KELOMPOK 13 RASIO LIKUIDITAS and MODAL

ANALISIS PENGARUH LIKUIDITAS TERHADAP MODAL KERJA
TUGAS ANALISA LAPORAN KEUANGAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 13
RIZKI ANDRIANI

43214110329

SARAH DWI PUTRIYANI

43214110431

DIVA AJENG ANTURAGTIN

43214110511

NINU DINURIYAH

43214110406


PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2017

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Pengaruh
Likuiditas Terhadap Modal Kerja” ini dengan baik. Makalah ini ditujukan untuk
memahami lebih detail tentang Metode likuiditas & Modal Kerja dan diharapkan
pembaca dapat memahami konsep Metode likuiditas & Modal Kerja
Dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Bintara Rista, SE,
M,Ak selaku dosen pengampu Analisa Laporan Keuangan yang telah membimbing
kami. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman – teman yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, Hal itu di
karenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami.Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Mohon maaf apabila dalam

penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan.

2

DAFTAR ISI

Halaman Judul ..............................................................................................................1
Kata Pengantar ..............................................................................................................2
Daftar isi .........................................................................................................................3
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
A. Likuiditas Perusahaan.........................................................................................4
B. Modal Kerja.........................................................................................................4
Bab. II PEMBAHASAN MASALAH
I.

Modal Kerja
a. Pengertian Modal Kerja ..........................................................................6
b. Konsep Modal Kerja.................................................................................6
c. Klasifikasi Modal Kerja.............................................................................7

d. Manajemen Modal Kerja..........................................................................8
e. Faktor yang mempengaruhi modal kerja...............................................10
f. Kebijakan Modal Kerja...........................................................................11
g. Sumber & Penggunaan Modal Kerja.....................................................13
II. Likuiditas
a. Kecukupun Aktiva Lancar......................................................................14
b. Kecukupan Quick Asset.........................................................................16
c. Kecukupan Kas......................................................................................16
d. Arus Dana Dari Persediaan...................................................................18
e. Eksposur dari Kewajiban Lancar...........................................................19
f. Kecukupan Modal Kerja.........................................................................20
III. Hubungan Likuiditas & Modal Kerja...................................................................21
BAB II. PENUTUP
Kesimpulan ............................................................................................................. 24
Daftar Pustaka ........................................................................................................ 25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai sehari-

hari, misalkan untuk membayar upah buruh, gaji, pegawai dan lain sebagainya, di

3

mana uang atau dana yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi
masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan
produksinya. Uang yang masuk berasal dari penjualan produk tersebut akan segera
dikeluarkan lagi untuk membiayai operasi selanjutnya. Dengan demikian maka dana
tersebut akan terus menerus berputar setiap periodenya selama hidupnya perusahaan.
A. Likuiditas Perusahaan
Suatu perusahaan yang ingin mempertahankan kelangsungan kegiatan
usahanya harus memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban-kewajiban finansial
yang segera dilunasi. Dengan demikian likuiditas merupakan indikator kemampuan
perusahaan untuk membayar atau melunasi kewajiban-kewajiban finansialnya pada
saat jatuh tempo dengan mempergunakan aktiva lancar yang tersedia.
Menurut Tangkilisan (2003:244), “Sebuah perusahaan menunjukkan likuiditas
tinggi ketika saldo aktiva lancarnya adalah besar dalam hubungannya dengan saldo
hutang lancarnya, dan perusahaan ini memiliki proporsi tinggi aktiva lancar dalam kas,

surat-surat berharga, dan piutang, sebagai lawan terhadap persediaan atau biaya yang
dibayar di muka.”
Meskipun semua aktiva dalam perusahaan mempunyai tingkat likuiditas, tetapi
yang menjadi pusat perhatian adalah pada aktiva yang paling likuid, yaitu kas. Dengan
demikian maka manajemen likuiditas menyangkut penentuan jumlah kedua jenis aktiva
tersebut yang akan dimiliki perusahaan.
B. Modal Kerja
Modal kerja sangat penting bagi perusahaan dalam menentukan tingkat
likuiditas perusahaan. Modal kerja dapat terlihat dari bagaimana perusahaan tersebut
menjaga keseimbangan jumlah aktiva lancar dan jumlah hutang lancar agar dapat
dipergunakan untuk menunjang operasi perusahaan. Sepanjang keseimbangan
tersebut tercapai, maka modal kerja perusahaan tersebut dapat dikatakan baik dalam
menentukan tingkat likuiditas perusahaan. Hal ini berlaku lebih penting bagi
perusahaan yang sedang melakukan ekspansi dalam bisnisnya karena manajemen
modal kerja yang baik akan menghasilkan laba yang tinggi.

4

BAB II
PEMBAHASAN

I. Modal Kerja
A. Pengertian Modal Kerja

5

Menurut Weston dan Brigham (1981) modal kerja adalah investasi perusahaan dalam
aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas, piutang dagang dan persediaan. Jadi
modal kerja ini disebut juga modal kerja bruto. Sedangkan modal kerja bersih adalah
aktiva lancar dikurangi hutang lancar.
Dengan kata lain modal kerja merupakan keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki
perusahan atau sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi
perusahaan sehari-hari
B. Konsep Modal Kerja
Drs. Bambang Riyanto mengemukakan tiga konsep pengertian modal kerja, yaitu :
1.

Konsep Kuantitatif

Konsep ini didasarkan atas kualitas dana yang ditanam dalam unsur-unsur aktiva
lancar, yaitu aktiva yang dipakai sekali dan akan kembali menjadi bentuk semula, atau

aktiva dengan dana tertanam didalamnya yang akan bebas lagi dalam waktu singkat.
Konsep ini sering disebut Gross Working Capital.
2.

Konsep kualitatif

Konsep ini didasarkan pada aspek kualitatif, yaitu kelebihan aktiva lancar dari hutang
lancarnya. Modal kerja menurut konsep ini adalah sebagai dari aktiva lancar yang
benar-benar digunakan untuk membiayai operasi perusahaan yang bersifat rutin tanpa
mengganggu likuiditasnya. Konsep ini sering disebut sebagai.
3.

Konsep Fungsional

Konsep ini didasarkan pada fungsi dana dalam menghasilkan pendapatan. Setiap
dana

yang

digunakan


dalam

perusahaan

dimaksudkan

untuk

menghasilkan

pendapatan, dengan kalkulasi sebagian dana digunakan untuk menghasilkan
pendapatan pada periode tersebut (current income) dan sebagian lagi digunakan untuk
menghasilkan pendapatan pada periode-periode berikutnya (future income) sehingga
besarnya modal kerja adalah :




Besarnya kas

Besarnya persediaan
Besarnya piutang (dikurangi besarnya laba)

6



Besarnya sebagian dan yang ditanamkan dalam aktiva tetap (besarnya adalah
sejumlah dana yang berfungsi untuk menghasilkan current income tahun yang
bersangkutan).

Sedangkan bagian piutang yang merupakan keuntungan adalah tergolong dalam
modal kerja potensial dan sebagian dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap yang
menghasilkan future income termasuk dalam non working capital.
C. Klasifikasi Modal Kerja
Secara umum, dibutuhkan modal kerja yang teratur dan permanen untuk
menjalankan perusahaan. Oleh sebab itu, seorang pimpinan harus dapat menyediakan
modal kerja yang cukup ketika aktivitas perusahaan meningkat dan sekaligus dapat
mengatasi agar tidak terjadi kelebihan modal kerja dalam bentuk cash pada saat
aktivitas perusahaan sedang menurun.

Drs. Bambang Riyanto menetapkan klasifikasi modal kerja sebagai berikut :
1. Modal kerja permanen (Permanent Working Capital)
Yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat
menjalankan fungsinya atau dengan kata lain modal kerja secara terus menerus
diperlukan untuk kelancaran usaha. Dapat dibedakan menjadi :
 Modal Kerja Primer (Primary Working Capital)
Adalah jumlah kerja modal minimum yang harus ada pada perusahaan untuk
menjamin kontinuitas usaha.
 Modal Kerja Normal (Normal Working Capital)
Adalah jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas
produksi yang normal dalam artian yang dinamis.
2. Modal Kerja Variabel (Variabel Working Capital)
Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan
keadaan yang dapat dibedakan menjadi :
 Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital)
Adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah di sebabkan karena
fluktuasi musim.
 Modal Kerja Siklus (Cyclical Working Capital)
Adalah modal Kerja yang jumlahnya berubah-ubah di sebabkan karena
fluktuasi konjungtur.

 Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital)
Adalah modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena keadaan darurat
yang tidak di ketahui sebelumnya

7

Kebutuhan modal kerja permanen sebaiknya ditanggung oleh pemilik
perusahaan atau para pemegang saham. Semakin besar jumlah modal kerja yang
dibiayai atau berasal dari investasi pemilik perusahaan maka credit rating akan
semakin baik dan jaminan bagi kreditor jangka pendek semakin besar
D. Manajemen Modal Kerja
Manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen
atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan. Modal kerja yang cukup
memang sangat penting bagi kehidupan perusahaan, tetapi berapakah modal kerja
yang dianggap cukup tersebut? Tersedianya modal kerja yang segera dapat digunakan
dalam operasi perusahaan tergantung pada tipe atau sifat dari aktiva lancar yang
dimiliki seperti kas, surat berharga yang diperdagangkan, piutang atau persediaan.
Adapun sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja adalah :
1. Memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga
tingkat pengembalian investasi marjinal adalah sama atau lebih besar dari
biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut.
2. Meminimalkan – jangka panjang – biaya modal yang digunakan untuk
membiayai aktiva lancar.
3. Pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar dan ketersediaan dana
dari sumber utang,sehingga perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban
ketika jatuh tempo.
Sasaran ketiga mengindikasi bahwa perusahaan mempertahankan likuiditas yang
cukup. Modal kerja yang tersedia dalam perusahaan harus cukup jumlahnya dalam arti
harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan seharihari. Modal kerja yang cukup akan memberikan keuntungan bagi perusahaan, antara
lain :


Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari



aktiva lancar.
Memungkinkan perusahaan untuk dapat membayar semua kewajiban-



kewajiban tepat pada waktunya.
Menjamin dimilikinya kredit standing

perusahaan

semakin

besar

dan

memungkinkan bagi perusahaaan untuk dapat menghadapi kesulitan keuangan


yang mungkin terjadi.
Memungkinkan perusahaan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang
cukup untuk melayani para konsumennya.

8



Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih
menguntungkan kepada para pelanggannya.

Penentuan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan
dipengaruhi beberpa faktor sebagai berikut :
1. Sifat atau tipe perusahaan
2. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang
akan dijual serta harga per satuan dari barang tersebut.
3. Syarat pembelian bahan atau barang dagangan
4. Syarat penjualan
5. Tingkat perputaran persediaan
Untuk menentukan besarnya dan cukupnya modal kerja yang dibutuhkan oleh
suatu perusahaan, Riyanto (2001:64), “Besar kecilnya kebutuhan modal kerja terutama
tergantung kepada 2 faktor, yaitu :
a. Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja, dan
b. Pengeluaran kas rata-rata tiap harinya.
Dengan jumlah pengeluaran setiap harinya yang tetap, tetapi dengan makin
lamanya periode perputarannya, maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan adalah
makin besar.”

E. Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja
Jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh setiap perusahaan adalah berbeda.
Modal kerja perusahaan jasa relatif lebih kecil dibanding dengan modal kerja
perusahaan industri. Demikian pula bagi sebuah perusahaan, kebutuhan akan modal
kerja dari waktu ke waktu tentu tidak sama. Oleh sebab itu, setiap manajer harus
menyesuaikan modal kerja dengan tingkat operasi usaha agar dapat digunakan secara
ekonomis dasn dapat menghindarkan kesulitan/kemacetan dalam menghadapi kondisi
darurat.
Permintaan suatu perusahaan terhadap modal kerja,menurut Jhon J.Hampton
dan Cecilia L.Wagner,dipengaruhi oleh 4 faktor umum dan 5 faktor khusus.
Faktor umum tersebut antara lain :

9

a. Volume Penjualan
Perusahaan membiayai modal kerja biasanya untuk mendukung penjualan. Faktor
ini adalah faktor yang paling utama, karena perusahaan memerlukan modal kerja
untuk menjalankan aktivitasnya dimana puncak aktivitas penjualan, dari ini
perusahaan bisa mengukur efektif dan efisiensinya perkembangan pada karyawan
dan perusahaan.
b. Faktor Musiman
Fluktuasi musiman akan permintaan untuk produk tau jasa mereka. Musiman dapat
mempengaruhi permintaan barang, maka penjualan akan berfluktuasi dan fluktuasi
penjualan akan mengakibatkan perbedaan-perbedaan jumlah kebutuhan modal
kerja dan inilah yang menimbulkan adanya modal kerja varibel.
c. Perkembangan Teknologi
Perubahan pada teknologi yang tentu saja berdampak pada proses produkksi dapat
mempunyai kuat pada kebutuhan terhadap modal kerja.
d. Filosofi Perusahaan
Kebijakan perusahaan akan berdampak pada tingkat modal kerja permanen
maupun musiman. Jika perusahaan mengubah kebijakan kredit net 30 menjadi net
60, maka tambahan dana permanen mungkin terikat pada piutang. Jika perusahaan
mengubah kebijakan produksi mungkin akan mempengaruhi kebutuhan persediaan.
Perubahan tingkat minimum kas mungkin akan menaikkan atau menurunkan modal
kerja.
Faktor khusus antara lain :
a. Ukuran Perusahaan
Perusahaan besar mempunyai perbedaan yang mencolok dibandingkan dengan
perusahaan kecil.
b. Aktivitas Perusahaan
Keadaan bisnis bedampak pada tingkat modal kerja.
c. Ketersedian Kredit
Jika perusahaan dapat meminjam untuk membiayai dengan kredit maka diperlukan
kas yang lebih sedikit.
d. Perilaku Menghadapi Keuntungan
Suatu jumlah yang relative besar pada aktiva lancar akan mengurangi keuntungan
keseluruhan.
e. Perilaku Menghadapi Risiko
Makin besar tingkat aktiva lancar,makin kecil risiko.
Modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya pengelolaan dana yang
tidak efektif di samping akan menimbulkan keburukan-keburukan seperti :
 Dapat menimbulkan pemborosan-pemborosan.
 Investasi-investasi pada cabang yang tidak diinginkan.

10

 Kerugihan bunga karena saldo bank yang tidak di pergunakan.
Sedangkan komposisi modal kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut :
1. Sifat kegiatan perusahaan
2. Faktor-faktor ekonomi
3. Peraturan-peraturan pemerintah yang berhubungan dengan pengendalian
4.
5.
6.
7.

kredit
Suku bunga yang berlaku
Jumlah uang yang beredar
Tersedianya bahan-bahan di pasar
Kebijaksanaan di dalam perusahaan

F. Kebijakan Modal Kerja
Pada dasarnya terdapat 3 pilihan kebijakan bagi manajemen untuk menentukan
besarnya proporsi aktiva lancar yang dibiayai oleh sumber jangka pendek dan yang
dibiayai dari jangka panjang,yaitu :
1. Kebijakan Modal Kerja Konservatif
Kebijakan

konservatif

adalah

perusahaan

memodali sebagian aktiva lancarnya
yang

berfluktuasi dengan modal permanen. Pada

musim

sedang sepi ketika piutang dan persediaan

sedang

rendah, perusahaan memperbesar saldo

surat-surat

berharganya.

waktu

Dengan

bergeraknya

menuju puncak musim ramainya penjualan,
perusahaan mulai menjual persediaan dan
piutang dan bila masih kurang

mencari

pinjaman jangka pendek. Sedangkan aktiva lancar permanen dan aktiva tetap dimodali
dengan permodalan permanen.
2. Kebijakan Modal Kerja Moderat
Perusahaan dapat pula mengambil kebijakan yang moderat dimana perusahaan
mencoba menyelaraskan struktur maturitas aktiva dan utang-utangnya, yaitu
kebutuhan akan aktiva lancar yang bersifat sementara dimodali dari sumber jangka
pendek dan total aktiva lancar permanen dan aktiva tetap dimodali dari sumber jangka
panjang.

11

3. Kebijakan Agresif

Kebijakan

yang

agresif adalah
bila semua aktiva
lancar

dimodali dengan jangka
pendek, tetapi sebagian

dari aktiva lancar permanennya dimodali dengan kredit
jangka pendek.

G. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Perubahan-perubahan dari unsur-unsur non akun lancar (aktiva tetap,utang
jangka panjang dan modal sendiri) yang mempunyai efek memperbesar modal kerja
disebut sebagi sumber-sumbermodal keraja.Sebaliknya perubahan-perubahan dari
unsur-unsur non-akun lancar yang mempunyai efek memperkecilmodalkerja disebu
sebagai penggunaan modalkerja.
Apabila sumber lebih besar daripada penggunaan,berarti ada kenaikan modal
kerja.sebaliknya

apabila

penggunaan

lebih

besar

daripada

sumber,berarti

terjadipenurunan modal kerja.
1. Sumber Modal Kerja
Sumber-sumber modal kerja yang akan menambah modal kerja adalah :


Adanya kenaikan sektor modal,baik yang berasal dari laba maupun



penambahan modal saham.
Ada pengurangan atau penurunan aktiva tetap karena adanya penjualan aktiva



tetap maupun melalui proses depresiasi.
Adapenambahan utang jangka panjan,baik dalam bentuk obligasi atau utang
jangka panjang lainnya.

2. Penggunaan Modal Kerja
Penggunaan-penggunaan modal kerja yang mengakibatkan turunnya modal kerja
adalah sebagai berikut :

12



Berkurangnya modal sendiri karena kerugian,maupun pengambilan privasi oleh




pemilik perusahaan.
Pembayaran utang-utang jangka panjang.
Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap.

3. Penyusunan Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Langkah-langkah dalam penyusunan laporan sumber dan penggunaan modal kerja
adalah sebagai berikut:


Tabulasikan perubahan pos-pos neraca awal dan akhir (2 periode) dan



klarifikasikan sebagai sumber dan penggunaan dana.
Masukkan data laba bersih sebagai sumber dana dan dividen sebagai



penggunaan dana.
Kelompokkan perubahan-perubahan dalam modal kerja (aktiva lancar dan
pasiva lancar).

II.

Likuiditas

Besarnya modal kerja sebuah perusahaan berhubungan dengan berbagai aktivitas
operasional dan finansial. Tujuan rasio pengukur modal kerja ialah untuk melakukan
analisis hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan sebagai dasar
interpretasi kondisi keuangan dari hasil opeasional suatu perusahaan.
Ada

beberapa

rasio

yang

selalu

digunakan

untuk

menganaliss

dan

menginterpretasi modal kerja, yaitu
 Likuiditas
Likuiditas berhubungan dengan masalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangan yang segera harus dipenuhi.
a. Kecukupan Aktiva Lancar
Aktiva lancar perusahaan merupakan tolok ukuran yang paling kasar yang menunjukan
adanya dana likuid yang segera menjadi kas danh tersedia untuk membayar tagihantagihan. Rasio yang dapat digunakan :
1. Rasio aktiva lancar terhadap kewajiban lancar (current ratio)
Rasio yang rendah merupakan indikasi bahwa perusahaan mungkin tidak dapat
membayar tagihan-tagihannya pada mas mendatang.Rasio yang tinggi mungkin
mengindikasikan jumlah aktiva lancar yang berlebihan.

13

RUMUS :

Current Ratio =

Current Asset
Current Liabilities

2. Rasio Aktiva Lancar Terhadap Total Aktiva
Rasio yang rendah mungkin menunjukkan kurangnya penjualan kredit (piutang
yang rendah) atau kurangnya dukkungan untuk produksi dengan persediaan yang
cukup,raio yang tinggi mungkin mengindikasikan kebijakan pengumpulan piutang yang
buruk (piutang berlebihan) atau persediaan yang besar.
RUMUS :

Current Asset to Total Asset Ratio =

Current Asset
Total Asset

3. Rasio Aktiva Lancar Terhadap Penjualan
Ketika

perusahaan

menghasilkan

penjualan,maka

terdapat

tagihan

untuk

dibayar,piutang untuk didanai,dan persediaan untuk mendukung penjualan.Besarnya
aktiva-aktiva tersebut haruslah cukup untuk membayar tagihan tepat waktu,memungkin
pengiriman barang cepaat,dan pemberian kredit dengan syarat kredit yang kompetitif.
RUMUS :

Quick Asset to Revenues Ratio =

Quick Asset
Revenues

14

b. Kecukupan Quick Assets
Quick Assset terdiri dari kas dan piutang,merupakan aktiva yang paling likuid dalam
neeraca.Dengan menggunakan kas dan piutang,likuiditas dapat diukur dengan lebih
tepat daripada aktiva lancar.
1. Rasio Quick Assets Terhadap Kewajiban Lancar (Quick Ratio)
Rasio ini digunakan untuk mengukur likuiditas dengan menggunakan aktiva paling
likuid terhadap kewajiban lancar.
RUMUS :

Quick Ratio =

Quick Assets
Current Liabilities

2. Rasio Quick Assets Terhadap Total Aktiva
Perusahaan membutuhkan aktiva likuid yang cukup sebagai bagian dari bauran dari
total aktivanya.Rasio ini menunjukkan besar kas dari piutang dalam bauran total
aktivanya.
RUMUS :

Quick Asset to Total Assets Ratio =

Quick Assets
Total Assets

c. Kecukupan Kas
Perusahaan mempertahankan saldo kas seminimal mungkin tetapi menginvestasikan
dalam efek yang setara kas yang dapat segera dicairkan.Efek-efek tersebut harus
dimasukkan dalam perhitungan rasio untuk menghitung kecukupan kas.Rasio-rasio
yang dapat berguna untuk keperluan analisis ini adalah :
1. Rasio Kas Terhadap Kewajiban lancar (Cash Ratio)

15

Rasio ini mengukur kemampuan sesungguhnya untuk memenuhi utang-utang tepat
pada waktunya.
RUMUS :

Cash Ratio =

Cash
Current Liabilities

2. Rasio Kas Terhadap Total Aktiva
Besarnya kas sebagai bagian dari aktiva merefleksikan kebijakan perusahaan tentang
pentingnya likuiditas versus penggunaan dana untuk aktiva tetap,Hal ini dapat diukur
dengan rasio ini.
RUMUS :

Cash Total Assets=

Cash
Total Assets

3. Rasio Kas Terhadap Penjualan
Rasio ini mengukur kecukupan kas dibandingkan dengan kegiatan operasinya.
RUMUS :

Cash to Revenues Ratio =

Cash
Revenues

Omzet penjualan yang semakin besar dapat menunjukkan bahwa perusahaan
tersebut semakin besar dapat menunjukkan bahwa perusahaan tersebut aktif
melaksanakan kegiatan operasionalnya. Makin tinggi turnover dari rasio, makin rendah
atau sedikit modal kerja yang dibutuhkan dalam inventory dan receivables. Sebaliknya,
rasio tersebut mungkin juga menunjukkan keanehan net working capital dalam
perputaran inventory dan receivables yang rendah akibat kelebihan hutang lancar.

16

d. Arus Dana dari Persediaan
Penting bagi perusahaan memiliki kas yang cukup dari kegiatan operasinya,apabila
perusahaan tidak menjual persediaan maka tidak aka nada piutang dan apabila pitang
tidak dikumpulkan perusahaan tidak mrmiliki kas.
1. Perputaran persediaan dalam kas ( Inventory turnover in cash)
Rasio ini dihitung dengan membagi penjualan dengan persediaan,rasio ini mengukur
berapa kali dalam 1 tahun sebuah perusahaan menghasilkan penjualan yang sama
dengan saldo persediaanya.
RUMUS :

Inventory Turnover in Cash =

Revenues
Inventory

2. Perputaran persediaan dalam unit (Inventory turnover in units)
Rasio ini mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan berputar
dalam suatu periode dan perputaran fisik persediaan.
RUMUS :

Inventory Turnover in Units =

COGS
Inventory

e. Exposure dari Kewajiban Lancar
Dalam menentukan struktur modalnya,perusahaan melakukan pilihan antara utang
jangka pendek atau utangjangka panjang.Rasio-rasio yang dapat digunakan untuk
mengukur risisko dari kewajiban lancar antara lain :

17

1. Rasio Total Aktiva Terhadap Kewajiban Lancar (Total asssets to current
liabilities ratio)
Rasio ini mengukur porsi dari aktiva yang didanai dari uttang jangka pendek.
RUMUS :

Total Assets to Current Liabilities Ratio =

Total Assets
Current Liabilities

2. Rasio Ekuitas terhadap kewajiban lancar (Total equity to current liabilities ratio)
Rasio ini mengukur komitmen dari pemegang saham dibandingkan dengan exposure
dari kewajiban lancar.
RUMUS :

Total Equity to Current liabilities ratio =

Total Equity
Current Liabilities

3. Rasio HPP terhadap utang dagang (COGS to accounts pyable ratio)
Satu

cara

untuk

menilai

besarnya

utang

dagang

adalah

dengan

membandingkannya dengan tingkat aktivitas bisnis perusahaan.

RUMUS :

COGS to Account Payable Ratio =

Total Assets
Net
Working
Capital

18

f.

Kecukupan Modal Kerja

Modal kerja bersih,selisih antara aktiva lancar dan kewajiban lancar adalah ukuran
dasar dari likuiditas perusahaan.Kecukupan modal kerja dapat dievaluasi dengan
menggunakan rasio.
1. Rasio total aktiva terhadap modal kerja bersih (Total assets to net working
capital)
Rasio yang tinggi mengindikasikan rendahnya tingkat likuiditas,sedangkan rasio yang
rendah mengindikasikan tingkat lukiditas yang tinggi.
RUMUS :

Total Assets to Net Working Capital Ratio =

Total Assets
Net
Working
Capital

2. Rasio kewajiban lancar terhadap modal keraj bersih (Current liabilities to net
working capital ratio)
Rasio ini merupakan ekspresi alternatif dari current ratio. Bila current ratio rendah,rasio
ini akan tinggi mengindikasikan likuiditas rendah.Bila rasio ini rendah current ratio akan
tinggi mengindikasikan likuiditas tinggi.

RUMUS :

Current Liabilities to Net Working Capital =

Current Liabilities
Net
Working
Capital

3. Perputaran Modal Kerja (Revenues to networking capital ratio)

19

Rasio ini mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban
lancar.
RUMUS :

Working Capital Turnover =

Revenues
Net Working Capital

III. Hubungan Modal kerja Terhadap Likuiditas Perusahaan
Pada setiap perusahaan modal kerja mempunyai hubungan yang saling terkait
dengan likuiditas, karena dengan adanya modal kerja maka perusahaan dapat
memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dimana modal kerja ini digunakan
untuk menjalankan operasi-operasi perusahaan setiap harinya. Sedangkan likuiditas
menunjukkan kemampuan dari perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang harus
segera dipenuhi.
Menurut Keown yang dikutip oleh Djakman (2000:644), “Agar dalam
pelaksanaan kegiatan perusahaan berhasil diperlukan sejumlah modal kerja yang
cukup, dimana pengelolaan modal kerja tersebut dapat menunjukkan keseimbangan
antara likuiditas dan profitabilitas perusahaan”.
Besarnya modal kerja sebuah perusahaan berhubungan dengan berbagai
aktivitas operasional dan finansial tanpa modal kerja yang cukup aktivitas bisnis
perusahaan dapat terancam.
Menurut Riyanto (2001:25), “Masalah likuiditas adalah berhubungan dengan
masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang
segera harus dipenuhi.”
Selanjutnya Riyanto (2001:26) menyatakan, “Likuiditas badan usaha dapat
diketahui dari neraca pada suatu saat antara lain dengan membandingkan jumlah
aktiva lancar di satu pihak dengan utang lancar di lain pihak, hasil perbandingan
tersebut ialah apa yang disebut “current ratio” atau “Working Capital ratio”. Current
ratio ini merupakan ukuran yang berharga untuk mengukur kesanggupan perusahaan
untuk memenuhi current obligation–nya.”

20

Seperti diketahui bahwa salah satu nilai penting dari likuiditas perusahaan adalah
untuk

memenuhi

sejumlah

dana

yang

diperlukan

pada

saat

dibutuhkan.

Ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi likuiditasnya akan memengaruhi
aktivitas usahanya. Sementara itu dalam manajemen modal kerja kebutuhan dana
juga merupakan bagian penting, baik dalam hal penyediaan dana maupun
penggunaan dana yang berkaitan dengan aktivitas usaha. Oleh karena itu, terdapat
hubungan yang erat antara likuiditas dengan modal kerja.
Agar lebih mudah memahami nilai penting likuiditas dalam hubungannya dengan
modal kerja dapat dilihat dalam ilustrasi berikut ini. Kita asumsikan ada dua
perusahaan yaitu PT Bukitlayang dan PT Tempilang dengan neraca sebagai berikut :
Neraca PT Bukitlayang
Per 31 Desember 2008
Kas
Piutang
Persediaan
Total Aktiva Lancar

600.000
1.000.000
1.400.000
3.000.000

Utang Lancar

1.800.000
1.800.000

Neraca PT Tempilang
Per 31 Desember 2008
Kas
Piutang
Persediaan
Total Aktiva Lancar

1.400.000
1.000.000
600.000
3.000.000

Utang Lancar

1.800.000
1.800.000

Dari posisi kedua neraca perusahaan diatas terdapat persamaan yaitu dalam
hal total aktiva lancar yaitu sama-sama RP. 3.000.000 dan utang lancar Rp.
1.800.000,- Namun terdapat perbedaan dalam komposisi aktiva lancarnya, Sehingga

21

sangat mempengaruhi dalam kemampuan membayar kewajibannya . Dalam hal ini
posisi PT Tempilang lebih baik dalam hal kemampuan membayarnya dibandingkan
dengan PT Bukitlayang. Jika terjadi sesuatu PT. Tempilang lebih cepat membayar
karena memiliki kas yang lebih banyak dari PT Bukitlayang, demikian pula sebaliknya.
Artinya, meskipun likuiditas antara perusahaan PT Bukitlayang Pt Tempilang sama,
namun kecepatan dalam hal membayar kewajiban berbeda-beda.

BAB III.
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Hubungan antara likuiditas dengan modal kerja sangat diperlukan. Untuk itu
berapa modal kerja yang dibutuhkan

atau tidak sekadar pada jumlah

rupiahnya, tetapi juga pada perimbangannya masing-masing pos yang ada
pada aktiva lancar.
2. Untuk mengetahui berapa modal kerjayang cukup bagi suatu perusahaan maka
dilakukan perhitungan rasio likuiditas, dimana ketika perusahaan mampu
menutupi kewajiban jangka pendeknya dan jumlah rasio likuiditas tidak terlalu

22

besar dan juga tidak terlalu kecil dalam artian tidak terlalu jauh dari 100% maka
modal kerja perusahaan dapat dikatakan baik

23

DAFTAR PUSTAKA

Sawir,Agnes.,Analisis

Kinerja

Keuangan

dan

Perencanaan

Keuangan

Perusahaan.Jakarta:Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.2005
Fred. J. Eugene F Brigham. Managerial Finance. Penerj. Sumarso Sr. ESG. Jakarta.
1981.
Kennedy, R.D. and Mullen. S. Y Mc. Financial Statement Form, Analysis and
Interpretation. Sixth Edition, First Printing, Mei Ya Publication Inc, Taipeh, 974.
Munawir, S. Analisa Laporan Keuangan. Edisi I. Liberty. Yogyakarta, 1981.
Riyanto, Bambang. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi II. Yayasan Badan
Penerbit Gadjah Mada. Yogyakarta, 1979.
Suwartoyo, E. Modal Kerja. Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen. Balai
Aksara. Jakarta. 1978.
Kasmir. Pengantar Manajemen Keuangan. Kencana Prenada Media Grup. Jakarta,
2010

24