Makalah Seminar Kebijakan Bisnis doc

Makalah Seminar Kebijakan Bisnis
KATA PENGANTAR
Berkat Tuhan yang maha esa, lembar kerja sebagai laporan hasil pembelajaran pada
kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dengan judul “Mempelajari Pengukuran Tingkat
Efisiensi Hot Press Machine dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efficiency(OEE) di Rubber Department PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk”dapat
diselesaikan dengan lancar.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan secara moril dan materil, terutama kepada:
1. Orang tua (Bapak Wiyana dan Ibu Ida Mulyanti), dan Keluarga.
2. Ir. Pramono D. Fewidarto, MS, selaku Dosen Pembimbing.
3. Bapak Sobar dan Bapak Syamsu dari PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk, selaku
Pembimbing Lapangan.
4. Seluruh sahabat dan rekan-rekan di Program Keahlian Perencanaan dan Pengendalian
Produksi Manufaktur/Jasa (PPMJ).
Makalah yang telah disusun ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan dan menjadi salah satu sumber informasi bagi pembaca.

DAFTAR ISI ᄃ
KATA PENGANTAR ᄃ
DAFTAR ISI ᄃ

I. PENDAHULUAN ᄃ

1.1 Latar Balakang ᄃ
1.2 Tujuan Penulisan Makalah ᄃ
1.3 Identifikasi Masalah ᄃ
1.4 Teknik Pengumpulan Data ᄃ
II. PEMBAHASAN ᄃ
2.1 Sejarah Perusahaan ᄃ
2.2 Operasional Produksi ᄃ
2.3 Bagan Proses Produksi Sepatu ᄃ
2.4 Strategi Bisnis ᄃ
2.4.1 Pemasaran Ekspor ᄃ
2.4.2 Pemasaran Lokal ᄃ
2.4.3 Harga (Price)ᄃ
2.4.4 Kebijakan Discount ᄃ
2.4.5 Penambahan Produk ᄃ
2.5 Perencanaan Produksi ᄃ
2.6 Pengendalian Produksi ᄃ
2.7 Pelaksanaan Pemeliharaan Hot Press Machine ᄃ
2.8 Efisiensi dalam Pemeliharaan Hot Press Machine ᄃ

2.9 Tingkat Efektivitas Hot Press Machine ᄃ
2.10 Pengendalian Limbah Industri ᄃ
III. KESIMPULAN DAN SARAN ᄃ
3.1 Kesimpulan ᄃ
3.2 Saran ᄃ
DAFTAR PUSTAKA ᄃ

I.

PENDAHULUAN ᄃ

1.1 Latar Balakang ᄃ
Perkembangan industri manufaktur dewasa ini menuntut perusahaan untuk dapat
memberikan kepuasan kepada pelanggan berupa kualitas produk yang terjamin.
Perusahaan harus dapat mengelola dan memanfaatkan faktor-faktor produksi berupa
material, modal atau dana, metode kerja, tenaga kerja, dan mesin serta informasi melalui
proses perancangan, perencanaan, pengoperasian, pengendalian, pemeliharaan, dan
perbaikan dengan menjaga keselarasan aspek manusia dan lingkungan kerja untuk dapat
mempertahankan eksistensinya ditengah persaingan industri manufaktur nasional dan
internasional.

Mesin merupakan salah satu faktor produksi yang menentukan kelancaran proses
transformasi input menjadi output. Mesin yang digunakan dalam proses produksi harus
selalu dalam keadaan baik karena akan mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja
karyawan serta dapat memberikan pengaruh terhadap kualitas produk yang dihasilkan.
Kondisi mesin akan selalu dalam keadaan baik apabila kegiatan pemeliharaan
(maintenance) dilaksanakan sesuai dengan prosedur.
Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan pemeliharaan yaitu dapat menekan
ongkos perbaikan yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperbaiki mesin yang
rusak, mencapai kepuasan kerja, memaksimalkan kapasitas mesin, mengurangi waktu
kerusakan mesin, serta meningkatkan efektivitas dan efisiensi mesin atau peralatan
produksi secara menyeluruh (overall equipment efficiency) selama masa operasi dalam
menghasilkan produk. Namun, perusahaan dapat menanggung kerugian cukup besar
apabila mengabaikan maintenance mesin atau peralatan produksi. kerugian tersebut dapat
terjadi pada biaya perbaikan mesin yang lebih tinggi, kerugian yang diakibatkan produk
cacat (reject), biaya kompensasi terhadap kecelakaan kerja karyawan, target produksi

tidak dapat tercapai karena terjadi kerusakan terhadap mesin, dan waktu kerja operator
tidak dapat digunakan secara maksimal.

1.2 Tujuan Penulisan Makalah ᄃ

Tujuan penulisan lembar kerja dalam bentuk makalah ini adalah untuk melaporkan
hasil pembelajaran dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang berkaitan dengan
hal berikut:
1.

Aspek perancangan, perencanaan, dan pengendalian produksi pada PT. Primarindo
Asia Infrastructure, Tbk.

2.

Kegiatan pemeliharaan dan permasalahan yang dihadapi oleh PT. Primarindo Asia
Infrastructure, Tbk terkait dengan efisiensi pemeliharaan hot press machine di Rubber
Department.

3.

Perhitungan tingkat efektivitas serta analisis biaya perkiraan untuk masing-masing
alternatif

kebijakan


pemeliharaan

preventive

maintenance

dan

breakdown

maintenance hot press machine di Rubber DepartmentPT. Primarindo Asia
Infrastructure, Tbk.
1.3 Identifikasi Masalah ᄃ
Permasalahan yang diangkat dalam penulisan lembar kerja ini adalah sebagai
berikut:
1.

Bagaimana pelaksanaan pemeliharaan terhadap hot press machine di Rubber
DepartmentPT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk.


2.

Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi oleh PT. Primarindo Asia Infrastructure,
Tbk dalam pelaksanaan pemeliharaan hot press machine.

3.

Usaha-usaha apa yang dilakukan oleh PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk dalam
mengatasi hambatan-hambatan tersebut.

1.4 Teknik Pengumpulan Data ᄃ
Teknik pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari pencatatan arsip PT. PAI,

Tbk satu tahun terakhir adalah sebagai berikut:
1. Observasi langsung di PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk.
2. Wawancara dengan mengajukan pertanyaan kepada pihak-pihak yang terkait.
3.

Membaca referensi, serta studi pustaka dengan membaca, menelaah dan memahami

sumber bacaan yang relevan dengan kajian kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL).

4. Diskusi dengan pembimbing lapangan dan dosen pembimbing.
II.

PEMBAHASAN ᄃ

2.1 Sejarah Perusahaan ᄃ
PT. Bintang Kharisma didirikan pada tanggal 1 Juli 1988. Perusahaan bergerak
dalam bidang industri pembuatan sepatu khususnya sepatu olah raga. Perusahaan
memproduksi sepatu dalam berbagai fungsi dan ukuran. Tahun 1994 perusahaan telah
berhasil mencatatkan nama dan menjual sahamnya di Bursa Efek Jakarta. Pada tahun
1997 perusahaan merencanakan untuk melakukan diversifikasi usaha kebidang lain yang
juga mempunyai prospek cerah, untuk itu perusahaan mengganti nama menjadi PT.
Primarindo Asia Infrastructure, Tbk.
Pada tahun 2001 perusahaan hanya memproduksi sepatu dari satu branded buyer
dengan merek Reebok. Pada tahun yang sama, perusahaan memutuskan untuk mulai
mempersiapkan usaha pengembangan pasar domestik dengan memproduksi sepatu merek
Tomkins. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi resiko pemutusan kerja sama oleh
Reebok.

Pada bulan April 2002 perusahaan menerima pemberitahuan dari Reebok
International Limited sebagai single buyer dari perusahaan bahwa pesanan sepatu yang
diberikan hanya sampai dengan bulan Juli 2002, sehingga sejak bulan Juli 2002
perusahaan tidak lagi memproduksi sepatu merek Reebok. Selama ini produksi PT.
Primarindo Asia Infrastructure, Tbk didasarkan atas pesanan dari pelanggan luar negeri.
Dengan demikian, hampir seluruh sepatu olah raga hasil produksi perusahaan adalah
untuk ekspor dan harus memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh pembeli

dengan desain yang dibuat perusahaan atau pelanggan yang merupakan pemegang merek
atau pemegang lisensi dari merek terkemuka.
2.2 Operasional Produksi ᄃ
Lokasi kantor pusat PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk berada di kota Jakarta
Pusat, Gedung Dana Pensiun Bank Mandiri Lt. 3A Jln. Tanjung Karang No. 3 dan
perusahaan memiliki satu pabrik produksi yang terletak di kota Bandung Jln. Raya Ranca
Bolang no. 98 Gedebage, Jawa Barat. Pabrik produksi dibangun di atas tanah seluas 9,7
ha dengan luas bangunan 4,1 ha. Bangunan utama berupa pabrik untuk unit cutting,
laminating, preparation, rubber, sewing, assembling, gudang bahan baku, gudang jadi,
dan bangunan penunjang seperti kantor, kantin pujasera, poliklinik dan mini market yang
dikelola oleh koperasi karyawan.
PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk membagi proses produksi kedalam dua

kelompok pengerjaan yaitu pengerjaan bagian upper dan bagian bottom. Bahan baku
utama yang digunakan untuk membuat upperadalah leather (kulit), shyntetic leather
(kulit sintetis), dan accessories, sedangkan bahan baku untuk membuat bagian bottom
adalah karet alam, bahan-bahan kimia, Ethinil Vinil Acetate (EVA) serta untuk lapisan
bagian dalam (tatak sepatu) menggunakan bahan berupa nylex, visapille, dan foam halus.
Kebutuhan bahan baku sebesar 70 % masih diimpor antara lain dari Korea, Taiwan,
Malaysia, dan USA sedangkan sebesar 30 % bahan baku diperoleh dari pasar lokal.
2.3 Bagan Proses Produksi Sepatu ᄃ

2.4 Strategi Bisnis ᄃ
Kegiatan produksi PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk didasarkan atas pesanan
dari buyer. Perusahaan menerima orderpembuatan sepatu untuk pemasaran ekspor dalam
beberapa merek luar negeri seperti Londsdale, Jhon Smith, Diadora, Umbro, Dockers,
Geok, dan Karimor. Selain itu PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk memproduksi
sepatu dengan merek Tomkins dalam berbagai fungsi dan ukuran untuk pemasaran lokal.
2.4.1 Pemasaran Ekspor ᄃ

Eksportir Korea untuk pasar Eropa dipegang oleh FOS International Ltd (untuk
sepatu merek Umbro,Diadora, Londsdale, dan Karimor), Sam Ji Ltd (untuk sepatu merek
Jhon Smith), Korea Star Trading (untuk sepatu merek Geok), Jason Footwaer ca.Ltd

(untuk sepatu merek Docker by Gerli).
2.4.2 Pemasaran Lokal ᄃ
PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk telah mampu mendistribusikan produk
sepatu merek Tomkins di lebih dari 200 counter penjualan seluruh Indonesia dan
jumlahnya diperkirakan akan terus meningkat dengan komposisi sebagai berikut:
1. Matahari Department Store (80 counter).
2. Ramayana Department Store (79 counter).
3. Toko Retail (67 buah toko).
4. Yogya Department Strore (12 counter).
5. Department StoreLokal untuk daerah dibawah ini:
§ Sri Ratu Department Store dengan lima counter yang berada di kota Tegal,
Purwokerto, Semarang, Kediri, dan Madiun.
§ Tiga counter yang ada di kota Semarang dan Bogor.
§ Moro Department Store yang ada di Pekan Baru.
§ RITA Department Store dengan lima counter yang berada di kota Tegal, Wonosobo,
Purwokerto, Cilacap, dan kebumen.
§ Giant Hyper Market dengan dua counter permanen dan empat counteryang sifatnya
non permanent.
6. Department Store Independent/Counter Swakelola
§ Rimo ada tiga counteryang tersebar di kota Jakarta, Surabaya, dan Menado

§ Keris Galery Puri Mall Jakarta hanya satu counter.
§ Enam Independent store yang berada di Blok M Plaza, Mall Citraland, Daan Mogot
Mall, Mall Cibubur Junction, Mall Kalibata, dan Supermall Karawaci.
7. Toko Retail
Sampai saat ini terdapat 67 buah toko sepatu yang tersebar diseluruh Indonesia.
2.4.3 Harga (Price)ᄃ

Sampai pada tahun 2007 perusahaan belum menaikkan harga jual produk sepatu
Tomkins. Harga jual perpasang sepatu berkisar antara Rp. 92.000 sampai Rp. 138.000
dengan harga jual rata-rata sebesar Rp. 117.000. Sepatu dengan jenis khusus harga yang
diterapkan diatas rata-rata yaitu sepatu sepak bola Rp. 159.000, sepatu voli Rp. 183.000
dan sepatu motor Rp. 210.000. Strategi penentuan harga jual produk sepatu tersebut
diambil oleh perusahaan dengan melihat daya beli masyarakat Indonesia.
2.4.4 Kebijakan Discount ᄃ
Pedoman yang digunakan perusahaan dalam memberikan discount harga jual
terhadap produk sepatu Tomkins antara lain adalah:
1.

Discount20 % all item, diberlakukan pada saat pembukaan counter baru selama 3-7
hari.

2.

Discount30 %, diberlakukan bagi sepatu yang sizenya sudah tidak lengkap satu atau
dua nomor.

3.

Special price (Rp. 49.000 – Rp. 79.000), diberlakukan bagi sepatu yang sizenya
sudah tidak lengkap tiga sampai empat nomor.

2.4.5 Penambahan Produk ᄃ
Upaya perusahaan dalam merealisasikan rencana diversifikasi usaha kebidang lain
dilakukan dengan menambah produk kaos kaki dan tas yang dipasarkan di countercounter penjualan yang telah dimiliki. Perusahaan bekerja sama dengan perusahaan yang
sudah berpengalaman dalam memproduksi kaos kaki dan tas. Perusahaan juga
menerapkan sistem paket untuk meningkatkan penjualan.

2.5 Perencanaan Produksi ᄃ
Kegiatan perencanaan produksi PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk dimulai
dari peramalan permintaan (forecasting) pelanggan dan dilakukan oleh Personal In
Charge (PIC) untuk setiap daerah pemasaran sepatu Tomkins. Cara yang digunakan
perusahaan untuk meramalkan permintaan yaitu dengan melihat jumlah respon pelanggan
terhadap model, warna, dan ukuran sepatu yang dipasarkan pada setiap counter penjualan

dalam negeri.
Personal In Charge(PIC) melaporkan data pemasaran untuk setiap counter
penjualan kepada PPIC Department.Laporan jumlah penjualan tersebut memberikan
informasi mengenai jumlah permintaan pelanggan pada setiap counter penjualan yang
kemudian akan dijadikan patokan bagi PPIC Departmentdalam membuat jadwal induk
produksi (master production schedule) dalam periode waktu tiga bulanan.
Master Production Schedule (MPS) yang telah disetujui oleh dewan direksi
kemudian akan diterjemahkan untuk perhitungan rencana kebutuhan bahan baku atau
Material Requirement Planning (MRP) dalam periode waktu mingguan untuk memenuhi
jadwal induk produksi. MRP kemudian akan digunakan untuk menyusun material swatch
atau kebutuhan materialsecara terperinci. Dalam istilah umum, material swatch dikenal
dengan istilah Bill Of Material (BOM). Material swatch merupakan daftar komponen
yang dibutuhkan untuk menyusun bagian upperdan bottom sehingga menghasilkan satu
unit sepatu. Material swatch dirancang bersama dengan Development Department PT.
Primarindo Asia Infrastructure, Tbk.
PPIC Departmentkemudian akan menyusun production plan schedule atau jadwal
rencana produksi yang akan memberikan perintah pekerjaan atau job order. Perintah
pengerjaan produksi tersebut tersusun dalam bentuk jadwal produksi harian untuk all
production kepada setiap unit kerja departemen produksi.
2.6 Pengendalian Produksi ᄃ
Pengendalian produksi bertujuan untuk mengawasi jalannya kegiatan produksi
aktual dilapangan dan menyesuaikannya dengan rencana yang telah ditetapkan baik
dalam hal model, warna, ukuran sepatu, jumlah produksi, kualitas, waktu penyelesaian
produk, serta biaya yang dianggarkan. Kegiatan pengendalian produksi pada PT.
Primarindo Asia Infrastructure, Tbk merupakan tanggung jawab dari organisasi
Production Control (PC). Production Control (PC) berfungsi untuk mengawasi hasil
produksi harian (daily production) agar sesuai dengan Master Production Schedule
(MPS) dan melakukan tindakan perbaikan apabila hasil produksi tidak sesuai dengan
MPS.
2.7 Pelaksanaan Pemeliharaan Hot Press Machine ᄃ

Hot press machine merupakan alat yang digunakan dalam proses press outsole.
Rubber Department PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk memiliki 11 line produksi
press. Satu line terdiri dari enam unit mesin dan satu unit mesin terdiri dari dua hole.
Berikut merupakan spesifikasi dari hot press machine:

Nama Mesin

: Hot press machine

Merek Mesin

: Dahtyan Outo

Model

: DT 190-4, DT 190-2

Buatan

: Korea

Tahun

: 1994

Lokasi

: Line 3 sampai line 13 pada Rubber Department

Jumlah Hole

: 2 sampai 4

Jumlah Plate

: 3 sampai 5

Ukuran Plate

: 50 × 462 × 462 mm

Kapasitas mesin

: 2000 – 2500 unit insole sepatu/hari

Umur Ekonomis

: 10 tahun

1. Preventive maintenance
Preventive maintenancemerupakan upaya yang dilakukan perusahaan dalam
menjaga mesin atau peralatan produksi agar tetap berada pada kondisi yang baik.
Upaya pencegahan tersebut dibedakan atas dua periode waktu maintenance yaitu
routinedan periodic.
a.

Routine maintenance
Kegiatan

pemeliharaan

secara

rutin

dilaksanakan

setiap

hari.

Kegiatan

pemeliharaan tersebut meliputi pemeriksaan kondisi oil level(70 cc), tekanan (90
kg/cm), dan temperatur mesin (1300-1400C) agar tetap sesuai dengan standar yang
talah ditetapkan perusahaan.
b. Periodic Maintenance
Pemeliharaan periodik dilaksanakan setiap satu bulan sekali, tiga bulan sekali,
enam bulan sekali dan satu tahun sekali dan dilakukan oleh bagian engineering
perusahaan. Kegiatan periodic maintenance meliputi pemeriksaan (inspection),
pembersihan

(cleaning),

pelumasan

(lubrication),

dan

penyetelan

ulang

(adjustment).
Secara keseluruhan biaya pemeliharaan pencegahan yang harus dikeluarkan
perusahaan selama tahun 2009 adalah sebesar Rp. 686.015,-.Rata-rata perbulan biaya
preventive maintenance hot press machineadalah sebesar Rp. 686.015,- : 12(bulan
dalam 1 tahun) = Rp. 57.167,92,-.
2. Breakdown maintenance
Breakdown maintenancebiasanya dilakukan setelah terjadi kerusakan atau
ditemukan kelainan pada mesin. Kegiatan breakdown maintenancediawali dengan
tindakan predictiveuntuk menemukan permasalahan pada mesin kemudian segera
melakukan tindakan perbaikan sesuai dengan permasalahan yang ditemukan oleh
bagian engineeringperusahaan. Indikasi kerusakan atau kelainan dapat dilihat dari
hasil produk dan suara bising atau mendengung pada motor penggerak mesin tersebut.
Biaya breakdown maintenance atau perbaikan hot press machine yang harus
dikeluarkan PT. Primarindo Asia Infrasructure, Tbk selama tahun 2009 adalah sebesar
Rp. 24.100,-.Rata-rata per bulan biaya breakdown maintenance adalah sebesar Rp.
24.100,- : 12(bulan dalam satu tahun) = Rp. 2008,33,-.
2.8 Efisiensi dalam Pemeliharaan Hot Press Machine ᄃ
Efisiensi berkaitan erat dengan penghematan biaya yang harus dikeluarkan
perusahaan untuk pelaksanaan perawatan atau perbaikan mesin produksi. Perusahaan
harus dapat menentukan tindakan pemeliharaan yang paling tepat untuk dapat mencapai
tingkat efisiensi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pengambilan keputusan untuk
menentukan tindakan pemeliharaan yang paling efisien dilakukan dengan menghitung
analisis biaya breakdown maintenance serta membandingkannya dengan alternatif
tindakan pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance). Perhitungan analisis biaya
pemeliharaan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode probabilitas.
1. Breakdown maintenance
Jumlah bulan yang diperkirakan antara kerusakan atau rata-rata umur hot press
machine adalah selama 6,47 bulan sebelum terjadinya kerusakan mesin. Sehingga
dapat diperkirakan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan jika mengmbil alternatif
untuk melakukan kebijakan breakdown maintenanceadalah sebesar Rp. 20.486,83,-

(dalam satuan ribu rupiah, diolah)untuk setiap periode perbaikan.
2. Preventive maintenance
Kebijakan pelaksanaan preventive maintenance setiap delapan bulan sekali
dapat diterapkan oleh perusahaan dalam menghadapi permasalahan yang berkaitan
dengan alternatif tindakan pemeliharaan hot press machine. Dari segi biaya, kebijakan
tersebut paling efisien yaitu sebesar Rp. 23.172,46,- (dalam satuan ribu rupiah,
diolah) untuk setiap periode pemeliharaan.
2.9 Tingkat Efektivitas Hot Press Machine ᄃ
Efektifitas merupakan ukuran dalam pencapaian tujuan. Menghitung efektivitas alat
dapat

dilakukan

dengan

menggunakan

parameter

ukur

berupa

availability,

performance,dan quality yield.
1. Availability
Availabilitymerupakan tingkat ketersediaan waktu operasi mesin. Availability
berkaitan erat dengan downtime mesin. Jika terjadi masalah atau kerusakan terhadap
mesin, maka downtime menjadi lebih tinggi dan ketersediaan menjadi rendah.
Availability hot press machine selama tahun 2009 adalah sebesar 92,38 %.
2. Performance
Performancemerupakan kinerja yang telah ditunjukkan oleh suatu mesin atau
peralatan produksi untuk menghasilkan produk sesuai dengan target yang telah
ditetapkan perusahaan. Performance yang ditunjukkan hot press machine dalam
menghasilkan produk berupa insole selama tahun 2009 adalah sebesar 95,54 %.
3. Quality Yield
Quality yield merupakan parameter yang dapat menunjukkan tingkat keberhasilan
suatu mesi atau peralatan produksi dalam menghasilkan produk dengan mutu sesuai
dengan standar perusahaan. Quality yield pada hot press machine selama tahun 2009
adalah sebesar 98,40 %.
4. Overall Equipment Efficiency (OEE)
Tingkat pencapaian efisiensi mesin selama masa operasi dalam menghasilkan produk
dihitung dengan menggunakan metode Overall Equipment Eficiency (OEE). Tingkat

efisiensi diperoleh dari perkalian antara availability, performance, dan quality yield.
Hasil perkalian menunjukkan bahwa tingkat efisiensi hot press machine selama tahun
2009 adalah sebesar 86,85%.
5. Opportunity Loss(time) = Downtime mesin = 26400 menit (440 jam kerja).
6. Opportunity Loss(unit) = Target produksi - .
= 1105064 unit - 1055729 unit.
= 49335 unit.
2.10 Pengendalian Limbah Industri ᄃ
Limbah buangan sisa proses produksi sepatu PT. Primarindo Asia Infrastructure,
Tbk merupakan limbah padat. Limbah tersebut tidak terlalu memberikan dampak negatif
bagi lingkungan karena bahan yang digunakan dalam proses produksi tidak mengandung
bahan berbahaya dan beracun.
Perusahaan melakukan kerjasama dengan Lembaga Keamanan Masyarakat Desa
(LKMD) Rancabolang dalam kegiatan pengelolaan limbah industri. LKMD bertugas
untuk menampung limbah padat sisa proses produksi dan kemudian membuangnya.
III. KESIMPULAN DAN SARAN ᄃ
3.1 Kesimpulan ᄃ
Pelaksanaan pemeliharaan (maintenance) hot press machine pada Rubber
Department PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk terbagi dalam dua kegiatan yaitu
preventive maintenance dan breakdown maintenance.
§ Pelaksanaan kegiatan preventive maintenanceselama tahun 2009 telah memakan biaya
sebesar Rp. 686.015,-(dalam satuan ribu rupiah, diolah) dan rata-rata perbulan
sebesarRp. 686.015,-(dalam satuan ribu rupiah, diolah) : 12(bulan dalam 1 tahun) =
Rp. 57.167,92,- (dalam satuan ribu rupiah, diolah).
§ Biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dalam memperbaiki kerusakan mesin
adalah sebesar Rp. 24.100,- (dalam satuan ribu rupiah, diolah). Rata-rata per bulan
biaya breakdown maintenance adalah sebesar Rp. 24.100,-(dalam satuan ribu rupiah,
diolah): 12(bulan dalam satu tahun) = Rp. 2008,33,- (dalam satuan ribu rupiah,

diolah).
§ Tingkat efektivitas dan efisiensi mesin selama masa operasi pada tahun 2009 dalam
menghasilkan produk yaitu sebesar 86,85%. Nilai Overall Equipment Efficiency
(OEE) lebih besar dari standar 85%, sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat
pencapaian efisiensi hot press machine tersebut berada dalam kategori baik.
3.2 Saran ᄃ
Pelaksanaan kebijakan preventive maintenance setiap delapan bulan sekali dapat
dijadikan sebagai alternatif tindakan pemeliharaan mesin dengan biaya paling efisien
yaitu sebesar Rp. 23.172,46 (dalam satuan ribu rupiah, diolah). Kebijakan tersebut
diharapkan dapat mengurangi tingkat kerusakan dalam waktu yang tidak terduga
sehingga perusahaan dapat menurunkan angka downtime mesin dan mengurangi tingkat
kerugian yang diakibatkan oleh kegagalan proses karena mesin mengalami gangguan atau
kerusakan. Selain itu, dengan berkurangnya downtimemesin, perusahaan dapat
memperoleh nilai Overall Equipment Efficiency (OEE) yang lebih baik, artinya
pencapaian efisiensi dalam pemeliharaan mesin dapat diperoleh sesuai dengan tujuan
perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA ᄃ
Assauri, S. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Lembaga Penerbit fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Ginting, Perdana. 2008. Sistem Pengelolaan Lingkungan Dan Limbah Industri. Bandung : Yrama
Widya.
Handoko, T. H. 1995. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta: BPFE.
Osada, T. 2004. Sikap Kerja 5S. Penerjemah: Dra. Mariani Gandamiharja. PPM: Jakarta. Terjemahan
dari: The 5S’s: Five Keys to a Total Quality Environment.
Pujawan, I Nyoman. (2005). Supply Chain Management. Surabaya : Guna Widya.
Sutalaksana, I. Z., dkk. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung : Departemen Teknik Industri Institut
Teknologi Bandung.
Tjiptono, F dan Diana, A. 2007. Total Quality Management. Yogyakarta: ANDI.