Developing The Overall Audit Plan And Au (8)
Andinie Fatimah/3a3
2014017083
Developing The Overall Audit Plan And Audit Program
Jenis – jenis Pengujian Audit
Dalam mengembangkan rencana audit keseluruhan, auditor menggunakan
lima jenis pengujian untuk menentukan apakah laporan keuangan telah
disajikan secara wajar. Auditor menggunakan prosedur pengukuran risiko
untuk menilai risiko salah saji material.
1. Prosedur Pengukuran Risiko
Prosedur yang dilakukan untuk mendapatkan pemahaman atas entitas dan
lingkungannya, termasuk pengendalian internal, merupakan prosedur
penilaian risiko yang dilakukan auditor. Prosedur pengukuran risiko
dilakukan untuk menilai risiko salah saji material dalam laporan keuangan.
Auditor melakukan pengujian pengendalian, pengujian subsstantif
transaksi, prosedur analitis, serta pengujian atas perincian saldo dalam
melakukan penilaian terhadap salah saji material. Empat jenis pengujian
tersebut menggambarkan prosedur audit lanjutan yang dilakukan untuk
menghadapi risiko-risiko yang teridentifikasi, dan yang akan memberikan
dasar bagi opini auditor.
2. Pengujian Pengendalian
Pemahaman auditor terhadap pengendalian internal digunakan untuk
mengukur risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait transaksi.
Untuk mendapat bukti yang tepat dan mencukupi untuk mendukung
pengukuran tersebut, auditor melakukan pengujian pengendalian.
Auditor melakukan penelusuran sistem sebagai bagian dari prosedur untuk
mendapatkan pemahaman sebagai upaya membantunya dalam
menentukan apakah pengendalian sudah diterapkan. Penelusuran
biasanya diterapkan pada satu atau beberapa transaksi dan mengikuti
transaksi tersebut di sepanjang pemrosesan.
3. Pengujian Substantif Transaksi
Pengujian substantif merupakan prosedur yang dirancang untuk menguji
salah saji rupiah yang secara langsung berpengaruh pada ketepatan saldo
laporan keuangan. Auditor mengandalkan tiga jenis pengujian substantif,
yaitu: pengujian substantif transaksi, prossedur analitis substantif, serrta
pengujian terperinci saldo.
Pengujian substantif transaksi digunakan untuk menentukan apakah
keenam tujuan audit transaksi telah terpenuhi untuk setiap kelompok
transaksi. Dua diantaranya untuk tujuan transaksi penjualan adalah
transaksi penjualan benar-benar terjadi (tujuan keterjadian) dan transaksi
penjualan yang ada telah dicatat (tujuan kelengkapan).
4. Prosedur Analitis
Prosedur analitis melibatkan perbandingan-perbandingan jumlah yang
tercatat dengan ekspektasi yang dikembangkan oleh auditor. Standar audit
mengharuskan prosedur analitis dilakukan selamaperencanaan dan
penyelesaian audit. Dua tujuan utama dari prosedur analitis dalam
mengaudit saldo akun adalah untuk:
- Menandai adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan
- Memberikan bukti substantif
Andinie Fatimah/3a3
2014017083
Standar audit menyatakan bahwa prosedur analitis merupakan salah satu
jenis pengujian substantif (yaitu prosedur analitis substantif) ketika
dilakukan untuk memberikan bukti mengenai suatu saldo akhir akun.
5. Pengujian Terperinci Saldo
Pengujian terperinci saldo memfokuskan pada saldo akhir buku besar baik
untuk akun-akun neraca maupun laba rugi. Pengujian saldo akhir sangat
penting karena bukti yang biasanya didapatkan dari suatu sumber yang
independen dipandang sangat dipercaya. Seperti halnya untuk transaksi,
pengujian auditor atas perincian saldo juga harus memenuhi semua tujuan
audit terkait saldo untuk setiap akun-akun neraca yang signifikan.
Pengujian
Hubungan Antara Jenis Pengujian dan Bahan Bukti
Masing-masing dari empat jenis prosedur audit lanjutan hanya melibatkan
beberapa jenis bukti audit (konfirmasi, dokumentasi, dst). Hubungan antara
prosedur audit lanjutan dengan jenis bukti audit:
- Makin banyak jenis bukti, yang jumlah totalnya adalah enam, digunkan
untuk menguji peperincian saldo dibandingkan untuk setiap jenis pengujian
lainnya.
- Hanya pengujian terperinci saldo yang melibatkan pemeriksaan fisik dan
konfirmasi.
- Tanya jawab dengan klien dilakukan untuk setiap jenis pengujian.
- Dokumentasi digunakan di setiap jenis pengujian kecuali prosedur analitis.
- Pengerjaan ulang digunakan di setiap jenis pengujian kecuali prosedur
analitis dengan satu pengecualian.
- Penghitungan ulang digunakan untuk memverifikasi akurasi matematis atas
transaksi ketika melakukan pengujian substantif transaksi dan saldo akun
ketika melakukan pengujian atas perincian saldo.
Metodologi Perancangan Program Audit
Untuk merancang prosedur audit pengujian terperinci saldo, auditor
menggunakan suatu metodologi yang berorientasi pada tujuan audit terkait
saldo. Jika auditor memverifikasi akun piutang dagang, misalnya, prosedur
audit yang direncanakan harus memadai untuk memenuhi setiap tujuan audit
terkait saldo. Dalam merencanakan program audit pengujian terperinci saldo
untuk memenuhi tujuan tersebut. Rancangan prosedur biasanya merupakan
bagian yang paling sulit dari keseluruhan proses perencanaan karena sifatnya
yang sangat subjektif dan memerlukan pertimbangan profesional yang besar.
Metodologi untuk merancang pengujian terperinci atas saldo – piutang, yaitu:
1. Mengidentifikasi risiko-risiko bisnis klien yang berpengaruh pada
akun piutang dagang
Sebagai bagian dari mendapatkan pemahaman atas bisnis dan industri
klien, auditor mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko-risiko bisnis klien
yang signifikan untuk menentukan apakah risiko-risiko tersebut
mengakibatkan meningkatnya risiko salah saji material dalam laporan
keuangan. Jika setiap risiko bisnis klien yang teridentifikasi memengaruhi
piutang dagang, risiko tersebut harus dimasukkan ke dalam evaluasi
Andinie Fatimah/3a3
2014017083
2.
3.
4.
5.
6.
auditor dalam risiko bawaan atau risiko pengendalian. Risiko-risiko tersebut
kemudian akan berpenaruh pada keluasan bukti yang tepat.
Menetapkan salah saji yang dapat diterima dan mengkur risiko
bawaan untuk akun piutang dagang
Auditor harus memutuskan penilaian awal materialitas untuk audit secara
keseluruhan dan kemudian mengalokasikan totalnya ke saldo akun, untuk
mendapatkan salah saji yang dapat diterima untuk setiap saldo yang
signifikan. Risiko bawaan diukur dengan mengidentifikasi setiap aspek dari
sejarah lingkungan atau operasi klien yang mengidentifikasi kemungkinan
salah saji yang tinggi pada laporan keuangan tahun berjalan. Pertimbangan
yang memengaruhi risiko bawaan yang dapat diterapkan pada akun
piutang dagang yang membentuk jumlah total saldo piutang dagang, sifat
bisnis klien, perikatan awal, dan faktor risiko bawaan lainnya. Sebuah saldo
akun yang risiko bawaannya dinilai tinggi akan mengakibatkan
pengumpulan bukti yang lebih banyak dibandingkan dengan akun yang
memiliki risiko bawaan yang rendah.
Mengukur risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan
penagihan
Metodologi untuk mengevaluasi risiko pengendalian akan diterapkan baik
pada penjualan maupun penerimaan kas dalam audit piutang dagang.
Pengendalian yang efektif akan mengurangi risiko pengendalian dan
demikian pula jumlah bukti yang diperlukan untuk pengujian substantif
transaksi dan pengujian terperinci saldo akan berkurang, begitu sebaliknya
pengendalian yang tidak memadai akan menaikkan jumlah bukti substantif
yang diperlukan.
Identifikasi risiko-risiko bisnis klien yang berpengaruh pada akun
piutang dagang
Auditor melakukan prosedur analitis substantif untuk akun-akun seperti
piutang dagang untuk dua tujuan, yaitu: untuk mengidentifikasi
kemungkinan salah saji dalam saldo akun tersebut dan untuk mengurangi
pengujian audit yang terperinci.
Merancang dan melakukan pengujian substantif transaksi untuk
siklus penjualan dan penagihan
Pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi dirancang
dengan harapan bahwa beberapa hasil tertentu akan didapatkan. Yang
akan berpengaruh pada rancangan pengujian terperinci transaksi.
Merancang pengujian terperinci saldo akun piutang dagang untuk
memenuhi tujuan audit terkait saldo
Kesulitan yang dihadapi auditor dalam merancang pengujian terperinci
saldo adalah kebutuhan untuk memprediksi hasil dari pengujian
pengendalian, pengujian substantif transaksi, dan prosedur analitis
substantif sebelum pengujian-pengujian tersebut dilakukan. Hal ini penting
karena auditor hars merancang pengujian tererinci saldo selama fasse
perancanaan, namun ketepatan rancangan tersebut berantung pada hasil
pengujian-pengujian lainnya.
Ikhtisar Proses Audit
Andinie Fatimah/3a3
2014017083
Empat fase untuk proses audit:
1. Fase I: Merencanakan dan merancang sebuah pendekatan audit
Bertujuan untuk menilai risiko bawaan dan risiko audit yang dapat
diterima. Auditor menggunakan penilaian materialitas, risiko audit yang
dapat diterima, risik bawaan, risiko pengendalian, dan setiap risiko
kecurangan yang teridentifikasi untuk mengembangkan keseluruhan
perencanaan audit dan program audit.
Diakhir fase I, auditor harus memiliki suatu rencana audit dan program
audit spesifik yang sangat jelas untuk audit secara keseluruhan.
2. Fase II: Melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantif
transaksi
Tujuan dari fase II adalah:
a. Mendapatkan bukti yang mendukung pengendalian tertentu yang
berkontribusi terhadap penilaian risiko pengendalian yang dilakukan
oleh auditor untuk audit atas laporan keuangan dan untuk audit
pengendalian internal atas laporan keuangan dalam suatu perusahaan
publik -> dengan melakukan pengujian pengendalian.
b. Mendapatkan bukti yang mendukung ketepatan moneter dalam
transaksi-transaksi -> dengan melakukan pengujian terperinci
transaksi.
Untuk sistem akuntansi yang terkomputerisasi, auditor sering kali
melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi di
sepanjang tahun untuk mengidentifikasi transaksi yang signifikan atau
tidak biasa dan menentukan apakah ada perubahan yang dilakukan
terhadap program komputer klien. Pendekatan ini seringkali dinamakan
audit kontinu dan seringkali digunakan dalam audit atas laporan keuangan
dan audit atas pengendalian internal yang terintegrasi untuk perusahaan
publik.
3. Fase III: Melakuan prosedur analitis dan pengujian terperinci saldo
Tujuan dari fase III adalah untuk mendapatkan bukti tambahan yang
memadai untuk menentukan apakah saldo akhir dan catatan-catatan kaki
dalam laporan keuangan telah disajikan dengan wajar. Sifat dan keluasan
pekerjaan akan sangat bergantung pada temuan-temuan dari dua fase
sebelumnya. Kategori umum dalam prosedur di fase III adalah:
a. Prosedur analitis substantif yang menilai keseluruhan kewajaran
transaksi-transaksi dan saldo-saldo akun.
Prosedur analitis seringkali dilakukan di awal, dengan menggunakan
data awal sebelum akhir tahun, sebagai alat perencanaan dan
pengarahan bagi pengujian audit lainnya untuk bagian-bagian khusus.
b. Pengujian terperinci saldo, yang mana prosedur audit digunakan untuk
menguji salah saji moneter dalam saldo-saldo akun di laporan
keuangan.
Dalam beberapa pengauditan, semuanya dilakukan setelah tanggal
neraca. Ketika klien ingin menerbitkan laporan segera setelah tanggal
neraca, makin banyak pengujian pengujian terperinci yang memakan
waktu yang dilakukan pada tanggal-tanggal interim sebelum akhir
tahun dengan pekerjaan tambahan yang dilakukan untuk memajukan
Andinie Fatimah/3a3
2014017083
audit saldo di tanggal interim ke akhir tahun. Pengujian substantif
saldo yang dilakukan sebelum akhir tahun kurang dapat diandalkan
dan biasanya hanya dilakukan ketika pengendalian internalnya efektif.
4. Fase IV: Menyelesaikan audit dan menerbitkan suatu laporan audit
Auditor harus mengumpulkan bukti tambahan terkait dengan tujuan
penyajian dan pengungkapan, ikhtisar hasil, penerbitan laporan audit dan
melakukan bentuk-bentuk komunikasi lainnya.
2014017083
Developing The Overall Audit Plan And Audit Program
Jenis – jenis Pengujian Audit
Dalam mengembangkan rencana audit keseluruhan, auditor menggunakan
lima jenis pengujian untuk menentukan apakah laporan keuangan telah
disajikan secara wajar. Auditor menggunakan prosedur pengukuran risiko
untuk menilai risiko salah saji material.
1. Prosedur Pengukuran Risiko
Prosedur yang dilakukan untuk mendapatkan pemahaman atas entitas dan
lingkungannya, termasuk pengendalian internal, merupakan prosedur
penilaian risiko yang dilakukan auditor. Prosedur pengukuran risiko
dilakukan untuk menilai risiko salah saji material dalam laporan keuangan.
Auditor melakukan pengujian pengendalian, pengujian subsstantif
transaksi, prosedur analitis, serta pengujian atas perincian saldo dalam
melakukan penilaian terhadap salah saji material. Empat jenis pengujian
tersebut menggambarkan prosedur audit lanjutan yang dilakukan untuk
menghadapi risiko-risiko yang teridentifikasi, dan yang akan memberikan
dasar bagi opini auditor.
2. Pengujian Pengendalian
Pemahaman auditor terhadap pengendalian internal digunakan untuk
mengukur risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait transaksi.
Untuk mendapat bukti yang tepat dan mencukupi untuk mendukung
pengukuran tersebut, auditor melakukan pengujian pengendalian.
Auditor melakukan penelusuran sistem sebagai bagian dari prosedur untuk
mendapatkan pemahaman sebagai upaya membantunya dalam
menentukan apakah pengendalian sudah diterapkan. Penelusuran
biasanya diterapkan pada satu atau beberapa transaksi dan mengikuti
transaksi tersebut di sepanjang pemrosesan.
3. Pengujian Substantif Transaksi
Pengujian substantif merupakan prosedur yang dirancang untuk menguji
salah saji rupiah yang secara langsung berpengaruh pada ketepatan saldo
laporan keuangan. Auditor mengandalkan tiga jenis pengujian substantif,
yaitu: pengujian substantif transaksi, prossedur analitis substantif, serrta
pengujian terperinci saldo.
Pengujian substantif transaksi digunakan untuk menentukan apakah
keenam tujuan audit transaksi telah terpenuhi untuk setiap kelompok
transaksi. Dua diantaranya untuk tujuan transaksi penjualan adalah
transaksi penjualan benar-benar terjadi (tujuan keterjadian) dan transaksi
penjualan yang ada telah dicatat (tujuan kelengkapan).
4. Prosedur Analitis
Prosedur analitis melibatkan perbandingan-perbandingan jumlah yang
tercatat dengan ekspektasi yang dikembangkan oleh auditor. Standar audit
mengharuskan prosedur analitis dilakukan selamaperencanaan dan
penyelesaian audit. Dua tujuan utama dari prosedur analitis dalam
mengaudit saldo akun adalah untuk:
- Menandai adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan
- Memberikan bukti substantif
Andinie Fatimah/3a3
2014017083
Standar audit menyatakan bahwa prosedur analitis merupakan salah satu
jenis pengujian substantif (yaitu prosedur analitis substantif) ketika
dilakukan untuk memberikan bukti mengenai suatu saldo akhir akun.
5. Pengujian Terperinci Saldo
Pengujian terperinci saldo memfokuskan pada saldo akhir buku besar baik
untuk akun-akun neraca maupun laba rugi. Pengujian saldo akhir sangat
penting karena bukti yang biasanya didapatkan dari suatu sumber yang
independen dipandang sangat dipercaya. Seperti halnya untuk transaksi,
pengujian auditor atas perincian saldo juga harus memenuhi semua tujuan
audit terkait saldo untuk setiap akun-akun neraca yang signifikan.
Pengujian
Hubungan Antara Jenis Pengujian dan Bahan Bukti
Masing-masing dari empat jenis prosedur audit lanjutan hanya melibatkan
beberapa jenis bukti audit (konfirmasi, dokumentasi, dst). Hubungan antara
prosedur audit lanjutan dengan jenis bukti audit:
- Makin banyak jenis bukti, yang jumlah totalnya adalah enam, digunkan
untuk menguji peperincian saldo dibandingkan untuk setiap jenis pengujian
lainnya.
- Hanya pengujian terperinci saldo yang melibatkan pemeriksaan fisik dan
konfirmasi.
- Tanya jawab dengan klien dilakukan untuk setiap jenis pengujian.
- Dokumentasi digunakan di setiap jenis pengujian kecuali prosedur analitis.
- Pengerjaan ulang digunakan di setiap jenis pengujian kecuali prosedur
analitis dengan satu pengecualian.
- Penghitungan ulang digunakan untuk memverifikasi akurasi matematis atas
transaksi ketika melakukan pengujian substantif transaksi dan saldo akun
ketika melakukan pengujian atas perincian saldo.
Metodologi Perancangan Program Audit
Untuk merancang prosedur audit pengujian terperinci saldo, auditor
menggunakan suatu metodologi yang berorientasi pada tujuan audit terkait
saldo. Jika auditor memverifikasi akun piutang dagang, misalnya, prosedur
audit yang direncanakan harus memadai untuk memenuhi setiap tujuan audit
terkait saldo. Dalam merencanakan program audit pengujian terperinci saldo
untuk memenuhi tujuan tersebut. Rancangan prosedur biasanya merupakan
bagian yang paling sulit dari keseluruhan proses perencanaan karena sifatnya
yang sangat subjektif dan memerlukan pertimbangan profesional yang besar.
Metodologi untuk merancang pengujian terperinci atas saldo – piutang, yaitu:
1. Mengidentifikasi risiko-risiko bisnis klien yang berpengaruh pada
akun piutang dagang
Sebagai bagian dari mendapatkan pemahaman atas bisnis dan industri
klien, auditor mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko-risiko bisnis klien
yang signifikan untuk menentukan apakah risiko-risiko tersebut
mengakibatkan meningkatnya risiko salah saji material dalam laporan
keuangan. Jika setiap risiko bisnis klien yang teridentifikasi memengaruhi
piutang dagang, risiko tersebut harus dimasukkan ke dalam evaluasi
Andinie Fatimah/3a3
2014017083
2.
3.
4.
5.
6.
auditor dalam risiko bawaan atau risiko pengendalian. Risiko-risiko tersebut
kemudian akan berpenaruh pada keluasan bukti yang tepat.
Menetapkan salah saji yang dapat diterima dan mengkur risiko
bawaan untuk akun piutang dagang
Auditor harus memutuskan penilaian awal materialitas untuk audit secara
keseluruhan dan kemudian mengalokasikan totalnya ke saldo akun, untuk
mendapatkan salah saji yang dapat diterima untuk setiap saldo yang
signifikan. Risiko bawaan diukur dengan mengidentifikasi setiap aspek dari
sejarah lingkungan atau operasi klien yang mengidentifikasi kemungkinan
salah saji yang tinggi pada laporan keuangan tahun berjalan. Pertimbangan
yang memengaruhi risiko bawaan yang dapat diterapkan pada akun
piutang dagang yang membentuk jumlah total saldo piutang dagang, sifat
bisnis klien, perikatan awal, dan faktor risiko bawaan lainnya. Sebuah saldo
akun yang risiko bawaannya dinilai tinggi akan mengakibatkan
pengumpulan bukti yang lebih banyak dibandingkan dengan akun yang
memiliki risiko bawaan yang rendah.
Mengukur risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan
penagihan
Metodologi untuk mengevaluasi risiko pengendalian akan diterapkan baik
pada penjualan maupun penerimaan kas dalam audit piutang dagang.
Pengendalian yang efektif akan mengurangi risiko pengendalian dan
demikian pula jumlah bukti yang diperlukan untuk pengujian substantif
transaksi dan pengujian terperinci saldo akan berkurang, begitu sebaliknya
pengendalian yang tidak memadai akan menaikkan jumlah bukti substantif
yang diperlukan.
Identifikasi risiko-risiko bisnis klien yang berpengaruh pada akun
piutang dagang
Auditor melakukan prosedur analitis substantif untuk akun-akun seperti
piutang dagang untuk dua tujuan, yaitu: untuk mengidentifikasi
kemungkinan salah saji dalam saldo akun tersebut dan untuk mengurangi
pengujian audit yang terperinci.
Merancang dan melakukan pengujian substantif transaksi untuk
siklus penjualan dan penagihan
Pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi dirancang
dengan harapan bahwa beberapa hasil tertentu akan didapatkan. Yang
akan berpengaruh pada rancangan pengujian terperinci transaksi.
Merancang pengujian terperinci saldo akun piutang dagang untuk
memenuhi tujuan audit terkait saldo
Kesulitan yang dihadapi auditor dalam merancang pengujian terperinci
saldo adalah kebutuhan untuk memprediksi hasil dari pengujian
pengendalian, pengujian substantif transaksi, dan prosedur analitis
substantif sebelum pengujian-pengujian tersebut dilakukan. Hal ini penting
karena auditor hars merancang pengujian tererinci saldo selama fasse
perancanaan, namun ketepatan rancangan tersebut berantung pada hasil
pengujian-pengujian lainnya.
Ikhtisar Proses Audit
Andinie Fatimah/3a3
2014017083
Empat fase untuk proses audit:
1. Fase I: Merencanakan dan merancang sebuah pendekatan audit
Bertujuan untuk menilai risiko bawaan dan risiko audit yang dapat
diterima. Auditor menggunakan penilaian materialitas, risiko audit yang
dapat diterima, risik bawaan, risiko pengendalian, dan setiap risiko
kecurangan yang teridentifikasi untuk mengembangkan keseluruhan
perencanaan audit dan program audit.
Diakhir fase I, auditor harus memiliki suatu rencana audit dan program
audit spesifik yang sangat jelas untuk audit secara keseluruhan.
2. Fase II: Melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantif
transaksi
Tujuan dari fase II adalah:
a. Mendapatkan bukti yang mendukung pengendalian tertentu yang
berkontribusi terhadap penilaian risiko pengendalian yang dilakukan
oleh auditor untuk audit atas laporan keuangan dan untuk audit
pengendalian internal atas laporan keuangan dalam suatu perusahaan
publik -> dengan melakukan pengujian pengendalian.
b. Mendapatkan bukti yang mendukung ketepatan moneter dalam
transaksi-transaksi -> dengan melakukan pengujian terperinci
transaksi.
Untuk sistem akuntansi yang terkomputerisasi, auditor sering kali
melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi di
sepanjang tahun untuk mengidentifikasi transaksi yang signifikan atau
tidak biasa dan menentukan apakah ada perubahan yang dilakukan
terhadap program komputer klien. Pendekatan ini seringkali dinamakan
audit kontinu dan seringkali digunakan dalam audit atas laporan keuangan
dan audit atas pengendalian internal yang terintegrasi untuk perusahaan
publik.
3. Fase III: Melakuan prosedur analitis dan pengujian terperinci saldo
Tujuan dari fase III adalah untuk mendapatkan bukti tambahan yang
memadai untuk menentukan apakah saldo akhir dan catatan-catatan kaki
dalam laporan keuangan telah disajikan dengan wajar. Sifat dan keluasan
pekerjaan akan sangat bergantung pada temuan-temuan dari dua fase
sebelumnya. Kategori umum dalam prosedur di fase III adalah:
a. Prosedur analitis substantif yang menilai keseluruhan kewajaran
transaksi-transaksi dan saldo-saldo akun.
Prosedur analitis seringkali dilakukan di awal, dengan menggunakan
data awal sebelum akhir tahun, sebagai alat perencanaan dan
pengarahan bagi pengujian audit lainnya untuk bagian-bagian khusus.
b. Pengujian terperinci saldo, yang mana prosedur audit digunakan untuk
menguji salah saji moneter dalam saldo-saldo akun di laporan
keuangan.
Dalam beberapa pengauditan, semuanya dilakukan setelah tanggal
neraca. Ketika klien ingin menerbitkan laporan segera setelah tanggal
neraca, makin banyak pengujian pengujian terperinci yang memakan
waktu yang dilakukan pada tanggal-tanggal interim sebelum akhir
tahun dengan pekerjaan tambahan yang dilakukan untuk memajukan
Andinie Fatimah/3a3
2014017083
audit saldo di tanggal interim ke akhir tahun. Pengujian substantif
saldo yang dilakukan sebelum akhir tahun kurang dapat diandalkan
dan biasanya hanya dilakukan ketika pengendalian internalnya efektif.
4. Fase IV: Menyelesaikan audit dan menerbitkan suatu laporan audit
Auditor harus mengumpulkan bukti tambahan terkait dengan tujuan
penyajian dan pengungkapan, ikhtisar hasil, penerbitan laporan audit dan
melakukan bentuk-bentuk komunikasi lainnya.