Iklim organisasi dan kep Pendidikan

Iklim Organisasi Pendidikan
Authors Angga Debby Frayudha
Department Of Management of Education
State University of Semarang UNNES Postgraduate S2 Program
Semarang 50225
mpyenk@gmail.com

1.1

Latar Belakang
Saat ini berbagai masalah tengah melingkupi dunia pendidikan di Indonesia.

Salah satunya yang cukup marak akhir-akhir ini adalah kasus kekerasan atau
agresivitas baik oleh guru terhadap siswa, maupun antar sesama siswa sendiri.
Kekerasan yang ditemui tersebut tak hanya secara fisik namun juga secara psikologis.
Kekerasan seperti ini kekerasan yang dilakukan oleh pihak yang merasa diri lebih
berkuasa atas pihak yang dianggap lebih lemah adalah fenomena iklim organisasi
yang tak sehat bagi pendidikan.
Istilah iklim organisasi (organizational climate) pertama kalinya dipakai oleh
Kurt


Lewin

pada

tahun

1930-an,

yang

menggunakan

istilah

iklim

psikologi (psychological climate), kemudian istilah iklim organisasi dipakai oleh R
Tagiuri dan G. Litwin. Menurut Tagiuri dan Litwin dalam Wirawan (2007)
bahwa
secara


"Iklim organisasi
relatif

mempengaruhi

merupakan

kualitas

lingkungan

terus berlangsung,

dialami

oleh

perilaku


internal

anggota

yang

organisasi

setiap anggotanya". Sedangkan Litwin dan Stringer

dalam Wirawan (2007) menyatakan bahwa iklim organisasi sebagai "a concept
describing the subjective nature or quality of the organizational environment.
Its properties can be perceived or experienced by members of the organization
and reported by them in an appropriate questionare.

Angga Debby Frayudha

Berdasarkan kedua pengertian di atas, maka dapat dinyatakan bahwa iklim
organisasi merupakan suatu konsep yang melukiskan sifat subjektif atau
kualitas lingkungan organisasi.


1.2

Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Iklim Organisasi?
2. Pendekatan Iklim Organisasi?
3. Indikator Iklim Organisasi?
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Iklim Organisasi?
5. Jenis-Jenis Iklim Sekolah?

1.3

Tujuan
1. Mengetahui dan Memahami pengertian Iklim Organisasi?
2. Mengetahui dan Memahami Pendekatan Iklim Organisasi?
3. Mengetahui dan Memahami Indikator Iklim Organisasi?
4. Mengetahui dan Memahami Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Iklim
Organisasi?
5. Mengetahui dan Memahami Jenis-Jenis Iklim Sekolah?


Angga Debby Frayudha

BAB II
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

2.1

Iklim Organisasi
Secara definisi Iklim organisasi memiliki banyak definisi. Namun demikian

untuk memudahkan

dan menyamakan persepsi maka definisi iklim organiasi

menurut Davis dan Newstrom (2001:25) adalah kepribadian sebuah organisasi yang
membedakan dengan organisasi lainnya yang mengarah pada persepsi masing-masing
anggota dalam memandang organisasi.
Iklim atau Climate berasal dari bahasa Yunani yaitu incline, kata ini tidak
hanya memberikan arti yang terbatas pada hal-hal fisik saja seperti temperatur atau
tekanan, tetapi juga memiliki arti psikologis bahwa orang-orang yang berada di dalam

organisasi menggambarkan tentang lingkungan internal organisasi tersebut.
Istilah iklim organisasi (organizational climate) pertama kali dipakai oleh Kurt
Lewin pada tahun 1930-an, yang menggunakan istilah iklim psikologi (psychological
climate). Kemudian istilah iklim organisasi dipakai oleh R. Tagiuri dan G. Litwin.
Tiaguri mengemukakan sejumlah istilah untuk melukiskan perilaku dalam hubungan
dengan

latar

(environment),

atau

tempat

lingkungan

Angga Debby Frayudha

(setting)

pergaulan

dimana
(milieu),

perilaku
budaya

muncul:

lingkungan

(culture),

suasana

(atmosphere), situasi (situation), pola lapangan (field setting), pola perilaku
(behaviour setting) dan kondisi (conditions)
Definisi mengenai iklim organisasi dikemukakan oleh beberapa ahli. Para ahli
Barat mengartikan iklim sebagai unsur fisik, dimana iklim sebagai suatu atribusi dari

organisasi atau sebagai suatu atribusi daripada persepsi individu sendiri. Menurut
Lussier (2005:486) mengatakan bahwa iklim organisasi adalah persepsi pegawai
mengenai kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relatif dirasakan oleh
anggota organisasi yang kemudian akan mempengaruhi perilaku mereka berikutnya.
Kemudian dikemukakan oleh Simamora (2004:81) bahwa iklim organisasi
adalah lingkungan internal atau psikologi organisasi. Sedangkan menurut Stinger
(2002:122) mendefenisikan iklim sebagai “...collection and pattern of environmental
determinant of aroused motivation”, iklim organisasi adalah sebagai suatu koleksi
dan

pola

lingkungan

yang

menentukan

motivasi.


Wirawan

(2008:122)

mendefenisikan iklim secara luas. Ia menjelaskan bahwa iklim organisasi adalah
persepsi anggota organisasi (secara individual dan kelompok) dan mereka yang
secara tetap berhubungan dengan organisasi mengenai apa yang ada atau terjadi di
lingkungan internal organisasi secara rutin, yang mempengaruhi sikap dan perilaku
organisasi dan kinerja anggota organisasi yang kemudian menentukan kinerja
organisasi.
Dari pendapat diatas maka dapat dikatakan bahwa iklim organisasi merupakan
suatu konsep yang menggambarkan tentang kualitas lingkungan internal organisasi
yang mempengaruhi perilaku anggota organisasi dalam melaksanakan pekerjaannya.
Iklim organisasi di sekolah merupakan sesuatu yang penting karena dapat
menjembatani

praktik-praktik

pengelolaan


sumber

produktivitasnya. Perubahan iklim yang terjadi di sekolah

daya

manusia

dan

pada gilirannya akan

mempengaruhi motivasi kinerja dan perilaku karyawan di sekolah dalam mencapai
target yang akan dicapai.

Angga Debby Frayudha

2.2

Pendekatan Iklim Organisasi

James dan Jones (Toulson dan Smith 1994:455) membagi iklim organisasi di

sekolah dalam tiga pendekatan, yaitu:
a.

Multiple measurement – organizational approach
Pendekatan ini memandang bahwa iklim organisasi adalah serangkaian

karakteristik deskriptif dari organisasi yang mempunyai tiga sifat, yaitu: relatif tetap
selama periode tertentu, berbeda antara organisasi satu dengan organisasi lainnya,
serta mempengaruhi perilaku orang yang berada dalam organisasi tersebut. Faktorfaktor utama yang mempengaruhi adalah ukuran, struktur, kompleksitas sistem, gaya
kepemimpinan, dan arah tujuan organisasi.
b.

Perseptual measurement – organizational attribute approach
Pendekatan ini juga memandang iklim organisasi sebagai atribut organisasi,

tetapi pendekatan ini lebih menekankan penggunaan pengukuran persepsi daripada
pengukuran secara obyektif seperti ukuran dan struktur organisasi.
c.

Perseptual measurement – individual approach
Pendekatan ini memandang iklim sebagai serangkaian ringkasan atau persepsi

global yang mencerminkan sebuah interaksi antara kejadian yang nyata dalam
organisasi dan persepsi terhadap kejadian tersebut. Pendekatan ini menekankan pada
atribut organisasi yang nyata ke sebuah ringkasan dari persepsi individu. Dengan
pendekatan ini, variabel intervensi yang disebabkan oleh kejadian-kejadian baik yang
dialami oleh individu maupun organisasi dapat mempengaruhi perilaku individuindividu tersebut. Oleh karena itu, iklim organisasi dapat berlaku sebagai variabel
bebas maupun terikat.
2.3

Indikator Iklim Organisasi

Angga Debby Frayudha

Menurut Litwin dan Stringer (Toulson dan Smith 1994:457), Iklim organisasi
di sekolah dapat diukur melalui lima dimensi, yaitu:
1.

Tanggung Jawab (Responsibility)
Tanggung jawab (responsibility) adalah perasaan menjadi pimpinan bagi diri

sendiri, tidak selalu harus mengecek ulang semua keputusan yang diambil, ketika
karyawan mendapat suatu pekerjaan, karyawan yang bersangkutan mengetahui bahwa
itu adalah pekerjaannya (Toulson & Smith, 1994:457). Tanggung jawab adalah
kewajiban seseorang untuk melaksanakan fungsi yang ditugaskan dengan sebaikbaiknya sesuai dengan pengarahan yang diterima (Flippo, 1996:103) atau tingkatan
sejauh mana anggota organisasi bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang
dibebankan (Cherrington, 1996:560). Tanggung jawab berhubungan dengan delegasi,
Handoko (2000:224) menyatakan bahwa delegasi dapat didefinisikan sebagai
pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal kepada orang lain untuk
menjalankan kegiatan tertentu. Delegasi wewenang adalah proses dimana para
manajer mengalokasikan wewenang ke bawah kepada orang-orang yang melapor
kepadanya.
2.

Identitas (Identity)
Identitas (identity) adalah perasaaan memiliki (sense of belonging) terhadap

perusahaan dan diterima dalam kelompok (Toulson & Smith, 1994:457).
3.

Kehangatan (warmth)
Kehangatan adalah perasaan terhadap suasana kerja yang bersahabat dan lebih

ditekankan pada kondisi keramahan atau persahabatan dalam kelompok yang
informal, serta hubungan yang baik antar rekan kerja, penekanan pada pengaruh
persahabatan dan kelompok sosial yang informal (Toulson & Smith, 1994:457).
4.

Dukungan (support)

Angga Debby Frayudha

Dukungan (adalah hal-hal yang terkait dengan dukungan dan hubungan antar
sesama rekan kerja yaitu perasaan saling menolong antara manajer dan karyawan,
lebih ditekankan pada dukungan yang saling membutuhkan antara atasan dan
bawahan (Toulson & Smith, 1994:457).
5.

Konflik (conflict)
Konflik merupakan situasi terjadi pertentangan atau perbedaan pendapat antara

bawahan dengan pimpinan dan bawahan dengan bawahan. Ditekankan pada kondisi
dimana manajer dan para pekerja mau mendengarkan pendapat yang berbeda. Kedua
belah pihak bersedia menempatan masalah secara terbuka dan mencari solusinya
daripada menghindarinya (Toulson & Smith,1994:457).
2.4

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Iklim Organisasi
Menurut Higgins (1994:477-478) ada empat prinsip faktor-faktor yang

mempengaruhi iklim organisasi di sekolah , yaitu :
a.

Manajer/pimpinan
Pada dasarnya setiap tindakan yang diambil oleh pimpinan atau manajer

mempengaruhi iklim dalam beberapa hal, seperti aturan-aturan, kebijakan-kebijakan,
dan prosedur-prosedur organisasi terutama masalah-masalah yang berhubungan
dengan masalah personalia, distribusi imbalan, gaya komunikasi, cara-cara yang
digunakan untuk memotivasi, teknik-teknik dan tindakan pendisiplinan, interaksi
antara manajemen dan kelompok, interaksi antar kelompok, perhatian pada
permasalahan yang dimiliki karyawan dari waktu ke waktu, serta kebutuhan akan
kepuasan dan kesejahteraan karyawan.
b.

Tingkah laku karyawan
Tingkah laku karyawan mempengaruhi iklim melalui kepribadian mereka,

terutama kebutuhan mereka dan tindakan-tindakan yang mereka lakukan untuk

Angga Debby Frayudha

memuaskan kebutuhan tersebut. Komunikasi karyawan memainkan bagian penting
dalam membentuk iklim. Cara seseorang berkomunikasi menentukan tingkat sukses
atau gagalnya hubungan antar manusia. Berdasarkan gaya normal seseorang dalam
hidup atau mengatur sesuatu, dapat menambahnya menjadi iklim yang positif atau
dapat juga menguranginya menjadi negatif.
c.

Tingkah laku kelompok kerja
Terdapat kebutuhan tertentu pada kebanyakan orang dalam hal hubungan

persahabatan, suatu kebutuhan yang seringkali dipuaskan oleh kelompok dalam
organisasi. Kelompok-kelompok berkembang dalam organisasi dengan dua cara,
yaitu secara formal, utamanya pada kelompok kerja; dan informal, sebagai kelompok
persahabatan atau kesamaan minat.
d.

Faktor eksternal organisasi
Sejumlah faktor eksternal organisasi mempengaruhi iklim pada organisasi

tersebut. Keadaan ekonomi adalah faktor utama yang mempengaruhi iklim.
Contohnya dalam perekonomian dengan inflasi yang tinggi, organisasi berada dalam
tekanan untuk memberikan peningkatan keuntungan sekurang-kurangnya sama
dengan tingkat inflasi. Seandainya pemerintah telah menetapkan aturan tentang
pemberian upah dan harga yang dapat membatasi peningkatan keuntungan, karyawan
mungkin menjadi tidak senang dan bisa keluar untuk mendapatkan pekerjaan pada
perusahaan lain. Di lain pihak, ledakan ekonomi dapat mendorong penjualan dan
memungkinkan setiap orang mendapatkan pekerjaan dan peningkatan keuntungan
yang besar, sehingga hasilnya iklim menjadi lebih positif.
2.5

Jenis-Jenis Iklim Sekolah
Iklim sekolah yang satu dengan iklim sekolah yang lain berbeda-beda. Banyak

faktor yang menentukan perbedaan masing-masing iklim sekolah tersebut, dan
keseluruhannya dianggap sebagai kepribadian atau iklim suatu sekolah.Halpin dan

Angga Debby Frayudha

Don B. Croft dalam Burhanuddin (1990: 272), mengemukakan bahwa iklim-iklim
organisasi sekolah itu dapat digolongkan sebagai berikut :
1)

Iklim Terbuka
Yaitu suasana yang melukiskan organisasi sekolah penuh semangat dan daya

hidup, memberikan kepuasan pada anggota kelompok dalam memenuhi kebutuhankebutuhannya. Tindakan-tindakan pimpinan lancar dan serasi, baik dari kelompok
maupun pimpinan. Para anggota kelompok mudah memperoleh kepuasan kerja
karena dapat menyelesaikan tugas-tugas dengan baik, sementara kebutuhankebutuhan pribadi terpenuhi. Ciri-ciri iklim organisasi sekolah demikian adalah
adanya kewajaran tingkah laku semua orang.
2)

Iklim Bebas
Melukiskan suasana organisasi sekolah, dimana tindakan kepemimpinan justru

muncul pertama-tama dari kelompok. Pemimpin sedikit melakukan pengawasan,
semangat kerja pertama muncul hanya karena untuk memenuhi kepuasan pribadi.
Sedangkan kepuasan kerja juga muncul, hanya saja kadarnya kecil sekali. Kepuasan
kerja yang dimaksud di sini adalah kepuasan yang ditimbulkan oleh karena kegiatan
tertentu dapat diselesaikan.
3)

Iklim Terkontrol
Bercirikan “impersonal” dan sangat mementingkan tugas, sementara kebutuhan

anggota organisasi sekolah tidak diperhatikan. Dan adanya anggota kelompok sendiri
pada akhirnya hanya memperhatikan tugas-tugas yang ditetapkan pemimpin,
sedangkan perhatian yang ditujukannya pada kebutuhan pribadi relatif kecil.
Semangat

kerja

kelompok

memang

tinggi,

namun

mencerminkan

adanya

pengorbanan aspek kebutuhan manusiawi. Ciri khas iklim ini adalah adanya
ketidakwajaran tingkah laku karena kelompok hanya mementingkan tugas-tugas.
4)

Iklim yang Familier

Angga Debby Frayudha

Adalah suatu iklim yang terlalu bersifat manusiawi dan tidak terkontrol. Para
anggota hanya berlomba-lomba untuk memenuhi tuntutan pribadi mereka, namun
sangat sedikit perhatian pada penyelesaian tugas dan kontrol sosial yang ada kurang
diperhatikan. Sejalan dengan itu, semangat kerja kelompok sebenarnya tidak begitu
tinggi, karena kelompok mendapat kepuasan yang sedikit dalam penyelesaian tugastugas.

5)

Iklim Keayahan
Organisasi sekolah demikian bercirikan adanya penekanan bagi munculnya

kegiatan kepemimpinan dari anggota organisasi. Kepala sekolah biasanya berusaha
menekan atau tidak menghargai adanya inisiatif yang muncul dari orang-orang yang
dipimpinnya.

Kecakapan-kecakapan

yang

dimiliki

kelompok

tidak

di

manfaaatkannya untuk melengkapi kemampuan kerja kepala sekolah. Sejalan dengan
itu banyak tindakan-tindakan kepemimpinan yang dijalankan. Dalam iklim yang
demikian pun sedikit kepuasan yang diperoleh bawahan, baik yang bertalian dengan
hasil kerja maupun kebutuhan pribadi. Sehingga semangat kerja kelompok organisasi
sekolah juga akan rendah.
6)

Iklim Tertutup Para anggota biasanya bersikap acuh tak acuh atau masa bodoh.
Organisasi tidak maju, semangat kerja kelompok rendah, karena para anggota

disamping tidak memenuhi tuntutan pribadi, juga tidak dapat memperoleh kepuasan
dari hasil karya mereka. Tingkah laku anggota dalam iklim organisasi demikian juga
tidak wajar, dalam artian kenyataannya organisasi seperti mundur.
Setelah menganalisa beberapa ciri dari masing-masing jenis iklim organisasi
sekolah diatas, dapat penulis simpulkan bahwa iklim sekolah yang efektif sebenarnya
terdapat pada iklim organisasi yang sifatnya terbuka.

Angga Debby Frayudha

BAB III
KESIMPULAN

Setiap organisasi mempunyai iklim yang berbeda-beda. Tidak akan ada dua
organisasi yang mempunyai iklim yang sama persis. Ini biasanya sangat berpengaruh
pada siapa pendirinya. Telah kita ketahui bahwa iklim organisasi merupakan suatu
konsep yang menggambarkan tentang kualitas lingkungan internal organisasi yang
mempengaruhi perilaku anggota organisasi dalam melaksanakan pekerjaannya.
Kebiasaan, tradisi, dan cara umum dalam melakukan segala sesuatu yang ada di
sebuah organisasi saat ini merupakan hasil atau akibat dari yang telah dilakukan
sebelumnya dan seberapa besar kesuksesan yang telah diraihnya di masa lalu. Hal ini
mengarah pada sumber tertinggi budaya sebuah organisasi: para pendirinya. Secara
tradisional, pendiri organisasi memiliki pengaruh besar terhadap budaya awal
organisasi tersebut. Pendiri organisasi tidak memiliki kendala karena kebiasaan atau
ideologi sebelumnya. Ukuran kecil yang biasanya mencirikan organisasi baru lebih
jauh memudahkan pendiri memaksakan visi mereka pada seluruh anggota organisasi.
Kita juga telah mengetahui tentang apa itu Iklim atau Climate yang berasal dari
bahasa Yunani yaitu incline, kata ini tidak hanya memberikan arti yang terbatas pada
hal-hal fisik saja seperti temperatur atau tekanan, tetapi juga memiliki arti psikologis

Angga Debby Frayudha

bahwa orang-orang yang berada di dalam organisasi menggambarkan tentang
lingkungan internal organisasi tersebut.
Seperti yang diungkapkan di atas, bahwa iklim organisasi tercipta dari hasil
interaksi individu dalam organisasi. iklim merupakan suasana yang dirasakan orangorang yang terlibat dalam organsiasi. Dengan demikian karakteristik individu seperti
persepsi, sifat, kemampuan, akan mempengaruhi iklim organisasi. demikian juga
dengan pengalaman masa lalu, harapan serta nilai-nilai yang dianut setiap individu
akan berpengaruh terhadap proses interkasi.

SARAN

.faktor-faktor yang menunjang iklim organisasi sebaiknya sesuai dengan
kebutuhan dari suatu organisasi. Hal ini dikarenakan, apabila tidak sesuai dengan
kebutuhan organisasi akan terjadi ketidakefesienan, yang akan menyababkan
kerugian organisasi. Agar hal seperti itu terhindar, organisasi harus melakukan
perencanaan sebaik-baiknya.

Angga Debby Frayudha

REFERENSI

Wirawan, 2007, Budaya dan iklim organisasi, Salemba Empat, Jakarta.
Davis, Keith dan Newstrom, 2000, Perilaku Dalam Organisasi, Edisi ketujuh,
PenerbitErlangga, Jakarta
Toulson,

P.

&

Mike,

S.

(1994).

TheRelationship

Between

OrganizationalClimate and Employee Perceptions ofPersonnel Management Practices
Funk K. A., Liu C. H., Wilson B. W. and Higgins R. J. 1994. Avian embryonic
brain reaggregate culture system: Characterization for organophosphorus compound
toxicity studies. Toxicol. Appl. Pharmacol 124 (1).
Gitosudarmo, I. dan Sudita, I. N., 2000, Perilaku Keorganisasian Jilid Pertama,
BPFE, Yogyakarta
Stephen P.Robbin. 2003. Essentials of Organizational Behavior, Seventh
Edition (Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Education Inc.
Schermerhorn, JR , JG. Hunt, and R.N. Orborn. 1995. Managing Organizational
Behavior. Canada : John Wiley and Sons, Inc.

Angga Debby Frayudha

Luthans, Fred. 1995.Organizational Behavior, New York : McGraw Hill
International.
Greenberg J, and Baron, RA. 2000. Behavior in Organizations, Prentice Hall
Inc. Seventh Edition.

Angga Debby Frayudha