Teori Marxisme dan Strukturalisme dalam

SKOLASTIKA L.K./071411231051/WEEK 5
Teori Marxisme dan Strukturalisme dalam Hubungan Internasional
Selain mempelajari teori-teori seperti teori kaum liberalis, realis, neorealis, dan neoliberalis,
dalam studi Hubungan Internasional juga mempelajari dan menganalisis tentang teori
Marxisme dan Strukturalisme. Sekitar tahun 1970an, negara-negara Dunia Ketiga mulai aktif
untuk melakukan berbagai perubahan dalam sistem internasional untuk meningkatkan posisi
ekonominya dalam hubungannya dengan negara-negara maju. Kemudian muncul paham neoMarxisme sebagai upaya untuk menteorikan tentang keterbelakangan ekonomi di Dunia
Ketiga yang sekaligus menjadi dasar perdebatan besar ketiga dalam Hubungan Internasional.
Neo-Marxisme merupakan suatu upaya untuk menganalisis situasi Dunia Ketiga dengan
memakai alat-alat analisis yang pertama kali dikembangkan oleh Karl Marx (Jackson dan
Sorensen, 1999:74-75). Perdebatan besar dalam Hubungan Internasional yang ketiga
dicirikan oleh serangan kaum neo-marxis terhadap posisi realisme/neorealis dan
liberalis/neoliberalis yang mapan. Perdebatan ini hirau pada ekonomi politik internasional
(EPI). Ia menciptakan situasi yang lebih kompleks dalam disiplin sebab ia memperluas
wilayah menuju isu-isu ekonomi dan memperkenalkan masalah-masalah tertentu negaranegara Dunia Ketiga (Jackson dan Sorensen, 1999:85).
Pandangan kaum ekonomi liberal yang memandang perekonomian sebagai postitive sum
game dengan keuntungan bagi semua orang ditolak oleh Marx. Marx melihat bahwa
perekonomian sebagai tempat eksploitasi manusia dan perbedaan kelas terutama kaum
borjuis dan kaum proletar. Kaum Marxis dan kaum merkantilis sepakat bahwa politik dan
ekonomi sangat berkaitan. Jika kaum merkantilis melihat ekonomi sebagai alat politik, kaum
Marxis justru menempatkan ekonomi pada posisi yang pertama dan politik pada posisi yang

kedua. Hal ini bukan berarti bahwa ekonomi menentukan politik, tetapi hal ini menjelaskan
bahwa kegiatan ekonomi akan memengaruhi dan berdampak pada dunia politik. Kapitalisme
dianggap sebagai kemajuan oleh Marx dalam dua hal. Pertama, kapitalisme menghancurkan
hubungan produksi yang bahkan lebih eksploitatif, dalam para buruh-petani dalam kondisi
yang menyerupai perbudakan. Hal yang kedua dan yang paling penting bagi Marx,
kapitalisme membuka jalan bagi revolusi sosial dimana alat-alat produksi akan ditempatkan
dalam kontrol sosial bagi keuntungan kaum proletar, yang merupakan mayoritas terbesar
Pandangan kaum Marxis disebut “materialisme” karena aktivitas inti dari masyarakatnya
hirau pada cara-cara bagaimana manusia menghasilkan alat-alat eksistensinya (Jackson dan
Sorensen, 1999:239). Kelas memainkan peranan penting dalam analisis Marxisme. Dalam

SKOLASTIKA L.K./071411231051/WEEK 5
masyarakat kapitalis, sumbu utama konflik berada di antara kaum borjuis yaitu sang kapitalis
dan kaum proletar yaitu para pekerja atau buruh (Hobden dan Jones, 2001:204).
Asal-usul teori sistem dunia dapat ditelusuri kembali dengan upaya sistematis pertama untuk
menerapkan ide-ide Marx ke ranah internasional. Ide Lenin mewakili kedua pengembangan
dan keberangkatan dari orang-orang dari Marx (Hobden dan Jones, 2001:205). Dalam
Marxisme, memiliki agenda atau tujuan utama yaitu, kaum Marxis menginginkan adanya
sebuah tatanan baru dunia tanpa dominasi antarnegara di dalamnya. Strukturalisme dapat
dilihat sebagai bottom-up perspektif tentang dunia yang memprioritaskan penderitaan kaum

miskin, kelompok yang terpinggirkan dan kelas tertindas. Strukturalis berpendapat bahwa
hubungan ekonomi global yang terstruktur ini disusun untuk memperoleh keuntungan kelas
sosial tertentu, dan bahwa hasil dari 'sistem dunia' pada dasarnya tidak adil (Steans, Pettiford,
dan Diez, 2005:75).
Menurut Lenin (1917), dalam kapitalisme pembangunan dari usaha-usaha yang berbeda,
kepercayaan, cabang-cabang industri, atau negara-negara tidak dapat seimbang (Gilpin,
1987:39). Dalam teori Marxisme dan strukturalisme, aktor yang berperan di dalamnya yaitu,
kelas, negara & masyarakat, dan aktor non-negara beroperasi sebagai bagian dari sistem
kapitalis dunia, namun mereka beranggapan bahwa sebenarnya aktor kunci dari Hubungan
Internasional adalah kelas sosial. Hubungan Internasional menurut Marxisme/strukturalisme
dapat dilihat dari sudut pandang sejarah, khususnya pada pengembangan yang
berkesinambungan dari kapitalisme dunia. Faktor ekonomi dianggap sebagai faktor yang
paling penting. Struktur dari sistem internasional yang dikehendaki oleh kaum Marxis dan
strukturalis yaitu sistem internasional yang sistematis dan bersifat global sentris (Dugis,
2015). Teori strukturalisme dalam Hubungan Internasional sendiri sudah memberi beberapa
macam kontribusi dan merupakan teori yang memberikan dasar sistematis agar dapat
memahami ketidaksetaraan dalam dunia, serta lebih fokus pada masalah perkembangan isu
pertidaksamaan, ketergantungan ekonomi, dan eksploitasi.
Dari semua penjelasan di atas, penulis dapat menari kesimpulan bahwa kaum Marxis
beranggapan bahwa ekonomi merupakan hal yang sangat penting. Ekonomi dapat

memengaruhi dan berdampak pada dunia politik. Aktor kunci dalam Hubungan Internasional
menurut kaum Marxis yaitu, kelas-kelas sosial. Kaum Marxis menghendaki sistem
internasional yang sistematis dan bersifat global sentris. Strukturalisme atau neo-Marxisme

SKOLASTIKA L.K./071411231051/WEEK 5
merupakan turunan dari teori Marxisme yang memiliki agenda utama yang kurang lebih sama
dengan Marxisme yaitu mengenai revolusi global, hanya saja strukturalisme lebih realistis
dengan kondisi sosial masyarakat yang tidak memungkiri bahwa kesenjangan sosial itu ada.

Referensi :
Dugis, Vinsensio Marselino Arifin. 2015. Marxism, disampaikan pada perkuliahan Teori
Hubungan Internasional. Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia. 26 Maret 2015.
Gilpin, R., 1987. The Political Economy of International Relations. Princeton, NJ: Princeton
University Press.
Hobden, Stephen & Jones, Richard Wyn, 2001. Marxist Theories of International Relations,
in: John Baylis & Steve Smith (eds.) The Globalization of World Politics, 2nd edition.
Oxford, pp. 200-223.
Jackson, R., &. Sorensen, G., 1999. Introduction to International Relations. Oxford
University Press.
Steans, Jill and Pettiford, Lloyd & Diez, Thomas, 2005. Introduction to International

Relations, Perspectives & Themes, 2nd edition. Pearson & Longman. Chap. 3, pp. 75102.