Tenaga Kerja dan Daya Saing Bangsa
Tenaga Kerja dan Daya Saing Bangsa
Oleh:
Nama Ketua: Gugun Gunawan
Anggota 1 : M. Rahmat Dzakkiyuddin
Anggota 2 : Teten Intan Setiani
Fakultas Ekonomi Universitas Swadaya Gunung Jati Kota Cirebon, Indonesia
e-mail : [email protected]
ABSTRAK
Sumber Daya Manusia di suatu negara menjadi faktor penentu dalam menentukan daya saing
bangsa. Daya saing bangsa akan meningkat ketika memiliki angkatan kerja yang terdidik dan
terlatih. Di negara berkembang dan negara tertinggal persentase tenaga kerja yang tidak
terdidik dan terlatih begitu besar. Kondisi tersebut mengakibatkan rendahnya kesempatan
untuk diserap pasar tenaga kerja. Tingkat pengangguran bukan disebabkan oleh tidak adanya
kesempatan kerja, yang terjadi adalah rendahnya tingkat kompetensi dan kompetitif yang
dibutuhkan oleh pasar tenaga kerja. Kondisi tersebut terlihat dari data terkait survei angkatan
kerja nasional dari tahun 2015 sampai dengan 2016 dilihat dari tingkat pendidikan, masih
didominasi oleh tenaga kerja dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar.
Pada pendekatan Model Capacity Building yang disampaikan oleh Soeharsono Sagir (2009)
dalam meningkatkan daya saing, diawali dengan upaya untuk membuat tenaga kerja yang
memiliki tingkat profesional yang tinggi (memiliki kompetensi dan kompetitif). Upaya untuk
menciptakan kondisi tersebut adalah melalui pendidikan dan pelatihan yang tepat. Dengan
memiliki tenaga kerja yang profesional mampu bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain
di pasar tenaga kerja. Dengan meningkatkan daya saing angkatan kerja akan mendorong
peningkatan daya saing di pasar barang dan jasa serta keaktifan pasar modal. Namun ketika
daya saing angkatan kerja lemah, maka angka pengangguran yang berkaitan dengan
kemiskinan meningkat. Pada kondisi tersebut maka daya saing bangsa juga akan lemah.
Kendala dari upaya untuk membentuk tenaga profesional melalui pendidikan pelatihan
menurut hasil kajian Sagir terdiri dari empat faktor. Pertama rendahnya kesempatan untuk
mendapatkan pendidikan dan pelatihan. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk dianggap
sebagai penyebab rendahnya kesempatan tersebut. Permasalahan kedua adalah etos kerja
sebagian besar masyarakat yang masih rendah. Permasalahan ketiga adalah rendahnya
kreativitas dan inovasi teknologi. Permasalahan keempat adalah rendahnya tantangan alam
sehingga membuat masyarakat terlena dengan kondisi yang ada saat ini.
Kata Kunci : Tenaga Kerja Prefesional dan Daya Saing
Oleh:
Nama Ketua: Gugun Gunawan
Anggota 1 : M. Rahmat Dzakkiyuddin
Anggota 2 : Teten Intan Setiani
Fakultas Ekonomi Universitas Swadaya Gunung Jati Kota Cirebon, Indonesia
e-mail : [email protected]
ABSTRAK
Sumber Daya Manusia di suatu negara menjadi faktor penentu dalam menentukan daya saing
bangsa. Daya saing bangsa akan meningkat ketika memiliki angkatan kerja yang terdidik dan
terlatih. Di negara berkembang dan negara tertinggal persentase tenaga kerja yang tidak
terdidik dan terlatih begitu besar. Kondisi tersebut mengakibatkan rendahnya kesempatan
untuk diserap pasar tenaga kerja. Tingkat pengangguran bukan disebabkan oleh tidak adanya
kesempatan kerja, yang terjadi adalah rendahnya tingkat kompetensi dan kompetitif yang
dibutuhkan oleh pasar tenaga kerja. Kondisi tersebut terlihat dari data terkait survei angkatan
kerja nasional dari tahun 2015 sampai dengan 2016 dilihat dari tingkat pendidikan, masih
didominasi oleh tenaga kerja dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar.
Pada pendekatan Model Capacity Building yang disampaikan oleh Soeharsono Sagir (2009)
dalam meningkatkan daya saing, diawali dengan upaya untuk membuat tenaga kerja yang
memiliki tingkat profesional yang tinggi (memiliki kompetensi dan kompetitif). Upaya untuk
menciptakan kondisi tersebut adalah melalui pendidikan dan pelatihan yang tepat. Dengan
memiliki tenaga kerja yang profesional mampu bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain
di pasar tenaga kerja. Dengan meningkatkan daya saing angkatan kerja akan mendorong
peningkatan daya saing di pasar barang dan jasa serta keaktifan pasar modal. Namun ketika
daya saing angkatan kerja lemah, maka angka pengangguran yang berkaitan dengan
kemiskinan meningkat. Pada kondisi tersebut maka daya saing bangsa juga akan lemah.
Kendala dari upaya untuk membentuk tenaga profesional melalui pendidikan pelatihan
menurut hasil kajian Sagir terdiri dari empat faktor. Pertama rendahnya kesempatan untuk
mendapatkan pendidikan dan pelatihan. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk dianggap
sebagai penyebab rendahnya kesempatan tersebut. Permasalahan kedua adalah etos kerja
sebagian besar masyarakat yang masih rendah. Permasalahan ketiga adalah rendahnya
kreativitas dan inovasi teknologi. Permasalahan keempat adalah rendahnya tantangan alam
sehingga membuat masyarakat terlena dengan kondisi yang ada saat ini.
Kata Kunci : Tenaga Kerja Prefesional dan Daya Saing