makalah teori kepemimpinan dan perilaku
TEORI KEPEMIMPINAN DAN PERILAKU PEMIMPIN YANG EFEKTIF
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Dosen Pengampu : Dr.H. Nur Khoiri, M.Ag
Mata Kuliah : Dasar-Dasar Manajemen Pendidikan
Disusun Oleh :
Nur Hikmah Arisanti
(1403056006)
Tutik Alafiyah
(1503086004)
Umidha Nur Khasanah
(1503086008)
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kepemimpinan memainkan peranan yang penting dalam organisasi.
Berhasil tidaknya suatu organisasi salah satunya ditentukan oleh sumber daya
yang ada dalam organisasi tersebut. Di samping itu faktor yang sangat berperan
penting adalah faktor kepemimpinan. Peran utama kepemimpinan adalah
mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapka.
Pengembangan organisasi merupakan suatu kegiatan mengadakan perubahan
secara berencana yang mencakup suatu diagnosa secara sistematis terhadap
organisasi. Seorang pemim pin harus ikut aktif dalam mengatur pelaksanaan
kegiatan
usaha
pengembangan
pengembangan
organisasi
organisasi.
sebagian
besar
Keberhasilan
ditentukan
kegiatan
oleh
usaha
kualitas
kepemimpinannya atau pengelola dan komitmen pimpinan pucuk organisasi.
Kepemimpinan merupakan suatu hal yang seharusnya dimiliki oleh pemimpin
organisasi. Efektivitas seorang pemimpin ditentukan oleh kepiawaiannya
mempengaruhi dan mengarahkan para anggotanya. tentunya pihak pimpinan harus
mempunyai kemampuan dalam mengelola, mengarahkan, mempengaruhi,
memerintah dan memotivasi bawahannya untuk memperoleh tujuan yang
diinginkan oleh perusahaan.Di dalam mengelola karyawan yang ada dalam
perusahaan harus diciptakan suatu komunikasi kerja yang baik antara atasan dan
bawahan agar tercipta hubungan kerja yang serasi dan selaras. Dengan
meningkatnya semangat dan kegairahan kerja para karyawan tersebut diharapkan
akan mencapai prestasi yang tinggi di bidang pekerjaan mereka masing-masing
sehingga tujuan perusahaan akan tercapai dengan hasil yang memuaskan.
A. Rumusan Masalah
1. Apa saja teori kepemimpinan itu ?
2. Bagaimana pemimpin yang efektif itu ?
B. Tujuan Makalah
1.
Untuk menjelaskan apa saja teori kepemimpinan
2.
Untuk mengetahui bagaiamana pemimpin yang efektif itu
C. Manfaat Makalah
1.
Mahasiswa dapat mengetahui apa saja teori kepemimpinan
2.
Mahasiswa dapat mengetahui bagaiamana pemimpin yang efektif
D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
Pada BAB I Pendahuluan pemakalah menyajikan beberapa sub bab yang
berjudul latar belakang makalah, rumusan masalah, tujuan makalah, manfaat
makalah, dan serta sistematika penulisan didalam makalah.
Pada BAB II Kajian Teori pemakalah menyajikan beberapa sub bab yang
berjudul apa saja teori kepemimpinan dan bagaimana pemimpin yang efektif
itu.
Pada BAB III Pembahasan pemakalah menyajikan sebuah skripsi yang
berjudul kepemimpinan dalam organisasi: perspektif
teoritik dan
metodologi
Pada BAB IV PENUTUP pemakalah menyajikan beberapa sub bab yang
berjudul kesimpulan dan saran.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Teori Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh individu atau
kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok
lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya1.
Banyak ahli mengemukakan pendapat dan teorinya tentang kepemimpinan.
Teori yang mereka kemukakan berneka ragam. Keragaman itu disebabkan antara
lain oleh tiga hal. Pertama, teori dirumuskan berdasarkan bukti empiris atau hasil
penelitian. Kedua, perbedaan sudut pandang para ahli mengenai manusia
organisasi. Ketiga, hakikat dan substansi tugas yang dilaukan dan kerangka praktek
kepemimpinan itu. Berikut ini disajikan beberapa pendapat tentang teori
kepemimpinan2.
1.
Teori Sifat (Traits Theory)
Pendekatan ini menekankan pada sifat pemimpin seperti kepribadian,
motivasi, nilai, dan keterampilan. Yang mendasari pendekatan ini adalah
asumsi bahwa beberapa orang mempunyai bakat memimpin yang memiliki ciri
tertentu yang tidak dimiliki oleh orang lain. Teori kepemimpinan yang paling
awal menyatakan bahwa kenerhasilan manajerial disebabkan oleh kemampuan
luar biasa seperti memiliki energi yang tidakk kenal lelah, intuisi
kepengelolaan, pandangan masa depan, dan kekuatan untuk membujuk yang
tidak dapat ditolak3.
Teori ini mempercayai bahwa pemimpin memiliki cara yang bervariasi
karena mereka memiliki karakteristik atau disposisi yang sudah melekat dalam
1
2
3
Sudarwan Danim. 2012. Motivasi, Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Jakarta: Rineka
Cipta. hlm 55-56
Sudarwan Danim. 2012,... hlm 68
Gary Yukl. 2005. Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: Indeks. hlm 13-14
dirinya. Teori tentang analisis kepemimpinan berdasarkan ciri yang dalam
bahasa inggris dikenal dengan "traits theory" memberi petunjuk bahwa ciri-ciri
ideal tersebut ialah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.
x.
Pengetahuan umum yang luas
Kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang
Sifat inkuisitif
Kemampuan analitik
Daya ingat yang kuat
Kapasitas integratif
Keterampilan berkomunikasi secara efektif
Keterampilan mendidik
Rasionalitas
Objektivitas
Pragmatisme
Kemampuan menentukan skala prioritas
Kemampuan membedakan yang urgen dan yang penting
Rasa tepat waktu
Rasa kohesi yang tinggi
Naluri relevansi
Keteladanan
Kesediaan menjadi pendengar yang baik
Adaptabilitas
Fleksibilitas
Ketegasan
Keberanian
Orientasi masa depan
Sikap yang antisipatif4.
Teori kepemimpinan berdasarkan ciri-ciri ternyata tidak bebas dari
kelemahan tertentu, yang terpenting di antaranya ialah adanya asumsi bahwa
jika seseorang pemimpin memiliki ciri-ciri tersebut, ia dengan sendirinya akan
menjadi pemimpin yang efektif. Tidak demikian halnya dengan teori
kepemimpinan berdasarkan ciri-ciri terlalu menekankan pandangan bahwa
bakat yang dibawa sejak lahir merupakan jaminan keberhasilan seseorang
menyelenggarakan fungsi-fungsi kepemimpinannya.
Kelemahan lain dari teori kepemimpinan berdasarkan ciri-ciri ialah
adanya anggapan bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang dapat dialihkan
in toto dari satu situasi organisasional ke situasi organisasional yang lain
dengan tingkat keberhasilan yang sama. Dengan kata lain, terdapat pandangan
4 Sondang P. Siagian. 2003. Teori Dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta, hlm 75-76
bahwa keberhasilan seseorang memimpin satu organisasi sudah merupakan
jaminan mutlak untuk keberhasilannya memimpin organisasi yang lain, meski
pun tujuan, misi, fungsi, sasaran, dan kegiatannya berbeda5.
2.
Teori Perilaku (Behaviors Theory)
Teori perilaku berusaha untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku
pemimpin. Bila perilaku pemimpin ada perbedaan yang berarti jika
dibandingkan dengan perilaku yang dipimpin, maka kepemimpinan akan dapat
diajarkan. Bila kepemimpinan bisa diajarkan, maka pasokan pemimpin bisa
diperbesar. Pendekatan ini menekankan bahwa pemimpin dan manager secara
nyata bekerja untuk pekerjaan dan hubungan keefektifan managerial6.
Perbedaan yang paling mendasar antara teori karakter dan teori perilaku
adalah terletak pada asumsi yang mendasarinya. Jika teori karakter yang benar,
maka pada dasarnya kepemimpinan dibawa dari lahir. Sedangkan jika teori
perilaku yang benar, maka kepemimpinan bisa diajarkan atau ditanamkan7.
3.
Teori Situasional (Situasional/Contingency Theory)
Salah satu model kepemimpinan yang paling banyak digunakan dewasa
ini adalah yang berdasarkan teori situasional yang dikembangkan oleh paul
harsey dan ken blanchard. Teori ini terkadang disebut "teori kontijensi"
kepemimpinan. Teori ini sangat menarik untuk didalami karena paling sedikit
tiga alasan, yaitu: penggunaannya yang meluas, daya tariknya secara intuitif
dan karena tampaknya didukung oleh pengalaman didunia nyata.
5 Sondang P. Siagian. 2003,... hlm 118-119
6
7
Gary Yukl. 1989. Managerial Leadership: A Review of Theory and Research. Journal of
Management Vol 15 No 2
Fridayana Yudiaatmaja. 2013. Kepemimpinan: Konsep, Teori Dan Karakternya. Universitas
Pendidikan Ganesha. Jurnal Media Komunikasi Fis Vol 12, No 2
Pendekatan situasional menekankan pentingnya faktor kontekstual yang
mempengaruhi proses kepemimpinan8. Berbagai faktor situasional yang
ditemukan berpengaruh pada gaya kepemimpinan tertentu, antara lain ialah:
a.
b.
c.
d.
Kompleksitas tugas yang harus diselenggarakan,
Jenis pekerjaan, misalnya apakah bersifat rutin atau inovatif,
Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan,
Persepsi, sikap dan gaya yang digunakan oleh para pejabat pemimpin yang
menduduki hirarki jabatan yang lebih tinggi,
e. Norma-norma yang dianut oleh kelompok kerja yang berada di bawah
pimpinan yang bersangkutan,
f. Rentang kendali yang paling tepat untuk diterapkan,
g. Ancaman yang datang dari luar organisasi yang mesti dihadapi, misalnya
dalam bentuk persaingan bagi suatu organisasi niaga,
h. Tingkat stress yang mungkin timbul sebagai akibat beban tugas, tingkat
tanggung jawab, desakan waktu dan faktor-faktor lainnya yang dapat
menimbulkan ketegangan,
i. Iklim yang terdapat dalam organisasi9.
Pada intinya teori ini menekankan bahwa efektifitas kepemimpinan
seseorang tergantung pada dua hal, yaitu pemilihan gaya kepemimpinan yang
tepat untuk menghadapi situasi tertentu dan tingkat kematangan jiwa
(kedewasaan) para bawahan yang dipimpin. Dua dimensi kepemimpinan yang
digunakan dalam teori ini ialah perilaku seorang pemimpin yang berkaitan
dengan tugas kepemimpinannya dan hubungan atasan-bawahan. Tergantung
pada orientasi tugas kepemimpinan dan sifat hubungan atasan dan bawahan
yang digunakan, gaya kepemimpinan yang timbul apat mengambil empat
bentuk, yaitu:
a. Memberitahukan
Jika seorang pemimpin berperilaku memberitahukan, hal ini berarti
bahwa orientasi tugasnya dapat dikatakan tinggi dan digabung dengan
hubungan atasan-bawahan yang tidak dapat digolongkan sebagai akrab,
meskipun tidak pula digolongkan sebagai hubungan yang tidak bersahabat.
8
Gary Yukl. 2005. Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: Indeks, hlm 15
9 Sondang P. Siagian. 2003. Teori Dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta, hlm 129
Dengan kata lain, perilaku pemimpin terwujud dalam gaya yang bersifat
direktif.
b. "Menjual,"
Jika seorang pemimpin berperilaku "menjual" berarti bertitik tolak
dari orientasi perumusan tugasnya secara tegas digabung dengan hubungan
atasan-bawahan yang bersifat intensif.
c. Mengajak bawahan berperan serta
Perilaku pimpinan dalam hal demikian ialah orientasi tugas yang
rendah digabung dengan hubungan atasan-bawahan yang intensif. Artinya,
pimpinan hanya memainkan peranan selaku fasilitator untuk memperlancar
tugas para bawahan yang antara lain dilakukannya dengan menggunakan
saluran komunikasi yang ada secara efektif.
d. Melakukan pendelegasian.
Seorang pemimpin dalam menghadapi situasi tertentu dapat pula
menggunakan perilaku berdasarkan orientasi tugas yang rendah digabung
dengan intensitas hubungan atasan-bawahan yang rendah pula10.
4.
Teori Otokratis dan Pemimpin Otokratis
Kepemimpinan dalam teori ini didasarkan atas perintah-perintah,
paksaan, dan tindakan-tindakan yang abitter (sebagai wasit). Pemimpin selalu
melakukan pengawasaa pengawasan yang ketat agar semua pekerjaan
berlangsung secara efesien. Pemimpin pada teori ini disebut otoktar keras
karena mempunya sifat tepat, seksama,sesuai dengan prinsip namun keras dan
kaku. Pemimpin tersebut tidak akan mendelegasikan otoritas.
5.
Teori Psikologis
Teori ini menyatakan bahwa fungsi seorang pemimpin adalah
memunculkan dan mengembangkan sistem motivasi terbaik untuk merangsang
kesediaan bekerja para anak buahnya guna mencapai sasaran-sasaran
organisatoris maupun untuk memenuhi tujuan-tujuan pribadi. Pemimpin pada
10 Sondang P. Siagian. 2003. Teori Dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta, hlm 139-140
teori ini mementingkan aspek-aspek psikis manusia seperti pengakuan,
martabat, status sosial, kepastian emosional, dan lain-lain11.
Penganut teori ini merumuskan tesis leader are made, pemimpin itu
dapat diciptakan atau dipersiapkan secara khusus, musalnya melalui
pendidikan dan pelatihan12.
6.
Teori Sosiologis
Kepemimpinan dianggap sebagai usaha untuk melancarkan antar relasi
dalam organisasi dan sebagai usaha untuk menyelesaikan setiap konflik
organisatoris antara para pengikutnya agar tercapai kerja sama yang baik.
Pemimpin menetapkan tujuan-tujuan dengan menyertakan para pengikutnya
dalam
pengembilan
keputusan
terakhir.
Selanjutnya,
pemimpinjuga
mengidentifikasi tujuan, dan kerap kali memberikan petunjuk yang diperlukan
bagi para pengikut untuk melakukan setiap tindakan yang berkaitan dengan
kepentingan kelompoknya.
7.
Teori Suportif
Menurut teori ini, para pengikut harus berusaha sekuat mungkin dan
bekerja dengan penuh gairah, sedangkan pemimpin akan membimbing dengan
sebaik-baiknya melalui kebijakan tertentu. Teori suportif ini biasa dikenal
dengan teori partisipatif atau teori kepemimpinan demokratis.
8.
Teori Laissez Faire
Pemimpin pada teori ini sebenarnya tidak mampu mengurus, dan
menyerahkan tanggung jawab serta pekerjaan kepada bawahannya. Pada teori
ini, pemimpin adalah seorang ketua yang bertindak sebagai simbol, dan
biasanya tidakmemiliki ketarampilan teknis.
9.
Teori Kelakuan Pribadi
Kepemimpinan jenis ini akan muncul berdasarkan kualitas-kualitas
pribadi atau pola kelakuan para pemimpinnya. Pemimpin dalam kategori ini
harus mampu mengambil langkah-langkah yang paling tepat untuk suatu
masalah. Masalah sosial itu tidak akan pernah identik sama didalamruntunan
waktu yang berbeda.
11
12
Kartini Kartono. 2008. Pemimpin dan Kepemimpinan : Apakah kepemimpinan abnormal itu?.
Jakarta: Rajawali Press, hlm 71-79
Sudarwan Danim. 2012. Motivasi, Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Jakarta: Rineka
Cipta, hlm 57
10. Teori Sifat Orang-Orang Besar
Cikal bakal seorang pemimpin dapat diprediksi dan dilihat dengan
melihat sifat, karakter, dan perilaku orang-orang besar yang tersebut sudah
sukses dalam menjalankan kepemimpinannya. Dengan demikian, ada
beberapaciri-ciri unggul sebagai predisposisi yang diharapkan akan dimiliki
oleh seorang pemimpin, yaitu memiliki inteligensi, memiliki daya persuasif
dan keterampilan komunikatif, memiliki kepercayaan diri, peka, kreatif, mau
memberikan partisipasi sosial yang tinggi dan lain-lain.
11. Teori Humanistik / Populistik
Fungsi kepemimpinan manurut teori ini yaitu merealisasi kebebasan
manusia dan memenuhi setiap kebutuhan insani yang dicapai melalui interaksi
pemimpin dengan rakyat. Untuk melakukan hal ini, perlu adanya organisasi
yang baik dan pemimpin mau memperhatikan kepentingan dan kebutuhan
rakyat. Organisasi tersebut berperan sebagai sarana untuk melakukan kontrol
sosial
agar
pemerintahan
melakukan
fungsinya
dengan
baik,
serta
memerhatikan lemampuan dan potensi rakyat13.
12. Kepemimpinan Transaksional
Moos dan Huber (2007) menyatakan bahwa istilah “kepemimpinan
transaksional” telah dilaksanakan untuk konsep kepemimpinan alam semesta.
Kepemimpinan transaksional adalah hubungan antara pemimpin dan bawahan
serta ditetapkan dengan jelas peran dan tugas-tugasnya. Kepemimpinan
transaksional digambarkan sebagai mempertukarkan sesuatu yang berharga
untuk yang lain antara pemimpin dan karyawan (Contingen Riward), intervensi
yang dilakukan oleh pemimpin dalam proses organisasional dimaksudkan
untuk mengendalikan dan memperbaiki kesalahan yang melibatkan interaksi
antara pemimpin dan kakitanganya bersifat pro aktif.
Prinsip utama dari kepemimpinan transaksional adalah mengkaitkan
kebutuhan individu dengan yang diinginkan kemimpin untuk semua
penghargaan yang diinginkan dari bawahannya sehingga memungkinkan
adanya peningkatan motivasi staf. Karena itu, dapat disimpulkan bahwa
pemimpin transaksi hakikatnya adalah menekankan bahwa perlunya seseorang
13
Kartini Kartono. 2008. Pemimpin dan Kepemimpinan : Apakah kepemimpinan abnormal itu?.
Jakarta: Rajawali Press, hlm 71-79
pemimpin menentukan apa yang harus dilakukan karyawan untuk mencapai
tujuan organisasi. Pemimpin transaksional juga cenderung memfokuskan diri
pada solusi tugas-tugas organisasi. Untuk memotivasi agar staf melakukan
tanggung jawab mereka, para pemimpin transaksional sangat tergantung pada
sistem pemberian penghargaan dan hukuman pada bawahannya.
13. Kepemimpinan Transformasional
Proses begitu cepat dan luas menuntut perubahan bahwa “perubahan dan
perbaikan” dilakukan sebagai sebuah proses yang berkelanjutan, sehingga
konsep
kepemimpinan
yang
berbeda
diperlukan.
Kepemimpinan
transformasional dianggap menunjukkan jalan. Pemimpin transformasional tidak
hanya mengelola struktur dan tugas, tetapi berfokus pada orang-orang yang
membawa mereka kerjasama dan berkomitmen. Mereka mencoba untuk secara
aktif mempengaruhi “budaya” dari sekolah sehingga memungkinkan untuk lebih
merangsang kerjasama, koherensi dalam belajar dan bekerja lebih bebas.
Hater dan Bass (1988) menyatakan bahwa pemimpin transformasional
merupakan pemimpin yang kharismatik dan memiliki peran sentral dan strategis
dalam membawa organisasi mencapai tujuannya. Pemimpin transformasional ini
harus memiliki kemampuan untuk menyamakan visi masa depan dengan
kakitanganya, serta mempertinggi kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih
tinggi dari pada apa yang mereka butuhkan.
Bass dan Avolio, mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional
memiliki empat dimensi yang disebutnya sebagai “The Four Is”:
a. Perilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya
mengagumi,
menghormati sekaligus mempercayai (pengaruh ideal).
b. Pemimpin transformasional digambarkan sebagai pemimpin yang mampu
mengartikulasikan pengharapan yang jelas terhadap prestasi karyawan
(motivasi-inspirasi)
c. Pemimpin transformasional harus mampu menumbuhkan ide-ide baru,
memberikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan-permasalahan yang
dihadapi staf (stimulasi intelektual).
d. Pemimpin transformasional dilihat sebagai seorang pemimpin yang mau
mendengarkan dengan penuh perhatian masukkan-masukkan staf dan secara
khusus memperhatikan kebutuhan- kebutuhan staf akan pengembangan karir
(konsederasi individu).
Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional adalah
kemampuan
seorang
pemimpin
untuk
memberikan
pertimbangan
rangsangan intelektual yang individukan dan yang memiliki kharisma14.
14
Subarino, kk. 2011. Kepemimpinan Integratif: Sebuah Kajian Teori. Jurnal Manajemen
Pendidikan No. 01/Th VII
dan
B. Perilaku Pemimpin Yang Efektif
Sebuah penelitian yang dilaukan oleh para peneliti dari universitas of
michigan menemukan bahwa terdapat tiga jenis perilaku kepemimpinan efektif,
yaitu:
a. Perilaku yang berorientasi tugas
Para pemimpin yang efektif tidak menggunakan waktu dan usahanya
dengan melakukan pekerjaan yang sama seperti bawahannya. Sebaliknya, para
pemimpin yang efektif berkonsentrasi pada fungsi-fungsi yang berorientasi pada
tugas seperti merencanakan dan mengatur pekerjaan, mengkoordinasikan kegiatan
para bawahan, dan menyediakan keperluan, peralatan dan bantuan teknis yang
dibutuhkan.
b. Perilaku yang berorientasi hubungan.
Bagi para pemimpin yang efektif, perilaku yang berorientasi tugas tidak
terjadi dengan mengorbankan perhatian terhadap hubungan antar manusia. Para
pemimpin yang efektif lebih penuh perhatian, mendukung, dan membantu para
bawahan. Perilaku mendukung yang berkorelasi dengan kepemimpinan yang
efektif meliputi memperlihatkan kepercayaan dan rasa percaya, bertindak ramah
dan
oerhatian,
berusaha
memahami
permasalahan
bawahan,
membantu
mengembangkan bawahan dan memajukan karier mereka, selalu memberikan
informasi kepada bawahan, memberikan apresiasi terhadap ide-ide bawahan, dan
memberikan pengakuan atas kontribusi dan keberhasilan bawahan.
c. Kepemimpinan partisipatif
Para pemimpin yang efektif lebih banyak menggunakan supervisi
kelompok daripada mengendalikan tiap bawahan sendiri-sendiri. Pertemuan
kelompok memudahkan partisipasi bawahan dalam mengambil keputusan,
memperbaiki komunikasi, mendorong kerjasama, dan memudahkan pemecahan
konflik. Peran pemimpin dalam pertemuan kelompok yang utama adalah harus
memandu diskusi dan membuatnya mendukung, konstruktif, dan berorientasi
pada pemecahan masalah15.
Sebuah sasaran utama dari program penelitian kepemimpinan adalah untuk
mengidentifikasi perilaku kepemimpinan yang efektif. Terdapat empat belas kategori
perilaku dari jangka menengah yang disebut praktik-praktik manajeral dan sejumlah
15 Gary Yukl. 2005. Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: Indeks, hlm 65-66
komponen perilaku spesifik yang lebih besar. Kategori perilaku tersebut cukup
generik untuk dapat diaplikasikan secara luas pada jenis manajer yang berbeda-beda,
namun cukup spesifik untuk dihubunhkan dengan permintaan-permintaan dan
hambatan situasional yang dihadapi seorang pemimpin individual.
Adapun kategori perilaku dari praktik kepemimpinan menurut Yukl sebagai
berikut :
1. Perencanaan dan pengorganisasian
2. Pemecahan masalah
3. Menjelaskan peran dan tujuan
4. Memberi informasi
5. Memantau
6. Memotivasi dan memberi inspirasi
7. Berkonsultasi
8. Mendekegasikan
9. Memberi dukungan
10. Mengembangkan dan membimbung
11. Mengelola konflik dan membangun tim
12. Membangun jaringan kerja
13. Pengakuan
14. Memberi imbalan16
Tiap praktik manajeral, termasuk beberapa komponen perilaku yang
berhungungan baik dengan tugas maupun dengan orang. Namun demikian, beberapa
dari praktik manajeral tersebut lebih memerhatikan tugas dan beberapa diantaranya
lebih memerhatikan pengembangan dan mempertahankan hubungan. Keempat belas
perilaku dapat juga dihubungkan dengan empat jenis kegiatan umum yang dilakukan
seorang pemimpin
Berikut ini taksonomi perilaku khusus para pemimpin dan kepemimpinan
sebuah organisasi17:
Taksonomi perilaku kepemimpinan yang efektif
Perilaku khusus
Orientasi
umum
Merencanakan/mengorganisasi Tugas
Pedoman bagi penggunaan efektif
Mengidentifikasi langkah-langkah tindakan,
memperkirakan waktu/biaya perlangkah,
16
17
Gary Yukl. 2005. Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: Indeks, hlm 78
Didin Kurniadin & Imam Machali. 2014. Manajemen Pendidikan. : Konsep & Prinsip
Pengelolaan Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, hlm 311-313
Pemecahan masalah
Tugas
memonitor kemajuan, berkoordinasi
Mengambil
tanggung
jawab
untuk
menangani maslaah, membuat diagnosis
sitematis, dan menguji pilihan-pilihan yang
Memperjelas peran
Tugas
inovatif.
Mendefinisikan
menentukan
pekerjaan/prioritas:
tujuan
spesifik
yang
menantang, menerangkan suatu tugas secara
Menginformasi
Tugas
jelas, dan alasannya.
Memberi akses langsung ke informasi:
memberitahu
Memonitor
Tugas
Hubungan
hasil,
Hubungan
mengawasi
operasi,
mendorong laporan kesalahan.
Menyatakan tujuan, meminta saran tentang
memperbaiki
Mendukung
tentang
keputusan dengan tidak berlebihan.
Mengidentifikasi / mengukur / memonitor
indikator
Berkonsultasi
orang-orang
pekerjaan,
saran-saran tersebut.
Berlaku sopas, sabar,
dan
dan
memakai
penolong.
Mengatakan hal-hal untuk meningkatkan
Mengembangkan
dan Hubungan
mentoring
Menangani konflik
Mengenali
Menghargai
kepercayaan diri dan harga diri.
Mengidentifikasi kekurangan, menyediakan
pilihan pengembangan, bertindak sebagai
Hubungan
suri tauladan.
Menjelajahi persepsi-persepsi,
Hubungan
tidak secara parsial.
Mengenali perbaikan dan upaya-upaya yang
Hubungan
gagal.
Menggunakan penghargaan yang dianggap
bertindak
menarik, menghargai semua elemen.
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan materi tentang teori kepemimpinan dan perilaku pemimpin yang
efektif, maka pemakalah mengambil jurnal penelitian yang ditulis oleh Suci
Wulandari dari Puslitbang Perkebunan Bogor yang berjudul:
"KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI: Perspektif Teoritik dan
Metodologi"
A. Teori Kepemimpinan
Secara garis besar, pembahasan mengenai faktor kunci dari kepemimpinan yang
efektif dilandasi oleh empat pendekatan utama, yaitu: (1) teori sifat, (2) teori perilaku, (3)
teori situasional, dan (4) teori transformasional.
1. Teori Sifat, Perilaku, dan Situasional
Penilaian terhadap pemimpin yang efektif, pada awalnya didasarkan kepada
sifat-sifat yang dimilikinya. Karakter seseorang sangat mempengaruhi keberhasilan
dari suatu proses kepemimpinan. Teori ini kemudian diperbaharui dengan
pandangan yang menyatakan bahwa keberhasilan dari suatu proses kepemimpinan
lebih disebabkan oleh bagaimana seorang pemimpin berperilaku. Kemudian hingga
tahun 1980-an berkembang konsep yang menyatakan bahwa keberhasilan proses
kepemimpinan didasarkan kepada keseuaian antara kemampuan pemimpin dan
situasi yang dihadapi. Secara garis besar perbedaan dari masing- masing konsep
tersebut tercantum pada Tabel 1.1
Tabel 1.1 Konsep Kepemimpinan dari Berbagai Pandangan
Teori
Periode
Teori sifat 19401950
Konsep
Kritik
Terdapat sejumlah sifat atau Teori
karakteristik
tertentu
yang
sifat
cenderung
deterministic, yaitu
berkaitan dengan keberhasilan
mengatribusi seluruh aspek
dan kegagalan dari pemimpin
kepemimpinan
cenderung
dan
mengabaikan
pengaruh lingkungan serta
pentingnya
perilaku
yang
dipelajari
Tidak menyinggung pengikut
atau
hubungan
antara
pemimpin dan pengikut
Tidak
semua
diidentifikasi
apakah
sifat
dapat
dengan
baik
merupakan
factor
bawaan atau perilaku yang
dapat dipelajari
Semua
pendekatan
sifat
berasumsi bahwa hanya ada
satu
cara
terbaik
untuk
menjadi pemimpin
Teori
Perilaku
19501960
Aspek
terpenting
dari Cenderung
deterministic,
kepemimpinan bukan pada sifat
hanya mengatribusi semua
atau
aspek kepemimpinan pada
karakteristik
pemimpin
tetapi
apa
dilakukan
pemimpin
dari
yang
dalam
berbagai situasi. Keberhasilan
sang
mengabaikan
kepemimpinan
yang
dan
aspek
lingkungan
dari pemimpin tergantung pada Tidak
gaya
pemimpin
menyinggung
pengikut atau relasi antara
diterapkan
Teori
1960-
Situasional 1980
pemimpin dan pengikut
Efektivitas dari pemimpin tidak Situasi
dianggap
hanya ditentukan oleh gaya
menentukan
kepemimpinan
juga
pemimpin
ditentukan oleh situasi yang ada
sebaliknya
tetapi
perilaku
dan
dalam kepemimpinan tersebut. Pemimpin
Faktor
situasi
meliputi:
mampu
bukan
diasumsikan
mengidentifikasi
karakteristik dari bawahan dan
gaya kepemimpinan yang
pimpinan,
tepat untuk berbagai situasi
sifat
dan
tugas,
struktur kelompok dan teori
penguatan
yang dihadapi
Model
mengasumsikan
bahwa
dimungkinkan
tercapainya
kesepakatan
mengenai situasi ril yang
dihadapi.
Pada perkembangannya, situasi mengalami perubahan yang sangat cepat dan
menimbulkan berbagai tuntutan logis yang kompleks serta membutuhkan respon
yang cepat. Di sisi lain, menyesuaikan organisasi terhadap perubahan lingkungan
bukanlah sebuah bentuk penyelesaian akhir yang dapat menyelesaikan seluruh
permasalahan yang ditimbulkan akibat perubahan lingkungan tersebut. Oleh karena
itu tuntutan terhadap pemimpin tidak lagi bagaimana organisasi yang berada
dibawah kepemimpinannya dapat menyesuaikan terhadap perubahan lingkungan
tetapi lebih kepada bagaimana pemimpin dapat memanfaatkan lingkungan dan
menciptakan lingkungan yang sesuai dalam proses pencapaian tujuan. Atas dasar
tuntutan inilah, maka sejak tahun 1980-an ketiga pendekatan tersebut tidak lagi
digunakan dan berkembang konsep Teori Kepemimpinan Transformasional.
2. Teori Transformasional
Kepemimpinan transformasional merupakan perluasan dari kepemimpinan
yang karismatik. Berdasarkan pendekatan teori ini, pemimpin menciptakan visi dan
lingkungan yang memotivasi para karyawan untuk berprestasi melampui harapan.
Seorang pemimpin dapat mentransformasikan bawahannya melalui empat cara:
a. Idealized influence,
Pemimpin transformasional memiliki integritas perilaku atau persepsi terhadap
kesesuaian antara nilai yang diharapkan dan nilai yang terjadi.
b. Inspirational motivation
Pemimpin transformasional memotivasi dan menginspirasi bawahannya dengan
jalan mengkomunikasikan ekspetasi tinggi dan tantangan kerja. Selain itu juga
membangkitkan semangat kerja antusiame, dan optimisme.
c. Intellectual stimulation,
Pemimpin tranformasional berupaya menciptakan iklim yang kondusif bagi
berkembangnya inovasi dan kreativitas. Pemimpin mendorong para bawahan
untuk memunculkan ide-ide baru dan solusi kreatif
Atas masalah yang dihadapi.
d. Individualized consideration,
Pemimpin transformasional memberikan perhatian khusus pada kebutuhan
setiap individu untuk berprestasi dan berkembang.
B. Efektivitas Kepemimpinan
Berdasarkan pendekatan teori kepemimpinan transformasional, dirumuskan
sejumlah kriteria yang dapat dijadikan sebagai dasar penilaian efektivitas seorang
pemimpin. Kriteria ini dikembangkan dari penilaian terhadap pemimpin karismatik
yang merupakan dasar pendekatan teori kepemimpinan transformasional.
Penilaian terhadap kepemimpinan seseorang dapat ditinjau dari beberapa aspek
yang meliputi: (1) hubungan dengan status quo, (2) visi, (3) kecenderungan disukai,
(4) sifat terpercaya, (5) keahlian, (6) perilaku, (7) sensitivitas lingkungan, (8)
pemahaman, (9) basis kekuasaan, (10) relasi pemimpin-pengikut. Berbagai aspek
tersebut secara bersamaan menciptakan suatu keberhasilan proses implementasi
kepemimpinan dalam mencapai suatu tujuan.
Pengukuran tingkat kepentingan dan kinerja aktual aspek digunakan metode
pembobotan berdasarkan data yang diperoleh dari sejumlah responden. Responden
dipilih secara selektif dengan mempertimbangkan hubungan dan kedekatan dengan
pemimpin yang menjadi objek kajian. Berdasarkan data tersebut diukur tingkat
pencapaian faktor yang merupakan perbandingan skor kinerja aktual dengan skor
kepentingan. Analisis dilakukan terhadap nilai pencapaian total, yang menggambarkan
efektivitas pemimpin secara keseluruhan, dan terhadap nilai kesenjangan dari setiap
aspek.
Analisis terhadap masing-masing faktor dilakukan dengan melihat kesenjangan
antara nilai kepentingan dan kinerja suatu faktor yang telah digambarkan dalam suatu
Radar Chart. Aspek yang memiliki nilai kepentingan tinggi merupakan aspek penting
dari suatu bentuk kepemimpinan dalam proses pencapaian tujuan organisasi.
Kesenjangan yang lebar menunjukkan belum efektifnya pemimpin dalam aspek
tersebut, dan sebaliknya.
Merujuk kepada contoh perhitungan, secara keseluruhan, pemimpin belum
mampu menjalankan tugas dan peran kepemimpinannya secara optimal. Hal ini terlihat
dari pencapaian skor sebesar 59,7%. Tuntutan terhadap pemimpin terhadap
diberlakukannya pendekatan transformasional pada lingkungan yang cepat berubah,
belum mampu dipenuhi oleh pemimpin dengan baik.
Berdasarkan contoh kajian, diketahui bahwa aspek penting yang menjadi kunci
utama bagi efektivitas kepemimpinan tranformasional yaitu: (1) ketegasan sikap
terhadap status quo dan upaya perubahannya, (2) adanya visi ideal. Pada kenyataannya,
pemimpin yang menjadi objek penilaian belum memiliki kedua perihal tersebut.
Kesenjangan dari 2 aspek ini terlihat sangat besar18.
18
Suci Wulandari. 2003. Kepemimpinan Dalam Organisasi:Perspektif Teoritik Dan Metodologi.
Bogor: Puslitbang Perkebunan, Bogor. Jurnal Ilmiah Kesatuan Vol. 5 No. 2
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Adapun teori kepimpinan itu diantaranya meliputi Teori Sifat (Traits Theory),
Teori Perilaku (Behaviors Theory), Teori Situasional (Situasional/Contingency
Theory), Teori Otokratis Dan Pemimpin Otokratis, Teori Psikologis, teori
sosiologis, Teori Suportif, Teori Laissez Faire, teori kelakuan pribadi, Teori Sifat
Orang-Orang Besar, Teori Humanistik / Populistik, kepemimpinan transaksional,
Kepemimpinan Transformasional
2. Terdapat tiga jenis perilaku kepemimpinan efektif, yaitu Perilaku yang
berorientasi tugas, Perilaku yang berorientasi hubungan, Kepemimpinan
partisipatif
B.
Saran
Dengan pembuatan makalah ini yang diharapkan dapat bermanfaat bagi
pembaca sebagai pedoman untuk memimpin suatu sekolah atau lembaga pendidikan
suatu saat nanti, dan apabila terjadi kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan
pemakalah menerima kritik yang membangun agar tidak terjadi kesalahan kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan. 2012. Motivasi, Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Jakarta: Rineka
Cipta
Kartono, Kartini. 2008. Pemimpin dan Kepemimpinan : Apakah kepemimpinan abnormal
itu?. Jakarta: Rajawali Press
Kurniadin, Didin; Machali, Imam. 2014. Manajemen Pendidikan. : Konsep & Prinsip
Pengelolaan Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Siagian, Sondang P. 2003. Teori Dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta
Subarino, kk. 2011. Kepemimpinan Integratif: Sebuah Kajian Teori. Jurnal Manajemen
Pendidikan No. 01/Th VII
Wulandari, Suci. 2003. Kepemimpinan Dalam Organisasi:Perspektif Teoritik Dan
Metodologi. Bogor: Puslitbang Perkebunan, Bogor. Jurnal Ilmiah Kesatuan Vol. 5
No. 2
Yudiaatmaja, Fridayana. 2013. Kepemimpinan: Konsep, Teori Dan Karakternya. Universitas
Pendidikan Ganesha. Jurnal Media Komunikasi Fis Vol 12, No 2
Yukl, Gary. 1989. Managerial Leadership: A Review of Theory and Research. Journal of
Management Vol 15 No 2
Yukl, Gary. 2005. Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: Indeks
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Dosen Pengampu : Dr.H. Nur Khoiri, M.Ag
Mata Kuliah : Dasar-Dasar Manajemen Pendidikan
Disusun Oleh :
Nur Hikmah Arisanti
(1403056006)
Tutik Alafiyah
(1503086004)
Umidha Nur Khasanah
(1503086008)
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kepemimpinan memainkan peranan yang penting dalam organisasi.
Berhasil tidaknya suatu organisasi salah satunya ditentukan oleh sumber daya
yang ada dalam organisasi tersebut. Di samping itu faktor yang sangat berperan
penting adalah faktor kepemimpinan. Peran utama kepemimpinan adalah
mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapka.
Pengembangan organisasi merupakan suatu kegiatan mengadakan perubahan
secara berencana yang mencakup suatu diagnosa secara sistematis terhadap
organisasi. Seorang pemim pin harus ikut aktif dalam mengatur pelaksanaan
kegiatan
usaha
pengembangan
pengembangan
organisasi
organisasi.
sebagian
besar
Keberhasilan
ditentukan
kegiatan
oleh
usaha
kualitas
kepemimpinannya atau pengelola dan komitmen pimpinan pucuk organisasi.
Kepemimpinan merupakan suatu hal yang seharusnya dimiliki oleh pemimpin
organisasi. Efektivitas seorang pemimpin ditentukan oleh kepiawaiannya
mempengaruhi dan mengarahkan para anggotanya. tentunya pihak pimpinan harus
mempunyai kemampuan dalam mengelola, mengarahkan, mempengaruhi,
memerintah dan memotivasi bawahannya untuk memperoleh tujuan yang
diinginkan oleh perusahaan.Di dalam mengelola karyawan yang ada dalam
perusahaan harus diciptakan suatu komunikasi kerja yang baik antara atasan dan
bawahan agar tercipta hubungan kerja yang serasi dan selaras. Dengan
meningkatnya semangat dan kegairahan kerja para karyawan tersebut diharapkan
akan mencapai prestasi yang tinggi di bidang pekerjaan mereka masing-masing
sehingga tujuan perusahaan akan tercapai dengan hasil yang memuaskan.
A. Rumusan Masalah
1. Apa saja teori kepemimpinan itu ?
2. Bagaimana pemimpin yang efektif itu ?
B. Tujuan Makalah
1.
Untuk menjelaskan apa saja teori kepemimpinan
2.
Untuk mengetahui bagaiamana pemimpin yang efektif itu
C. Manfaat Makalah
1.
Mahasiswa dapat mengetahui apa saja teori kepemimpinan
2.
Mahasiswa dapat mengetahui bagaiamana pemimpin yang efektif
D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
Pada BAB I Pendahuluan pemakalah menyajikan beberapa sub bab yang
berjudul latar belakang makalah, rumusan masalah, tujuan makalah, manfaat
makalah, dan serta sistematika penulisan didalam makalah.
Pada BAB II Kajian Teori pemakalah menyajikan beberapa sub bab yang
berjudul apa saja teori kepemimpinan dan bagaimana pemimpin yang efektif
itu.
Pada BAB III Pembahasan pemakalah menyajikan sebuah skripsi yang
berjudul kepemimpinan dalam organisasi: perspektif
teoritik dan
metodologi
Pada BAB IV PENUTUP pemakalah menyajikan beberapa sub bab yang
berjudul kesimpulan dan saran.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Teori Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh individu atau
kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok
lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya1.
Banyak ahli mengemukakan pendapat dan teorinya tentang kepemimpinan.
Teori yang mereka kemukakan berneka ragam. Keragaman itu disebabkan antara
lain oleh tiga hal. Pertama, teori dirumuskan berdasarkan bukti empiris atau hasil
penelitian. Kedua, perbedaan sudut pandang para ahli mengenai manusia
organisasi. Ketiga, hakikat dan substansi tugas yang dilaukan dan kerangka praktek
kepemimpinan itu. Berikut ini disajikan beberapa pendapat tentang teori
kepemimpinan2.
1.
Teori Sifat (Traits Theory)
Pendekatan ini menekankan pada sifat pemimpin seperti kepribadian,
motivasi, nilai, dan keterampilan. Yang mendasari pendekatan ini adalah
asumsi bahwa beberapa orang mempunyai bakat memimpin yang memiliki ciri
tertentu yang tidak dimiliki oleh orang lain. Teori kepemimpinan yang paling
awal menyatakan bahwa kenerhasilan manajerial disebabkan oleh kemampuan
luar biasa seperti memiliki energi yang tidakk kenal lelah, intuisi
kepengelolaan, pandangan masa depan, dan kekuatan untuk membujuk yang
tidak dapat ditolak3.
Teori ini mempercayai bahwa pemimpin memiliki cara yang bervariasi
karena mereka memiliki karakteristik atau disposisi yang sudah melekat dalam
1
2
3
Sudarwan Danim. 2012. Motivasi, Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Jakarta: Rineka
Cipta. hlm 55-56
Sudarwan Danim. 2012,... hlm 68
Gary Yukl. 2005. Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: Indeks. hlm 13-14
dirinya. Teori tentang analisis kepemimpinan berdasarkan ciri yang dalam
bahasa inggris dikenal dengan "traits theory" memberi petunjuk bahwa ciri-ciri
ideal tersebut ialah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.
x.
Pengetahuan umum yang luas
Kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang
Sifat inkuisitif
Kemampuan analitik
Daya ingat yang kuat
Kapasitas integratif
Keterampilan berkomunikasi secara efektif
Keterampilan mendidik
Rasionalitas
Objektivitas
Pragmatisme
Kemampuan menentukan skala prioritas
Kemampuan membedakan yang urgen dan yang penting
Rasa tepat waktu
Rasa kohesi yang tinggi
Naluri relevansi
Keteladanan
Kesediaan menjadi pendengar yang baik
Adaptabilitas
Fleksibilitas
Ketegasan
Keberanian
Orientasi masa depan
Sikap yang antisipatif4.
Teori kepemimpinan berdasarkan ciri-ciri ternyata tidak bebas dari
kelemahan tertentu, yang terpenting di antaranya ialah adanya asumsi bahwa
jika seseorang pemimpin memiliki ciri-ciri tersebut, ia dengan sendirinya akan
menjadi pemimpin yang efektif. Tidak demikian halnya dengan teori
kepemimpinan berdasarkan ciri-ciri terlalu menekankan pandangan bahwa
bakat yang dibawa sejak lahir merupakan jaminan keberhasilan seseorang
menyelenggarakan fungsi-fungsi kepemimpinannya.
Kelemahan lain dari teori kepemimpinan berdasarkan ciri-ciri ialah
adanya anggapan bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang dapat dialihkan
in toto dari satu situasi organisasional ke situasi organisasional yang lain
dengan tingkat keberhasilan yang sama. Dengan kata lain, terdapat pandangan
4 Sondang P. Siagian. 2003. Teori Dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta, hlm 75-76
bahwa keberhasilan seseorang memimpin satu organisasi sudah merupakan
jaminan mutlak untuk keberhasilannya memimpin organisasi yang lain, meski
pun tujuan, misi, fungsi, sasaran, dan kegiatannya berbeda5.
2.
Teori Perilaku (Behaviors Theory)
Teori perilaku berusaha untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku
pemimpin. Bila perilaku pemimpin ada perbedaan yang berarti jika
dibandingkan dengan perilaku yang dipimpin, maka kepemimpinan akan dapat
diajarkan. Bila kepemimpinan bisa diajarkan, maka pasokan pemimpin bisa
diperbesar. Pendekatan ini menekankan bahwa pemimpin dan manager secara
nyata bekerja untuk pekerjaan dan hubungan keefektifan managerial6.
Perbedaan yang paling mendasar antara teori karakter dan teori perilaku
adalah terletak pada asumsi yang mendasarinya. Jika teori karakter yang benar,
maka pada dasarnya kepemimpinan dibawa dari lahir. Sedangkan jika teori
perilaku yang benar, maka kepemimpinan bisa diajarkan atau ditanamkan7.
3.
Teori Situasional (Situasional/Contingency Theory)
Salah satu model kepemimpinan yang paling banyak digunakan dewasa
ini adalah yang berdasarkan teori situasional yang dikembangkan oleh paul
harsey dan ken blanchard. Teori ini terkadang disebut "teori kontijensi"
kepemimpinan. Teori ini sangat menarik untuk didalami karena paling sedikit
tiga alasan, yaitu: penggunaannya yang meluas, daya tariknya secara intuitif
dan karena tampaknya didukung oleh pengalaman didunia nyata.
5 Sondang P. Siagian. 2003,... hlm 118-119
6
7
Gary Yukl. 1989. Managerial Leadership: A Review of Theory and Research. Journal of
Management Vol 15 No 2
Fridayana Yudiaatmaja. 2013. Kepemimpinan: Konsep, Teori Dan Karakternya. Universitas
Pendidikan Ganesha. Jurnal Media Komunikasi Fis Vol 12, No 2
Pendekatan situasional menekankan pentingnya faktor kontekstual yang
mempengaruhi proses kepemimpinan8. Berbagai faktor situasional yang
ditemukan berpengaruh pada gaya kepemimpinan tertentu, antara lain ialah:
a.
b.
c.
d.
Kompleksitas tugas yang harus diselenggarakan,
Jenis pekerjaan, misalnya apakah bersifat rutin atau inovatif,
Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan,
Persepsi, sikap dan gaya yang digunakan oleh para pejabat pemimpin yang
menduduki hirarki jabatan yang lebih tinggi,
e. Norma-norma yang dianut oleh kelompok kerja yang berada di bawah
pimpinan yang bersangkutan,
f. Rentang kendali yang paling tepat untuk diterapkan,
g. Ancaman yang datang dari luar organisasi yang mesti dihadapi, misalnya
dalam bentuk persaingan bagi suatu organisasi niaga,
h. Tingkat stress yang mungkin timbul sebagai akibat beban tugas, tingkat
tanggung jawab, desakan waktu dan faktor-faktor lainnya yang dapat
menimbulkan ketegangan,
i. Iklim yang terdapat dalam organisasi9.
Pada intinya teori ini menekankan bahwa efektifitas kepemimpinan
seseorang tergantung pada dua hal, yaitu pemilihan gaya kepemimpinan yang
tepat untuk menghadapi situasi tertentu dan tingkat kematangan jiwa
(kedewasaan) para bawahan yang dipimpin. Dua dimensi kepemimpinan yang
digunakan dalam teori ini ialah perilaku seorang pemimpin yang berkaitan
dengan tugas kepemimpinannya dan hubungan atasan-bawahan. Tergantung
pada orientasi tugas kepemimpinan dan sifat hubungan atasan dan bawahan
yang digunakan, gaya kepemimpinan yang timbul apat mengambil empat
bentuk, yaitu:
a. Memberitahukan
Jika seorang pemimpin berperilaku memberitahukan, hal ini berarti
bahwa orientasi tugasnya dapat dikatakan tinggi dan digabung dengan
hubungan atasan-bawahan yang tidak dapat digolongkan sebagai akrab,
meskipun tidak pula digolongkan sebagai hubungan yang tidak bersahabat.
8
Gary Yukl. 2005. Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: Indeks, hlm 15
9 Sondang P. Siagian. 2003. Teori Dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta, hlm 129
Dengan kata lain, perilaku pemimpin terwujud dalam gaya yang bersifat
direktif.
b. "Menjual,"
Jika seorang pemimpin berperilaku "menjual" berarti bertitik tolak
dari orientasi perumusan tugasnya secara tegas digabung dengan hubungan
atasan-bawahan yang bersifat intensif.
c. Mengajak bawahan berperan serta
Perilaku pimpinan dalam hal demikian ialah orientasi tugas yang
rendah digabung dengan hubungan atasan-bawahan yang intensif. Artinya,
pimpinan hanya memainkan peranan selaku fasilitator untuk memperlancar
tugas para bawahan yang antara lain dilakukannya dengan menggunakan
saluran komunikasi yang ada secara efektif.
d. Melakukan pendelegasian.
Seorang pemimpin dalam menghadapi situasi tertentu dapat pula
menggunakan perilaku berdasarkan orientasi tugas yang rendah digabung
dengan intensitas hubungan atasan-bawahan yang rendah pula10.
4.
Teori Otokratis dan Pemimpin Otokratis
Kepemimpinan dalam teori ini didasarkan atas perintah-perintah,
paksaan, dan tindakan-tindakan yang abitter (sebagai wasit). Pemimpin selalu
melakukan pengawasaa pengawasan yang ketat agar semua pekerjaan
berlangsung secara efesien. Pemimpin pada teori ini disebut otoktar keras
karena mempunya sifat tepat, seksama,sesuai dengan prinsip namun keras dan
kaku. Pemimpin tersebut tidak akan mendelegasikan otoritas.
5.
Teori Psikologis
Teori ini menyatakan bahwa fungsi seorang pemimpin adalah
memunculkan dan mengembangkan sistem motivasi terbaik untuk merangsang
kesediaan bekerja para anak buahnya guna mencapai sasaran-sasaran
organisatoris maupun untuk memenuhi tujuan-tujuan pribadi. Pemimpin pada
10 Sondang P. Siagian. 2003. Teori Dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta, hlm 139-140
teori ini mementingkan aspek-aspek psikis manusia seperti pengakuan,
martabat, status sosial, kepastian emosional, dan lain-lain11.
Penganut teori ini merumuskan tesis leader are made, pemimpin itu
dapat diciptakan atau dipersiapkan secara khusus, musalnya melalui
pendidikan dan pelatihan12.
6.
Teori Sosiologis
Kepemimpinan dianggap sebagai usaha untuk melancarkan antar relasi
dalam organisasi dan sebagai usaha untuk menyelesaikan setiap konflik
organisatoris antara para pengikutnya agar tercapai kerja sama yang baik.
Pemimpin menetapkan tujuan-tujuan dengan menyertakan para pengikutnya
dalam
pengembilan
keputusan
terakhir.
Selanjutnya,
pemimpinjuga
mengidentifikasi tujuan, dan kerap kali memberikan petunjuk yang diperlukan
bagi para pengikut untuk melakukan setiap tindakan yang berkaitan dengan
kepentingan kelompoknya.
7.
Teori Suportif
Menurut teori ini, para pengikut harus berusaha sekuat mungkin dan
bekerja dengan penuh gairah, sedangkan pemimpin akan membimbing dengan
sebaik-baiknya melalui kebijakan tertentu. Teori suportif ini biasa dikenal
dengan teori partisipatif atau teori kepemimpinan demokratis.
8.
Teori Laissez Faire
Pemimpin pada teori ini sebenarnya tidak mampu mengurus, dan
menyerahkan tanggung jawab serta pekerjaan kepada bawahannya. Pada teori
ini, pemimpin adalah seorang ketua yang bertindak sebagai simbol, dan
biasanya tidakmemiliki ketarampilan teknis.
9.
Teori Kelakuan Pribadi
Kepemimpinan jenis ini akan muncul berdasarkan kualitas-kualitas
pribadi atau pola kelakuan para pemimpinnya. Pemimpin dalam kategori ini
harus mampu mengambil langkah-langkah yang paling tepat untuk suatu
masalah. Masalah sosial itu tidak akan pernah identik sama didalamruntunan
waktu yang berbeda.
11
12
Kartini Kartono. 2008. Pemimpin dan Kepemimpinan : Apakah kepemimpinan abnormal itu?.
Jakarta: Rajawali Press, hlm 71-79
Sudarwan Danim. 2012. Motivasi, Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Jakarta: Rineka
Cipta, hlm 57
10. Teori Sifat Orang-Orang Besar
Cikal bakal seorang pemimpin dapat diprediksi dan dilihat dengan
melihat sifat, karakter, dan perilaku orang-orang besar yang tersebut sudah
sukses dalam menjalankan kepemimpinannya. Dengan demikian, ada
beberapaciri-ciri unggul sebagai predisposisi yang diharapkan akan dimiliki
oleh seorang pemimpin, yaitu memiliki inteligensi, memiliki daya persuasif
dan keterampilan komunikatif, memiliki kepercayaan diri, peka, kreatif, mau
memberikan partisipasi sosial yang tinggi dan lain-lain.
11. Teori Humanistik / Populistik
Fungsi kepemimpinan manurut teori ini yaitu merealisasi kebebasan
manusia dan memenuhi setiap kebutuhan insani yang dicapai melalui interaksi
pemimpin dengan rakyat. Untuk melakukan hal ini, perlu adanya organisasi
yang baik dan pemimpin mau memperhatikan kepentingan dan kebutuhan
rakyat. Organisasi tersebut berperan sebagai sarana untuk melakukan kontrol
sosial
agar
pemerintahan
melakukan
fungsinya
dengan
baik,
serta
memerhatikan lemampuan dan potensi rakyat13.
12. Kepemimpinan Transaksional
Moos dan Huber (2007) menyatakan bahwa istilah “kepemimpinan
transaksional” telah dilaksanakan untuk konsep kepemimpinan alam semesta.
Kepemimpinan transaksional adalah hubungan antara pemimpin dan bawahan
serta ditetapkan dengan jelas peran dan tugas-tugasnya. Kepemimpinan
transaksional digambarkan sebagai mempertukarkan sesuatu yang berharga
untuk yang lain antara pemimpin dan karyawan (Contingen Riward), intervensi
yang dilakukan oleh pemimpin dalam proses organisasional dimaksudkan
untuk mengendalikan dan memperbaiki kesalahan yang melibatkan interaksi
antara pemimpin dan kakitanganya bersifat pro aktif.
Prinsip utama dari kepemimpinan transaksional adalah mengkaitkan
kebutuhan individu dengan yang diinginkan kemimpin untuk semua
penghargaan yang diinginkan dari bawahannya sehingga memungkinkan
adanya peningkatan motivasi staf. Karena itu, dapat disimpulkan bahwa
pemimpin transaksi hakikatnya adalah menekankan bahwa perlunya seseorang
13
Kartini Kartono. 2008. Pemimpin dan Kepemimpinan : Apakah kepemimpinan abnormal itu?.
Jakarta: Rajawali Press, hlm 71-79
pemimpin menentukan apa yang harus dilakukan karyawan untuk mencapai
tujuan organisasi. Pemimpin transaksional juga cenderung memfokuskan diri
pada solusi tugas-tugas organisasi. Untuk memotivasi agar staf melakukan
tanggung jawab mereka, para pemimpin transaksional sangat tergantung pada
sistem pemberian penghargaan dan hukuman pada bawahannya.
13. Kepemimpinan Transformasional
Proses begitu cepat dan luas menuntut perubahan bahwa “perubahan dan
perbaikan” dilakukan sebagai sebuah proses yang berkelanjutan, sehingga
konsep
kepemimpinan
yang
berbeda
diperlukan.
Kepemimpinan
transformasional dianggap menunjukkan jalan. Pemimpin transformasional tidak
hanya mengelola struktur dan tugas, tetapi berfokus pada orang-orang yang
membawa mereka kerjasama dan berkomitmen. Mereka mencoba untuk secara
aktif mempengaruhi “budaya” dari sekolah sehingga memungkinkan untuk lebih
merangsang kerjasama, koherensi dalam belajar dan bekerja lebih bebas.
Hater dan Bass (1988) menyatakan bahwa pemimpin transformasional
merupakan pemimpin yang kharismatik dan memiliki peran sentral dan strategis
dalam membawa organisasi mencapai tujuannya. Pemimpin transformasional ini
harus memiliki kemampuan untuk menyamakan visi masa depan dengan
kakitanganya, serta mempertinggi kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih
tinggi dari pada apa yang mereka butuhkan.
Bass dan Avolio, mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional
memiliki empat dimensi yang disebutnya sebagai “The Four Is”:
a. Perilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya
mengagumi,
menghormati sekaligus mempercayai (pengaruh ideal).
b. Pemimpin transformasional digambarkan sebagai pemimpin yang mampu
mengartikulasikan pengharapan yang jelas terhadap prestasi karyawan
(motivasi-inspirasi)
c. Pemimpin transformasional harus mampu menumbuhkan ide-ide baru,
memberikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan-permasalahan yang
dihadapi staf (stimulasi intelektual).
d. Pemimpin transformasional dilihat sebagai seorang pemimpin yang mau
mendengarkan dengan penuh perhatian masukkan-masukkan staf dan secara
khusus memperhatikan kebutuhan- kebutuhan staf akan pengembangan karir
(konsederasi individu).
Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional adalah
kemampuan
seorang
pemimpin
untuk
memberikan
pertimbangan
rangsangan intelektual yang individukan dan yang memiliki kharisma14.
14
Subarino, kk. 2011. Kepemimpinan Integratif: Sebuah Kajian Teori. Jurnal Manajemen
Pendidikan No. 01/Th VII
dan
B. Perilaku Pemimpin Yang Efektif
Sebuah penelitian yang dilaukan oleh para peneliti dari universitas of
michigan menemukan bahwa terdapat tiga jenis perilaku kepemimpinan efektif,
yaitu:
a. Perilaku yang berorientasi tugas
Para pemimpin yang efektif tidak menggunakan waktu dan usahanya
dengan melakukan pekerjaan yang sama seperti bawahannya. Sebaliknya, para
pemimpin yang efektif berkonsentrasi pada fungsi-fungsi yang berorientasi pada
tugas seperti merencanakan dan mengatur pekerjaan, mengkoordinasikan kegiatan
para bawahan, dan menyediakan keperluan, peralatan dan bantuan teknis yang
dibutuhkan.
b. Perilaku yang berorientasi hubungan.
Bagi para pemimpin yang efektif, perilaku yang berorientasi tugas tidak
terjadi dengan mengorbankan perhatian terhadap hubungan antar manusia. Para
pemimpin yang efektif lebih penuh perhatian, mendukung, dan membantu para
bawahan. Perilaku mendukung yang berkorelasi dengan kepemimpinan yang
efektif meliputi memperlihatkan kepercayaan dan rasa percaya, bertindak ramah
dan
oerhatian,
berusaha
memahami
permasalahan
bawahan,
membantu
mengembangkan bawahan dan memajukan karier mereka, selalu memberikan
informasi kepada bawahan, memberikan apresiasi terhadap ide-ide bawahan, dan
memberikan pengakuan atas kontribusi dan keberhasilan bawahan.
c. Kepemimpinan partisipatif
Para pemimpin yang efektif lebih banyak menggunakan supervisi
kelompok daripada mengendalikan tiap bawahan sendiri-sendiri. Pertemuan
kelompok memudahkan partisipasi bawahan dalam mengambil keputusan,
memperbaiki komunikasi, mendorong kerjasama, dan memudahkan pemecahan
konflik. Peran pemimpin dalam pertemuan kelompok yang utama adalah harus
memandu diskusi dan membuatnya mendukung, konstruktif, dan berorientasi
pada pemecahan masalah15.
Sebuah sasaran utama dari program penelitian kepemimpinan adalah untuk
mengidentifikasi perilaku kepemimpinan yang efektif. Terdapat empat belas kategori
perilaku dari jangka menengah yang disebut praktik-praktik manajeral dan sejumlah
15 Gary Yukl. 2005. Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: Indeks, hlm 65-66
komponen perilaku spesifik yang lebih besar. Kategori perilaku tersebut cukup
generik untuk dapat diaplikasikan secara luas pada jenis manajer yang berbeda-beda,
namun cukup spesifik untuk dihubunhkan dengan permintaan-permintaan dan
hambatan situasional yang dihadapi seorang pemimpin individual.
Adapun kategori perilaku dari praktik kepemimpinan menurut Yukl sebagai
berikut :
1. Perencanaan dan pengorganisasian
2. Pemecahan masalah
3. Menjelaskan peran dan tujuan
4. Memberi informasi
5. Memantau
6. Memotivasi dan memberi inspirasi
7. Berkonsultasi
8. Mendekegasikan
9. Memberi dukungan
10. Mengembangkan dan membimbung
11. Mengelola konflik dan membangun tim
12. Membangun jaringan kerja
13. Pengakuan
14. Memberi imbalan16
Tiap praktik manajeral, termasuk beberapa komponen perilaku yang
berhungungan baik dengan tugas maupun dengan orang. Namun demikian, beberapa
dari praktik manajeral tersebut lebih memerhatikan tugas dan beberapa diantaranya
lebih memerhatikan pengembangan dan mempertahankan hubungan. Keempat belas
perilaku dapat juga dihubungkan dengan empat jenis kegiatan umum yang dilakukan
seorang pemimpin
Berikut ini taksonomi perilaku khusus para pemimpin dan kepemimpinan
sebuah organisasi17:
Taksonomi perilaku kepemimpinan yang efektif
Perilaku khusus
Orientasi
umum
Merencanakan/mengorganisasi Tugas
Pedoman bagi penggunaan efektif
Mengidentifikasi langkah-langkah tindakan,
memperkirakan waktu/biaya perlangkah,
16
17
Gary Yukl. 2005. Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: Indeks, hlm 78
Didin Kurniadin & Imam Machali. 2014. Manajemen Pendidikan. : Konsep & Prinsip
Pengelolaan Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, hlm 311-313
Pemecahan masalah
Tugas
memonitor kemajuan, berkoordinasi
Mengambil
tanggung
jawab
untuk
menangani maslaah, membuat diagnosis
sitematis, dan menguji pilihan-pilihan yang
Memperjelas peran
Tugas
inovatif.
Mendefinisikan
menentukan
pekerjaan/prioritas:
tujuan
spesifik
yang
menantang, menerangkan suatu tugas secara
Menginformasi
Tugas
jelas, dan alasannya.
Memberi akses langsung ke informasi:
memberitahu
Memonitor
Tugas
Hubungan
hasil,
Hubungan
mengawasi
operasi,
mendorong laporan kesalahan.
Menyatakan tujuan, meminta saran tentang
memperbaiki
Mendukung
tentang
keputusan dengan tidak berlebihan.
Mengidentifikasi / mengukur / memonitor
indikator
Berkonsultasi
orang-orang
pekerjaan,
saran-saran tersebut.
Berlaku sopas, sabar,
dan
dan
memakai
penolong.
Mengatakan hal-hal untuk meningkatkan
Mengembangkan
dan Hubungan
mentoring
Menangani konflik
Mengenali
Menghargai
kepercayaan diri dan harga diri.
Mengidentifikasi kekurangan, menyediakan
pilihan pengembangan, bertindak sebagai
Hubungan
suri tauladan.
Menjelajahi persepsi-persepsi,
Hubungan
tidak secara parsial.
Mengenali perbaikan dan upaya-upaya yang
Hubungan
gagal.
Menggunakan penghargaan yang dianggap
bertindak
menarik, menghargai semua elemen.
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan materi tentang teori kepemimpinan dan perilaku pemimpin yang
efektif, maka pemakalah mengambil jurnal penelitian yang ditulis oleh Suci
Wulandari dari Puslitbang Perkebunan Bogor yang berjudul:
"KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI: Perspektif Teoritik dan
Metodologi"
A. Teori Kepemimpinan
Secara garis besar, pembahasan mengenai faktor kunci dari kepemimpinan yang
efektif dilandasi oleh empat pendekatan utama, yaitu: (1) teori sifat, (2) teori perilaku, (3)
teori situasional, dan (4) teori transformasional.
1. Teori Sifat, Perilaku, dan Situasional
Penilaian terhadap pemimpin yang efektif, pada awalnya didasarkan kepada
sifat-sifat yang dimilikinya. Karakter seseorang sangat mempengaruhi keberhasilan
dari suatu proses kepemimpinan. Teori ini kemudian diperbaharui dengan
pandangan yang menyatakan bahwa keberhasilan dari suatu proses kepemimpinan
lebih disebabkan oleh bagaimana seorang pemimpin berperilaku. Kemudian hingga
tahun 1980-an berkembang konsep yang menyatakan bahwa keberhasilan proses
kepemimpinan didasarkan kepada keseuaian antara kemampuan pemimpin dan
situasi yang dihadapi. Secara garis besar perbedaan dari masing- masing konsep
tersebut tercantum pada Tabel 1.1
Tabel 1.1 Konsep Kepemimpinan dari Berbagai Pandangan
Teori
Periode
Teori sifat 19401950
Konsep
Kritik
Terdapat sejumlah sifat atau Teori
karakteristik
tertentu
yang
sifat
cenderung
deterministic, yaitu
berkaitan dengan keberhasilan
mengatribusi seluruh aspek
dan kegagalan dari pemimpin
kepemimpinan
cenderung
dan
mengabaikan
pengaruh lingkungan serta
pentingnya
perilaku
yang
dipelajari
Tidak menyinggung pengikut
atau
hubungan
antara
pemimpin dan pengikut
Tidak
semua
diidentifikasi
apakah
sifat
dapat
dengan
baik
merupakan
factor
bawaan atau perilaku yang
dapat dipelajari
Semua
pendekatan
sifat
berasumsi bahwa hanya ada
satu
cara
terbaik
untuk
menjadi pemimpin
Teori
Perilaku
19501960
Aspek
terpenting
dari Cenderung
deterministic,
kepemimpinan bukan pada sifat
hanya mengatribusi semua
atau
aspek kepemimpinan pada
karakteristik
pemimpin
tetapi
apa
dilakukan
pemimpin
dari
yang
dalam
berbagai situasi. Keberhasilan
sang
mengabaikan
kepemimpinan
yang
dan
aspek
lingkungan
dari pemimpin tergantung pada Tidak
gaya
pemimpin
menyinggung
pengikut atau relasi antara
diterapkan
Teori
1960-
Situasional 1980
pemimpin dan pengikut
Efektivitas dari pemimpin tidak Situasi
dianggap
hanya ditentukan oleh gaya
menentukan
kepemimpinan
juga
pemimpin
ditentukan oleh situasi yang ada
sebaliknya
tetapi
perilaku
dan
dalam kepemimpinan tersebut. Pemimpin
Faktor
situasi
meliputi:
mampu
bukan
diasumsikan
mengidentifikasi
karakteristik dari bawahan dan
gaya kepemimpinan yang
pimpinan,
tepat untuk berbagai situasi
sifat
dan
tugas,
struktur kelompok dan teori
penguatan
yang dihadapi
Model
mengasumsikan
bahwa
dimungkinkan
tercapainya
kesepakatan
mengenai situasi ril yang
dihadapi.
Pada perkembangannya, situasi mengalami perubahan yang sangat cepat dan
menimbulkan berbagai tuntutan logis yang kompleks serta membutuhkan respon
yang cepat. Di sisi lain, menyesuaikan organisasi terhadap perubahan lingkungan
bukanlah sebuah bentuk penyelesaian akhir yang dapat menyelesaikan seluruh
permasalahan yang ditimbulkan akibat perubahan lingkungan tersebut. Oleh karena
itu tuntutan terhadap pemimpin tidak lagi bagaimana organisasi yang berada
dibawah kepemimpinannya dapat menyesuaikan terhadap perubahan lingkungan
tetapi lebih kepada bagaimana pemimpin dapat memanfaatkan lingkungan dan
menciptakan lingkungan yang sesuai dalam proses pencapaian tujuan. Atas dasar
tuntutan inilah, maka sejak tahun 1980-an ketiga pendekatan tersebut tidak lagi
digunakan dan berkembang konsep Teori Kepemimpinan Transformasional.
2. Teori Transformasional
Kepemimpinan transformasional merupakan perluasan dari kepemimpinan
yang karismatik. Berdasarkan pendekatan teori ini, pemimpin menciptakan visi dan
lingkungan yang memotivasi para karyawan untuk berprestasi melampui harapan.
Seorang pemimpin dapat mentransformasikan bawahannya melalui empat cara:
a. Idealized influence,
Pemimpin transformasional memiliki integritas perilaku atau persepsi terhadap
kesesuaian antara nilai yang diharapkan dan nilai yang terjadi.
b. Inspirational motivation
Pemimpin transformasional memotivasi dan menginspirasi bawahannya dengan
jalan mengkomunikasikan ekspetasi tinggi dan tantangan kerja. Selain itu juga
membangkitkan semangat kerja antusiame, dan optimisme.
c. Intellectual stimulation,
Pemimpin tranformasional berupaya menciptakan iklim yang kondusif bagi
berkembangnya inovasi dan kreativitas. Pemimpin mendorong para bawahan
untuk memunculkan ide-ide baru dan solusi kreatif
Atas masalah yang dihadapi.
d. Individualized consideration,
Pemimpin transformasional memberikan perhatian khusus pada kebutuhan
setiap individu untuk berprestasi dan berkembang.
B. Efektivitas Kepemimpinan
Berdasarkan pendekatan teori kepemimpinan transformasional, dirumuskan
sejumlah kriteria yang dapat dijadikan sebagai dasar penilaian efektivitas seorang
pemimpin. Kriteria ini dikembangkan dari penilaian terhadap pemimpin karismatik
yang merupakan dasar pendekatan teori kepemimpinan transformasional.
Penilaian terhadap kepemimpinan seseorang dapat ditinjau dari beberapa aspek
yang meliputi: (1) hubungan dengan status quo, (2) visi, (3) kecenderungan disukai,
(4) sifat terpercaya, (5) keahlian, (6) perilaku, (7) sensitivitas lingkungan, (8)
pemahaman, (9) basis kekuasaan, (10) relasi pemimpin-pengikut. Berbagai aspek
tersebut secara bersamaan menciptakan suatu keberhasilan proses implementasi
kepemimpinan dalam mencapai suatu tujuan.
Pengukuran tingkat kepentingan dan kinerja aktual aspek digunakan metode
pembobotan berdasarkan data yang diperoleh dari sejumlah responden. Responden
dipilih secara selektif dengan mempertimbangkan hubungan dan kedekatan dengan
pemimpin yang menjadi objek kajian. Berdasarkan data tersebut diukur tingkat
pencapaian faktor yang merupakan perbandingan skor kinerja aktual dengan skor
kepentingan. Analisis dilakukan terhadap nilai pencapaian total, yang menggambarkan
efektivitas pemimpin secara keseluruhan, dan terhadap nilai kesenjangan dari setiap
aspek.
Analisis terhadap masing-masing faktor dilakukan dengan melihat kesenjangan
antara nilai kepentingan dan kinerja suatu faktor yang telah digambarkan dalam suatu
Radar Chart. Aspek yang memiliki nilai kepentingan tinggi merupakan aspek penting
dari suatu bentuk kepemimpinan dalam proses pencapaian tujuan organisasi.
Kesenjangan yang lebar menunjukkan belum efektifnya pemimpin dalam aspek
tersebut, dan sebaliknya.
Merujuk kepada contoh perhitungan, secara keseluruhan, pemimpin belum
mampu menjalankan tugas dan peran kepemimpinannya secara optimal. Hal ini terlihat
dari pencapaian skor sebesar 59,7%. Tuntutan terhadap pemimpin terhadap
diberlakukannya pendekatan transformasional pada lingkungan yang cepat berubah,
belum mampu dipenuhi oleh pemimpin dengan baik.
Berdasarkan contoh kajian, diketahui bahwa aspek penting yang menjadi kunci
utama bagi efektivitas kepemimpinan tranformasional yaitu: (1) ketegasan sikap
terhadap status quo dan upaya perubahannya, (2) adanya visi ideal. Pada kenyataannya,
pemimpin yang menjadi objek penilaian belum memiliki kedua perihal tersebut.
Kesenjangan dari 2 aspek ini terlihat sangat besar18.
18
Suci Wulandari. 2003. Kepemimpinan Dalam Organisasi:Perspektif Teoritik Dan Metodologi.
Bogor: Puslitbang Perkebunan, Bogor. Jurnal Ilmiah Kesatuan Vol. 5 No. 2
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Adapun teori kepimpinan itu diantaranya meliputi Teori Sifat (Traits Theory),
Teori Perilaku (Behaviors Theory), Teori Situasional (Situasional/Contingency
Theory), Teori Otokratis Dan Pemimpin Otokratis, Teori Psikologis, teori
sosiologis, Teori Suportif, Teori Laissez Faire, teori kelakuan pribadi, Teori Sifat
Orang-Orang Besar, Teori Humanistik / Populistik, kepemimpinan transaksional,
Kepemimpinan Transformasional
2. Terdapat tiga jenis perilaku kepemimpinan efektif, yaitu Perilaku yang
berorientasi tugas, Perilaku yang berorientasi hubungan, Kepemimpinan
partisipatif
B.
Saran
Dengan pembuatan makalah ini yang diharapkan dapat bermanfaat bagi
pembaca sebagai pedoman untuk memimpin suatu sekolah atau lembaga pendidikan
suatu saat nanti, dan apabila terjadi kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan
pemakalah menerima kritik yang membangun agar tidak terjadi kesalahan kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan. 2012. Motivasi, Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Jakarta: Rineka
Cipta
Kartono, Kartini. 2008. Pemimpin dan Kepemimpinan : Apakah kepemimpinan abnormal
itu?. Jakarta: Rajawali Press
Kurniadin, Didin; Machali, Imam. 2014. Manajemen Pendidikan. : Konsep & Prinsip
Pengelolaan Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Siagian, Sondang P. 2003. Teori Dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta
Subarino, kk. 2011. Kepemimpinan Integratif: Sebuah Kajian Teori. Jurnal Manajemen
Pendidikan No. 01/Th VII
Wulandari, Suci. 2003. Kepemimpinan Dalam Organisasi:Perspektif Teoritik Dan
Metodologi. Bogor: Puslitbang Perkebunan, Bogor. Jurnal Ilmiah Kesatuan Vol. 5
No. 2
Yudiaatmaja, Fridayana. 2013. Kepemimpinan: Konsep, Teori Dan Karakternya. Universitas
Pendidikan Ganesha. Jurnal Media Komunikasi Fis Vol 12, No 2
Yukl, Gary. 1989. Managerial Leadership: A Review of Theory and Research. Journal of
Management Vol 15 No 2
Yukl, Gary. 2005. Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: Indeks