendapat
tersebut dapat digunakan sebagai sumbangan atau hasil pemikiran dalam
pembentukan perundang-undangan dan juga dapat dipergunakan untuk menafsirkan

15

sumberhukum tertentu. Bentuk dari doktrin yaitu asas-asas, prinsip-prinsip, atau teoriteori para ahli hukum.
3.3 Hubungan Hukum Ekonomi dan Bisnis
Pembangunan ekonomi dilaksanakan untuk mencapai kemakmuran. Dengan demikian
perlu diciptakan hukum ekonomi dan bisnis yang berperan mengatur perekonomian dengan
memberikan pembatasan-pembatasan tertentu kepada pihak yang kuat dan memberikan
peluang-peluang kepada pihak yang lemah dalam rangka mencapai keadilan.
Ciri-ciri dari hukum ekonomi adalah negara ikut berperan sebagai regulator dalam
pengaturan berbagai kegiatan ekonomi. Apabila kegiatan ekonomi tedak dicampuri atau tidak
ada intervensi dari negara maka pelaku ekonomi cenderung bersikap sewenang-wenang maka
tujuan ekonomi untuk tercipta kemakmuran dan pembagian hasil pembangunan secara adil
dan merata bagi masyarakat tidak akan terwujud.
Dengan adanya hukum ekonomi dapat dicegah adanya tindakan sewenang- wenangan
dari pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah. Dengan hukum ekonomi diharapkan
pembangunan ekonomi akan berjalan adil. Hukum ekonomi yang memadai akan menunjang
pembangunan ekonomi karena melalui hukum ekonomi, masyarakat diarahkan untuk
melakukan atau tidak melakukan hal-hal tertentu untuk mencapai tujuan ekonomi yang
diinginkan.
Hambatan-hambatan yang sering muncul dalam pembangunan ekonomi antara lain
birokrasi yang berlebihan yang akan memakan waktu bagi investor yang ingin mengurus izin
untuk menanamkan modal di Indonesia, persaingan tidak sehat antar pelaku ekonomi, dan
aturan hukum yang tidak jelas sehingga mengakibatkan tidak adanya kepastian hukum.
Partisipan dalam pembangunan ekonomi suatu negara yaitu pemerintah, swasta nasional, dan
pihak asing. Negara akan kesulitan menarik investor asing atau partisipan pihak asing apabila
hukum ekonomi suatu negara tidak menunjang pembangunan ekonomi karena investor asing
akan enggan berinvestasi bila hukum ekonomi suatu negara tidak memadai.
Pembangunan ekonomi dilaksanakan untuk mencapai kemakmuran, namun tingginya
tingkat kemakmuran masyarakat saja tentu belum cukup tanpa diiringi pemerataan dan
keadilan bagi masyarakat. Sebab apabila hanya kemakmuran saja yang diutamakan, dapat
berakibat buruk bagi pihak yang lebih lemah, mereka merasa dirugikan oleh pihak tertentu
yang lebih kuat dengan menggunakan kekuatan atau sumber daya yang ada padanya melalui
sistem

persaingan

liberal.

Contohnya

saja
16

seperti

kemiskinan,

kebodohan,

dan

keterbelakangan. Oleh karena itu, perlu diciptakan hukum ekonomi dan bisnis yang berperan
mengatur perekonomian dengan memberikan pembatasan- pembatasan tertentu kepada pihak
yang lemah dalam rangka mencapai keadilan. Berikut adalah perbedaan hukum ekonomi dan
bisnis yang memadai dan tidak memadai :
1.

Hukum ekonomi dan bisnis yang memadai
Hukum ekonomi dan bisnis yang memadai akan menunjang pembangunan

ekonomi,karena melalui hukum yang memadai inilah masyarakat dibentuk atau
diarahkan untuk melakukan hal- hal tertentu atau tidak melakukan hal- hal tertentu,
untuk mencapai tujuan pembangunan ekonomi yang diinginkan. Selain itu, dapat
mencegah atau bahkan memberantas hambatan- hambatan pembanguan ekonomi
seperti KKN, birokrasi yang berlebihan, persaingan tidak sehat dan lain- lain.
2.

Hukum ekonomi dan bisnis yang tidak memadai
Hukum ekonomi dan bisnis yang tidak memadai akan dapat menciptakan

hambatan bagi pembangunan ekonomi, misalnya adanya hukum yang tidak jelas dan
tidak lengkap yang dapat meyebabkan terciptanya birokrasi yang panjang, tidak adil,
atau bahkan ketinggalan zaman sehingga tidak mampu menampung kebutuhankebutuhan baru akibat perkembangan masyarakat.
Pembangunan ekonomi suatu negara tidak hanya dilaksanakan atas partisipasi pihak
pemerintah dan swasta nasional saja, tapi pihak asing juga berpartisipasi. Apabila di suatu
negara tersebut terdapat hukum ekonomi yang tiadak menunjang, menghambat, atau bahkan
menimbulkan risiko dan ketidakpastian yang besar terhadap investasi, maka biasanya pihak
asing enggan untuk berinvestasi atau melakukan transaksi ekonomi di negara tersebut. Oleh
karena itu, hukum ekonomi dan bisnis di suatu negara tersebut harus memadai, agar pihak
asing berminat untuk berinvestasi di negara tersebut.
Untuk mengundang minat investor berinvestasi bukanlah hal yang semudah
membalikkan telapak tangan. Investor selalu melakukan kajian awal baik terhadap aspek
ekonomi, politik dan aspek hukum sebelum mengambil keputusan untuk berinvestasi untuk
memastikan keamanan investasi yang akan dilakukannya. Pandangan lain disampaikan oleh
Todung Mulya Lubis yang menyatakan bahwa selain kurang memadainya infrastruktur
investasi, maka hambatan utama investasi di Indonesia adalah masalah kepastian hukum.
Dikatakan bahwa pengadilan di Indonesia khususnya Pengadilan Negeri dan Pengadilan
Tinggi sering dengan sengaja atau tidak mengabaikan isi perjanjian yang berlaku di antara
17

pihak terkait, termasuk dalam sejumlah kasus di mana transaksi sudah dilaksanakan. Sikap
lembaga peradilan yang kurang menghargai keabsahan kontrak kerja sama itu memberi sinyal
negatif atas komitmen Indonesia dalam melaksanakan reformasi hukum dan penegakan
keadilan. Kondisi ini menimbulkan dampak besar terhadap tingkat risiko Indonesia di pasar
modal internasional.
Pemerintah cukup memahami kondisi iklim investasi tersebut dan telah melakukan
upaya-upaya kearah perbaikan. Bahkan upaya yang terakhir dilakukan cukup fundamental
yakni dengan mengeluarkan undang-undang yang baru, UU No. 25 Tahun 2007, untuk
menggantikan UU No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan UU No. 6 Tahun
1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri karena dipandang tidak sesuai lagi dengan
kebutuhan percepatan perkembangan perekonomian dan pembangunan hukum nasional,
khususnya di bidang penanaman modal. Hadirnya UU penanaman modal yang baru
merupakan langkah maju yang cukup signifikan dalam menarik minat investor. Namun
meskipun demikian kehadiran UU No. 25 Tahun 2007 tersebut tidak serta menjadikan
seluruh permasalahan hukum bidang penanaman modal di Indonesia menjadi terselesaikan.
Kegiatan penanaman modal bersifat sangat kompleks dan karenanya tidak hanya terkait
dengan satu undang-undang saja. Hukum tentang penanaman modal tidak hanya terkait UU
No. 25 Tahun 2007 dan peraturan pelaksananya, tetapi juga akan terkait dengan bidang
hukum lain seperti hukum perpajakan, hukum ketenagakerjaan, hukum pertanahan, hukum
perdagangan dan bidang hukum lain terkait transaksi bisnis baik berdimensi nasional maupun
internasional.
Untuk menciptakan hukum ekonomi dan bisnis yang lebih baik, tentunya perlu ada
kerja sama antara ahli ekonomi dengan ahli hukum. Dalam hal ini, Kwik Kian Gie
(Saleh,1990: xii) menegaskan:
“…….namun hukum dengan ekonomi demikian erat hubungannya, terutama ekonomi
perusahaan dan ekonomi mikro yang ruang lingkupnya adalah interaksi bisnis antara para
pelaku bisnis. Interaksi yang demikian jelas sangat membutuhkan aturan permainan.
Penyusunan aturan permainan adalah urusan para sarjana hukum sedangkan memberikan
uraian mengenai mekanisme dari kekuatan- kekuatan ekonomi yang bekerja secara natural
adalah urusan para ekonom……”

18

Bab 4. Kesimpulan
4.1 Kesimpulan
Hukum berperan penting dalam kehidupan bermasyarakat. Terutama

hukum

ekonomi yang tujuannya berkaitan erat dengan kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat. Kemakmuran dicapai dengan adanya pembangunan ekonomi. Kelancaran
19

pembangunan ekonomi tidak hanya dilaksanakan oleh pemerintah saja, tetapi juga atas
partisipasi pihak asing dengan melakukan investasi.
Hukum bisnis dan ekonomi sangat erat kaitan nya karena hukum bisnis bertujuan
untuk mencari keuntungan dari usaha yg dijalanin dan hukum ekonomi bertujuan untuk
mencari keuntungan sebesar- besarnya dengan pengorbanan ( modal ) tertentu.
Pengaturan Hukum dan penegakannya di Indonesia sangat mempengaruhi
investor untuk melakukan atau tidak melakukan investasi di Indonesia sehingga
dibutuhkan pengaturan hukum yang benar-benar memadai dan pasti agar investor dapat
berinvestasi dengan lebih nyaman.
Citra hukum yang tidak pasti tidak saja disebabkan oleh kelemahan substansi
hukum, tetapi juga karena kelemahan sumber daya manusia dari penegak hukum dan
kultur pelaku transaksi yang lebih mengutamakan pertimbangan kepentingan daripada
itikad baik dalam melaksanakan kesepakatan transaksi.
Oleh sebab itu, demi kemajuan pengembangan perekonomian yang baik maka kita
sebagai warga Indonesia perlu untuk meningkatkan disiplin hukum. Dengan demikian,
sangat diharapkan Indonesia menjadi tempat yang kondusif bagi investasi, sehingga
optimalisasi peran investasi dapat dimanfaatkan dalam pembangunan ekonomi nasional.

20