Legal Opinion Hukum Internasional Rombel (1)

LEGAL OPINION
DISUSUN OLEH:
NAMA
: LULUK RAHAYU
NIM
: 8111416090
MATKUL : HUKUM INTERNASIONAL
ROMBEL: 5

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2017

LEGAL OPINION KASUS KETEGANGAN DIPLOMATIK TERKAIT
KEMATIAN KIM JONG-NAM
PENDAHULUAN
Kuala Lumpur, ketegangan diplomatic antara Malaysia dan Korea Utara
terkait penyelidikan Kim Jong-nam kian menjadi. Pemerintah Malaysia, kemarin
(23/2), menyatakan tengah memprtimbangkan untuk mengusir Duta Besar
Korea Utara (Korut) Kang Choi atau menutup kedutaan besarnya di Pyongyong.
Kim Jong-nam (46) tewas setelah diserang dua perempuan di Bandara

Internasional Kuala Lumpur (KLIA) pada 13 Februari lalu. Otoritas Malaysia
melakukan autopsi untuk mmencari tahu penyebab kematian kakak tiri
pemimpin Korut Kim Jong-un tersebut. Namun Korut meminta jenazah Jongnam segera diserahkan tanpa autopsy.
Permintaan Korut ditolak oleh Malaysia sehingga memicu ketegangan
antarkedua negara. Pekan lalu, Dubes Korut Kang ChoI menyatakan, pihaknya
tidak bisa mempercayai penyelidikan yang sedang dilakukan Malaysia dalam
kasus ini. Dia juga menuding Kuala Lumpur bersekongkol dengan Korea Selatan
(Korsel) yang merupakan rival Korut.
Tudingan ChoI membuat Malaysia berang. Seorang pejabat senior Malaysia
yang berhubungan dekat dengan kasus ini, Kamis (23/2), mengatakan
komentar Duta Besar Kang ChoI telah membuat marah negaranya sehingga
pemerintah menyiapkan respons cepat, termasuk mendklarasikan diplomat
tersebut sebagai persona non grata.
Langkah ini akan jadi respons terkeras yang pernah diambil Malaysia
terhadap perwakilan asing. Selain itu, artinya Kang ChoI mesti meninggalkan
negara tersebut. Meski demikian, kata sumber pemerintah Malaysia tersebut,
sejumlah opsi lainnya tengah dipertimbangkan. Salah satunya ialah menutup
Kedubes Malaysia di Pyongyang atau mengakhiri kebijakan bebas visa bagi
setiap warga Korut yang mengunjungi Malaysia.
Sumber itu mengatakan, jika kritik dari Korut tidak dihentikan maka semua

hubungan diplomatis dan perdagangan kedua negara bisa dihapus.
Selama ini Malaysia merupakan salah satu dari sedikit negara yang
menjaga hubungan baik dengan Korut yang terisolasi. Warga kedua negara
bisa berpergian dengan bebas karena kebijakan bebas visa yang diberlakukan.
Sejauh ini pihak Kementrian Luar Negri Malaysia belum menyatakan
menanggapi laporan tersebut. Awal pelan ini, Perdana Menteri Malaysia Najib
Razak menyebut pernyataan Dubes Kang ChoI yang meragukakan pentelidikan
Malaysia sebagai pernyataan yang kasar. “Pernyataan oleh Duta Besar itu tidak
diperlukan…Tapi Malaysia akan tetap teguh, “tegas Najib.
Pernyataan keras juga di sampaikan Menteri Pertahanan Hismmamudin
Hussein yang menyebut Dubes Kang ChoI telah melanggar norma diplomatic,
“Dia sudah melewati batas. Bagi saya, ini tidak dibenarkan secra
diplomatik”,katanya.
Sementara itu dari Korea Selatan (Korsel) dilaporkan, militer setempat
kemarin mengeraskan pengeras suara dengan decibel tinggi ke perbatasan
Korut untuk mengumumkan rincian kematian Jong-nam. “Kim Jong-nam…tewa
setelah diserang dua perempuan tak dikenal di Bandara Internasional Kuala
Lumpur di Malaysia, “demikian bunyi pesan Korsel via pengeras suara yang
begaung dengan keras di sepanjang perbatasan. Televise local Korse;, MBC TV,
menayangkan kegiatan tersebut.


Otoritas Malaysia menyatakan empat tersangka merupakan warga negara
Korut,termasuk satu orang yang telah ditangkap, “demikian disampaikan.
Pengumuman dengan pengeras suara diperbatasan ini dilakukan karena rakyat
Korut selama ini terisolasi dan tertutup dari dunia luar. Setiap informasi dari
dunia luat dibatasi dan disensor secara besar-besaran oleh rezim Korut.(rtr,afpmn-53).
Kematian merupakan satu peristiwa yang tidak bisa dihindari oleh setiap
orang baik itu seorang nabi, filosof, agamawan, ateis, cendekiawan, dan
masyarakat awan pada umumnya. Kematian Akan senantiasa menanti kapan
waktunya akan tiba dan dimana kematian itu akan menjemput. Dalam sejarah
kemanusiaan terkadang manusia menghadapi kematian dengan cara yang
sangat beragam, karena kematian tidak bisa di prediksi oleh siapapun kecuali
Tuhan. Karena kematian merupakan bentuk perubahan keadaan sosial dari
alam fisik (dunia) kealam metafisik (akhirat). Kematian (ajal) adalah hal yang
pasti terjadi pada setiap makhluk yang bernyawa, tidak ada yang mengetahui
kapan dan di mana ia akan menemui ajal, dalam keadaan baik atau buruk. Bila
ajal telah tiba maka maka tidak ada yang bisa memajukan ataupun
mengundurkannya.
Setiap Muslim wajib mengingat akan datangnya kematian, bukan hanya
karena kematian itu merupakan perpisahan dengan keluarga atau orang-orang

yang dicintai, melainkan karena kematian merupakan pertanggung jawaban
atas amal yang dikerjakan selama orang tersebut hidup di dunia.Tiap manusia
sudah ditentukan ajalnya sendiri-sendiri oleh Allah swt, hanya saja manusia
tidak mengetahui kapan ajal itu akan datang, dan dimana tempatnya ia
menghembuskan nafas penghabisan. Ada manusia yang masih sangat muda
meninggal dunia, atau masih bayi atau sudah tua dan ada pula yang sudah
sangat tua baru meninggal, semua itu Allah swt yang menentukan. Kehilangan
sesorang yang dekat dan dicintai karena kematian merupakan suatu peristiwa
yang tidak dapat dibandingkan dengan peristiwa-peristiwa lain bagi seseorang
yang ditinggalkan, karena hal tersebut tidak hanya berdampak pada orang itu
saja, tetapi juga berdampak pada orang di sekitarnya.Setiap orang yang
meninggal disertai dengan adanya orang lain yang ditinggalkan, untuk setiap
orangtua yang meninggal akan ada anak-anak yang ditinggalkan.
Kematian dari seseorang yang dikenal dekat dan dicintai, akan sangat
berpengaruh terhadap kehidupan selanjutnya pada orang yang ditinggalkan.
Begitu juga yang terjadi apabila salah satu orangtua yang meninggal, tentu
akan sangat berpengaruh pada kehidupan anak yang ditinggalkan selanjutnya.
Apalagi jika orang tersebut dekat, orang yang dikasihi, maka akan ada masa
dimana orang yang ditinggalkan akan meratapi kepergian mereka dan merasa
kesedihan yang mendalam. Selain itu dapat juga menimbulkan perasaan

kehilangan, tidak bahagia, dan kurang dapat menjalani kehidupan dengan baik.
Peristiwa kematian juga mempengaruhi proses perkembangan, hal ini
dikarenakan kematian itu menimbulkan duka yang mendalam bagi remaja dan
rasa duka itu menyebabkan munculnya penolakan, tidak mampu menerima
kenyataan, perasaan bebas, putus asa, menangis, resah, marah, perasaan
bersalah, merasa kehilangan, rindu, perasaan tidak rela. Adapun faktor yang
menyebabkan rasa duka yang dialami subjek yaitu hubungan individu dengan
almarhum, proses kematian, jenis kelamin orang yang ditinggalkan, latar
belakang keluarga, dan dukungan sosial.
Kejadian kematian akan memberikan efek yang berbeda-beda terhadap
individu. Reaksi seseorang sangat dipengaruhi oleh cara terjadinya kematian.
Menurut Range, Walston, dan Pollard (1992) kematian memiliki beberapa jenis,

antara lain: 1) kematian alami yang dapat diantisipasi (misal, mengidap kanker,
AIDS, atau penyakit lainnya), 2) kematian dialami yang tidak dapat diantisipasi
(misal, serangan jantung, kecelakaan atau bencana), 3) kematian tidak alami
yang disebabkan pembunuhan atau bunuh diri (Astuti, 2005).
Perasaan kehilangan merupakan proses yang bervariasi, terdapat kesedihan
yang mendalam, keadaan merana, depresi, dan identitas yang berubah,
keadaan kesehatan yang memburuk, kesepian, dan menarik diri dari

pergaulan. Selain itu para ahli (dalam Lund dan Vries, 2010) juga mengatakan
akan terjadi perubahan dan kekacauan pada pola hidup dan kegiatan seharihari tentunya. Menurut Santrock (1998) duka cita adalah kelumpuhan
emosional, tidak percaya, kecemasan akan berpisah, putus asa, sedih, dan
kesepian yang menyertai disaat kita kehilangan orang yang kita cintai (Fitria
dan Deliana 2013). Sedangkan menurut Papalia adalah kehilangan karena
kematian seseorang yang dirasakan dekat dengan yang sedang berduka dan
proses penyesuaian diri kepada kehilangan (Fitria dan Deliana, 2013).
Sedangkan menurut Covington dan Prigerson (1997) mendefinisikan duka
cita sebagai reaksi afektif, fisiologis, dan psikologis secara emosional pada saat
kehilangan figur yang sangat penting (Brier, 2008). Jika dilihat dari tingkah
laku, seseorang akan cenderung menunjukkan perilaku terguncang, menangis
secara spontanitas, dan menariki diri secara sosial. Sedangkan secara
fisiologis, terdapat kehilangan nafsu makan, gangguan tidur, kehilangan energi
dan kelelahan, keluhan somatik, dan keluhan fisik yang sering terjadi pada
seseorang yang memikul beban kematian. Tahapan-tahapan duka cita
memunculkan perilaku-perilaku yang menandakan stres pada individu. Jika
perilaku-perilaku tersebut, khususnya pada tahapan satu hingga tahapan
ketiga duka cita seseorang tidak memiliki strategi individu yang cukup baik,
maka dapat mengakibatkan complicated grief (CG) dan gangguan rasa berduka
yang berkepanjangan atau prolonged duka cita disorder (PGD) seperti yang

telah disebutkan oleh Howarth (2011).
ANALISIS ATURAN HUKUM
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)


Pasal 338 KUHP

“Barangsiapa sengaja merampas nyawa orang lain, diancam, karena
pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”


Pasal 340 KUHP

“Barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas
nyawa orang lain diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord),
dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu
tertentu, paling lama dua puluh tahun.”


Pasal 358 KUHP


Mereka yang sengaja turut serta dalam penyerangan atau perkelahian
dimana terlibat beberapa orang, selain tanggung jawab masing-masing
terhadap apa yang khusus dilakukan olehnya, diancam:

1.

Dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan, jika akibat
penyerangan atau perkelahian itu ada yang luka-luka berat;
2.
Dengan pidana penjara paling lama empat tahun, jika akibatnya ada
yang mati.

SYARAT DAN AKIBAT HUKUMNYA
 Pasal 338 KUHP
AH : Orang tersebut dapat dipidana dengan pidana penjara 15 (lima belas)
tahun, karena sengaja merampas nyawa orang lain, diancam, dan karena
pembunuhan.
S1 : Seseorang sengaja merampas nyawa orang lain.
S2 : Seseorang telah diancam.aq

S3 : Seseorang melakukan pembunuhan.
 Pasal 340 KUHP
AH : Orang tersebut dapat dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara
seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun,
karena sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa
orang lain diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord).
S1 : Seseorang sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa
orang lain.
S2 : Seseorang melakukan pembunuhan dengan rencana.
 Pasal 358 KUHP
AH : Orang tersebut dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama dua
tahun delapan bulan, jika akibat penyerangan atau perkelahian itu ada
yang luka-luka berat. Dengan pidana penjara paling lama empat tahun,
jika akibatnya ada yang mati. Dan mereka yang ikut serta dalam
penyerangan atau perkelahian dimana terlibat beberapa orang.
S1 : Seseorang melakukan penyerangan atau perkelahian.
S2 : Seseorang melakukan pembunuhan.
UJI SYARAT
Kemudian uji syarat dan akibat hukum dengan menerapkan aturan hukum
pada kasus tersebut:

 Pasal 338 KUHP
S1 : Terpenuhi, karena pelaku telah sengaja merampas nyawa korban dan
telah merencanakan sebelumnya.
S2 : Tidak terpenuhi, karena dalam kasus tersebut tidak ada ancaman
sebelumnya dari pelaku kepada korban.
S3 : Terpenuhi, karena pelaku telah merampas nyawa korban.
AH : Karena pelaku telah sengaja merampas nyawa korban, maka ia dapat
dipidana dan denda sesuai dengan perbuatan yang ia lakukan.


Pasal 340 KUHP

S1 : Terpenuhi, karena pelaku dengan sengaja merampas nyawa korban, dan
sebelumnya telah ada perencanaan terlebih dahulu sebelum
membunuhnya.
S2 : Terpenuhi, karena pelaku terlebih dahulu melakukan perencanaan
sebelumnya.
 Pasal 358 KUHP
S1 : Terpenuhi, karena pelaku menyerang korban hingga meninggal.
S2 : Terpenuhi, karena pelaku telah membunuh korban.

S1 : Terpenuhi, karena terdapat luka robekan benda tumpul di selaput dar
korban.
Adapun secara terminologi, sebagaimana dikemukakan oleh Wahbah azZuhaili, pembunuhan didefinisikan sebagai suatu perbuatan mematikan; atau
perbuatan seseorang yang dapat menghancurkan bangunan kemanusiaan.
Sedangkan menurut Abdul Qadir ‘Audah, pembunuhan didefinisikan sebagai
suatu tindakan seseorang untuk menghilangkan nyawa; menghilangkan ruh
atau jiwa orang lain. Secara sederhana menurut Wojowasito pembunuhan
adalah perampasan nyawa seseorang. Sedangkan dalam istilah KUHP
pembunuhan adalah kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain. Dari
definisi tersebut, maka tindak pidana pembunuhan dianggap sebagai delik
material bila delik tersebut selesai dilakukan oleh pelakunya dengan timbulnya
akibat yang dilarang atau yang tidak dikehendaki oleh Undang-undang. Jadi
dapat disimpulkan bahwa pembunuhan adalah perampasan hak hidup
seseorang atau peniadaan nyawa seseorang oleh orang lain yang dapat
mengakibatkan tidak berfungsinya seluruh anggota badan disebabkan
ketiadaan roh, baik perbuatan tersebut.
Dilakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja. Dalam hukum pidana
Islam, pembunuhan termasuk ke dalam jarimah qishash-diyat(tindakan pidana
yang bersanksikan hukum qishash atau diyat). Dan dengan
penerapanqishash dan diyat masyarkat akan bersih dari tindakan pidan yang
dapat mengacaukan ketertiban umum dan mengganggu stabilitas rakyat.
Klasifikasi pembunuhan dalam KUHP, ketentuan-ketentuan pidana tentang
kejahatan yang ditujukan terhadap nyawa orang lain diatur dalam buku II bab
XIX, yang terdiri dari 13 Pasal, yakni Pasal 338 sampai Pasal 350.Kejahatan
terhadap nyawa orang lain terbagi atas beberapa jenis, yaitu :
1.
Pembunuhan Biasa (Pasal 338 KUHP)
Tindak pidana yang diatur dalam Pasal 338 KUHP merupakan tindak pidana
dalam bentuk yang pokok, yaitu delik yang telah dirumuskan secara lengkap
dengan semua unsur-unsurnya. Adapun rumusan Pasal 338 KUHP adalah :
“Barangsiapa sengaja merampas nyawa orang lain, diancam, karena
pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama limabelas tahun”.Sedangkan
Pasal 340 KUHP menyatakan: “Barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih
dahulu merampas nyawa orang lain diancam, karena pembunuhan dengan
rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.
Dari ketentuan dalam Pasal tersebut, maka unsur-unsur dalam pembunuhan
biasa adalah sebagai berikut :
Unsur subyektif : perbuatan dengan sengaja
Unsur obyektif : perbuatan menghilangkan, nyawa, dan orang lain.

“Dengan sengaja” artinya bahwa perbuatan itu harus disengaja dan
kesengajaan itu harus timbul seketika itu juga, karena sengaja (opzet/dolus)
yang dimaksud dalam Pasal 338 adalah perbuatan sengaja yang telah
terbentuk tanpa direncanakan terlebih dahulu, sedangkan yang dimaksud
sengaja dalam Pasal 340 adalah suatu perbuatan yang disengaja untuk
menghilangkan nyawa orang lain yang terbentuk dengan direncanakan terlebih
dahulu.
Unsur obyektif yang pertama dari tindak pembunuhan, yaitu :
“menghilangkan”, unsur ini juga diliputi oleh kesengajaan; artinya pelaku harus
menghendaki, dengan sengaja, dilakukannya tindakan menghilangkan
tersebut, dan ia pun harus mengetahui, bahwa tindakannya itu bertujuan untuk
menghilangkan nyawa orang lain.
Berkenaan dengan “nyawa orang lain” maksudnya adalah nyawa orang lain
dari si pembunuhan. Terhadap siapa pembunuhan itu dilakukan tidak menjadi
soal, meskipun pembunuhan itu dilakukan terhadap bapak/ibu sendiri,
termasuk juga pembunuhan yang dimaksud dalam Pasal 338 KUHP. Dari
pernyataan ini, maka undang-undang pidana kita tidak mengenal ketentuan
yang menyatakan bahwa seorang pembunuh akan dikenai sanksi yang lebih
berat karena telah membunuh dengan sengaja orang yang mempunyai
kedudukan tertentu atau mempunyai hubungan khusus dengan pelaku.
Berkenaan dengan unsur nyawa orang lain juga, melenyapkan nyawa sendiri
tidak termasuk perbuatan yang dapat dihukum, karena orang yang bunuh diri
dianggap orang yang sakit ingatan dan ia tidak dapat dipertanggung jawabkan.
2.
Pembunuhan Dengan Pemberatan
Pembunuhan dengan pemberatan diatur Pasal 339 KUHP yang bunyinya
sebagai berikut :”Pembunuhan yang diikuti, disertai, atau didahului oleh
kejahatan dan yang dilakukan dengan maksud untuk memudahkan perbuatan
itu, jika tertangkap tangan, untuk melepaskan diri sendiri atau pesertanya
daripada hukuman, atau supaya barang yang didapatkannya dengan melawan
hukum tetap ada dalam tangannya, dihukum dengan hukuman penjara seumur
hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun.

KESIMPULAN
Kuala Lumpur, ketegangan diplomatic antara Malaysia dan Korea Utara
terkait penyelidikan Kim Jong-nam kian menjadi. Pemerintah Malaysia, kemarin
(23/2), menyatakan tengah memprtimbangkan untuk mengusir Duta Besar
Korea Utara (Korut) Kang Choi atau menutup kedutaan besarnya di Pyongyong.
Kim Jong-nam (46) tewas setelah diserang dua perempuan di Bandara
Internasional Kuala Lumpur (KLIA) pada 13 Februari lalu. Otoritas Malaysia
melakukan autopsi untuk mmencari tahu penyebab kematian kakak tiri
pemimpin Korut Kim Jong-un tersebut. Namun Korut meminta jenazah Jongnam segera diserahkan tanpa autopsy.
Menurut pasal 338 KUHP terdapat dua syarat yang harus dipenuhi agar
dikatakkan sebegai kualifikasi pembunuhan. Syarat pertama, seseorang
sengaja merampas nyawa orang lain. Syarat kedua, seseorang melakukkan
pembunuhan.
Selanjutnya pasal 340 KUHP terdapat dua syarat yang terpenuhi. Syarat
pertama seseorang sengaja dan dengan rencana lebuh dahulu merampas
nyawa orang lain. Syarat kedua, seseorang melakukkan pembunuhan.
Dan pasal 358 KUHP, terdapat dua syarat yang terpenuhi. Syarat pertama,
seseorang melakukkan penyerangan. Syarat kedua, seseorang melakukkan
pembunuhan.
Menurut hukum pidana, dikenal 2 (dua) ajaran atau aliran dalam hal suatu
subjek hukum dapat dijatuhi pidana atau hukum pidana didasarkan pada ajaran
monisme dan ajaran dualisme. Ajaran monisme, memandang bahwa seorang
yang telah melakukan perbuatan pidana sudah pasti dipidana tanpa harus
melihat apakah subjek hukum itu mempunyai kesalahan atau tidak. Sedangkan
ajaran dualisme, memandang dalam penjatuhan pidana terhadap seseorang,
yang pertama kali dilakukan terlebih dahulu harus diselidiki apakah perbuatan
yang telah dituduhkan 14 itu telah memenuhi unsur-unsur rumusan delik.
Apabila telah dipenuhi rumusan deliknya kemudian membuktikan apakah ada
kesalahan atau tidak dan apakah pembuat itu mampu bertanggung jawab.
Tentu dalam hal pertanggungjawaban karena kesalahan maupun tanpa
kesalahan terhadap seseorang atau badan hukum atau bukan badan hukum
atau suatu korporasi sebagai pembuat pidana diperlukan syarat bahwa
pembuat pidana harus mampu bertanggung jawab artinya tidak berada pada
pengampuan orang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Suara Merdeka,2017,Malaysia Usir Dubes Korut,Semarang:Kematian dan
Pembunuhan,(23 Februari 2017)
Jallaludin Rakhmat ,2006,Memaknai Kematian,Bandung:Pustaka Imam.
Marpaung, Leiden. 1991.Unsur-unsur Perbuatan yang dapat Dihukum. Jakarta:
Grafika.
Roeslan saleh,1981,Perbuatan Dan Pertanggung Jawaban Pidana.Jakarta:aksara
baru
Moeljatno,2011,Kitab Undang-undang Hukum Pidana,Jakarta:Bumi Aksara.