Indeks pengkajian risiko bencana (1)
TUGAS KULIAH
MITIGASI BENCANA
JUDUL
KAJIAN RISIKO BENCANA EPIDEMI DAN WABAH PENYAKIT
OLEH:
RIFKI
(1420 922012)
AULIA ANSHARI HAKIM
(1620925001)
PROGRAM MAGISTER TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL-FAKULTAS
TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS
2016
Daftar Isi
Ringkasan Eksekutif :.............................................................................................................................1
Bab 1 : Pendahuluan..............................................................................................................................2
1.1
Latar belakang.......................................................................................................................2
1.2
Tujuan....................................................................................................................................4
1.3
Ruang Lingkup.......................................................................................................................4
1.4
Landasan Hukum...................................................................................................................5
1.5
Pengertian.............................................................................................................................5
1.6
Sistematika Penulisan.........................................................................................................10
Bab 2 : Kondisi Kebencanaan...............................................................................................................12
2.1
Umum..................................................................................................................................12
2.2
Sejarah Kebencanaan Daerah.............................................................................................13
2.3
Potensi Bencana..................................................................................................................15
BAB 3 : Pengkajian Risiko Bencana.......................................................................................................16
3.1.
Indeks pengkajian risiko bencana.......................................................................................16
3.1.1.
Indeks ancaman bencana............................................................................................16
3.1.2.
Indeks penduduk terpapar..........................................................................................16
3.1.3.
Indeks kerugian...........................................................................................................17
3.1.4.
Indeks kapasitas..........................................................................................................17
3.1.5.
Analisis Indeks.............................................................................................................19
3.2.
Peta Risiko Bencana............................................................................................................21
3.3.
Kajian Risiko Bencana daerah.............................................................................................26
Bab 4 : Rekomendasi...........................................................................................................................27
BAB 5 : Penutup...................................................................................................................................28
Ringkasan Eksekutif :
Berdasarkan hasil kajian telah dilakukan untuk bencana Epidemi dan Wabah penyakit untuk
daerah Kabupaten Solok Selatan ini adalah penyakit ISPA. Tingginya indeks ancaman pada
daerah ini disebabkan banyaknya jumlah kasus penyakit ISPA di kabupaten Solok Selatan.
Tingkat Resiko Bencana wabah penyakit ISPA solok selatan :
Kecamatan
Sangir
Sangir Jujuan
Sangir Balai Janggo
Sangir Batang Hari
Sungai Pagu
Pauh Duo
Koto Parik Gadang Diateh
Tingkat Risiko Bencana
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang
Rendah
Tinggi
1
Bab 1 : Pendahuluan
1.1
Latar belakang
Indonesia adalah Negara yang rawan bencana. Hal ini terbukti dari berbagai hasil
penilaian tentang risiko bencana, seperti Maplecroft (2010) menempatkan
Indonesia sebagai Negara yang berisiko ekstrim peringkat 2 setelah Bangladesh,
disamping juga masih ada indeks risiko yang dibuat oleh UN University dan UNDP.
Kenyataan tersebut tidak dapat dipungkiri mengingat kondisi geografi dan geologi
Indonesia yang terletak pada pertemuan tiga lempeng raksasa Eurasia,
Indoaustralia dan Pasifik, serta berada pada “Ring of Fire”.
Untuk mengetahui secara rinci tingkat kerawanan daerah di wilayah Negara
Indonesia, BNPB telah melakukan penilaian tentang Indeks Kerawanan Bencana
Indonesia (2009) yang diperbaharui dengan Indeks Rawan Bencana Indonesia
(2011).
Kerawanan bencana yang dilakukan penilaiannya dalam IRBI diartikan sebagai
tingkat kerusakan/kerugian yang diakibatkan oleh jenis bencana tertentu. Dengan
demikian perhitungan indeks rawan bencananya diperoleh dari dampak korban
jiwa (meninggal dan luka-luka) dan kerusakan (rumah dan fasilitas/infrastruktur)
serta kepadatan penduduk. Jadi kerawanan dihitung dari dampak bencana yang
telah terjadi.
Pada perhitungan kali ini, indeks yang dikaji adalah risiko bencana. Risiko bencana
merupakan penilaian kemungkinan dari dampak yang diperkirakan apabila
bahaya itu menjadi bencana. Dengan demikian perhitungan kali ini ditekankan
pada potensi kemungkinan dan besarnya dampak yang diukur dari keterpaparan
(exposure) dari setiap bahaya (hazard) dan gabungan dari beberapa hazard yang
ada (multi hazard). Jadi apabila kerawanan yang lalu dihitung dari data
korban/kerusakan yang tercatat (data yang tersedia) untuk setiap bencana, saat
ini indeks risiko ini dihitung dari potensi kemungkinan korban dan dampak yang
akan ditimbulkan dari suatu bencana.
Perubahan terminologi dari Indeks Rawan Bencana pada edisi tahun 2009 dan
2011 menjadi Indeks Risiko Bencana pada edisi 2013 didasarkan atas
penyesuaian yang digunakan oleh Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana. Dengan berkembangnya metoda dan
2
pengkajian risiko bencana, maka dalam penilaian Indeks Risiko Bencana
Indonesia ini telah menggunakan parameter-parameter bahaya, kerentanan dan
kapasitas sebagai penghitungan risiko bencana.
Dalam dokumen ini kami membahas perihal epidemi wabah yang terjadi di
Kabupaten Solok Selatan yang terjadi pada Tahun 2015. Beberapa faktor atau
alasan kenapa ISPA menjadi fokus ini adalah karena banyak terjadi kasus ISPA di
Kabupaten Solok Selatan dan merupakan yang tertinggi di Sumbar saat itu. Hal
tersebut bisa dilihat dari beberapa berita yang ada di media berkisar tahun 2015,
Gambar 1 : Berita pertama, bulan Mei 2015.
3
1.2
Gambar 2 : Berita dua, bulan Oktober 2015.
Tujuan
Dokumen ini disusun sebagai tugas mata kuliah Mitigasi Bencana pada Semester
3 (tiga) Fakultas Teknik Sipil Universitas Andalas.
Selain tujuan di atas, Indeks Risiko Bencana ini bertujuan untuk memberikan
informasi tingkat risiko bencana tiap-tiap Kecamatan di Solok Selatan Tentang
empidemi dan wabah penyakit yang dimiliki dan gabungan dari bahaya (multi
hazard) tersebut.
Sehingga bisa dikatakan bahwa Indeks Risiko Bencana ini merupakan penilaian
bencana empidemi dan wabah penyakit yang ada di Solok Selatan.
Indeks Risiko Bencana Solok Selatan dapat digunakan untuk memberikan
gambaran perbandingan tingkat risiko dari suatu kecamatan dibandingkan
dengan kecamatan yang lain.
4
Berdasarkan tingkat risiko ini dapat digunakan oleh berbagai pihak untuk
melakukan analisis sebagai dasar dari kebijakan kelembagaan, pendanaan,
perencanaan, statistik
1.3
Ruang Lingkup
Indeks Risiko Bencana Solok Selatan ini dihitung berdasarkan rumus =
Bahaya (hazard) dihitung berdasarkan rata-rata dari tingkat bahaya berupa data
frekuensi dan magnitude dari bahaya alam seperti banjir, longsor, gempa bumi,
tsunami, dan lain-lain.
Kerentanan (vulnerability) diamati berdasarkan parameter sosial budaya,
ekonomi, fisik dan lingkungan. Untuk data tentang kapasitas kemampuan
dilakukan dengan menggunakan metoda penilaian kapasitas berdasarkan
parameter kapasitas regulasi, kelembagaan, sistem peringatan, pendidikan
pelatihan keterampilan, mitigasi dan sistem kesiapsiagaan.
Unit terkecil yang dijadikan satuan penilaian fisik adalah Kabupaten/Kota seluruh
Indonesia, sedangkan untuk penilaian risiko bencana Provinsi dilakukan dengan
penghitungan rata-rata dari indeks Risiko Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi
tersebut.
Untuk Indeks Risiko Bencana Indonesia kali ini dibatasi pada bahaya-bahaya yang
ditimbulkan oleh alam.
1.4
Landasan Hukum
Beberapa landasan hukum yang digunakan dalam penyusunan perhitungan risiko
bencana ini :
1.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
2.
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2
Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan
3.
Bencana;
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3
Tahun 2012 Tentang panduan penilaian kapasitas daerah dalam
penanggulangan bencana.
1.5
Pengertian
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh
5
faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda dan dampak psikologis.
Bencana Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa kegagalan teknologi,
gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit.
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok
dan antar komunitas masyarakat serta teror.
Bahaya/Ancaman (hazard) adalah suatu situasi atau kejadian atau peristiwa yang
mempunyai potensi dapat menimbulkan kerusakan, kehilangan jiwa manusia,
atau kerusakan Iingkungan.
Risiko (risk) adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu
wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa
terancam, hilangnya rasa aman, jumlah orang mengungsi, kerusakan atau
kehilangan harta dan infrastruktur, dan gangguan kegiatan masyarakat secara
sosial dan ekonomi.
Kerentanan (vulnerability) adalah suatu kondisi yang ditentukan oleh faktorfaktor atau proses-proses fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan yang
mengakibatkan menurunnya kemampuan dalam menghadapi bahaya (hazards).
Kemampuan (capacity) adalah penguasaan terhadap sumberdaya, teknologi,
cara, dan kekuatan yang dimiliki masyarakat, yang memungkinkan mereka untuk,
mempersiapkan diri, mencegah, menjinakkan, menanggulangi, mempertahankan
diri dalam menghadapi ancaman bencana serta dengan cepat memulihkan diri
dari akibat bencana.
Masyarakat Rentan adalah anggota masyarakat yang membutuhkan bantuan
karena keadaan yang di sandangnya di antaranya masyarakat lanjut usia,
penyandang cacat, anakanak, serta ibu hamil dan menyusui.
6
Jiwa Terpapar adalah jumlah populasi di suatu daerah yang berada dalam daerah
atau jangkauan ancaman bencana sehingga potensial untuk menjadi korban dari
suatu bencana.
Korban adalah orang/sekelompok orang yang mengalami dampak buruk akibat
bencana, seperti kerusakan dan atau kerugian harta benda, penderitaan dan atau
kehilangan jiwa. Korban meliputi korban meninggal, hilang, luka/sakit menderita
dan mengungsi.
Korban meninggal adalah orang yang dilaporkan tewas atau meninggal dunia
akibat bencana.
Korban hilang adalah orang yang dilaporkan hilang atau tidak ditemukan atau
tidak diketahui keberadaannya setelah terjadi bencana. Korban luka/ sakit
adalah orang yang mengalami luka-luka atau sakit, dalam keadaan luka ringan,
luka sedang maupun luka berat/parah, baik yang berobat jalan maupun rawat
inap.
Korban menderita adalah orang atau sekelompok orang yang terkena dampak
bencana, namun masih menempati tempat tinggalnya sendiri atau di tempat
sanak saudara dan bukan berada di lokasi pengungsian.
Korban mengungsi adalah orang/ sekelompok orang yang terpaksa atau dipaksa
keluar dari tempat tinggalnya ke tempat yang lebih aman dalam upaya
menyelamatkan diri/jiwa untuk jangka waktu yang belum pasti sebagai akibat
dampak buruk bencana.
Kerusakan harta benda dan Infrastruktur meliputi rumah, fasilitas, pendidikan
(sekolah, madrasah atau pesantren), fasilitas kesehatan (rumah sakit, puskesmas,
puskemas pembantu), fasilitas peribadatan (masjid, gereja, vihara, dan pura),
bangunan lain (kantor, pasar, kios) dan jalan dan jembatan yang mengalami
kerusakan (rusak ringan, sedang dan berat atau hancur maupun roboh) serta
sawah yang terkena bencana dan puso (gagal panen).
Pengurangan Risiko Bencana adalah upaya sistematis untuk mengembangkan
dan menerapkan kebijakan, strategis dan tindakan yang dapat meminimalisir
jatuhnya korban jiwa dan hilang atau rusaknya aset serta harta benda akibat
bencana, baik melalui upaya mitigasi bencana (pencegahan, peningkatan
kesiapsiagaan) ataupun upaya mengurangi kerentanan (fisik, material, sosial,
7
kelembagaan, prilaku/sikap). Peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam
dan atau buatan manusia, yang berada di atas maupun di bawah permukaan
bumi yang digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala tertentu.
Peta Bahaya (hazard map) adalah peta petunjuk zonasi tingkat bahaya satu jenis
ancaman bencana pada suatu daerah pada waktu tertentu.
Peta Kerentanan (vulnerability map) adalah peta petunjuk zonasi tingkat
kerentanan satu jenis ancaman bencana pada suatu daerah pada waktu tertentu.
Peta Risiko Bencana adalah peta petunjuk zonasi tingkat risiko suatu jenis
ancaman bencana pada suatu daerah pada waktu tertentu. Peta ini bersifat
dinamis, sehingga harus direvisi tiap waktu tertentu dan merupakan hasil
perpaduan antara peta bahaya (hazard map) dan peta kerentanan (vulnerability
map). Peta Risiko Bencana disajikan berupa gambar dengan warna dan simbol.
Penjelasan dimuat dalam bentuk keterangan pinggir.
Kejadian bencana adalah peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat berdasarkan
tanggal kejadian, lokasi (kabupaten/kota), jenis bencana, korban dan atau
kerusakan harta benda jika terjadi bencana pada tanggal yang sama dan melanda
lebih dari satu kabupaten/kota dan atau provinsi, maka dihitung sebagai satu
kejadian.
Disaster Risk Index (DRI) merupakan perhitungan rata-rata kematian per Negara
dalam bencana skala besar dan menengah yang diakibatkan oleh gempa bumi,
siklon tropis dan banjir berdasarkan data tahun 1980-2000. Hal ini
memungkinkan identifikasi sejumlah variable sosial ekonomi dan lingkungan yang
berkorelasi dengan risiko kematian serta menunjukkan sebab akibat dalam proses
risiko bencana. Setiap Negara memiliki indeksnya masing-masing untuk setiap
jenis bahaya menurut tingkat eksposure fisik, tingkat kerentanan relative dan
tingkat risikonya. Berdasarkan DRI pula, konsep risiko bencana tidak disebabkan
oleh peristiwa-peristiwa yang berbahaya, namun lebih kepada sejarah kejadian
yang dibangun melalui kegiatan manusia dan proses-prosesnya. Dengan demikian
risiko kematian dalam bencana ini hanya tergantung sebagian pada keberadaan
fenomena fisik seperti gempa bumi, siklon tropis, dan banjir. Dalam DRI, faktor
utamanya adalah risiko kehilangan nyawa dan tidak termasuk aspek risiko
8
lainnya, seperti mata pencaharian dan perekonomian. Hal ini disebabkan karena
kurangnya data yang tersedia pada skala global dengan resolusi nasional.
Gempa bumi adalah peristiwa pelepasan energi yang diakibatkan oleh
pergeseran/pergerakan pada bagian dalam bumi (kerak bumi) secara tiba-tiba.
Tipe gempa bumi yang umum ada dua, yaitu gempa tektonik dan gempa vulkanik.
Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal
dengan istilah ‘erupsi’. Bahaya letusan gunung api dapat berupa awan panas,
lontaran material (pijar), hujan abu, lava, gas racun dan banjir lahar.
Tsunami adalah rangkaian gelombang laut dengan periode panjang yang
ditimbulkan oleh gangguan impulsive dari dasar laut. Tsunami dapat disebabkan
oleh: (1) gempa bumi diikuti dengan dislokasi/perpindahan massa/batuan yang
sangat besar di bawah air (laut/danau); (2) tanah longsor di dalam laut; (3)
letusan gunung api di bawah laut atau gunung api pulau.
Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan,
maupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat
terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng.
Banjir merupakan limpasan air yang melebihi tinggi muka air normal, sehingga
melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah
di sisi sungai. Pada umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di
atas normal sehingga system pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak
sungai alamiah serta system drainase dangkal penampung banjir buatan yang ada
tidak mampu menampung akumulasi air hujan tersebut sehingga meluap.
Adapun yang dimaksud banjir di bidang pertanian adalah banjir yang terjadi di
lahan pertanian yang ada tanaman (padi, jagung, kedelai dan lain-lain) yang
sedang dibudidayakan.
Banjir bandang biasanya terjadi pada aliran sungai yang kemiringan dasar sungai
curam. Aliran banjir yang tinggi dan sangat cepat dan limpasannya dapat
membawa batu besar atau bongkahan dan pepohonan serta merusak atau
menghanyutkan apa saja yang dilewati namun cepat surut kembali.
Kebakaran lahan dan hutan merupakan suatu keadaan di mana hutan dan lahan
dilanda api, sehingga mengakibatkan kerusakan hutan atau hasil hutan yang
menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan. Kebakaran lahan dan
9
hutan seringkali menyebabkan bencana asap yang mengganggu kepada
masyarakat sekitar.
Cuaca Ekstrim dalam hal ini adalah angin topan merupakan pusat angin kencang
dengan kecepatan angin 120 km/jam atau lebih yang sering terjadi di wilayah
tropis di antara agraris balik utara dan selatan, kecuali di daerah-daerah yang
sangat dekat dengan khatulistiwa. Angin topan ini disebabkan oleh perbedaan
tekanan dalam suatu sistem cuaca.
Gelombang Ekstrim atau badai adalah gelombang tinggi yang yang ditimbulkan
karena efek terjadinya siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia dan berpotensi
kuat menimbulkan bencana alam. Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis
tetapi keberadaan siklon tropis akan memberikan pengaruh kuat terjadinya angin
kencang, gelombang tinggi disertai hujan deras.
Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut
yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis
pantai akibat abrasi ini dipicu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah
pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun
manusia sering disebut sebagai penyebab utama abrasi.
1.6
Sistematika Penulisan
Penyajian Dokumen Kajian Risiko Bencana terdiri dari bab-bab sebagai
berikut:
1. Ringkasan Eksekutif
2. Bab 1 : Pendahuluan
3. Bab 2 : Kondisi Kebencanaan
4. Bab 3 : Kajian Risiko Bencana
5. Bab 4 : Dasar Kebijakan Pengurangan Risiko Bencana
6. Bab 5 : Kesimpulan dan Penutup
10
Penyajian dokumen sedapat mungkin menggunakan bahasa yang lugas dan
sederhana. Kesederhanaan ini diharapkan dapat mempermudah seluruh
masyarakat untuk memahami hasil kajian secara menyeluruh.
1. Ringkasan Eksekutif
Ringkasan eksekutif disusun tidak lebih dari 2 halaman. Ringkasan ini
memaparkan seluruh hasil pengkajian dalam bentuk tabel tingkat risiko
bencana pada suatu daerah. Selain itu, ringkasan ini juga memberikan
gambaran umum berbagai rekomendasi kebijakan yang perlu diambil oleh
suatu daerah untuk menekan risiko bencana di daerah tersebut.
2. Bab 1 : Pendahuluan
Berisi sub bab sebagai berikut :
1. Latar belakang
Memaparkan
alasan-alasan
disusunnya
dokumen
dengan
mengembangkan perspektif umum terkait sejarah kebencanaan dan
penanggulangannya, struktur sosial daerah, dan kondisi lain yang
penting.
2. Tujuan
Menjawab pertanyaan apa fungsi dokumen ini disusun
3. Ruang Lingkup
Memaparkan batasan kajian
4. Landasan Hukum
5. Pengertian
Memberikan definisi dari istilah-istilah yang digunakan dalam laporan.
6. Sistematika Penulisan
Menginformasikan judul-judul bab laporan
3. Bab 2 : Kondisi Kebencanaan
Berisi sub bab sebagai berikut :
1. Umum
Memaparkan secara singkat perspektif penanggulangan bencana
disuatu
daerah
terkait
kondisi
perekonomian,
sosial,
budaya,
lingkungan, infrastruktur, kelembagaan dan kesiapsiagaan masyarakat .
2. Sejarah Kebencanaan Daerah
11
Memaparkan secara singkat data dan sejarah kebencanaan di daerah
bencana geologi, klimatologi, kejadian luar biasa, kegagalan teknologi,
bencana sosial dan lainnya.
3. Potensi Bencana
Memaparkan potensi bencana di daerah yang melakukan lingkup
kajian. Data potensi bencana ini dapat menggunakan sumber informasi
dari Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI).
4. Bab 3 : Pengkajian Risiko Bencana
Berisi sub bab sebagai berikut:
1. Indeks Pengkajian Risiko Bencana
Memaparkan Indeks Ancaman, Indeks Penduduk Terpapar, Indeks
Kerugian Ekonomi dan Indeks Kapasitas untuk setiap bencana di
lingkup kajian.
2. Peta Risiko Bencana
Memaparkan Peta Risiko Bencana untuk setiap bencana yang diperoleh
berdasarkan perhitungan dari Indeks Pengkajian Risiko Bencana
3. Kajian Risiko Bencana Daerah
Memaparkan kajian Tingkat Risiko Bencana lingkup kajian untuk setiap
bencana yang berpotensi terjadi. Kajian Tingkat Risiko Bencana ini
dilaksanakan berdasarkan Indeks Pengkajian Risiko Bencana.
5. Bab 4 : Rekomendasi
Berisi sub bab sebagai berikut :
1. Rekomendasi Kebijakan Bersifat Administratif
Memaparkan rekomendasi kebijakan yang diperoleh berdasarkan kajian
Tingkat Ketahanan Daerah berdasarkan HFA.
2. Rekomendasi Kebijakan Bersifat Teknis
Memaparkan rekomendasi kebijakan yang diperoleh berdasarkan
pemetaan risiko bencana pada lingkup daerah pemerintahaan terkecil
pada lingkup daerah kajian.
6. Bab 5 : Penutup
Memberikan
kesimpulan
akhir
terkait
Tingkat
Risiko
Bencana
dan
kebijakan yang direkomendasikan serta kemungkinan tindaklanjut dari
dokumen yang sedang disusun.
12
7. Lampiran
Lampiran minimal terdiri dari :
a. Perhitungan Indeks Pengkajian Risiko Bencana (suplemen untuk Bab 4)
b. Peta Ancaman Bencana (ukuran A4 -suplemen Bab 5)
c. Peta Kerentanan Daerah (ukuran A4-suplemen Bab 5)
d. Peta Kapasitas Daerah (ukuran A4-suplemen Bab 5)
e. Hasil Perhitungan Kapasitas Daerah (Suplemen untuk Bab 3)
13
Bab 2 : Kondisi Kebencanaan
2.1 Umum
Kabupaten Solok Selatan adalah kabupaten yang terletak di bagian timur Provinsi
Sumatera Barat. Kabupaten ini resmi dimekarkan dari Kabupaten Solok pada tahun
2004 mencakup wilayah seluas 3.346,20 km². Secara administratif kabupaten ini
berbatasan langsung dengan Provinsi Jambi di sebelah selatan dan dikelilingi oleh
tiga kabupaten lain di Sumatera Barat dari barat ke timur: Kabupaten Pesisir Selatan,
Solok, dan Dharmasraya. Pusat pemerintahannya terletak di Padang Aro, sekitar 161
km dari pusat Kota Padang.
Untuk daerah yang sedang berkembang tentu kesehatan merupakan salah satu
bagian yang sangat perlu diperhatikan, maka dalam laporan ini akan membahas
penyakit/ epidemi penyakit.
2.2 Sejarah Kebencanaan Daerah
Berikut 10 bencana penyakit pada daerah solok selatan pada tahun 2013-2015 :
14
15
2.3 Potensi Bencana
Berdasarkan sejarah kebencanan Solok Selatan terlihat bahwa penyakit ISPA
merupakan penyakit yang jumlah penderitanya sangat besar. Sehingga pada bencana
penyakit yang ditinjau dalam daerah solok selatan ini ada penyakit ISPA.
16
BAB 3 : Pengkajian Risiko Bencana
3.1. Indeks pengkajian risiko bencana
3.1.1.
Indeks Ancaman Bencana
Indeks Ancaman Bencana disusun berdasarkan dua komponen utama, yaitu kemungkinan terjadi
suatu ancaman dan besaran dampak yang pernah tercatat untuk bencana yang terjadi tersebut.
Dapat dikatakan bahwa indeks ini disusun berdasarkan data dan catatan sejarah kejadian yang
pernah terjadi pada suatu daerah.
Untuk komponen Indeks bencana Epidemi & Wabah Penyakit, penyakit yang ditinjau adalah
wabah/penyakit ISPA. Indeks ancaman penyakit ISPA ini dipengaruhi oleh jumlah penderita dan
kepadatan penduduk didaerah/ dipengaruhi juga oleh kepadatan penduduk diwilayah yang ditinjau.
Berikut cara perhitungan Indeks ancaman Epidemi & Wabah penyakit.
Rumus yang digunakan untuk mendapatkan Skor ancaman bencana :
Skor bahaya :
KTI
( 1000
)∗log( kepadatan0,01penduduk )/log ( 100/0,01)
KTI (Kepadatan timbulnya ISPA)
Data yang dibutuhkan untuk menghitung indeks ancaman ini adalah :
a. Data KTI didapat dari data jumlah penderita ISPA per kecamatan dibagi rata tiap nagari
sesuai dengan banyaknya jumlah penduduk daerah itu. (Lampiran 1)
b. Data Kepadatan penduduk didapat dari statistik daerah masing-masing kecamatan.
(Lampiran 2)
Besar Indeks ancaman berdasarkan Rentang skor bahaya, < 0,34 (Rendah), 0,34-0,66 (Sedang), > 0,67
(Tinggi).
3.1.2.
Indeks Penduduk Terpapar
Penentuan Indeks Penduduk Terpapar dihitung dari komponen sosial budaya di kawasan yang
diperkirakan terlanda bencana. Komponen ini diperoleh dari indikator kepadatan penduduk dan
indikator kelompok rentan pada suatu daerah bila terkena bencana. Indeks kerentanan sosial
diperoleh dari rata-rata bobot kepadatan penduduk (60%), rasio kemiskinan (30%), dan rasio
kelompok umur (10%).
17
(
log
skor penduduk terpapar : 0,6 ×
kepadatan penduduk
0,01
+ ( 0,3× rasio kemiskinan ) +× ( 0,1 ×rasio jenis kelo
100
log
0,01
( )
)
Data yang dibutuhkan untuk menghitung Indeks penduduk terpapar adalah :
a. Kepadatan Penduduk didapat dari statistik daerah masing-masing kecamatan. (Lampiran 2).
b. Rasio Kemiskinan didapat dari statistik daerah masing-masing kecamatan. (Lampiran 3)
c. Rasio Kelompok Umur di copy dari (Lampiran 4).
Besar Indeks penduduk terpapar berdasarkan skor penduduk terpapar, < 1 (Rendah), 1-2 (Sedang), >
2 (Tinggi).
3.1.3.
Indeks Kerugian
Tidak seperti gempa, banjir atau tanah longsor yang dapat menyebabkan kerusakan fisik atau
kerusakan lingkungan dan kerugian materi/ekonomi. Indeks kerugian pada epidemi penyakit ini
hanya akan berpengaruh kepada faktor ekonomi dari penderita penyakit tersebut. Indeks kerugian
dari epidemi penyakit ini kami hitung dengan memperhitungkan jumlah penderita, rasio kemiskinan
dan rasio kelompok umur.
KTI
0,01
skor kerugian: 0,6 ×
+ ( 0,3× rasio kemiskinan ) +× ( 0,1 ×rasio jenis kelompok umur )
100
log
0,01
(
log
( )
)
Data yang dibutuhkan untuk Indeks kerugian:
a. Data KTI didapat dari data jumlah penderita ISPA per kecamatan dibagi rata tiap nagari
sesuai dengan banyaknya jumlah penduduk daerah itu. (Lampiran 1)
b. Rasio Kemiskinan didapat dari statistik daerah masing-masing kecamatan. (Lampiran 3)
c. Rasio Kelompok Umur di copy dari kelompok (Lampiran 4).
Besar Indeks kerugian berdasarkan skor kerugian, < 1 (Rendah), 1-2 (Sedang), > 2 (Tinggi).
3.1.4.
Indeks Kapasitas
Penentuan tingkat kapasitas diatur dalam BNPB No. 3 tahun 2012. Untuk mendapatkan Indeks
kapasitas suatu wilayah diperlukan survey langsung pada beberapa pihak terkait dengan
pertanyaan/kuesioner1 yang telah ditentukan oleh BNPB tersebut.
1 Perka BNPB No.3 tahun 2012, hlm 20-42
18
Dari kuesioner tersebut kami meng asumsikan Indeks kapasitas tiap nagari solok selatan sama dan
kami menjadi responden dari kuesioner yang ditentukan BNPB tersebut dan hasilnya Indeks
kapasitas daerah solok selatan Sedang.
19
Besar indeks ancaman, indeks penduduk terpapar, indeks kerugian dan indeks kapasitas per nagari solok selatan :
Tabel 1. Besar indeks ancaman, indeks penduduk terpapar, indeks kerugian dan indeks kapasitas per nagari solok selatan
20
3.1.5.
Analisis Indeks
Dari hasil indeks yang tersaji pada Tabel 1. Selanjutnya dilakukan analisis indeks berdasarkan bagan
berikut ini :
21
Untuk penentuan kelas indeks ditentukan dengan matriks berikut :
22
Berikut hasil analisis indeks untuk kajian risiko bencana :
Tabel 2. Analisis indeks untuk penentuan resiko bencana
23
3.2.
Peta Risiko Bencana
Berikut Peta risiko bencana berdasarkan hasil analisis indeks :
21
3.3. Kajian Risiko Bencana daerah
Epidemi dan wabah penyakit ISPA pada daerah Kabupaten Solok Selatan umumnya mempunyai
tingkat risiko bencana yang berbeda-beda. Namun Kecamatan Sangir dan Kecamatan koto parik
gadang diateh mempunyai tingkat resiko yang besar. Untuk kecamatan Sungai Pagu tingkat resiko
sedang dan untuk Sangir Jujuan, Sangir Balai Janggo dan Sangir Batang Hari tingkat resiko rendah.
26
Bab 4 : Rekomendasi
Peta ini merupakan simulasi peta bahaya risiko yang berbeda. Peta ini harus
digunakan bersama peta untuk bahaya individu. Namun peta ini dapat digunakan
sendiri untuk memperoleh gambaran cepat dan komprehensif situasi paparan
kombinasi risiko penduduk yang dapat banyak membantu dalam mengambilan
keputusan perencanaan strategis.
Tingkat risiko yang dapat diterima dalam peta ini dicerminkan dalam warna rentang
kelas paparan penduduk. Kode warna ini perlu disesuaikan agar peta beserta
analisanya mencerminkan tingkat risiko yang dapat diterima dan disepakati oleh
masyarakat dan sesuai dengan sasaran pembangunan pemerintahan daerah.
Pada analisis resiko lebih lanjut probabilitas waktu kejadian bencana (atau
pengulangan terjadi) perlu perhitungan untuk menimbang/ koreksi pentingnya nilai
kontribusi setiap bahaya terhadap keseluruhan resiko.
27
BAB 5 : Penutup
Saat menggunakan data spasial, ketepatan geometri menjadi hal terpenting. Data geografis digital
sudah dibuat di Indonesia selama bertahun-tahun. Selama itu, jumlah lembaga yang membuat data
spasial ini semakin bertambah dan mutu data yang dikeluarkan organisasi ini sangat beragam. Hal
tersebut menjadi suatu kesulitan untuk memastikan kondisi geografis untuk di peta. Seperti
perubahan batas administratif wilayah.
28
Daftar pustaka
Kabupaten Solok Selatan dalam Angka 2016
Kecamatan Sangir dalam angka 2016
Kecamatan Sangir jujuan dalam angka 2016
Kecamatan Sangir batang hari dalam angka 2016
Kecamatan Sungai pagu dalam angka 2016
Kecamatan Pauh Duo dalam angka 2016
Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh dalam angka 2016
Lampiran 1 Sumber Data Kepadatan Timbulnya ISPA (KTI)
Gambar 1. Penyakit terbanyak di kecamatan sungai pagu tahun 2015 2
Gambar 2. Penyakit terbanyak kecamatan sangir batang hari tahun 2015 3
2 BPS,Statistik daerah kecamatan Sungai Pagu, 2016, hlm-5
3 BPS,Statistik daerah kecamatan Sangir Batang Hari, 2016, hlm-6
Gambar 3. Penyakit terbanyak kecamatan Sangir Balai Jango tahun 2015 4
Gambar 4. Penyakit terbanyak kecamatan Sangir tahun 2015 5
Jumlah Kasus tertinggi dikecamatan pauh duo pada tahun 2015 adalah ISPA dengan jumlah kasus 719
kasus.6
4 BPS,Statistik daerah kecamatan Sangir Balai Jango, 2016, hlm-19
5 BPS,Statistik daerah kecamatan Sangir, 2016, hlm-20
6 BPS, Statistik daerah kecamatan Pauh Duo, 2016, hlm-5
Gambar 5. Penyakit terbanyak Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh tahun 2015 7
Gambar 6. Penyakit terbanyak kecamatan Sangir Jujuan tahun 2015 8
7 BPS,Kecamatan Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh dalam angka,2016, hlm-50
8 BPS,Kecamatan Kecamatan Sangir Jujuan dalam angka,2016, hlm-50
Lampiran 2 Kepadatan Penduduk
Gambar 7. Kepadatan penduduk kecamatan Sangir Batang hari tahun 2015 9
Gambar 8. Kepadatan Penduduk kecamatan Sangir tahun 2015 10
9 BPS,Statistik daerah kecamatan Sangir Batang Hari, 2016, hlm-12
10 BPS,Statistik daerah kecamatan Sangir, 2016, hlm-16
Gambar 9. Kepadatan penduduk kecamatan Pauh Duo tahun 2015 11
Gambar 10. Kepadatan Penduduk Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh tahun 2015 12
11 BPS, Statistik daerah kecamatan Pauh Duo, 2016, hlm-15
12 BPS,Kecamatan Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh dalam angka,2016, hlm-27
Gambar 11. Kepadatan Penduduk kecamatan Sangir Jujuan tahun 2015 13
13 BPS,Kecamatan Kecamatan Sangir Jujuan dalam angka,2016, hlm-50
Lampiran 4 Kelompok Umur
Gambar 12. Kelompok umur kecamatan Sangir Batang hari tahun 2015 14
Gambar 13. Penyakit terbanyak kecamatan Sangir Balai Jango tahun 2015 15
14 BPS,Statistik daerah kecamatan Sangir Batang Hari, 2016, hlm-11
15 BPS,Statistik daerah kecamatan Sangir Balai Jango, 2016, hlm-18
Gambar 14. Kelompok Umur kecamatan Sangir tahun 2015 16
Gambar 15. Kelompok Umur kecamatan Pauh Duo tahun 2015 17
16 BPS,Statistik daerah kecamatan Sangir, 2016, hlm-3
17 BPS, Statistik daerah kecamatan Pauh Duo, 2016, hlm-3
Gambar 16. Kelompok Umur Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh tahun 2015 18
Gambar 17. Kepadatan Penduduk kecamatan Sangir Jujuan tahun 2015 19
18 BPS,Kecamatan Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh dalam angka,2016, hlm-29
19 BPS,Kecamatan Kecamatan Sangir Jujuan dalam angka,2016, hlm-50
MITIGASI BENCANA
JUDUL
KAJIAN RISIKO BENCANA EPIDEMI DAN WABAH PENYAKIT
OLEH:
RIFKI
(1420 922012)
AULIA ANSHARI HAKIM
(1620925001)
PROGRAM MAGISTER TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL-FAKULTAS
TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS
2016
Daftar Isi
Ringkasan Eksekutif :.............................................................................................................................1
Bab 1 : Pendahuluan..............................................................................................................................2
1.1
Latar belakang.......................................................................................................................2
1.2
Tujuan....................................................................................................................................4
1.3
Ruang Lingkup.......................................................................................................................4
1.4
Landasan Hukum...................................................................................................................5
1.5
Pengertian.............................................................................................................................5
1.6
Sistematika Penulisan.........................................................................................................10
Bab 2 : Kondisi Kebencanaan...............................................................................................................12
2.1
Umum..................................................................................................................................12
2.2
Sejarah Kebencanaan Daerah.............................................................................................13
2.3
Potensi Bencana..................................................................................................................15
BAB 3 : Pengkajian Risiko Bencana.......................................................................................................16
3.1.
Indeks pengkajian risiko bencana.......................................................................................16
3.1.1.
Indeks ancaman bencana............................................................................................16
3.1.2.
Indeks penduduk terpapar..........................................................................................16
3.1.3.
Indeks kerugian...........................................................................................................17
3.1.4.
Indeks kapasitas..........................................................................................................17
3.1.5.
Analisis Indeks.............................................................................................................19
3.2.
Peta Risiko Bencana............................................................................................................21
3.3.
Kajian Risiko Bencana daerah.............................................................................................26
Bab 4 : Rekomendasi...........................................................................................................................27
BAB 5 : Penutup...................................................................................................................................28
Ringkasan Eksekutif :
Berdasarkan hasil kajian telah dilakukan untuk bencana Epidemi dan Wabah penyakit untuk
daerah Kabupaten Solok Selatan ini adalah penyakit ISPA. Tingginya indeks ancaman pada
daerah ini disebabkan banyaknya jumlah kasus penyakit ISPA di kabupaten Solok Selatan.
Tingkat Resiko Bencana wabah penyakit ISPA solok selatan :
Kecamatan
Sangir
Sangir Jujuan
Sangir Balai Janggo
Sangir Batang Hari
Sungai Pagu
Pauh Duo
Koto Parik Gadang Diateh
Tingkat Risiko Bencana
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang
Rendah
Tinggi
1
Bab 1 : Pendahuluan
1.1
Latar belakang
Indonesia adalah Negara yang rawan bencana. Hal ini terbukti dari berbagai hasil
penilaian tentang risiko bencana, seperti Maplecroft (2010) menempatkan
Indonesia sebagai Negara yang berisiko ekstrim peringkat 2 setelah Bangladesh,
disamping juga masih ada indeks risiko yang dibuat oleh UN University dan UNDP.
Kenyataan tersebut tidak dapat dipungkiri mengingat kondisi geografi dan geologi
Indonesia yang terletak pada pertemuan tiga lempeng raksasa Eurasia,
Indoaustralia dan Pasifik, serta berada pada “Ring of Fire”.
Untuk mengetahui secara rinci tingkat kerawanan daerah di wilayah Negara
Indonesia, BNPB telah melakukan penilaian tentang Indeks Kerawanan Bencana
Indonesia (2009) yang diperbaharui dengan Indeks Rawan Bencana Indonesia
(2011).
Kerawanan bencana yang dilakukan penilaiannya dalam IRBI diartikan sebagai
tingkat kerusakan/kerugian yang diakibatkan oleh jenis bencana tertentu. Dengan
demikian perhitungan indeks rawan bencananya diperoleh dari dampak korban
jiwa (meninggal dan luka-luka) dan kerusakan (rumah dan fasilitas/infrastruktur)
serta kepadatan penduduk. Jadi kerawanan dihitung dari dampak bencana yang
telah terjadi.
Pada perhitungan kali ini, indeks yang dikaji adalah risiko bencana. Risiko bencana
merupakan penilaian kemungkinan dari dampak yang diperkirakan apabila
bahaya itu menjadi bencana. Dengan demikian perhitungan kali ini ditekankan
pada potensi kemungkinan dan besarnya dampak yang diukur dari keterpaparan
(exposure) dari setiap bahaya (hazard) dan gabungan dari beberapa hazard yang
ada (multi hazard). Jadi apabila kerawanan yang lalu dihitung dari data
korban/kerusakan yang tercatat (data yang tersedia) untuk setiap bencana, saat
ini indeks risiko ini dihitung dari potensi kemungkinan korban dan dampak yang
akan ditimbulkan dari suatu bencana.
Perubahan terminologi dari Indeks Rawan Bencana pada edisi tahun 2009 dan
2011 menjadi Indeks Risiko Bencana pada edisi 2013 didasarkan atas
penyesuaian yang digunakan oleh Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana. Dengan berkembangnya metoda dan
2
pengkajian risiko bencana, maka dalam penilaian Indeks Risiko Bencana
Indonesia ini telah menggunakan parameter-parameter bahaya, kerentanan dan
kapasitas sebagai penghitungan risiko bencana.
Dalam dokumen ini kami membahas perihal epidemi wabah yang terjadi di
Kabupaten Solok Selatan yang terjadi pada Tahun 2015. Beberapa faktor atau
alasan kenapa ISPA menjadi fokus ini adalah karena banyak terjadi kasus ISPA di
Kabupaten Solok Selatan dan merupakan yang tertinggi di Sumbar saat itu. Hal
tersebut bisa dilihat dari beberapa berita yang ada di media berkisar tahun 2015,
Gambar 1 : Berita pertama, bulan Mei 2015.
3
1.2
Gambar 2 : Berita dua, bulan Oktober 2015.
Tujuan
Dokumen ini disusun sebagai tugas mata kuliah Mitigasi Bencana pada Semester
3 (tiga) Fakultas Teknik Sipil Universitas Andalas.
Selain tujuan di atas, Indeks Risiko Bencana ini bertujuan untuk memberikan
informasi tingkat risiko bencana tiap-tiap Kecamatan di Solok Selatan Tentang
empidemi dan wabah penyakit yang dimiliki dan gabungan dari bahaya (multi
hazard) tersebut.
Sehingga bisa dikatakan bahwa Indeks Risiko Bencana ini merupakan penilaian
bencana empidemi dan wabah penyakit yang ada di Solok Selatan.
Indeks Risiko Bencana Solok Selatan dapat digunakan untuk memberikan
gambaran perbandingan tingkat risiko dari suatu kecamatan dibandingkan
dengan kecamatan yang lain.
4
Berdasarkan tingkat risiko ini dapat digunakan oleh berbagai pihak untuk
melakukan analisis sebagai dasar dari kebijakan kelembagaan, pendanaan,
perencanaan, statistik
1.3
Ruang Lingkup
Indeks Risiko Bencana Solok Selatan ini dihitung berdasarkan rumus =
Bahaya (hazard) dihitung berdasarkan rata-rata dari tingkat bahaya berupa data
frekuensi dan magnitude dari bahaya alam seperti banjir, longsor, gempa bumi,
tsunami, dan lain-lain.
Kerentanan (vulnerability) diamati berdasarkan parameter sosial budaya,
ekonomi, fisik dan lingkungan. Untuk data tentang kapasitas kemampuan
dilakukan dengan menggunakan metoda penilaian kapasitas berdasarkan
parameter kapasitas regulasi, kelembagaan, sistem peringatan, pendidikan
pelatihan keterampilan, mitigasi dan sistem kesiapsiagaan.
Unit terkecil yang dijadikan satuan penilaian fisik adalah Kabupaten/Kota seluruh
Indonesia, sedangkan untuk penilaian risiko bencana Provinsi dilakukan dengan
penghitungan rata-rata dari indeks Risiko Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi
tersebut.
Untuk Indeks Risiko Bencana Indonesia kali ini dibatasi pada bahaya-bahaya yang
ditimbulkan oleh alam.
1.4
Landasan Hukum
Beberapa landasan hukum yang digunakan dalam penyusunan perhitungan risiko
bencana ini :
1.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
2.
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2
Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan
3.
Bencana;
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3
Tahun 2012 Tentang panduan penilaian kapasitas daerah dalam
penanggulangan bencana.
1.5
Pengertian
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh
5
faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda dan dampak psikologis.
Bencana Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa kegagalan teknologi,
gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit.
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok
dan antar komunitas masyarakat serta teror.
Bahaya/Ancaman (hazard) adalah suatu situasi atau kejadian atau peristiwa yang
mempunyai potensi dapat menimbulkan kerusakan, kehilangan jiwa manusia,
atau kerusakan Iingkungan.
Risiko (risk) adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu
wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa
terancam, hilangnya rasa aman, jumlah orang mengungsi, kerusakan atau
kehilangan harta dan infrastruktur, dan gangguan kegiatan masyarakat secara
sosial dan ekonomi.
Kerentanan (vulnerability) adalah suatu kondisi yang ditentukan oleh faktorfaktor atau proses-proses fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan yang
mengakibatkan menurunnya kemampuan dalam menghadapi bahaya (hazards).
Kemampuan (capacity) adalah penguasaan terhadap sumberdaya, teknologi,
cara, dan kekuatan yang dimiliki masyarakat, yang memungkinkan mereka untuk,
mempersiapkan diri, mencegah, menjinakkan, menanggulangi, mempertahankan
diri dalam menghadapi ancaman bencana serta dengan cepat memulihkan diri
dari akibat bencana.
Masyarakat Rentan adalah anggota masyarakat yang membutuhkan bantuan
karena keadaan yang di sandangnya di antaranya masyarakat lanjut usia,
penyandang cacat, anakanak, serta ibu hamil dan menyusui.
6
Jiwa Terpapar adalah jumlah populasi di suatu daerah yang berada dalam daerah
atau jangkauan ancaman bencana sehingga potensial untuk menjadi korban dari
suatu bencana.
Korban adalah orang/sekelompok orang yang mengalami dampak buruk akibat
bencana, seperti kerusakan dan atau kerugian harta benda, penderitaan dan atau
kehilangan jiwa. Korban meliputi korban meninggal, hilang, luka/sakit menderita
dan mengungsi.
Korban meninggal adalah orang yang dilaporkan tewas atau meninggal dunia
akibat bencana.
Korban hilang adalah orang yang dilaporkan hilang atau tidak ditemukan atau
tidak diketahui keberadaannya setelah terjadi bencana. Korban luka/ sakit
adalah orang yang mengalami luka-luka atau sakit, dalam keadaan luka ringan,
luka sedang maupun luka berat/parah, baik yang berobat jalan maupun rawat
inap.
Korban menderita adalah orang atau sekelompok orang yang terkena dampak
bencana, namun masih menempati tempat tinggalnya sendiri atau di tempat
sanak saudara dan bukan berada di lokasi pengungsian.
Korban mengungsi adalah orang/ sekelompok orang yang terpaksa atau dipaksa
keluar dari tempat tinggalnya ke tempat yang lebih aman dalam upaya
menyelamatkan diri/jiwa untuk jangka waktu yang belum pasti sebagai akibat
dampak buruk bencana.
Kerusakan harta benda dan Infrastruktur meliputi rumah, fasilitas, pendidikan
(sekolah, madrasah atau pesantren), fasilitas kesehatan (rumah sakit, puskesmas,
puskemas pembantu), fasilitas peribadatan (masjid, gereja, vihara, dan pura),
bangunan lain (kantor, pasar, kios) dan jalan dan jembatan yang mengalami
kerusakan (rusak ringan, sedang dan berat atau hancur maupun roboh) serta
sawah yang terkena bencana dan puso (gagal panen).
Pengurangan Risiko Bencana adalah upaya sistematis untuk mengembangkan
dan menerapkan kebijakan, strategis dan tindakan yang dapat meminimalisir
jatuhnya korban jiwa dan hilang atau rusaknya aset serta harta benda akibat
bencana, baik melalui upaya mitigasi bencana (pencegahan, peningkatan
kesiapsiagaan) ataupun upaya mengurangi kerentanan (fisik, material, sosial,
7
kelembagaan, prilaku/sikap). Peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam
dan atau buatan manusia, yang berada di atas maupun di bawah permukaan
bumi yang digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala tertentu.
Peta Bahaya (hazard map) adalah peta petunjuk zonasi tingkat bahaya satu jenis
ancaman bencana pada suatu daerah pada waktu tertentu.
Peta Kerentanan (vulnerability map) adalah peta petunjuk zonasi tingkat
kerentanan satu jenis ancaman bencana pada suatu daerah pada waktu tertentu.
Peta Risiko Bencana adalah peta petunjuk zonasi tingkat risiko suatu jenis
ancaman bencana pada suatu daerah pada waktu tertentu. Peta ini bersifat
dinamis, sehingga harus direvisi tiap waktu tertentu dan merupakan hasil
perpaduan antara peta bahaya (hazard map) dan peta kerentanan (vulnerability
map). Peta Risiko Bencana disajikan berupa gambar dengan warna dan simbol.
Penjelasan dimuat dalam bentuk keterangan pinggir.
Kejadian bencana adalah peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat berdasarkan
tanggal kejadian, lokasi (kabupaten/kota), jenis bencana, korban dan atau
kerusakan harta benda jika terjadi bencana pada tanggal yang sama dan melanda
lebih dari satu kabupaten/kota dan atau provinsi, maka dihitung sebagai satu
kejadian.
Disaster Risk Index (DRI) merupakan perhitungan rata-rata kematian per Negara
dalam bencana skala besar dan menengah yang diakibatkan oleh gempa bumi,
siklon tropis dan banjir berdasarkan data tahun 1980-2000. Hal ini
memungkinkan identifikasi sejumlah variable sosial ekonomi dan lingkungan yang
berkorelasi dengan risiko kematian serta menunjukkan sebab akibat dalam proses
risiko bencana. Setiap Negara memiliki indeksnya masing-masing untuk setiap
jenis bahaya menurut tingkat eksposure fisik, tingkat kerentanan relative dan
tingkat risikonya. Berdasarkan DRI pula, konsep risiko bencana tidak disebabkan
oleh peristiwa-peristiwa yang berbahaya, namun lebih kepada sejarah kejadian
yang dibangun melalui kegiatan manusia dan proses-prosesnya. Dengan demikian
risiko kematian dalam bencana ini hanya tergantung sebagian pada keberadaan
fenomena fisik seperti gempa bumi, siklon tropis, dan banjir. Dalam DRI, faktor
utamanya adalah risiko kehilangan nyawa dan tidak termasuk aspek risiko
8
lainnya, seperti mata pencaharian dan perekonomian. Hal ini disebabkan karena
kurangnya data yang tersedia pada skala global dengan resolusi nasional.
Gempa bumi adalah peristiwa pelepasan energi yang diakibatkan oleh
pergeseran/pergerakan pada bagian dalam bumi (kerak bumi) secara tiba-tiba.
Tipe gempa bumi yang umum ada dua, yaitu gempa tektonik dan gempa vulkanik.
Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal
dengan istilah ‘erupsi’. Bahaya letusan gunung api dapat berupa awan panas,
lontaran material (pijar), hujan abu, lava, gas racun dan banjir lahar.
Tsunami adalah rangkaian gelombang laut dengan periode panjang yang
ditimbulkan oleh gangguan impulsive dari dasar laut. Tsunami dapat disebabkan
oleh: (1) gempa bumi diikuti dengan dislokasi/perpindahan massa/batuan yang
sangat besar di bawah air (laut/danau); (2) tanah longsor di dalam laut; (3)
letusan gunung api di bawah laut atau gunung api pulau.
Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan,
maupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat
terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng.
Banjir merupakan limpasan air yang melebihi tinggi muka air normal, sehingga
melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah
di sisi sungai. Pada umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di
atas normal sehingga system pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak
sungai alamiah serta system drainase dangkal penampung banjir buatan yang ada
tidak mampu menampung akumulasi air hujan tersebut sehingga meluap.
Adapun yang dimaksud banjir di bidang pertanian adalah banjir yang terjadi di
lahan pertanian yang ada tanaman (padi, jagung, kedelai dan lain-lain) yang
sedang dibudidayakan.
Banjir bandang biasanya terjadi pada aliran sungai yang kemiringan dasar sungai
curam. Aliran banjir yang tinggi dan sangat cepat dan limpasannya dapat
membawa batu besar atau bongkahan dan pepohonan serta merusak atau
menghanyutkan apa saja yang dilewati namun cepat surut kembali.
Kebakaran lahan dan hutan merupakan suatu keadaan di mana hutan dan lahan
dilanda api, sehingga mengakibatkan kerusakan hutan atau hasil hutan yang
menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan. Kebakaran lahan dan
9
hutan seringkali menyebabkan bencana asap yang mengganggu kepada
masyarakat sekitar.
Cuaca Ekstrim dalam hal ini adalah angin topan merupakan pusat angin kencang
dengan kecepatan angin 120 km/jam atau lebih yang sering terjadi di wilayah
tropis di antara agraris balik utara dan selatan, kecuali di daerah-daerah yang
sangat dekat dengan khatulistiwa. Angin topan ini disebabkan oleh perbedaan
tekanan dalam suatu sistem cuaca.
Gelombang Ekstrim atau badai adalah gelombang tinggi yang yang ditimbulkan
karena efek terjadinya siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia dan berpotensi
kuat menimbulkan bencana alam. Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis
tetapi keberadaan siklon tropis akan memberikan pengaruh kuat terjadinya angin
kencang, gelombang tinggi disertai hujan deras.
Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut
yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis
pantai akibat abrasi ini dipicu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah
pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun
manusia sering disebut sebagai penyebab utama abrasi.
1.6
Sistematika Penulisan
Penyajian Dokumen Kajian Risiko Bencana terdiri dari bab-bab sebagai
berikut:
1. Ringkasan Eksekutif
2. Bab 1 : Pendahuluan
3. Bab 2 : Kondisi Kebencanaan
4. Bab 3 : Kajian Risiko Bencana
5. Bab 4 : Dasar Kebijakan Pengurangan Risiko Bencana
6. Bab 5 : Kesimpulan dan Penutup
10
Penyajian dokumen sedapat mungkin menggunakan bahasa yang lugas dan
sederhana. Kesederhanaan ini diharapkan dapat mempermudah seluruh
masyarakat untuk memahami hasil kajian secara menyeluruh.
1. Ringkasan Eksekutif
Ringkasan eksekutif disusun tidak lebih dari 2 halaman. Ringkasan ini
memaparkan seluruh hasil pengkajian dalam bentuk tabel tingkat risiko
bencana pada suatu daerah. Selain itu, ringkasan ini juga memberikan
gambaran umum berbagai rekomendasi kebijakan yang perlu diambil oleh
suatu daerah untuk menekan risiko bencana di daerah tersebut.
2. Bab 1 : Pendahuluan
Berisi sub bab sebagai berikut :
1. Latar belakang
Memaparkan
alasan-alasan
disusunnya
dokumen
dengan
mengembangkan perspektif umum terkait sejarah kebencanaan dan
penanggulangannya, struktur sosial daerah, dan kondisi lain yang
penting.
2. Tujuan
Menjawab pertanyaan apa fungsi dokumen ini disusun
3. Ruang Lingkup
Memaparkan batasan kajian
4. Landasan Hukum
5. Pengertian
Memberikan definisi dari istilah-istilah yang digunakan dalam laporan.
6. Sistematika Penulisan
Menginformasikan judul-judul bab laporan
3. Bab 2 : Kondisi Kebencanaan
Berisi sub bab sebagai berikut :
1. Umum
Memaparkan secara singkat perspektif penanggulangan bencana
disuatu
daerah
terkait
kondisi
perekonomian,
sosial,
budaya,
lingkungan, infrastruktur, kelembagaan dan kesiapsiagaan masyarakat .
2. Sejarah Kebencanaan Daerah
11
Memaparkan secara singkat data dan sejarah kebencanaan di daerah
bencana geologi, klimatologi, kejadian luar biasa, kegagalan teknologi,
bencana sosial dan lainnya.
3. Potensi Bencana
Memaparkan potensi bencana di daerah yang melakukan lingkup
kajian. Data potensi bencana ini dapat menggunakan sumber informasi
dari Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI).
4. Bab 3 : Pengkajian Risiko Bencana
Berisi sub bab sebagai berikut:
1. Indeks Pengkajian Risiko Bencana
Memaparkan Indeks Ancaman, Indeks Penduduk Terpapar, Indeks
Kerugian Ekonomi dan Indeks Kapasitas untuk setiap bencana di
lingkup kajian.
2. Peta Risiko Bencana
Memaparkan Peta Risiko Bencana untuk setiap bencana yang diperoleh
berdasarkan perhitungan dari Indeks Pengkajian Risiko Bencana
3. Kajian Risiko Bencana Daerah
Memaparkan kajian Tingkat Risiko Bencana lingkup kajian untuk setiap
bencana yang berpotensi terjadi. Kajian Tingkat Risiko Bencana ini
dilaksanakan berdasarkan Indeks Pengkajian Risiko Bencana.
5. Bab 4 : Rekomendasi
Berisi sub bab sebagai berikut :
1. Rekomendasi Kebijakan Bersifat Administratif
Memaparkan rekomendasi kebijakan yang diperoleh berdasarkan kajian
Tingkat Ketahanan Daerah berdasarkan HFA.
2. Rekomendasi Kebijakan Bersifat Teknis
Memaparkan rekomendasi kebijakan yang diperoleh berdasarkan
pemetaan risiko bencana pada lingkup daerah pemerintahaan terkecil
pada lingkup daerah kajian.
6. Bab 5 : Penutup
Memberikan
kesimpulan
akhir
terkait
Tingkat
Risiko
Bencana
dan
kebijakan yang direkomendasikan serta kemungkinan tindaklanjut dari
dokumen yang sedang disusun.
12
7. Lampiran
Lampiran minimal terdiri dari :
a. Perhitungan Indeks Pengkajian Risiko Bencana (suplemen untuk Bab 4)
b. Peta Ancaman Bencana (ukuran A4 -suplemen Bab 5)
c. Peta Kerentanan Daerah (ukuran A4-suplemen Bab 5)
d. Peta Kapasitas Daerah (ukuran A4-suplemen Bab 5)
e. Hasil Perhitungan Kapasitas Daerah (Suplemen untuk Bab 3)
13
Bab 2 : Kondisi Kebencanaan
2.1 Umum
Kabupaten Solok Selatan adalah kabupaten yang terletak di bagian timur Provinsi
Sumatera Barat. Kabupaten ini resmi dimekarkan dari Kabupaten Solok pada tahun
2004 mencakup wilayah seluas 3.346,20 km². Secara administratif kabupaten ini
berbatasan langsung dengan Provinsi Jambi di sebelah selatan dan dikelilingi oleh
tiga kabupaten lain di Sumatera Barat dari barat ke timur: Kabupaten Pesisir Selatan,
Solok, dan Dharmasraya. Pusat pemerintahannya terletak di Padang Aro, sekitar 161
km dari pusat Kota Padang.
Untuk daerah yang sedang berkembang tentu kesehatan merupakan salah satu
bagian yang sangat perlu diperhatikan, maka dalam laporan ini akan membahas
penyakit/ epidemi penyakit.
2.2 Sejarah Kebencanaan Daerah
Berikut 10 bencana penyakit pada daerah solok selatan pada tahun 2013-2015 :
14
15
2.3 Potensi Bencana
Berdasarkan sejarah kebencanan Solok Selatan terlihat bahwa penyakit ISPA
merupakan penyakit yang jumlah penderitanya sangat besar. Sehingga pada bencana
penyakit yang ditinjau dalam daerah solok selatan ini ada penyakit ISPA.
16
BAB 3 : Pengkajian Risiko Bencana
3.1. Indeks pengkajian risiko bencana
3.1.1.
Indeks Ancaman Bencana
Indeks Ancaman Bencana disusun berdasarkan dua komponen utama, yaitu kemungkinan terjadi
suatu ancaman dan besaran dampak yang pernah tercatat untuk bencana yang terjadi tersebut.
Dapat dikatakan bahwa indeks ini disusun berdasarkan data dan catatan sejarah kejadian yang
pernah terjadi pada suatu daerah.
Untuk komponen Indeks bencana Epidemi & Wabah Penyakit, penyakit yang ditinjau adalah
wabah/penyakit ISPA. Indeks ancaman penyakit ISPA ini dipengaruhi oleh jumlah penderita dan
kepadatan penduduk didaerah/ dipengaruhi juga oleh kepadatan penduduk diwilayah yang ditinjau.
Berikut cara perhitungan Indeks ancaman Epidemi & Wabah penyakit.
Rumus yang digunakan untuk mendapatkan Skor ancaman bencana :
Skor bahaya :
KTI
( 1000
)∗log( kepadatan0,01penduduk )/log ( 100/0,01)
KTI (Kepadatan timbulnya ISPA)
Data yang dibutuhkan untuk menghitung indeks ancaman ini adalah :
a. Data KTI didapat dari data jumlah penderita ISPA per kecamatan dibagi rata tiap nagari
sesuai dengan banyaknya jumlah penduduk daerah itu. (Lampiran 1)
b. Data Kepadatan penduduk didapat dari statistik daerah masing-masing kecamatan.
(Lampiran 2)
Besar Indeks ancaman berdasarkan Rentang skor bahaya, < 0,34 (Rendah), 0,34-0,66 (Sedang), > 0,67
(Tinggi).
3.1.2.
Indeks Penduduk Terpapar
Penentuan Indeks Penduduk Terpapar dihitung dari komponen sosial budaya di kawasan yang
diperkirakan terlanda bencana. Komponen ini diperoleh dari indikator kepadatan penduduk dan
indikator kelompok rentan pada suatu daerah bila terkena bencana. Indeks kerentanan sosial
diperoleh dari rata-rata bobot kepadatan penduduk (60%), rasio kemiskinan (30%), dan rasio
kelompok umur (10%).
17
(
log
skor penduduk terpapar : 0,6 ×
kepadatan penduduk
0,01
+ ( 0,3× rasio kemiskinan ) +× ( 0,1 ×rasio jenis kelo
100
log
0,01
( )
)
Data yang dibutuhkan untuk menghitung Indeks penduduk terpapar adalah :
a. Kepadatan Penduduk didapat dari statistik daerah masing-masing kecamatan. (Lampiran 2).
b. Rasio Kemiskinan didapat dari statistik daerah masing-masing kecamatan. (Lampiran 3)
c. Rasio Kelompok Umur di copy dari (Lampiran 4).
Besar Indeks penduduk terpapar berdasarkan skor penduduk terpapar, < 1 (Rendah), 1-2 (Sedang), >
2 (Tinggi).
3.1.3.
Indeks Kerugian
Tidak seperti gempa, banjir atau tanah longsor yang dapat menyebabkan kerusakan fisik atau
kerusakan lingkungan dan kerugian materi/ekonomi. Indeks kerugian pada epidemi penyakit ini
hanya akan berpengaruh kepada faktor ekonomi dari penderita penyakit tersebut. Indeks kerugian
dari epidemi penyakit ini kami hitung dengan memperhitungkan jumlah penderita, rasio kemiskinan
dan rasio kelompok umur.
KTI
0,01
skor kerugian: 0,6 ×
+ ( 0,3× rasio kemiskinan ) +× ( 0,1 ×rasio jenis kelompok umur )
100
log
0,01
(
log
( )
)
Data yang dibutuhkan untuk Indeks kerugian:
a. Data KTI didapat dari data jumlah penderita ISPA per kecamatan dibagi rata tiap nagari
sesuai dengan banyaknya jumlah penduduk daerah itu. (Lampiran 1)
b. Rasio Kemiskinan didapat dari statistik daerah masing-masing kecamatan. (Lampiran 3)
c. Rasio Kelompok Umur di copy dari kelompok (Lampiran 4).
Besar Indeks kerugian berdasarkan skor kerugian, < 1 (Rendah), 1-2 (Sedang), > 2 (Tinggi).
3.1.4.
Indeks Kapasitas
Penentuan tingkat kapasitas diatur dalam BNPB No. 3 tahun 2012. Untuk mendapatkan Indeks
kapasitas suatu wilayah diperlukan survey langsung pada beberapa pihak terkait dengan
pertanyaan/kuesioner1 yang telah ditentukan oleh BNPB tersebut.
1 Perka BNPB No.3 tahun 2012, hlm 20-42
18
Dari kuesioner tersebut kami meng asumsikan Indeks kapasitas tiap nagari solok selatan sama dan
kami menjadi responden dari kuesioner yang ditentukan BNPB tersebut dan hasilnya Indeks
kapasitas daerah solok selatan Sedang.
19
Besar indeks ancaman, indeks penduduk terpapar, indeks kerugian dan indeks kapasitas per nagari solok selatan :
Tabel 1. Besar indeks ancaman, indeks penduduk terpapar, indeks kerugian dan indeks kapasitas per nagari solok selatan
20
3.1.5.
Analisis Indeks
Dari hasil indeks yang tersaji pada Tabel 1. Selanjutnya dilakukan analisis indeks berdasarkan bagan
berikut ini :
21
Untuk penentuan kelas indeks ditentukan dengan matriks berikut :
22
Berikut hasil analisis indeks untuk kajian risiko bencana :
Tabel 2. Analisis indeks untuk penentuan resiko bencana
23
3.2.
Peta Risiko Bencana
Berikut Peta risiko bencana berdasarkan hasil analisis indeks :
21
3.3. Kajian Risiko Bencana daerah
Epidemi dan wabah penyakit ISPA pada daerah Kabupaten Solok Selatan umumnya mempunyai
tingkat risiko bencana yang berbeda-beda. Namun Kecamatan Sangir dan Kecamatan koto parik
gadang diateh mempunyai tingkat resiko yang besar. Untuk kecamatan Sungai Pagu tingkat resiko
sedang dan untuk Sangir Jujuan, Sangir Balai Janggo dan Sangir Batang Hari tingkat resiko rendah.
26
Bab 4 : Rekomendasi
Peta ini merupakan simulasi peta bahaya risiko yang berbeda. Peta ini harus
digunakan bersama peta untuk bahaya individu. Namun peta ini dapat digunakan
sendiri untuk memperoleh gambaran cepat dan komprehensif situasi paparan
kombinasi risiko penduduk yang dapat banyak membantu dalam mengambilan
keputusan perencanaan strategis.
Tingkat risiko yang dapat diterima dalam peta ini dicerminkan dalam warna rentang
kelas paparan penduduk. Kode warna ini perlu disesuaikan agar peta beserta
analisanya mencerminkan tingkat risiko yang dapat diterima dan disepakati oleh
masyarakat dan sesuai dengan sasaran pembangunan pemerintahan daerah.
Pada analisis resiko lebih lanjut probabilitas waktu kejadian bencana (atau
pengulangan terjadi) perlu perhitungan untuk menimbang/ koreksi pentingnya nilai
kontribusi setiap bahaya terhadap keseluruhan resiko.
27
BAB 5 : Penutup
Saat menggunakan data spasial, ketepatan geometri menjadi hal terpenting. Data geografis digital
sudah dibuat di Indonesia selama bertahun-tahun. Selama itu, jumlah lembaga yang membuat data
spasial ini semakin bertambah dan mutu data yang dikeluarkan organisasi ini sangat beragam. Hal
tersebut menjadi suatu kesulitan untuk memastikan kondisi geografis untuk di peta. Seperti
perubahan batas administratif wilayah.
28
Daftar pustaka
Kabupaten Solok Selatan dalam Angka 2016
Kecamatan Sangir dalam angka 2016
Kecamatan Sangir jujuan dalam angka 2016
Kecamatan Sangir batang hari dalam angka 2016
Kecamatan Sungai pagu dalam angka 2016
Kecamatan Pauh Duo dalam angka 2016
Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh dalam angka 2016
Lampiran 1 Sumber Data Kepadatan Timbulnya ISPA (KTI)
Gambar 1. Penyakit terbanyak di kecamatan sungai pagu tahun 2015 2
Gambar 2. Penyakit terbanyak kecamatan sangir batang hari tahun 2015 3
2 BPS,Statistik daerah kecamatan Sungai Pagu, 2016, hlm-5
3 BPS,Statistik daerah kecamatan Sangir Batang Hari, 2016, hlm-6
Gambar 3. Penyakit terbanyak kecamatan Sangir Balai Jango tahun 2015 4
Gambar 4. Penyakit terbanyak kecamatan Sangir tahun 2015 5
Jumlah Kasus tertinggi dikecamatan pauh duo pada tahun 2015 adalah ISPA dengan jumlah kasus 719
kasus.6
4 BPS,Statistik daerah kecamatan Sangir Balai Jango, 2016, hlm-19
5 BPS,Statistik daerah kecamatan Sangir, 2016, hlm-20
6 BPS, Statistik daerah kecamatan Pauh Duo, 2016, hlm-5
Gambar 5. Penyakit terbanyak Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh tahun 2015 7
Gambar 6. Penyakit terbanyak kecamatan Sangir Jujuan tahun 2015 8
7 BPS,Kecamatan Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh dalam angka,2016, hlm-50
8 BPS,Kecamatan Kecamatan Sangir Jujuan dalam angka,2016, hlm-50
Lampiran 2 Kepadatan Penduduk
Gambar 7. Kepadatan penduduk kecamatan Sangir Batang hari tahun 2015 9
Gambar 8. Kepadatan Penduduk kecamatan Sangir tahun 2015 10
9 BPS,Statistik daerah kecamatan Sangir Batang Hari, 2016, hlm-12
10 BPS,Statistik daerah kecamatan Sangir, 2016, hlm-16
Gambar 9. Kepadatan penduduk kecamatan Pauh Duo tahun 2015 11
Gambar 10. Kepadatan Penduduk Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh tahun 2015 12
11 BPS, Statistik daerah kecamatan Pauh Duo, 2016, hlm-15
12 BPS,Kecamatan Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh dalam angka,2016, hlm-27
Gambar 11. Kepadatan Penduduk kecamatan Sangir Jujuan tahun 2015 13
13 BPS,Kecamatan Kecamatan Sangir Jujuan dalam angka,2016, hlm-50
Lampiran 4 Kelompok Umur
Gambar 12. Kelompok umur kecamatan Sangir Batang hari tahun 2015 14
Gambar 13. Penyakit terbanyak kecamatan Sangir Balai Jango tahun 2015 15
14 BPS,Statistik daerah kecamatan Sangir Batang Hari, 2016, hlm-11
15 BPS,Statistik daerah kecamatan Sangir Balai Jango, 2016, hlm-18
Gambar 14. Kelompok Umur kecamatan Sangir tahun 2015 16
Gambar 15. Kelompok Umur kecamatan Pauh Duo tahun 2015 17
16 BPS,Statistik daerah kecamatan Sangir, 2016, hlm-3
17 BPS, Statistik daerah kecamatan Pauh Duo, 2016, hlm-3
Gambar 16. Kelompok Umur Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh tahun 2015 18
Gambar 17. Kepadatan Penduduk kecamatan Sangir Jujuan tahun 2015 19
18 BPS,Kecamatan Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh dalam angka,2016, hlm-29
19 BPS,Kecamatan Kecamatan Sangir Jujuan dalam angka,2016, hlm-50