Identifikasi Bahaya and Penilaian Risiko

Identifikasi Bahaya & Penilaian Risiko PT. XYZ
Yustinus Adityawan H 1
1

yadityawan@gmail.com (Coressponding Author)

Abstrak
Meningkatnya permintaan terhadap komoditas batubara, menyebabkan PT. XYZ selaku per usahaan yang
bergerak dalam pelayanan pelabuhan muat batubara di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur turut meningkatkan
kapasitas produksinya. Peningkatan tersebut berimplikasi terhadap peningkatan terhadap interaksi jumlah tenaga
kerja, jumlah peralatan dan baha n, metode kerja, dan lingkungan kerja. Interaksi tersebut dapat berpotensi
mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, serta pencemaran lingkungan hidup.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 1mengidentifikasi potensi bahaya dan menilai risiko K3LH yang
terdapat di area kerja PT. XYZ serta 2merumuskan tindakan pengendalian risiko K3LH, sehingga produktivitas yang
telah ditargetkan dapat tercapai. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis dengan desain studi observasional.
Dimana pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan manajemen risiko AS/NZS 4360:2004.
Jenis bahaya yang terdapat dalam proses kerja pada tahapan operasional PT. XYZ antara lain : bahaya
tingkah laku (33%), bahaya mekanis (24%), bahaya fisika (14%), bahaya kimia (11%), bahaya kondisi lingkungan
(10%) dan bahaya ergonomis (7%). Tingkatan risiko pada rangkaian proses kerja pada tahapan operasional setelah
dilakukan tindakan pengendalian (existing level) adalah Very High, Priority 1, Substansial, dan Priority 3. Dimana
tindakan pengendalian risiko yang dilakukan antara lain adalah eliminasi, substitusi, rekayasa teknis, pelatihan,

serta pengendalian administratif.
Kata kunci : Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Pengendalian Risiko, PT. XYZ

01. Pendahuluan
PT. XYZ merupakan perusahaan yang bergerak dalam jasa pelayanan pelabuhan muat batubara,
dimana kegiatan operasionalnya berada di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Seiring dengan meningkatnya
permintaan akan komoditas batubara, maka kapasitas produksi PT. XYZ juga mengalami peningkatan yang
cukup signifikan. Peningkatan tersebut tentunya membawa implikasi yang cukup penting, yakni meningkatnya
interaksi antara jumlah tenaga kerja, jumlah peralatan dan bahan, metode kerja, serta lingkungan kerja.
Interaksi antar komponen tersebut berpotensi untuk mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja, penyakit
akibat kerja, serta pencemaran lingkungan hidup.
Guna meminimalisir dampak sebagai konsekuensi yang tidak terpisahkan dari peningkatan kapasitas
produksi, maka PT. XYZ menerapkan manajemen risiko yang diintegrasikan dalam sistem manajemen K3LH
perusahaan. Pengintegrasian manajemen risiko tersebut sejalan dengan amanat UU No. 01 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja (Pasal 87 ayat (01)) dan UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (Pasal 87), yang
mana perusahaan diwajibkan untuk menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sejalan
dengan sistem manajemen perusahaan.
Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja oleh PT. XYZ mendasarkan pada PP
No. 50 Tahun 2012 (Pasal 07, 08). Dimana di dalam tahap perencanaan yang mencakup penyusunan kebijakan
dan rencana program, perusahaan diwajibkan untuk melakukan tinjauan awal berupa identifikasi potensi

bahaya, penilaian risiko, dan pengendalian risiko. Tujuan penelitian ini adalah untuk 1mengidentifikasi potensi
bahaya dan menilai risiko K3LH yang terdapat di area kerja PT. XYZ khususnya pada tahapan operasional
serta 2merumuskan tindakan pengendalian risiko K3LH, sehingga produktivitas yang telah ditetapkan oleh PT.
XYZ dapat tercapai.

1

02. Tinjauan Pustaka
02.1. Bahaya
Bahaya adalah kemampuan yang melekat pada sesuatu baik energi, peralatan, maupun aktivitas dan
mempunyai potensi untuk menimbulkan kerugian (Pasman, 2015). Bahaya dapat dibagi menjadi 2 kelompok
yakni bahaya keselamatan kerja (Safety Hazard) dan bahaya kesehatan kerja (Health Hazard).
Bahaya keselamatan kerja (Safety Hazard) merupakan bahaya yang mempunyai dampak terhadap
timbulnya kecelakaan kerja dapat berupa luka (injury), cacat, kematian, smaupun kerusakan aset perusahaan.
Bahaya keselamatan kerja dapat dibagi menjadi 1Bahaya mekanis yakni bahaya yang bersumber dari peralatan
mekanis ataupun benda bergerak baik secara manual/ melalui mesin; 2Bahaya elektrik merupakan bahaya yang
berasal dari energi listrik yang dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperi kebakaran, sengatan listrik,
ataupun hubungan arus pendek; serta 3Bahaya kebakaran dan peledakan yakni bahaya yang berasal dari bahan
kimia yang mempunyai karakteristik mudah terbakar (flammable) dan mudah meledak (explosive).
Sedangkan bahaya kesehatan kerja (Health Hazard) merupakan bahaya yang mempunyai dampak

terhadap kesehatan manusia dan dapat menyebabkan terjadinya penyakit akibat kerja. Klasifikasi bahaya
kesehatan kerja antara lain 1Bahaya fisika yang berupa kebisingan, getaran, radiasi, suhu ekstrim, dan
pencahayaan; 2Bahaya kimia yakni bahaya yang berasal dari bahan kimia berbahaya karena komposisi,
karakteristik, dan jumlahnya dapat menyebabkan keracunan dan iritasi; 3Bahaya biologi merupakan bahaya
yang berkaitan dengan makhluk hidup seperti bakteri, virus, jamur, serta vektor penyakit; 4Bahaya ergonomi
merupakan bahaya yang ditimbulkan akibat aktivitas kerja yang terus menerus; serta 5Bahaya psikologi
merupakan bahaya yang berasal dari aktivitas pekerjaan seperti beban pekerjaan yang berat, hubungan dan
kondisi kerja yang tidak nyaman.
02.2.

Risiko
Risiko adalah suatu kemungkinan terjadinya kecelakaan dan kerugian pada periode waktu tertentu
atau siklus operasi tertentu. Risiko diukur berdasarkan nilai peluang (probability) dan konsekuensi
(consequence). Dimana konsekuensi hanya akan terjadi, apabila terdapat bahaya dan kontak (exposure) antara
manusia dengan peralatan ataupun material dalam suatu interaksi kerja. Adapun persamaan matematis dari
risiko adalah sebagai berikut :
Risk = Probability x Consequence x Exposure
Gambar 01. Persamaan matematis risiko

02.3.


Manajemen Risiko (AS/NZS 4360:2004)
Manajemen risiko merupakan metode sistematis yang tersusun dari beberapa tahapan yakni penetapan
konteks, identifikasi, meneliti, perlakuan, monitoring dan mengkomunikasikan risiko yang berhubungan
dengan aktivitas, proses, ataupun fungsi pekerjaan; sehingga dapat memperkecil kerugian yang akan
berdampak terhadap perusahaan. Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk memperkecil kerugian dan
meningkatkan kesempatan ataupun peluang. Diagram proses mengenai manajemen risiko dapat disimak pada
Gambar 02.

2

Identifikasi Bahaya

Analisa Risiko

Evaluasi Risiko

Monitor & Review

Komunikasi & Konsultasi


Menentukan Konteks

Pengendalian Risiko

Gambar 02. Diagram Manajemen Risiko (AS/NZS 4360 : 2004)

02.4.

Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat dilakukan untuk mengenali seluruh situasi
ataupun keadaan yang berpotensi sebagai penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang
mungkin timbul di tempat kerja. Langkah yang paling mudah untuk menghilangkan ataupun mengendalikan
bahaya adalah melalui identifikasi bahaya yang terdapat di area kerja. Adapun metode yang digunakan dalam
identifikasi bahaya dalam penelitian ini adalah JSA (Job Safety Analysis).
02.5.

Analisa Risiko
Analisa risiko dilakukan untuk menentukan besarnya nilai dari suatu risiko dengan
mempertimbangkan antara estimasi nilai konsekuensi dengan perhitungan terhadap program pengendalian

yang telah dilakukan (Pratama, 2012). Metode analisis risiko yang umum digunakan antara lain adalah metode
kualitatif, semi kuantitatif, dan kuantitatif. Adapun metode analisis risiko yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode semi kuantitatif.
Dalam metode analisis risiko semi kuantitatif, nilai yang diberikan harus dapat mempresentasikan
mengenai derajat konsekuensi maupun kemungkinan dari risiko yang ada dalam setiap proses kerja. Ketepatan
perhitungan tergantung dari tingkat pengetahuan dalam proses terjadinya sebuah risiko. Metode ini terdiri dari
3 faktor utama yaitu consequence, exposure, dan likelihood yang telah ditentukan rating dan nilainya. Dimana
hasil perkalian terhadap 3 faktor utama tersebut, menghasilkan tingkatan risiko.

3

Tabel 01. Kriteria dan Nilai dari Faktor Consequences (Keparahan)
Kriteria
Tingkatan

Rating

Kerusakan Aset
Perusahaan


Kerugian Finansial

Lingkungan

Reputasi

Kegiatan Operasional

Keselamatan

Terjadi kerusakan lingkungan yang masif (luasan
wilayah dan besaran dampak yang besar). Perlu
kajian teknis mendalam, tindakan penanganan
yang tersistematis & multi-disiplin, dan jangka
waktu tindakan penanganan yang cukup lama.

Telah menjadi perhatian dunia internasional
dan diliput oleh banyak media kabar
internasional/nasional. Dimana produk yang
dihasilkan sangat dipengaruhi oleh aktivitas

organisasi.

Aktivitas
operasional
perusahaan terhenti sampai
batas waktu yang tidak
ditentukan.

Terjadi kematian dengan
jumlah korban > 1 orang.

Terjadi kerusakan lingkungan bersifat lokal
(luasan wilayah dan besaran dampak yang tidak
terlalu besar).
Tidak dipenuhinya persyaratan peraturan
perundang-undangan lingkungan hidup, seperti
Izin Lingkungan, Izin PPLH, tidak adanya
kegiatan
pengelolaan
dan

pemantauan
lingkungan.

Menjadi perhatian nasional dan diliput oleh
media kabar nasional. Terdapat beberapa
aktivitas perusahaan yang perlu dikaji ulang.

Aktivitas
operasional
perusahaan terhenti selama 2 x
24 jam.

Terjadi kematian dengan
jumlah korban 1 orang.

Menjadi perhatian masyarakat lokal dan
diliput oleh media kabar lokal dengan durasi
waktu cukup intensif.

Aktivitas

operasional
perusahaan terhenti selama 1 x
24 jam.

Terjadi cacat permanen

Catastrophe

100

> 100,000 USD

> 30 % dari anggaran
tahunan perusahaan.

Disaster

50

10,000 USD - 100,000

USD

20 - 30 % dari anggaran
tahunan perusahaan.

Very Serious

25

5,000 USD - 10,000 USD

10 - 20 % dari anggaran
tahunan perusahaan.

1,000 USD - 5,000 USD

5 - 10 % dari anggaran
tahunan perusahaan.

Persyaratan lingkungan sudah dilengkapi,
tindakan pengelolaan dan pemantauan sudah
dilakukan, tetapi terdapat ≥ 1 komponen yang
tidak sesuai dengan baku mutu lingkungan.

Menjadi perhatian masyarakat lokal dan
diliput oleh media kabar lokal.Tetapi cepat
dilupakan dan tidak berpengaruh terhadap
aktivitas perusahaan.

Aktivitas
operasional
perusahaan terganggu selama
1 x 12 jam.

Terjadi dampak serius
tetapi bukan cidera dan
penyakit.

Persyaratan lingkungan sudah dilengkapi tetapi
tindakan pengelolaan lingkungan belum
dilakukan secara optimal. (Contoh : Sdh terdapat
IPAL dan pengolaannya, tetapi belum dilakukan
pemantauan secara rutin).

Terdapat isu penting yang berdampak pada
reputasi perusahaan. Dimana pengambilan
keputusan dilakukan oleh Top & Senior
Manajemen .

Aktivitas
operasional
perusahaan terganggu selama
< 12 jam.

Terjadi cidera, memar,
ataupun penyakit ringan.

Tidak terjadi pencemaran lingkungan.

Terdapat isu-isu yang berkaitan dengan
aktivitas perusahaan, dimana keputusan
dihasilkan oleh Senior - Middle Manajemen .

Aktivitas operasional
mengalami gangguan.

Tidak terjadi kecelakaan di
area kerja.

Serious

15

Important

5

100 USD - 1,000 USD

2 - 5% dari anggaran
tahunan perusahaan

Noticeable

1

< 100 USD

1% dari anggaran tahunan
departemen dan
departemen.

tidak

Tabel 02. Kriteria dan Nilai dari Faktor Exposure (Kontak/ Paparan)
Faktor
Exposure (paparan) frekuensi pemaparan
terhadap bahaya atau
sumber risiko

Tingkatan
Continously
Frequently
Occasionally
Infrequent
Rare
Very Rare

Deskripsi
Terjadi berkali-kali dalam 1 hari
Terjadi 1 kali dalam 1 hari
Terjadi 1 kali dalam 1 minggu - 1 bulan
Terjadi 1 kali dalam 1 1 bulan - 1 tahun
Diketahui kapan terjadinya
Tidak diketahui kapan terjadinya

Rating
10
6
3
2
1
0.5

Tabel 03. Kriteria dan Nilai dari Faktor Probability (Kemungkinan)
Faktor
Probability
(kemungkinan
terjadinya bahanya
yang menyertai suatu
kejadian atau peristiwa)

Tingkatan
Almost Certain
Likely
Unusual but Possible
Remotely Possible
Conceivable
Practically Imposibble

Deskripsi
Kejadian yang paling sering terjadi (P = 99.9 %)
Kemungkinan terjadi kecelakaan (P > 90 %)
Tidak biasa namun memiliki kemungkinan terjadi (P > 10 %)
Suatu kejadian yang sangat kecil kemungkinan terjadinya (P = 1 %)
Tidak pernah terjadi kecelakaan dalam tahun-tahun pemaparan, tetapi mungkin terjadi (P = 0.1 %)
Sangat tidak mungkin terjadi (P < 0.1 %)

Rating
10
6
3
1
0.5
0.1

Tabel 04. Level/Prioritas Risiko
Tingkat Risiko
> 350
180 - 350
70 - 179
20 - 69
< 20

Comment
Very High
Priority 1
Substansial
Priority 3
Acceptable

Action
Penghentian aktivitas, risiko dikurangi hingga mencapai batas yang dapat diterima.
Perlu dilakukan penanganan secepatnya.
Mengharuskan adanya perbaikan secara teknis.
Perlu diawasi dan diperhatikan secara berkesinambungan.
Intensitas kegiatan yang menimbulkan risiko dikurangi seminimal mungkin.

4

02.6.

Evaluasi Risiko
Tujuan evaluasi risiko adalah menganalisa status risiko berdasarkan hasil perhitungan yang telah
dilakukan dengan membandingkannya dengan kriteria/standar/peraturan yang digunakan. Sehingga nantinya
pucuk pimpinan organisasi dapat mengambil keputusan yang signifikan terkait dengan hasil evaluasi risiko.
02.7.

Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko adalah langkah penting dalam manajemen risiko sehingga risiko yang ada tidak
menimbulkan dampak yang signifikan terhadap suatu organisasi. Tindakan pengendalian harus dilakukan
sesuai dengan hierarki pengendalian. Adapun hierarki pengendalian tersebut antara lain : eliminasi, substitusi,
engineering, pengendalian administratif, pelatihan, dan alat pelindung diri.
03. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitis, dengan desain studi observasional yang
bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko pada rangkaian proses kerja di PT. XYZ khususnya untuk tahapan
operasional. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan manajemen risiko AS/NZS 4360:2004.
Dimana pendekatan ini melihat probabilitas, paparan, dan konsekuensi dari suatu pekerjaan sehingga dapat
diketahui tingkat risikonya dan dapat dilakukan proses pengendalian serta evaluasi untuk pengendalian risiko
tersebut. Objek penelitian yang dikaji adalah bahaya dan risiko yang terdapat di area kerja khususnya pada
tahapan operasional PT. XYZ. Penelitian ini dilakukan selama periode September 2016.
Identifikasi bahaya dilakukan menggunakan JSA (Job Safety Analysis) yang sudah dimodifikasi
sehingga dapat diketahui nilai peluang, konsekuensi, dan paparan dari proses kerja pada tahapan operasional.
Evaluasi risiko dilakukan dengan membandingkan nilai risiko sebelum adanya tindakan pengendalian (Basic
level) dan nilai risiko setelah adanya tindakan pengendalian (Existing level).
04. Hasil Penelitian & Pembahasan
04.1. Identifikasi Bahaya
PT. XYZ merupakan perusahaan yang bergerak dalam jasa pelayanan pelabuhan muat batubara,
dimana proses bisnis perusahaan dapat dibagi menjadi 3 tahapan yakni : tahapan konstruksi, tahapan
operasional, dan tahapan perawatan. Untuk tahapan operasional yang menjadi ruang lingkup penelitian, dapat
dibagi menjadi 4 proses kerja yakni penimbangan batubara, penempatan batubara, proses pencucian dan
peremukan batubara, serta pengisian batubara ke tongkang (Gambar 03).
C

Tahap Operasional

Penimbangan
Batubara

Penimbangan truk
muatan & kosongan
Perekaman data
muatan batubara

Penempatan Batubara
(Stockyard/ Stockpile)

Pengarahan lokasi
penempatan batubara
di lokasi coal stockyard

Pencucian & Peremukan
Batubara

Pengoperasian CPP

Pengisian Batubara - Tongkang
(Conveyor Coal Loading)

Pengisian batubara ke tongkang
via land conveyor

Pemindahan batubara ke Port

Penempatan batubara
di lokasi coal stockyard

Gambar 03. Proses kerja tahapan operasional PT. XYZ

5

Berdasarkan hasil identifikasi bahaya, terdapat beberapa jenis bahaya yang terdapat pada rangkaian
proses kerja di tahapan operasional PT. XYZ. Dimana jenis bahaya yang ditemukan antara lain adalah bahaya
tingkah laku (33%), bahaya mekanis (24%), bahaya ergonomi (7%), bahaya kondisi lingkungan (10%), bahaya
fisika (14%), dan bahaya kimia (11%). Adapun bentuk dari jenis bahaya dapat disimak pada Tabel 05.

Gambar 04. Jenis dan jumlah bahaya pada tahapan operasional PT. XYZ
Tabel 05. Bentuk Jenis Bahaya pada Tahapan Operasional PT. XYZ
Jenis Bahaya
Bahaya Tingkah Laku
Bahaya Mekanis

Bahaya Ergonomi

Bahaya Kondisi Lingkungan

Bahaya Fisika

Bahaya Kimia




















Deskripsi
Tidak mematuhi prosedur kerja, persyaratan operasional, rambu-rambu K3LH.
Kurangnya persiapan kerja yang memadai.
Belt conveyor.
Generator & instalasi listrik.
Mesin crushing & washing.
Fatigue.
Jenuh.
Posisi kerja yang statis.
Kemiringan jalan menuju jembatan timbang tidak sesuai standar.
Kondisi licin, tidak rata.
Pasang surut air sungai.
Pencahayaan yang kurang memadai.
Suhu ekstrim.
Getaran mesin
Kebisingan mesin
Debu batubara.
Emisi udara.
B3.

04.2.

Analisis Risiko
Penilaian risiko untuk basic level merupakan proses penilaian risiko, dimana risiko dinilai berdasarkan
skenario terparah tanpa adanya perlakuan tindakan pengendalian. Hal ini bertujuan untuk mengetahui besaran
risiko yang akan dihasilkan beserta strategi tindakan pengendaliannya.
Proses kerja pertama pada tahapan operasional adalah penimbangan truk bermuatan dan truk
kosongan, dimana aktivitas ini mempunyai tingkatan risiko Very High (78%), Priority 1 (15%), dan
Substansial (7%). Tingkatan risiko Very High diakibatkan tindakan tidak aman dari pekerja (unsafe act) berupa
1
tidak patuhnya terhadap prosedur penimbangan muatan batubara-kosongan serta 2tindakan tidak acuh
terhadap bahaya yang ada di lingkungan kerja.

6

Proses kerja yang kedua adalah perekaman data muatan batubara, dimana tingkatan risiko pada
aktivitas ini adalah Substansial (54%), Very High (31%), dan Priority 1 (15%). Tingkatan risiko Substansial
diakibatkan oleh 1kurangnya persiapan kerja yang tidak memadai, 2fatigue, dan 3posisi kerja yang tidak
memenuhi kaidah ergonomi. Sedangkan tingkatan risiko Very High diakibatkan ketidakpatuhan pekerja dalam
melaksanakan prosdur kerja.
Untuk proses kerja yang ketiga yakni pengarahan lokasi penempatan batubara di lokasi coal
stockyard, tingkatan risiko yang terdapat pada aktivitas ini adalah Very High (100%); yang disebabkan oleh
suhu ekstrim, debu batubara, kebisingan, getaran, serta durasi pekerjaan yang berulang dengan intensitas dan
frekuensi paparan yang cukup signifikan.

Gambar 05. Tingkatan Risiko (Basic Level) pada tahapan operasional PT. XYZ

Tingkatan risiko pada proses kerja yang ke-empat yakni penempatan batubara di lokasi coal stockyard
terdiri dari Substansial (57%) dan Very High sebesar (43%). Tingkatan risiko pada aktivitas ini disebabkan
oleh 1tidak fokusnya pekerja dalam melakukan pekerjaan serta 2kegagalan dalam sistem pengoperasian alat.
Sedangkan untuk proses kerja yang kelima adalah pengoperasian CPP (Coal Processing Plant), dimana
tingkatan risiko yang ada pada aktivitas ini adalah Very High (88%) dan Substansial (13%). Tingginya nilai
persentase Very High disebabkan oleh 1bahaya mekanis berupa mesin peremukan, mesin pencucian batubara;
2
bahaya elektris berupa generator & jaringan listrik; serta 3air hasil pencucian batubara.
Proses kerja ke-enam pada tahapan operasional PT. XYZ adalah pemindahan batubara dari coal
stockyard menuju port. Tingkatan risiko yang terdapat pada aktivitas ini antara lain Very High (38%), Priority
1 (38%), Substansial (13%), dan Priority 3 (13%). Tingkatan risiko Very High dan Priority 1 disebabkan oleh
1
bahaya mekanis yang digunakan berupa conveyor, 2kebisingan, 3debu batubara, serta 4kegagalan sistem
pengoperasian alat.
Rangkaian proses kerja terakhir dari tahapan operasional adalah pengisian batubara ke tongkang via
conveyor. Tingkatan risiko pada proses ini adalah Very High (89%) dan Substansial (11%). Dimana tingkatan
Very High disebabkan oleh 1bahaya mekanis dari conveyor , 2kegagalan prosedural dan pengoperasian sistem,
serta 3tidak adanya sistem tanggap darurat.

7

04.3.

Pengendalian dan Evaluasi Risiko
Proses kerja pada tahapan operasional mempunyai bahaya dan besaran risiko yang dapat
mempengaruhi produktivitas PT. XYZ. Pengendalian risiko yang dilakukan menyesuaikan dengan besaran
nilai risiko dari proses kerja pada tahapan operasional (basic level). Adapun bentuk pengendalian risiko pada
setiap proses kerja dalam tahapan operasional antara lain eliminasi, substitusi, rekayasa teknis, pelatihan, serta
pengendalian administratif.

Gambar 06. Tingkatan Risiko (Existing Level) pada tahapan operasional PT. XYZ

Berdasarkan hasil pengendalian risiko yang telah dilakukan, maka risiko yang ada pada proses kerja
pada tahapan operasional PT. XYZ dilakukan penilaian kembali untuk mengetahui tingkatan risiko (exisiting
level). Hal ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas tindakan pengendalian risiko yang telah dilakukan.
Secara keseluruhan, tindakan pengendalian risiko yang telah dilakukan oleh PT. XYZ telah mampu
untuk mengurangi tingkatan risiko pada rangkaian proses tahapan operasional. Tetapi masih terdapat proses
kerja yang memiliki tingkatan risiko Very High (25%) untuk proses kerja yang kelima serta Priority 1 (38%)
pada proses kerja yang kedua.
Tingkatan Very High untuk proses kerja kelima (Pengoperasian CPP) disebabkan oleh kegagalan
dalam sistem operasional. Untuk menanggulangi kemungkinan gagalnya sistem operasional, maka PT. XYZ
dapat merencanakan beberapa strategi salah satunya rekayasa teknis ataupun menjalin kerja sama dengan pihak
ketiga. Sedangkan untuk tingkatan Priority 1 pada proses kerja kedua (Perekaman Data Muatan Batubara)
dapat dilakukan dengan menambah tenaga kerja, sehingga tingkatan risiko dapat diperkecil.

8

05. Kesimpulan
Jenis bahaya yang ditemukan pada rangkaian proses kerja di tahapan operasional PT. XYZ antara lain
adalah bahaya tingkah laku (33%), bahaya mekanis (24%), bahaya ergonomi (7%), bahaya kondisi lingkungan
(10%), bahaya fisika (14%), dan bahaya kimia (11%). Secara keseluruhan, tindakan pengendalian risiko yang
telah dilakukan oleh PT. XYZ telah mampu untuk mengurangi tingkatan risiko pada rangkaian proses tahapan
operasional. Dimana tingkatan risiko pada rangkaian proses kerja pada tahapan operasional setelah dilakukan
tindakan pengendalian adalah Very High, Priority 1, Substansial, dan Priority 3. Upaya pengendalian risiko
akan maksimal apabila PT. XYZ menjalankan sistem manajemen K3LH sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dari sistem manajemen perusahaan.
06. Daftar Pustaka
Australian/New Zeland Standard. Risk Management Guidelines COmpanion to AS/NZS 4360:2004. November 28,
2016. http://infostore.saiglobal.com/store/details.aspx?ProductID=569006
ILO, 1991, Prevention of Major Industrial Accident, An ILO Code of Practice, International Labour Office, Geneva.
Pasman, H., 2015, Risk Analysis and Control for Industrial Processes - Gas,Oil and Chemicals : A System
Perspective for Assessing and Avoiding Low-Probability, High-Consequence Events., Elsevier, Oxford.
Pratama, K., 2012, Identifikasi dan Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Area Produksi Di
Rumah Potong Ayam PT. Sierad Produce Tbk, Skripsi, Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.
Ramli, S., 2010, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001 , Dian Rakyat, Jakarta.
Republik Indonesia, 1970, Undang-Undang Nomor 01 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja,Sekretariat Negara
RI, Jakarta.
Republik Indonesia, 2012, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Kementerian Sekretariat Negara RI, Jakarta.

9

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

ANTARA IDEALISME DAN KENYATAAN: KEBIJAKAN PENDIDIKAN TIONGHOA PERANAKAN DI SURABAYA PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG TAHUN 1942-1945 Between Idealism and Reality: Education Policy of Chinese in Surabaya in the Japanese Era at 1942-1945)

1 29 9

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

Improving the VIII-B Students' listening comprehension ability through note taking and partial dictation techniques at SMPN 3 Jember in the 2006/2007 Academic Year -

0 63 87

The Correlation between students vocabulary master and reading comprehension

16 145 49

Improping student's reading comprehension of descriptive text through textual teaching and learning (CTL)

8 140 133

The correlation between listening skill and pronunciation accuracy : a case study in the firt year of smk vocation higt school pupita bangsa ciputat school year 2005-2006

9 128 37

Strategi Penanganan Risiko Kerugian Cicil Emas Pada Bank Syariah (Studi Bank Syariah Mandiri, Kantor Cabang Ciputat)

13 113 104

Transmission of Greek and Arabic Veteri

0 1 22