penyimpangan dan masalah sosial dan

SOSIOLOGI
PENYIMPANGAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT
PEROKOK WANITA

Disusun oleh :
WIWIT TRI RAHAYU
(071311233082)
No. Absen : 88

MAHASISWA DEPARTEMEN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA

Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan
karuniaNya, sehingga makalah mata kuliah Sosiologi ini dapat diselesaikan tepat waktu tanpa
adanya kendala-kendala yang berarti. Makalah ini berisi kajian tentang penyimpangan sosial
dalam masyarakat. Di dalamnya dibahas tentang pengertian, teori-teori, ciri-ciri, jenis-jenis,
bentuk-bentuk, faktor-faktor, dampak, serta contoh kasus penyimpangan sosial yang terjadi di
masyarakat.

Terima kasih saya ucapkan kepada seluruh pihak yang telah sedikit banyak membantu
dalam proses pembuatan makalah ini, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Bantuan
tersebut sangat membantu penyelesaian makalah ini. Semoga Tuhan yan Maha Esa membalas
segala kebaikan pihak-pihak tersebut dan meridhoi atas selesainya makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini berguna dan bermanfaat serta dapat membantu proses
belajar bagi siapa saja yang menggunakannya dengan baik dan benar. Amin.

Surabaya, 22 Oktober 2013

Penulis

Daftar Isi




Kata Pengantar .........................................................................................
Daftar Isi ..................................................................................................




BAB I :

2
3

PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang ........................................................................................ .

4

2.

Rumusan Masalah ....................................................................................

5


3.

Tujuan Penulisan .......................................................................................

5



BAB II : PEMBAHASAN

1.

Pengertian Penyimpangan Sosial .................................................................

2.

Contoh Penyimpangan Sosial

a.


Hasil Wawancara terhadap Pelaku...............................................................

6

b.

Kebiasaan Merokok pada Wanita ................................................................

7

c.

Faktor Peyebab Wanita Merokok ................................................................

7

d.

Dampak dari Perokok Wanita ......................................................................


8

3. Upaya Pencegahan Perilaku Menyimpang ......................................................


BAB III : PENUTUP

6

9

1. Kesimpulan ................................................................................................
2. Saran ........................................................................................................


Daftar Pustaka ............................................................................................

10
10
10


BAB I
PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang

Masalah penyimpangan sosial bukanlah masalah yang baru muncul. Masalah ini telah
lama lahir dan hadir dalam masyarakat. Namun demikian, masalah-masalah penyimpangan
sosial ini tetap saja ada dan melekat dalam kehidupan masyarakat seolah tidak ada tindakan
yang menanganinya. Ada banyak jenis dan perilaku-perilaku menyimpang yang dilakukan
oleh masyarakat dan telah banyak pula aturan-aturan yang mengatur tentang penyimpangan
tersebut. Pada kenyataannya, hingga saat ini penyimpangan sosial masih terus terjadi
meskipun aturan atau bahkan hukuman diberlakukan bagi para pelaku. Hal ini mungkin
disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat akan buruknya perilaku-perilaku
menyimpang, atau mungkin kurangnya sosialisasi tentang penyimpangan sosial.
Ironisnya, ada banyak masyarakat yang merasa bangga ketika melakukan suatu
perilaku menyimpang, seperti merokok, padahal perilaku menyimpang jelas bukanlah hal
yang patut untuk dibanggakan. Keadaan seperti inilah yang akan memicu dan memperluas

lingkup terjadinya penyimpangan sosial. Selain itu, penyimpangan sosial akan selalu
berpengaruh terhadap masyarakat lain. Para pelaku penyimpangan sosial akan berinteraksi
dengan masyarakat lain dan secara tidak langsung ia akan memberikan sugesti-sugesti untuk
mengikuti perilakunya. Jika masyarakat tidak memiliki kesadaran yang kuat dan pengetahuan
yang lemah akan perilaku menyimpang, maka dengan mudah mereka akan terpengaruh dan
terbawa dalam kondisi menyimpang. Sebagian masyarakat awam mungkin menganggap
perilaku menyimpang sebagai perilaku yang normal dan wajar untuk dilakukan, hal itu
disebabkan karena masyarakat terlalu sering melakukan atau sekedar mengamati perilakuperilaku menyimpang tersebut dalam kehidupan sehari-hari, sehingga hal tersebut menjadi
biasa

Dengan keadaan masyarakat seperti uraian di atas, penulis berharap makalah ini dapat
sedikit membantu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengetahuan tentang
perilaku menyimpang atau penyimpagan-penyimpangan sosial. Serta memberikan informasiinformasi tentang apa yang dapat menjadi pemicu terjadinya penyimpangan sosial. Sehingga,
ke depannya dapat dibentuk masyarakat yang bermoral dan menghindari perilaku-perilaku
menyimpang. Karena hal tersebut juga akan mempengaruhi kualitas bangsa di mata dunia
internasional.

I.2

Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah
yang akan di bahas adalah :
1. Apa pengertian dari penyimpangan sosial ?
2. Apa contoh penyimpangan sosial ?
3. Apa faktor-faktor yang memicu terjadinya penyimpangan sosial tersebut ?
4. Apa dampak yang akan ditimbulkan oleh penyimpangan sosial tersebut ?
5. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk mencegah penyimpangan sosial ?

I.3

Tujuan Penulisan

Dengan rumusan masalah yang telah diutarakan di atas, tujuan penulis dalam
pembuatan makalah tentang penyimpangan sosial ini adalah agar pembaca dapat :
ü Mengetahui dan memahami apa arti penyimpangan sosial
ü Mengetahui contoh nyata penyimpangan sosial
ü Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpangan sosial tersebut
ü Mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh penyimpangan sosial tersebut
ü Mempelajari upaya pencegahan terhadap penyimpangan sosial


BAB II
PEMBAHASAN

II. 1. Pengertian Penyimpangan Sosial
Penyimpangan sosial dapat diartikan sebagai perilaku warga masyarakat yang dianggap
tidak sesuai dengan kebiasaan, adat istiadat, tata aturan, atau norma sosial yang berlaku
(Budirahayu, 2013, 98). Penyimpangan sosial tidak terbatas pada perilaku-perilaku yang
terlampau melewati batas, hal-hal kecil pun bisa termasuk dalam penyimpangan sosial.
Seseorang akan dianggap menyimpang apabila ia melakukan hal-hal di luar perilaku
masyarakat pada umumnya. Namun fenomena yang terjadi pada saat ini menunjukkan bahwa
banyak hal-hal menyimpang yang menjadi biasa di kalangan masyarakat. Masyarakat
menganggap sebuah perilaku menyimpang yang resesif atau tidak terlalu melewati batas
sebagai perilaku normal yang wajar untuk dilakukan. Tidak sedikit masyarakat yang justru
bangga melakukan sebuah penyimpangan sosial. Penyimpangan sosial dianggap sebagai
prestasi tersendiri bagi sebagian masyarakat, khususnya masyarakat yang belum terlalu
memahami tentang hal-hal yang termasuk dalam penyimpangan sosial.

II. 2. Contoh Penyimpangan Sosial
Ada banyak contoh penyimpangan sosial yang terjadi di masyarakat, mulai dari halhal kecil yang dianggap sepele sampai hal-hal yang berakibat fatal. Membuang sampah tidak

pada tempat sampah sudah bisa dianggap sebagai sebuah perilak menyimpang, karena hal
tersebut tidak sesuai dengan norma serta aturan hukum yang berlaku. Contoh lain adalah
mencontek, merokok, mencuri, memakai obat-obatan terlarang dan narkoba, pelacuran, dll.

Di sini akan dibahas penyimpangan sosial mengenai kebiasaan merokok yang dilakukan oleh
wanita.
II. 2. a.

Hasil Wawancara terhadap Wanita Perokok

Penulis menyertakan ringkasan hasil wawancara terhadap seorang peerokok wanita
sebagai bukti nyata adanya penyimpangan sosial pada masyarakat.
Narasumber : Astri (AR)
Umur
: 19 tahun
Saya Astri, umur 19 tahun. Saya merokok karena saya merasa merokok bukanlah hal
yang terlarang. Saya merokok juga karena lingkungan saya melakukan hal yang sama.
Teman-teman saya juga merokok, entah itu laki-laki atau perempuan, sehingga saya merasa
tidak mampu bergaul dengan mereka juka saya tidak ikut merokok. Saya juga merasa berani
merokok karena kakak perempuan saya juga merokok. Saya melakukannya tanpa

sepengetahuan orangtua saya. Mama saya tidak mengetahui hal ini, hanya kakak-kakak saya
yang mengetahuinya.
Saya merokok pada saat saya merasa bosan dan suntuk. Saat mood saya jelek. Saya
merasa dengan merokok pikiran saya menjadi lebih tenang dan enjoy. Namun, jujur kadang
saya merasa malu jika ada yang membahas tentang seorang wanita perokok. Di sisi lain saya
merasa ini adalah hal yang biasa, namun sisi lain saya mengajak saya untuk berhenti
melakukannya.
Sampai saat ini, saya belum merasakan dampak pasti dari kebiasaan saya merokok.
Tapi saya tahu bahwa merokok memiliki banyak dampak negatif, seperti menyebabkan
kanker paru-paru dan penyakit-penyakit berbahaya lainnya. saya juga menyadari bahwa
merokok sangat tidak disukai oleh banyak orang, terutama perempuan. Saya merokok juga
tahu tempat, jika memang teman-teman saya yang lain tidak terbiasa dengan asap rokok, saya
akan mencari tempat khusus sehingga teman-teman saya tidak merasa terganggu dengan
keadaan saya yang merokok.

II. 2. b.

Kebiasaan Merokok oleh Wanita

Rokok adalah gulungan kertas yang berisi bahan-bahan berbahaya , bersifat adiktif
serta beracun. Merokok adalah kegiatan menghisap gulungan tersebut dengan cara
menyulutnya dengan api terlebih dahulu. Merokok merupakan salah satu perilaku
menyimpang, apabila orang-orang di sekitarnya merasa terganggu dengan keberadaannya.
Sedangkan merokok bagi para wanita dianggap menyimpang karena memang keberadaannya
sangat jauh dari kebiasaan masyarakat serta sangat jarang ditemui pada umumnya. Selain itu,
kebiasaan wanita yang merokok juga dapat dikatakan sebagai perilaku menyimpang
mengambil dari pendekatan definisi menyimpang secara statistikal, yang mengatakan bahwa
kebiasaan-kebiasaan umum masyarakat adalah benar dan kebiasaan-kebiasaan yang jarang
dilakukan atau tidak sering dilakukan dianggap sebagai perilaku menyimpang.

II. 2. c.

Faktor Penyebab Wanita Merokok

Banyak sekali faktor yang bisa menyebabkan seorang wanita merokok. Mulai dari
faktor individu, lingkungan, bahkan keluarga. Dalam kasus yang saya amati, pelaku wanita
mengaku melakukan penyimpangan sosial, yaitu merokok, sebagai akibat dari pergaulan
dengan teman-temannya. Ia mengaku bahwa pengaruh lingkungannya sangat besar
terhadapnya sehingga ia berani dan merasa sangat enjoy untuk melakukannya. Bahkan
kadang mereka mempunyai pemikiran menjadi bangga jika melakukan hal tersebut.
Selain itu, keadaan pada individu juga sangat berpengaruh. Jika ia merasa keadaan
sangat buruk, bosan, dan suntuk, maka ia akan langsung menyalakan rokoknya. Keluarga
juga sangat memicu terjadinya sebuah penyimpangan sosial. Keluarga yang mempunyai
kebiasaan merokok akan membuat anggotanya mengikuti kebiasaan tersebut. Apalagi jika
anggota keluarga wanita memiliki kebiasaan merokok juga, dapat dipastikan anggota lain
merasa harus melakukannya juga.
Faktor yang lain muncul dari rokok itu sendiri, yaitu dari kandungan zat yang ada di
dalamnya. Rokok mengandung zat-zat yang menyebabkan para konsumennya kecaduan.
Dengan adanya zat tersebut, seseorang yang telah mencoba untuk merokok akan selalu dan
semakin ingin untuk mencobanya lagi dan lagi. Hal tersebut juga berpengaruh besar bagi
wanita.

II. 2. d.

Dampak dari Wanita Merokok

Wanita yang merokok, dan para perokok lain memberi banyak dampak bagi para
pelaku juga terhadap lingkungan sekitar. Dampak tersebut bisa berupa dampak negatif juga
dampak positif. Namun, sejauh pengamatan yang dilakukan oleh penulis, para perokok
cenderung memberikan banyak dampak-dampak negatif daripada dampak positif. Dampak
posistif yang diberikan oleh para perokok antara lain adalah membantu produsen rokok dan
para pekerja pabrik rokok agar tetap bertahan. Dengan adanya para perokok, pabrik rokok
bisa terus melanjutkan kegiatannya memproduksi rokok, sehingga para pekerja pabrik dapat
terus melanjutkan pekerjaannya. Secara tidak langsung, para perokok telah membantu
memberikan dan mempertahankan pekerjaan para pekerja pabrik rokok.
Dampak negatif yang ditimbulkan oleh para perokok lebih banyak daripada dampak
positif yang telah disebutkan di atas. Dampak tersebut dapat dipisahkan sebagai dampak
terhadap diri sendiri dan dampak bagi lingkungan sekitar perokok.


Dampak negatif rokok bagi pelaku (secara langsung) :

w Air mata keluar
w Baju, badan, dan rambut menjadi bau
w Denyut nadi dan tekanan darah meningkat
w Peristaltik usu meningkat dan nafsu makan menjadi turun

w Sirkulasi darah kurang baik
w Suhu pada ujung-ujung jari (tangan/kaki) menurun
w Kepekaan indra pengecap dan pembau menurun
w Gigi dan kuku menjadi kuning


Dampak negatif rokok bagi pelaku dalam jangka panjang :

w Kerja otak menurun
w Adrenalin meningkat
w Rongga pembuluh darah menciut
w Tekanan darah dan denyut nadi meningkat
w Menimbulkan efek ketagihan dan kecanduan


Dampak negatif rokok bagi lingkungan sekitar :

w Menimbulkan pencemaran udara bagi lingkungan sekitar
w Menjadi contoh buruk bagi anak-anak usia di bawah umur
w Menimbulkan banyak korban perokok pasif bagi orang-orang di sekitarnya
Sedangkan dampak negatif yang akan sama-sama dirasakan oleh pelaku (perokok
aktif) dan korban (perokok pasif) adalah dampak yang berpengaruh terhadap kesehatan. Asap
rokok yang ditimbulkan akan menyebabkan berbagai penyakit bagi para penghirupnya.
Penyakit-penyakit tersebut antara lain adalah kanker paru-paru, jantung koroner, bronkitis,
penyakit stroke, hipertensi, diabetes, dan impotensi. Asap rokok juga dapat menyebabkan
orang yang mempunyai penyakit asma kambuh saat menghirupnya.
Wanita yang merokok akan memiliki banyak kerugian sebagai dampak dari kebiasaan
merokok tersebut. Dampak tersebut akan merugikan para wanita perokok, baik dalam hal
penampilan ataupun kesehatan. Dampak fisik yang akan terjadi dan sangat terlihat bagi para
perokok wanita yang merokok secara terus menerus adalah berubahnya warna kulit serta
tumbuhnya rambut-rambut halus pada bagian sekitar wajah wanita perokok. Kuliat wanita
yang merokok secara terus–menerus akan berubah menjadi agak abu-abu. Kebiasaan
merokok pada wanita juga akan mempercepat menopause, yaitu berhentinya proses
menstruasi. Wanita yang memiliki kebiasaan merokok juga akan memiliki gangguan pada
kesehatan berupa penurunan kesuburan sampai 50%, serta meningkatkan bahaya keguguran.
Janin dari rahim seorang perokok juga akan terlahir dengan keadaan berat badan yang
cenderung kurang. Wanita perokok juga akan menghasilkan ASI 25% lebih sedikit
dibandingkan wanita non-perokok. Nikotin yang ada pada rokok juga akan memperlambat
penyimpanan lemak dan meningkatkan pengeluaran energi sampai 200 kalori per hari,
sehingga akan cenderung membuat berat badan perokok menjad turun.

II. 3. Upaya Pencegahan Perilaku Menyimpang
Ada banyak upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah perilaku menyimpang. Upayaupaya pencegahan bisa dilakukan oleh semua orang yang bersangkutan, baik oleh
pemerintah, keluarga, teman, dan lingkungan sekitar. Upaya yang dapat dilakukan oleh
pemerintah adalah dengan memperluas sosialisasi tentang penyimpangan-penyimpangan
sosial. Pihak keluarga dapat melakukan kontrol sosial. Dan teman-teman lingkungan sekitar
dapat menghimbau untuk tidak melakukan penyimpangan sosial. Kontrol sosial dan
sosialisasi yang cukup akan membantu mencegah penyimpangan-penyimpangan sosial yang
terjadi di masyarakat. Keharmonisasian keluarga juga sangat mempengaruhi terjadinya
penimpangan sosial, sehingga perlu diciptakan keluarga yang harmonis.

BAB III
PENUTUP

III. 1. Kesimpulan
Merokok merupakan salah satu perilaku menyimbang. Merokok yang dilakukan oleh
seorang wanita juga dianggap sebagai penyimpangan sosial. Wanita yang merokok memiliki
banyak alasan yang mendorongnya untuk melakukan hal tersebut. Ada faktor keluarga, faktor
lingkungan, teman, dan diri sendiri. Merokok juga memberikan banyak dampak. Dampak
positif yaitu membantu para pekerja pabrik rokok. Dampak negatif yang ditimbulkan lebih
banyak, bisa berupa dampak terhadap kesehatan, lingkungan, dan fisik. Upaya
pencegahannya dapat dilakukan oleh siapa saja. Dapat dilakukan dengan memberikan kontrol
sosial dan sosialisasi yang cukup.

III. 2. Saran
Penulis menyarankan kepada semua pihak untuk membantu proses sosialisasi dan
kontrol sosial terhadap masyaraka dan pelaku perilaku menyimpang. Karena dengan cara
tersebut penyimpangan sosial dapat diminimalisir dan para pelaku menyimpang sadar akan
tindakannya yang menyimpang.

Daftar Pustaka

Narwoko, J. Dwi & Suyanto, Bagong. 2011. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta:
Kencana.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/114/jtptunimus-gdl-ervinakhoi-5700-2-babii.pdf
http://www.amazine.co/6222/bahaya-merokok-5-efek-negatif-merokok-pada-wanita/?
ModPagespeed=noscript

PERMASALAHAN SOSIAL (MAKALAH KEMISKINAN)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan problematika kemanusiaan yang telah mendunia dan hingga
kini masih menjadi isu sentral di belahan bumi manapun. Selain bersifat laten dan aktual,
kemiskinan adalah penyakit sosial ekonomi yang tidak hanya dialami oleh Negara-negara
berkembang melainkan negara maju sepeti inggris dan Amerika Serikat. Negara inggris
mengalami kemiskinan di penghujung tahun 1700-an pada era kebangkitan revolusi industri
di Eropa.
Pada masa itu kaum miskin di Inggris berasal dari tenaga-tenaga kerja pabrik yang
sebelumnya sebagai petani yang mendapatkan upah rendah, sehingga kemampuan daya

belinya juga rendah. Mereka umumnya tinggal di permukiman kumuh yang rawan terhadap
penyakit sosial lainnya, seperti prostitusi, kriminalitas, pengangguran.Sedangkan Amerika
Serikat bahkan mengalami depresi dan resesi ekonomi pada tahun 1930-an dan baru setelah
tiga puluh tahun kemudian Amerika Serikat tercatat sebagai Negara Adidaya dan terkaya di
dunia.
Pada kesempatan ini penyusun mencoba memaparkan secara global kemiskinan
Negara-negara di dunia ketiga, yaitu Negara-negara berkembang yang nota-benenya ada di
belahan benua Asia. Kemudian juga pemaparan secara spesifik mengenai kemiskinan di
Negara Indonesia. Adapun yang dimaksudkan Negara berkembang adalah Negara yang
memiliki standar pendapatan rendah dengan infrastruktur yang relatif terbelakang dan
minimnya indeks perkembangan manusia dengan norma secara global. Dalam hal ini
kemiskinan tersebut meliputi sebagian Negara-negara Timur-Tengah, Asia selatan, Asia
tenggara dan Negara-negara pinggiran benua Asia.
Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yaitu kemiskinan alami
dan kemiskinan buatan. kemiskinan alami terjadi akibat sumber daya alam (SDA) yang
terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan Buatan
diakibatkan oleh imbas dari para birokrat kurang berkompeten dalam penguasaan ekonomi
dan berbagai fasilitas yang tersedia, sehingga mengakibatkan susahnya untuk keluar dari
kemelut kemiskinan tersebut. Dampaknya, para ekonom selalu gencar mengkritik kebijakan
pembangunan yang mengedepankan pertumbuhan ketimbang dari pemerataan.

B. Perumusan Masalah
Dalam tugas kelompok ini, penyusun yang membahas mengenai masalah kemiskinan,
didapatkan rumusan masalah yang akan dibahas dalam analisis permasalahan. Rumusan
masalah tersebut adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Apa definisi dari kemiskinan?
Apa indikator terjadinya kemiskinan?
Faktor apa saja yang menjadi penyebab kemiskinan?
Bagaimanakah tingkat perkembangan kemiskinan di Indonesia?
Apa tantangan dalam menghadapi kemiskinan di Indonesia?
Kebijakan dan Program Penuntasan Kemiskinan di Indonesia?

C. Manfaat
1. Bagi Penulis

Penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu pemenuhan tugas terstruktur dari mata
kuliah Permasalahan Sosial
2. Bagi pihak lain
Makalah ini diharapkan dapat menambah referensi pustaka yang berhubungan dengan
permasalahan dan upaya penyelesaian kemiskinan di Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Menurut Friedman (1979), kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk
memformulasikan basis kekuasaan sosial, yang meliputi aset (tanah, perumahan, peralatan,
kesehatan), sumber keuangan (pendapatan dan kredit yang memadai), organisiasi sosial
politik yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai kepentingan bersama, jaringan sosial untuk
memperoleh pekerjaan, barang atau jasa, pengetahuan dan keterampilan yang memadai, serta
informasi yang berguna.
Dalam kamus ilmiah populer, kata “Miskin” mengandung arti tidak berharta (harta
yang ada tidak mencukupi kebutuhan) atau bokek. Adapun kata “fakir” diartikan sebagai
orang yang sangat miskin. Secara Etimologi makna yang terkandung yaitu bahwa kemiskinan
sarat dengan masalah konsumsi. Hal ini bermula sejak masa neo-klasik di mana kemiskinan
hanya dilihat dari interaksi negatif (ketidakseimbangan) antara pekerja dan upah yang
diperoleh.
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka perkembangan arti
definitif dari pada kemiskinan adalah sebuah keniscayaan. Berawal dari sekedar
ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan memperbaiki keadaan hingga
pengertian yang lebih luas yang memasukkan komponen-komponen sosial dan moral. Misal,
pendapat yang diutarakan oleh Ali Khomsan bahwa kemiskinan timbul oleh karena minimnya
penyediaan lapangan kerja di berbagai sektor, baik sektor industri maupun pembangunan.
Senada dengan pendapat di atas adalah bahwasanya kemiskinan ditimbulkan oleh
ketidakadilan faktor produksi, atau kemiskinan adalah ketidakberdayaan masyarakat terhadap
sistem yang diterapkan oleh pemerintah sehingga mereka berada pada posisi yang sangat
lemah dan tereksploitasi. Arti definitif ini lebih dikenal dengan kemiskinan struktural.
Deskripsi lain, arti definitif kemiskinan yang mulai bergeser misal pada awal tahun
1990-an definisi kemiskinan tidak hanya berdasarkan tingkat pendapatan, tapi juga mencakup
ketidakmampuan di bidang kesehatan, pendidikan dan perumahan. Di penghujung abad 20-an
telah muncul arti definitif terbaru, yaitu bahwa kemiskinan juga mencakup kerentanan,
ketidakberdayaan dan ketidakmampuan untuk menyampaikan aspirasi.

Kemiskinan sebagai suatu penyakit sosial ekonomi tidak hanya dialami oleh negaranegara yang sedang berkembang, tetapi juga negara-negara maju, seperti Inggris dan Amerika
Serikat. Negara Inggris mengalami kemiskinan di penghujung tahun 1700-an pada era
kebangkitan revolusi industri yang muncul di Eropa. Pada masa itu kaum miskin di Inggris
berasal dari tenaga-tenaga kerja pabrik yang sebelumnya sebagai petani yang mendapatkan
upah rendah, sehingga kemampuan daya belinya juga rendah. Mereka umumnya tinggal di
permukiman kumuh yang rawan terhadap penyakit sosial lainnya, seperti prostitusi,
kriminalitas, pengangguran.
Amerika Serikat sebagai negara maju juga dihadapi masalah kemiskinan, terutama
pada masa depresi dan resesi ekonomi tahun 1930-an. Pada tahun 1960-an Amerika Serikat
tercatat sebagai negara adi daya dan terkaya di dunia. Sebagian besar penduduknya hidup
dalam kecukupan. Bahkan Amerika Serikat telah banyak memberi bantuan kepada negaranegara lain. Namun, di balik keadaan itu tercatat sebanyak 32 juta orang atau seperenam dari
jumlah penduduknya tergolong miskin.
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan absolut,
kemiskinan relatif dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin absolut
apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang yang
tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada
di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan
sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat
kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.
Beberapa kelompok atau ahli telah mencoba merumuskan mengenai konsep
kebutuhan dasar. Konsep kebutuhan dasar yang dicakup adalah komponen kebutuhan dasar
dan karakteristik kebutuhan dasar serta hubungan keduanya dengan garis kemiskinan.
Rumusan komponen kebutuhan dasar menurut beberapa ahli adalah :
1.

Menurut United Nations (1961), sebagaimana dikutip oleh HendraEsmara (1986: 289),
komponen kebutuhan dasar terdiri atas:kesehatan, bahan makanan dan gizi, pendidikan,
kesempatan kerja dankondisi pekerjaan, perumahan, sandang, rekreasi, jaminan sosial,

dankebebasan manusia.
2. Menurut UNSRID (1966), sebagaimana dikutip oleh Hendra Esmara(1986: 289), komponen
kebutuhan dasar terdiri atas: (i) kebutuhanfisik primer yang mencakup kebutuhan gizi,

perumahan, dankesehatan; (ii) kebutuhan kultural yang mencakup pendidikan, rekreasidan
ketenangan hidup; dan (iii) kebutuhan atas kelebihan pendapatan.
3. Menurut Ganguli dan Gupta (1976), sebagaimana dikutip oleh HendraEsmara (1986: 289),
komponen kebutuhan dasar terdiri atas: gizi,perumahan, pelayanan kesehatan pengobatan,
pendidikan, dansandang. Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan Tahun 2008
4. Menurut Green (1978), sebagaimana dikutip oleh Thee Kian Wie (1981:31), komponen
kebutuhan dasar terdiri atas: (i) personal consumption items yang mencakup pangan,
sandang, dan pemukiman; (ii) basic public services yang mencakup fasilitas kesehatan,
pendidikan, saluranair minum, pengangkutan, dan kebudayaan.
5. Menurut Hendra Esmara (1986: 320-321), komponen kebutuhan dasarprimer untuk bangsa
6.

Indonesia mencakup pangan, sandang,perumahan, pendidikan, dan kesehatan.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), komponen kebutuhan dasar terdiridari pangan dan
bukan pangan yang disusun menurut daerahperkotaan dan perdesaan berdasarkan hasil Survei
Sosial EkonomiNasional (SUSENAS)

B. Indikator-indikator Kemiskinan
Untuk menuju solusi kemiskinan penting bagi kita untuk menelusuri secara detail
indikator-indikator kemiskinan tersebut.Adapun indikator-indikator kemiskinan sebagaimana
di kutip dari Badan Pusat Statistika, antara lain sebagi berikut:
1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan dan papan).
2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi,
3.

air bersih dan transportasi).
Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan

4.
5.
6.
7.
8.
9.

keluarga).
Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massa.
Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya alam.
Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.
Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan.
Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar, wanita korban
kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal dan terpencil).

C. Penyebab Kemiskinan
Di bawah ini beberapa penyebab kemiskinan menurut pendapat Karimah Kuraiyyim.
Yang antara lain adalah:
1. Merosotnya standar perkembangan pendapatan per-kapita secara global.
Yang penting digaris bawahi di sini adalah bahwa standar pendapatan per-kapita bergerak
seimbang dengan produktivitas yang ada pada suatu sistem. Jikalau produktivitas berangsur
meningkat maka pendapatan per-kapita pun akan naik. Begitu pula sebaliknya, seandainya

produktivitas menyusut maka pendapatan per-kapita akan turun beriringan. Berikut beberapa
a.
b.
c.
1)
2)
3)
4)
2.

faktor yang mempengaruhi kemerosotan standar perkembangan pendapatan per-kapita:
Naiknya standar perkembangan suatu daerah.
Politik ekonomi yang tidak sehat.
Faktor-faktor luar neger, diantaranya:
Rusaknya syarat-syarat perdagangan
Beban hutang
Kurangnya bantuan luar negeri, dan
Perang
Menurunnya etos kerja dan produktivitas masyarakat.
Terlihat jelas faktor ini sangat urgen dalam pengaruhnya terhadap kemiskinan. Oleh karena
itu, untuk menaikkan etos kerja dan produktivitas masyarakat harus didukung dengan SDA
dan

SDM

yang

bagus,

serta

jaminan

kesehatan

dan

pendidikan

yang

bisa

dipertanggungjawabkan dengan maksimal
3. Biaya kehidupan yang tinggi.
Melonjak tingginya biaya kehidupan di suatu daerah adalah sebagai akibat dari tidak adanya
keseimbangan pendapatan atau gaji masyarakat. Tentunya kemiskinan adalah konsekuensi
logis dari realita di atas. Hal ini bisa disebabkan oleh karena kurangnya tenaga kerja ahli,
lemahnya peranan wanita di depan publik dan banyaknya pengangguran.
4. Pembagian subsidi in come pemerintah yang kurang merata.
Hal ini selain menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan jaminan keamanan untuk
para warga miskin, juga secara tidak langsung mematikan sumber pemasukan warga. Bahkan
di sisi lain rakyat miskin masih terbebani oleh pajak negara.
D. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Indonesia
Laporan Bank Pembangunan Asia (ADB) menyebutkan bahwa dalam lima tahun
terakhir keadaan kemiskinan di Indonesia semakin memburuk. Hal ini diduga karena
pesatnya pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan meningkatnya Gross Domestic
Product

(GDP)

dan

atau

disebabkan

semakin

luasnya

kesenjangan

sosial

(http://bisniskeuangan.kompas.com: 2011).
Hingga kini kemiskinan merupakan problematika kemanusiaan yang menjadi isu
sentral di Indonesia. Lebih dari 110 juta orang Indonesia hidup dengan penghasilan kurang
dari US$ 2 per hari. Jumlah ini sama dengan jumlah penduduk Malaysia, Vietnam, dan
Kamboja jika digabungkan. Sebagian besar penduduk miskin di Asia Tenggara tinggal di
Indonesia.
Kemiskinan menjadi alasan rendahnya Human Development Index (Indeks
Pembangunan Manusia) Indonesia. Secara menyeluruh, kualitas manusia Indonesia relatif
sangat rendah jika dibandingkan dengan kualitas manusia di negara-negara lain di dunia.

United Nations Development Programme (UNDP) menempatkan HDI Indonesia di peringkat
124 dari 187 negara pada tahun 2011 (http://dikti.go.id: 2011). Di tahun yang sama, jumlah
penduduk miskin di Indonesia mencapai 30 juta orang, sebesar 37% dari jumlah tersebut
berada di daerah perkotaan dan 63% di daerah pedesaan.
Kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan
papan secara terbatas, membuat anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang
berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya kemampuan untuk menabung dan
berinvestasi, minimnya akses ke pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan dan
jaminan sosial, serta menguatnya arus urbanisasi ke kota.

E. Tantangan Kemiskinan di Indonesia
Masalah kemiskinan di Indonesia sarat sekali hubungannya dengan rendahnya tingkat
Sumber Daya Manusia (SDM). dibuktikan oleh rendahnya mutu kehidupan masyarakat
Indonesia meskipun kaya akan Sumber Daya Alam (SDA). Sebagaimana yang ditunjukkan
oleh rendahnya Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM) Indonesia pada tahun 2002 sebesar
0,692. yang masih menempati peringkat lebih rendah dari Malaysia dan Thailand di antara
negara-negara ASEAN. Sementara, Indeks Kemiskinan Manusia (IKM) Indonesia pada tahun
yang sama sebesar 0,178. masih lebih tinggi dari Filipina dan Thailand. Selain itu,
kesenjangan gender di Indonesia masih relatif lebih besar dibanding negara ASEAN lainnya.
Tantangan lainnya adalah kesenjangan antara desa dan kota. Proporsi penduduk
miskin di pedesaan relatif lebih tinggi dibanding perkotaan. Data Susenas (National Social
Ekonomi Survey) 2004 menunjukkan bahwa sekitar 69,0 % penduduk Indonesia termasuk
penduduk miskin yang sebagian besar bekerja di sektor pertanian. Selain itu juga tantangan
yang sangat memilukan adalah kemiskinan di alami oleh kaum perempuan yang ditunjukkan
oleh rendahnya kualitas hidup dan peranan wanita, terjadinya tindak kekerasan terhadap
perempuan dan anak, serta masih rendahnya angka pembangunan gender (Gender-related
Development Indeks, GDI) dan angka Indeks pemberdayaan Gender(Gender Empowerment
Measurement,GEM).
Tantangan selanjutnya adalah otonomi daerah. di mana hal ini mempunyai peran yang
sangat signifikan untuk mengentaskan atau menjerumuskan masyarakat dari kemiskinan.
Sebab ketika meningkatnya peran keikutsertaan pemerintah daerah dalam penanggulangan

kemiskinan. maka tidak mustahil dalam jangka waktu yang relatif singkat kita akan bisa
mengentaskan masyarakat dari kemiskinan pada skala nasional terutama dalam mendekatkan
pelayanan dasar bagi masyarakat. Akan tetapi ketika pemerintah daerah kurang peka terhadap
keadaan lingkungan sekitar, hal ini sangat berpotensi sekali untuk membawa masyarakat ke
jurang kemiskinan, serta bisa menimbulkan bahaya laten dalam skala Nasional.

F. Kebijakan dan Program Penuntasan Kemiskinan
Upaya penanggulangan kemiskinan Indonesia telah dilakukan dan menempatkan
penanggulangan kemiskinan sebagai prioritas utama kebijakan pembangunan nasional.
Kebijakan kemiskinan merupakan prioritas Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) 2004-2009 dan dijabarkan lebih rinci dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) setiap
tahun serta digunakan sebagai acuan bagi kementrian, lembaga dan pemerintah daerah dalam
pelaksanaan pembangunan tahunan.
Sebagai wujud gerakan bersama dalam mengatasi kemiskinan dan mencapai Tujuan
pembangunan Milenium, Strategi Nasional Pembangunan Kemiskinan (SPNK) telah disusun
melalui proses partisipatif dengan melibatkan seluruh stakeholders pembangunan di
Indonesia. Selain itu, sekitar 60 % pemerintah kabupaten/ kota telah membentuk Komite
penanggulangan Kemiskinan Daerah (KPKD) dan menyusun Strategi Penanggulangan
Kemiskinan Daerah (SPKD) sebagai dasar arus utama penanggulangan kemiskinan di daerah
dan mendorong gerakan sosial dalam mengatasi kemiskinan. Adapun langkah jangka pendek
yang diprioritaskan antara lain sebagai berikut:
1. Mengurangi kesenjangan antar daerah dengan;
a. penyediaan sarana-sarana irigasi, air bersih dan sanitasi dasar terutama daerah-daerah langka
sumber air bersih.
b. pembangunan jalan, jembatan, dan dermaga daerah-daerah tertinggal
c. redistribusi sumber dana kepada daerah-daerah yang memiliki pendapatan rendah dengan
2.

instrumen Dana Alokasi Khusus (DAK) .
Perluasan kesempatan kerja dan berusaha dilakukan melalui bantuan dana stimulan untuk
modal usaha, pelatihan keterampilan kerja dan meningkatkan investasi dan revitalisasi

industri.
3. Khusus untuk pemenuhan sarana hak dasar penduduk miskin diberikan pelayanan antara lain:
a. pendidikan gratis sebagai penuntasan program belajar 9 tahun termasuk tunjangan bagi
murid yang kurang mampu
b. jaminan pemeliharaan kesehatan gratis bagi penduduk miskin di puskesmas dan rumah sakit
kelas tiga.

Di bawah ini merupakan contoh dari upaya mengatasi kemiskinan di Indonesia.
Contoh dari upaya kemiskinan adalah di propinsi Jawa Barat tepatnya di Bandung
dengan diadakannya Bandung Peduli yang dibentuk pada tanggal 23 – 25 Februari 1998.
Bandung Peduli adalah gerakan kemanusiaan yang memfokuskan kegiatannya pada upaya
menolong orang kelaparan, dan mengentaskan orang-orang yang berada di bawah garis
kemiskinan. Dalam melakukan kegiatan, Bandung Peduli berpegang teguh pada wawasan
kemanusiaan, tanpa mengindahkan perbedaan suku, ras, agama, kepercayaan, ataupun haluan
politik.
Oleh karena sumbangan dari para dermawan tidak terlalu besar bila dibandingkan
dengan permasalahan kelaparan dan kemiskinan yang dihadapi, maka Bandung Peduli
melakukan targetting dengan sasaran bahwa orang yang dibantu tinggal di Kabupaten/
Kotamadya Bandung, dan mereka yang tergolong fakir. Golongan fakir yang dimaksud
adalah orang yang miskin sekali dan paling miskin bila diukur dengan “Ekuivalen Nilai
Tukar Beras”.

DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Gunarso Dwi.2006. Modul Globalisasi. Banyumas. CV. Cahaya Pustaka
Santoso Slamet, dkk. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan. Unsoed : Purwokerto.
Santoso, Djoko. 2007. Wawasan Kebangsaan. Yogyakarta. The Indonesian Army Press
www.pu.go.id/publik/p2kp/des/memahami99.html
www.geocities.com/rainforest/canopy/8087/miskin.html
http://fosmake.blogspot.com/20/07/08/kemiskinan-25.html
http://rudyansyah08.blogspot.com/2012/01/kemiskinan.html
http://anindyapratiwi.tumblr.com/