Peraturan dan Dasar Hukum Terbaru Bidang

Peraturan dan Dasar Hukum Terbaru Bidang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)Terdapat beberapa dasar
hukum dan peraturan tentang AMDAL yang saat ini sudah tidak berlaku lagi. Beberapa
peraturan dan dasar hukum dimaksud, antara lain :
1. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang AMDAL
2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pedoman Penyusunan AMDAL
3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis
Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib dilengkapi dengan AMDAL

Sebagaimana kita ketahui, saat ini telah ditetapkan dan diundangkan Peraturan Pemerintah
nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (PP 27/2012. Kemudian sebagai upaya
pelaksanaan ketentuan dari peraturan tersebut, kemudian ditetapkan beberapa Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup, antara lain :
1. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup
2. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor. 17 Tahun 2012 tentang
Pedoman Keterlibatan Masyarakat dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup
dan Izin Lingkungan.
3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun
2012 Tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Peraturan Pemerintah diatas disusun sebagai pelaksanaan ketentuan dalam Undang-Undang
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, khususnya
ketentuan dalam Pasal 33 dan Pasal 41. Peraturan Pemerintah 27/2012 mengatur dua

instrumen perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, yaitu instrumen kajian
lingkungan hidup (dalam bentuk amdal dan UKL-UPL) serta instrumen Izin Lingkungan.
Penggabungan substansi tentang amdal dan izin lingkungan dalam tersebut dilakukan dengan
pertimbangan bahwa AMDAL/UKL-UPL dan izin lingkungan merupakan satu kesatuan.
Sebaagaimana tercantum pada Pasal 2
1. Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL wajib
memiliki Izin Lingkungan.
2. Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh melalui tahapan
kegiatan yang meliputi: a. penyusunan Amdal dan UKL-UPL; b. penilaian Amdal
dan pemeriksaan UKL-UPL; dan c. permohonan dan penerbitan Izin Lingkungan.
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 merupakan pengganti PP 27 Tahun 1999
Tentang Amdal dengan penambahan berbagai pengaturan dan ketentuan perihal izin
lingkungan. Beberapa pembeda dengan PP lama antara lain, proses penilaian amdal dalam PP
27/2012 ini lebih cepat, yaitu 125 hari dari 180 hari pada PP lama. Peraturan Pemerintah ini
juga menambah semakin besarnya ruang bagi keterlibatan masyarakat khususnya masyarakat

terkena dampak dalam hal penentuan keputusan mengenai layak tidaknya rencana usaha
dan/atau kegiatan tersebut. Permohonan izin lingkungan dan penerbitan izin lingkungan harus
diumumkan 3 kali dalam tahap perencanaan. Dalam PP lama hanya mewajibkan satu kali
pengumuman saja yaitu pada tahap sebelum menyusun kerangka acuan (KA Andal).
Sebagai catatan kita, walaupun bidang kesehatan secara sub bidang tidak termasuk sebagai
salah satjenis kegiatan yang wajib AMDAL, namun hampir keseluruhan bidang yang wajib
AMDAL menyertakan dampak kesehatan sebagai sebuah dampak besar dan penting yang
harus dikelola. Hal ini menjadi tantangan, khususnya tenaga Sanitarian dan Kesehatan
Lingkungan untuk selalu meningkatkan kapabilitas kita. Kita dapat download berbagai
peraturan terbaru bidang AMDAL ini pada website Kementerian atau di website lain yang
tersedia.

Analisis dampak lingkungan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Analisis dampak lingkungan (di Indonesia, dikenal dengan nama AMDAL) adalah kajian
mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia. AMDAL ini dibuat saat perencanaan
suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di
sekitarnya. Yang dimaksud lingkungan hidup di sini adalah aspek abiotik, biotik dan kultural.

Dasar hukum AMDAL di Indonesia adalah Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang
"Izin Lingkungan Hidup" yang merupakan pengganti PP 27 Tahun 1999 tentang Amdal.

Fungsi


Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah



Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari
rencana usaha dan/atau kegiatan



Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha dan/atau
kegiatan




Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup



Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana
usaha dan atau kegiatan



Awal dari rekomendasi tentang izin usaha



Sebagai Scientific Document dan Legal Document



Izin Kelayakan Lingkungan


TATA LAKSANA AMDAL MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR
27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

Pengertian :
Ò Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan Usaha
dan/atau Kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat memperoleh izin Usaha dan/atau Kegiatan
Ò Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL wajib
memiliki Izin Lingkungan

Keterlibatan Masyarakat :
Ò Masyarakat yang terlibat: masyarakat yg terkena dampak, pemerhati lingkungan, dan yang
terpengaruh atas keputusan amdal
Ò Keterlibatan dalam bentuk: Pengumuman rencana usaha dan konsultasi publik
Ò Masa penerimaan tanggapan: 10 hari setelah pengumumuan

Penyusun AMDAL
Ò Amdal dapat disusun sendiri oleh pemrakarsa atau meminta bantuan pihak lain
Ò Pihak lain yang membantu pemrakarsa dapat bersifat perorangan atau lembaga penyedia
jasa penyusun amdal

Ò Penyusun amdal yang memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal.
Ò PNS yang bekerja di instansi LH dilarang menyusun dokumen AMDAL

Sertifikat Kompetensi
Ò Sertifikat kompetensi diperoleh melalui ujian kompetensi yang diselenggarakan oleh
lembaga penguji yang ditunjuk oleh KLH
Ò Seseorang yang akan mengikuti ujian kompetensi harus terlebih dahulu mengikuti
pelatihan penyusunan AMDAL, yang diselenggarakan oleh lembaga pelatihan AMDAL yang
berlisensi.

Lokasi Rencana Kegiatan yang memperoleh pengecualian menyusun AMDAL
a. lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatannya berada di kawasan yang telah memiliki Amdal
kawasan;
b. lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatannya berada pada kabupaten/kota yang telah
memiliki rencana detil tata ruang kabupaten/kota dan/atau rencana tata ruang kawasan
strategis kabupaten/kota; atau
c. Usaha dan/atau Kegiatannya dilakukan dalam rangka tanggap darurat bencana.

Usaha kegiatan tersebut hanya WAJIB menyusun UKL dan UPL sesuai dengan RDTR atau
RKL dari AMDAL kawasan


Penilaian dokumen AMDAL
1. Penilaian dokumen KA ANDAL
2. Penilaian dokumen ANDAL RKL dan RPL

Penilaian KA ANDAL
Ò Pemrakarsa menyusun KA ANDAL dan menyampaikannya ke Menteri/Gub/ Bupati/Wako
sesuai kewenangannya melalui Ketua Komisi Penilai AMDAL
Ò Komisi Penilai AMDAL memeriksa dan memberikan pernyataan tertulis mengenai
kelengkapan administrasi dokumen KA ANDAL
Ò Dokumen KA ANDAL yg sudah lengkap, dinilai oleh Tim Teknis Komisi Penilai
AMDAL

Ò Hasil penilaian Tim teknis disampaikan ke pemrakarsa melalui Ketua Kom Penilai untuk
diperbaiki dan disempurnakan.
Ò Masa penilaian maksimum 30 hari setelah dokumen lengkap secara administrasi.
Ò Apabila KA ANDAL sudah disepakati antara pemrakarsa dan Tim teknis maka Ketua
Komisi AMDAL menerbitkan surat persetujuan KA ANDAL

Penilaian ANDAL RKL dan RPL

Ò Pemrakarsa menyusun ANDAL, RKL-RPL dan menyampaikannya ke Menteri/Gub/
Bupati/Wako sesuai kewenangannya melalui Ketua Komisi Penilai AMDAL
Ò Komisi Penilai AMDAL memeriksa dan memberikan pernyataan tertulis mengenai
kelengkapan administrasi dokumen ANDALdan RKL-RPL
Ò Dokumen ANDALdan RKL-RPL yg sudah lengkap, dinilai oleh Tim Teknis Komisi
Penilai AMDAL
Ò Hasil penilaian Tim teknis disampaikan ke Ketua Kom Penilai.
Ò Berdasarkan hasil penilaian tersebut, Komisi Penilai AMDAL menyelenggarakan rapat
komisi amdal
Ò Apabila hasil rapat, dokumen ANDAL dan RKL-RPL harus diperbaiki, maka pemrakarsa
wajib memperbaikinya terlebih dahulu.
Ò Perbaikan dokumen paling lama 75 hari sejak pembahasan
Ò Hasil penilaian rapat komisi amdal berupa rekomendasi kelayakan atau ketidaklayakan ke
Menteri/Gub/Bupati/Wako
Ò Rekomendasi didasarkan pada prakiraan dampak penting, evaluasi dampak secara holistik
dan kemamuan pemrakarsa dalam menanggulangi dampak yang diperkirakan terjadi, baik
secara teknologi, sosial maupun institusi

Permohonan izin lingkungan
Ò Setelah ANDAL, RKL dan RPL dinyatakan layak maka pemrakarsa menyampaikan

permohonan izin lingkungan ke Menteri/Gub /Bupati/Wako.
Ò Permohonan dilengkapi dengan dokumen Amdal atau formulir UKL-UPL, dokumen
pendirian Usaha dan/atau Kegiatan; dan profil Usaha dan/atau Kegiatan.

Ò Setelah menerima permohonan, Menteri/Gub /Bupati/Wako mengumumumkan rencana
usaha yang wajib amdal/UKL UPL ke multimedia dan papan pengumuman selama 5 hari
berturut-turut
Ò Masyarakat memberikan tanggapan pada masa 10 hari setelah pengumuman

Penerbitan izin lingkungan
Ò Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri/Gub /Bupati/Wako setelah dokumen AMDAL
dinyatakan lengkap secara administrasi dan telah diumumkan ke multimedia
Ò Izin lingkungan diterbitkan bersamaan dengan diterbitkannya Keputusan Kelayakan
lingkungan Hidup
Ò Izin lingkungan yang diterbitkan harus diumumkan ke media massa

Isi izin lingkungan
1. persyaratan dan kewajiban yang dimuat dalam Keputusan Kelayakan Lingkungan
Hidup
2. persyaratan dan kewajiban yang ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau

bupati/walikota; dan
3. berakhirnya Izin Lingkungan.
4. Jumlah dan jenis Izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang wajib
dipenuhi pemrakarsa

Perubahan izin linngkungan
a. perubahan kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan;
b. perubahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup;
c. perubahan yang berpengaruh terhadap lingkungan hidup yang memenuhi kriteria:
1. perubahan dalam penggunaan alat-alat produksi yang berpengaruh terhadap lingkungan
hidup;
2. penambahan kapasitas produksi;

3. perubahan spesifikasi teknik yang memengaruhi lingkungan;
4. perubahan sarana Usaha dan/atau Kegiatan;
5. perluasan lahan dan bangunan Usaha dan/atau Kegiatan;
6. perubahan waktu atau durasi operasi Usaha dan/atau Kegiatan;
7. Usaha dan/atau Kegiatan di dalam kawasan yang belum tercakup di dalam Izin
Lingkungan;
8. terjadinya perubahan kebijakan pemerintah yang ditujukan dalam rangka peningkatan

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; dan/atau
9. terjadi perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar akibat peristiwa alam atau
karena akibat lain, sebelum dan pada waktu Usaha dan/atau Kegiatan yang bersangkutan
dilaksanakan

Komisi Penilaian AMDAL
Ò Komisi penilai amdal dibentuk oleh Menteri/Gub/Bupati/Walikota
Ò Komisi penilai amdal terdiri dari komisi penilaian amdal pusat, provinsi dan kab/kota
Ò Kom penilai amdal menilai dokumen amdal sesuai dengan kewenangannya
Ò Kom penilian amdal mempunyai struktur ketua, sekretaris dan anggota

Anggota Komisi
1. Instansi yang mengelola LH
2. Instansi perencana pembangunan daerah
3. Instansi Penanaman modal
4. Instansi bidang pertanahan
5. Instansi kesehatan
6. Instansi yang membidangi jenis usaha yg diamdal
7. Wakil instansi pusat yang membidangi usaha yang diamdal
8. Wakil pemprov/pemkab/pemkot (bila kom amdal pusat atau provinsi)

9. Pusat studi lingkungan perguruan tinggi
10. Ahli di bidang yang terkait rencana usaha
11. Ahli yang berkaitan dengan dampak dari rencana usaha
12. Organisasi lingkungan hidup (LSM)
13. Wakil masyarakat terkena dampak
14. Unsur lain sesuai kebutuhan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Lingkungan hidup merupakan suatu kesatuan di mana di dalamnya terdapat berbagai

macam kehidupan yang saling ketergantungan. Lingkungan hidup juga merupakan penunjang
yang sangat penting bagi kelangsungan hidup semua makhluk hidup yang ada. Lingkungan yang
sehat akan terwujud apabila manusia dan lingkungannya dalam kondisi yang baik.
Di indonesia pembangunan nasional disusun atas dasar pembangunan jangka pendek dan
jangka panjang. Keduanya dilaksanakan secara sambung menyambung untuk dapat
menciptakan kondisi sosial ekonomi yang lebih baik. Pembangunan sumberdaya alam dan

lingkungan hidup seyogyanya menjadi acuan bagi kegiatan berbagai sektor pembangunan agar
tercipta keseimbangan dan kelestarian fungsi sumber daya alam dan lingkungan hidup sehingga
keberlanjutan pembangunan tetap terjamin. Pola pemanfaatan sumberdaya alam seharusnya
dapat memberikan akses kepada segenap masyarakat, bukan terpusat pada beberapa kelompok
masyarakat dan golongan tertentu, dengan demikian pola pemanfaatan sumberdaya alam harus
memberi kesempatan dan peran serta aktif masyarakat, serta memikirkan dampak–dampak
yang timbul akibat pemanfaatan sumber daya alam tersebut.
Seringkali pembangunan suatu usaha dibuat dalam porsi ruang lingkup yang sangat luas
tetapi disusun kurang cermat. Seluruh program mungkin saja dapat diananlisis sebagai suatu
proyek, tetapi pada umumnya akan lebih baik bila proyek dibuat dalam ruang lingkup yang lebih
kecil yang layak ditinjau dari segi sosial, administrasi, teknis, ekonomis, dan lingkungan.
Oleh karena itu lingkungan hidup di Indonesia perlu ditangani di karenakan adanya
beberapa faktor yang mempengaruhinya, salah satunya yaitu adanya masalah mengenai
keadaan lingkungan hidup seperti kemerosotan atau degradasi yang terjadi di berbagai daerah.
Untuk itu di perlukan suatu pemahaman yang cukup dalam menganalisis mengenai
dampak tehadap lingkungan. Meningkatnya intensitas kegiatan penduduk dan industri perlu
dikendalikan untuk mengurangi kadar kerusakan lingkungan di banyak daerah antara lain
pencemaran industri, pembuangan limbah yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan
kesehatan, penggunaan bahan bakar yang tidak aman bagi lingkungan, kegiatan pertanian,
penangkapan ikan dan pengelolaan hutan yang mengabaikan daya dukung dan daya tampung
lingkungan.
Agar pembangunan tidak menyebabkan menurunya kemampuan lingkungan yang
disebabkan karena sumber daya yang terkuras habis dan terjadinya dampak negatif, maka sejak
tahun 1982 telah diciptakan suatu perencanaan dengan mempertimbangkan lingkungan. Hal ini
kemudian digariskan dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1986 tentang Anlisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Peraturan Pemerintah ini kemudian diganti dan
disempurnakan oleh Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993 dan terakhir Peraturan
Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).
Pasar PAL merupakan sebuah pasar tradisional yang berlokasi di sekitar Jl Raya Bogor
Mekarsari, Depok. Pasar PAL terdiri dari beberapa kios yang menjual kebutuhan sehari-hari.
Mulai dari perlengkapan pangan dan sandang. lokasi pasar yang terletak disekitar pemukiman
warga memiliki dampak positif, seperti tersedianya lapangan kerja baru, dan memudahkan
warga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun dikarenakan kios yang terdapat di pasar
PAL memiliki tata letak yang tidak teratur, sehingga sedikit banyak menimbulkan gangguan lalu
lintas bagi pengendara yang melewati jalan raya tersebut.
1.2

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, dirumuskan masalah sebagai berikut: bagaimana pengaruh
sumber daya manusia (SDM) dan bagaimana tata kerja peraturan AMDAL dalam pengelolaan
lingkungan hidup di Pasar PAL.
1.3

Tujuan
Tujuan umum adalah untuk mengetahui pengaruh sumber daya manusia dan tata kerja

dari AMDAL terhadap lingkungan pasar PAL. Sedangkan tujuan khususnya, untuk mengetahui
variabel mana yang paling dominan dalam mempengaruhi kualitas AMDAL pada pengelolaan
lingkungan hidup di pasar PAL.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1

Pembangunan dan Lingkungan Hidup
Peningkatan usaha pembangunan sejalan dengan peningkatan penggunaan sumber daya

untuk menyokong pembangunan dan timbulnya permasalahan-permasalahan dalam lingkungan
hidup manusia. Pembangunan ini merupakan proses dinamis yang terjadi pada salah satu
bagian dalam ekosistem yang akan mempengaruhi seluruh bagian. Kita tahu bahwa pada era
pembangunan dewasa ini, sumber daya bumi harus dikembangkan semaksimal mungkin secara
bijaksana dengan cara-cara yang baik dan seefisien mungkin.
Dalam pembangunan, sumber alam merupakan komponen yang penting karena sumber
alam ini memberikan kebutuhan asasi bagi kehidupan. Dalam penggunaan sumber alam tadi
hendaknya keseimbangan ekosistem tetap terpelihara. Acapkali meningkatnya kebutuhan
proyek

pembangunan, keseimbangan

ini bisa terganggu, yang kadang-kadang bisa

membahayakan kehidupan umat.
Kerugian-kerugian dan perubahan-perubahan terhadap lingkungan perlu diperhitungkan,
dengan keuntungan yang diperkirakan akan diperoleh dari suatu proyek pembangunan. Itulah
sebabnya dalam setiap usaha pembangunan, ongkos-ongkos sosial untuk menjaga kelestarian
lingkungan perlu diperhitungkan. Sedapat mungkin tidak memberatkan kepentingan umum
masyarakat sebagai konsumen hasil pembangunan tersebut.
Beberapa hal yang dapat dipertimbangkan dalam mengambil keputusan-keputusan
demikian, antara lain adalah kualitas dan kuantitas sumber daya alam yang diketahui dan
diperlukan; akibat-akibat dari pengambilan sumber kekayaan alam termasuk kekayaan hayati
dan habisnya deposito kekayaan alam tersebut. Bagaimana cara pengelolaannya, apakah secara

tradisional atau memakai teknologi modern, termasuk pembiayaannya dan pengaruh proyek
pada lingkungan, terhadap memburuknya lingkungan serta kemungkinan menghentikan
pengrusakan lingkungan dan menghitung biaya-biaya serta alternatif lainnya.
Hal-hal tersebut di atas hanya merupakan sebagian dari daftar persoalan, atau pertanyaan
yang harus dipertimbangkan bertalian dengan setiap proyek pembangunan. Juga sekedar
menggambarkan masalah lingkungan yang masih harus dirumuskan kedalam pertanyaanpertanyaan konkrit yang harus dijawab. Setelah ditemukan jawaban-jawaban yang pasti atas
pertanyaan-pertanyaan tadi, maka disusun pedoman-pedoman kerja yang jelas bagi pelbagai
kegiatan pembangunan baik berupa industri atau bidang lain yang memperhatikan faktor
perlindungan lingkungan hidup.
Maka dalam rangka pembangunan dan pemanfaatan sumber-sumber alam yang dapat
diperbaharui, hendaknya selalu diingat dan diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Generasi yang akan datang harus tetap mewarisi suatu alam yang masih penuh sumber
kemakmuran untuk dapat memberi kehidupan kepada mereka.
2. Tetap adanya keseimbangan dinamis diantara unsur-unsur yang terdapat di alam.
3. Dalam penggalian sumber-sumber alam harus tetap dijamin adanya pelestarian alam, artinya
pengambilan hasil tidak sampai merusak terjadinya autoregenerasi dari sumber alam tersebut.
4. Perencanaan kehidupan manusia hendaknya tetap dengan lingkungan dan terciptanya kepuasan
baik fisik, ekonomi, sosial, maupun kebutuhan spiritual.
Selain itu, dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek pembangunan dan penggalian sumber
daya alam untuk kehidupan harus disertai dengan:
1. Strategi pembangunan yang sadar akan permasalahan lingkungan hidup, dengan dampak
ekologi yang sekecil-kecilnya.
2. Suatu politik lingkungan se-Indonesia yang bertujuan mewujudkan persyaratan kehidupan
masyarakat Indonesia yang lebih baik untuk puluhan tahun yang akan datang (kalau mungkin
untuk selamanya).
3. Eksploitasi sumber hayati didasarkan tujuan kelanggengan atau kelestarian lingkungan dengan
prinsip memanen hasil tidak akan menghancurkan daya autoregenerasinya.
4. Perencanaan pembangunan dalam rangka memenuhi kebutuhan penghidupan, hendaknya
dengan tujuan mencapai suatu keseimbangan dinamis dengan lingkungan hingga memberikan
keuntungan secara fisik, ekonomi, dan sosial spiritual
5. Usahakan agar sebagian hasil pembangunan dapat dipergunakan untuk memperbaiki kerusakan
lingkungan akibat proyek pembangunan tadi, dalam rangka menjaga kelestraian lingkungan.
6. Pemakaian sumber alam yang tidak dapat diganti, harus sehemat dan seefisien mungkin.

2.2

Aturan Hukum Mengenai Lingkungan
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan
kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Sedangkan pengelolaan

lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang
meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan,
pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup. Sedangkan ruang lingkup lingkungan hidup
Indonesia meliputi ruang, tempat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berwawasan
nusantara dalam melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat, dan yurisdiksinya. Berikut aturan
hukum mengenai Lingkungan Hidup:
1. Undang-Undang Lingkungan Hidup
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan
bahwa lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksudkan dengan:
a. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk
hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan
dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain;
b. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan,
c.

pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup;
Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan
terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam proses
pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini

dan generasi masa depan;
d. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh
dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas
e.

lingkungan hidup;
Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung

f.

perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain;
Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat,

energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya;
g. Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau
komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya
dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup;
h. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga

kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat
berfungsi sesuai dengan peruntukkannya;
i. Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup adalah ukuran batas perubahan sifat fisik dan/atau
j.

hayati lingkungan hidup yang dapat ditenggang;
Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau
tidak langsung terhadap sifat fisik dan/atau hayatinya yang mengakibatkan lingkungan hidup

tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan;
k. Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan;
l. Bahan berbahaya dan beracun adalah setiap bahan yang karena sifat atau konsentrasi,
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau
merusakkan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup
lain;
m. Limbah bahan berbahaya dan beracun adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan
dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain;
n. Dampak lingkungan hidup adalah pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang
diakibatkan oleh suatu usaha dan atau kegiatan;
o. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup adalah kajian mengenai dampak besar dan penting
suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan; Organisasi
lingkungan hidup adalah kelompok orang yang terbentuk atas kehendak dan keinginan sendiri
di tengah masyarakat yang tujuan dan kegiatannya di bidang lingkungan hidup;
p. Audit lingkungan hidup adalah suatu proses evaluasi yang dilakukan oleh penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan untuk menilai tingkat ketaatan terhadap persyaratan hukum yang
berlaku dan/atau kebijaksanaan dan standar yang ditetapkan oleh penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan yang bersangkutan;
Pasal 2
Ruang lingkup lingkungan hidup Indonesia meliputi ruang, tempat Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang ber-Wawasan Nusantara dalam melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat, dan
yurisdiksinya.
ASAS, TUJUAN, DAN SASARAN
Pasal 3
Pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan dengan asas tanggung jawab negara, asas
berkelanjutan, dan asas manfaat bertujuan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan

yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya
dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT
Pasal 5
a. Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
b. Setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran
dalam pengelolaan lingkungan hidup.
c. Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 6
a. Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah
dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.
b. Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban memberikan informasi
yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup.
WEWENANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Pasal 8
a.

Sumber daya alam dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi

kemakmuran rakyat, serta pengaturannya ditentukan oleh Pemerintah.
b. Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah:
1) Mengatur dan mengembangkan kebijaksanaan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup;
2) Mengatur penyediaan, peruntukan, penggunaan, pengelolaan lingkungan hidup, dan
pemanfaatan kembali sumber daya alam, termasuk sumber daya genetika;
3) Mengatur perbuatan hukum dan hubungan hukum antara orang dan/atau subyek hukum
lainnya serta perbuatan hukum terhadap sumber daya alam dan sumber daya buatan, termasuk
sumber daya genetika;
4) Mengendalikan kegiatan yang mempunyai dampak sosial;
5) Mengembangkan pendanaan bagi upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup sesuai peraturan
c.

perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan sebagaiman dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 9

a. Pemerintah menetapkan kebijaksanaan nasional tentang pengelolaan lingkungan hidup dan
penataan ruang dengan tetap memperhatikan nilai-nilai agama, adat istiadat, dan nilai-nilai
yang hidup dalam masyarakat.

b. Pengelolaan lingkungan hidup, dilaksanakan secara terpadu oleh instansi pemerintah sesuai
dengan bidang tugas dan tanggung jawab masing-masing, masyarakat, serta pelaku
pembangunan lain dengan memperhatikan keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan
c.

kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan hidup.
Pengelolaan lingkungan hidup wajib dilakukan secara terpadu dengan penataan ruang,
perlindungan sumber daya alam nonhayati, perlindungan sumber daya buatan, konservasi
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, cagar budaya, keanekaragaman hayati dan

perubahan iklim.
d. Keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan
hidup, sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dikoordinasi oleh Menteri.
Pasal 10
a.

Dalam

rangka

pengelolaan

lingkungan

hidup

Pemerintah

berkewajiban:

Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran dan tanggung
jawab para pengambil keputusan dalam pengelolaan lingkungan hidup;
b. Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan, dan meningkatkan kesadaran akan hak dan
c.

tanggung jawab masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup;
Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kemitraan antara
masyarakat, dunia usaha dan Pemerintah dalam upaya pelestarian daya dukung dan daya

tampung lingkungan hidup;
d. Mengembangkan dan menerapkan kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan hidup yang
menjamin terpeliharanya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
e. Mengembangkan dan mengembangkan perangkat yang bersifat preemtif, preventif, dan proaktif
f.
g.
h.
i.

dalam upaya pencegahan penurunan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
Memanfaatkan dan mengembangkan teknologi yang akrab lingkungan hidup;
Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan di bidang lingkungan hidup;
Menyediakan informasi lingkungan hidup dan menyebarluaskannya kepada masyarakat;
Memberikan penghargaan kepada orang atau lembaga yang berjasa di bidang lingkungan hidup.

2. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05
TAHUN 2012 TENTANG JENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG WAJIB MEMILIKI
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA
TENTANG JENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG WAJIB MEMILIKI ANALISIS
MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

a. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut Amdal, adalah kajian
mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan.
b. Usaha dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang dapat menimbulkan perubahan
terhadap zona lingkungan hidup serta menyebabkan dampak terhadap lingkungan hidup.
c. Dampak Penting adalah perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan
oleh suatu Usaha dan/atau Kegiatan.
d.

Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup, yang
selanjutnya disebut UKL-UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap Usaha dan/atau
Kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.

e. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup.
Pasal 2
a. Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib
memiliki Amdal.
b. Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
c. Untuk menentukan rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pemrakarsa melakukan penapisan sesuai dengan tata cara penapisan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
d. Terhadap hasil penapisan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), instansi lingkungan hidup
Pusat, provinsi, atau kabupaten/kota menelaah dan menentukan wajib tidaknya rencana Usaha
dan/atau Kegiatan memiliki Amdal.
Pasal 3
a. Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang dilakukan:
1) Di dalam kawasan lindung; dan/atau

2) Berbatasan langsung dengan kawasan lindung, wajib memiliki Amdal.
b. Kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
c. Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang berbatasan langsung dengan kawasan lindung
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang:
1) Batas tapak proyek bersinggungan dengan batas kawasan lindung; dan/atau
2) Dampak potensial dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan diperkirakan mempengaruhi kawasan
lindung terdekat.
d. Kewajiban memiliki Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikecualikan bagi rencana
Usaha dan/atau Kegiatan:
1) Eksplorasi pertambangan, minyak dan gas bumi, dan panas bumi;
2) Penelitian dan pengembangan di bidang ilmu pengetahuan;
3) Yang menunjang pelestarian kawasan lindung;
4) Yang terkait kepentingan pertahanan dan keamanan negara yang tidak berdampak penting
terhadap lingkungan hidup;
5) Budidaya yang secara nyata tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup; dan
6) Budidaya yang diizinkan bagi penduduk asli dengan luasan tetap dan tidak mengurangi fungsi
lindung kawasan dan di bawah pengawasan ketat.
Pasal 4
a. Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang:
1) Memiliki skala/besaran lebih kecil daripada yang tercantum dalam Lampiran I; dan/atau
2) Tidak tercantum dalam Lampiran I tetapi mempunyai dampak penting terhadap lingkungan
hidup,
3) Dapat ditetapkan menjadi jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal di
luar Lampiran I.
b. Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Menteri berdasarkan:

1) Pertimbangan ilmiah mengenai daya dukung dan daya tampung lingkungan; dan
2) Tipologi ekosistem setempat diperkirakan berdampak penting terhadap lingkungan hidup.
c. Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diusulkan secara
tertulis kepada Menteri, oleh:
1) Kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian;
2) Gubernur;
3) Bupati/walikota; dan/atau
4) Masyarakat.
d. Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diusulkan setelah
dilakukan telaahan sesuai kriteria sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 5
a. Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal dapat ditetapkan menjadi
rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak wajib memiliki Amdal, apabila:
1. Dampak dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan tersebut dapat ditanggulangi berdasarkan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan/atau
2. Berdasarkan pertimbangan ilmiah, ,tidak menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan
hidup.
b. Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Menteri.
c. Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diusulkan secara
tertulis kepada Menteri, oleh:
1) Kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian;
2) Gubernur;
3) Bupati/walikota; dan/atau
4) Masyarakat.

d. Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki
UKL-UPL atau surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai jenis rencana usaha dan/atau kegiatan
yang wajib memiliki UKL-UPL atau surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup
Pasal 6
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 11 tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi
dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

3. Peraturan Pemerintah
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN
LINGKUNGAN
4. Peraturan Gubernur
Menimbang :
a.

Bahwa pengelolaan lingkungan hidup merupakan salah satu kewenangan yang wajib
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah sejalan dengan berlakunya otonomi daerah;

b. Bahwa sehubungan dengan huruf a diatas perlu ditetapkan jenis kegiatan yang wajib dilengkapi
dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan dengan keputusan
Gubernur.
Mengingat :
1) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 (BN no. 5000 hal 1B-12B) tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
2) Undang-undang Nomor 24 tahun 1992 (BN No. 5326 hal 5B-10B dst) tentang Penataan Ruang;
3) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 (BN No. 6066 hal 14 B-20B dst) tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
4) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 (BN No. 6336 hal 8B-15b dst) tentang Pemerintahan
Daerah;
5) Undang-undang Nomor 34 Tahun 1999 (BN No. 6372 hal 5B-8B) tentang Pemerintahan Propinsi
Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta;

6) Peraturan Pemrintah Nomor 27 Tahun 1999 (BN No. 6436 hal 1B-9B) tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup;
7) Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 (BN No. 6468 hal 1B-9B) tentang Kewenangan
Pemerinytah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi;
8) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-12/MENLH/ 3/94 (BN No. 5556 hal
3B-5B) tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERTAMA :
Jenis usaha /kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan
Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) di Propinsi Jawa Barat.
KEDUA :
Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) sebagaimana
dimaksud pada diktum PERTAMA dilakukan bersama oleh instansi pemberi izin operasional,
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup daerah Propinsi Jawa Barat, Badan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Kotamadya/ Kabupaten Administrasi setempat, dan instansi terkait lainnya.
KETIGA :
Pengawasan pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL) dilakukan bersama oleh instansi pemberi izin operasional, Badan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Propinsi Jawa Barat, Badan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Kotamadya/ Kabupaten Administrasi setempat, dan instansi terkait lainnya.
KEEMPAT :
Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan

(uPl)

Proyek Pemerintah di Propinsi Jawa Barat disusun oleh instansi yang membidangi kegiatan
melalui pemimpin proyek yang bersangkutan.
KELIMA :
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan

Agar setiap orang mengetahuinya , memerintahkan pengundangan Keputusan ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Propinsi Jawa Barat.

2.2. AMDAL
AMDAL merupakan singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. AMDAL
merupakan kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, dibuat pada tahap
perencanaan, dan digunakan untuk pengambilan keputusan. Hal-hal yang dikaji dalam proses
AMDAL antara lain adalah aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan
kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu rencana usaha atau kegiatan.
AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu
usaha atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha atau kegiatan. (Peraturan Pemerintah
No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).
Agar pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan,
pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan. Peraturan pemerintah tentang AMDAL
secara jelas menegaskan bahwa AMDAL adalah salah satu syarat perijinan, dimana para
pengambil keputusan wajib mempertimbangkan hasil studi AMDAL sebelum memberikan ijin
usaha/kegiatan.

1.
2.
3.
4.

AMDAL

digunakan

untuk

mengambil

keputusan

tentang

penyelenggaraan/pemberian ijin usaha dan/atau kegiatan.
Dokumen AMDAL terdiri dari :
Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-AMDAL).
Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).
Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL).
Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) .
Tiga dokumen (AMDAL, RKL dan RPL) diajukan bersama-sama untuk dinilai oleh Komisi Penilai
AMDAL. Hasil penilaian inilah yang menentukan apakah rencana usaha dan/atau kegiatan
tersebut layak secara lingkungan atau tidak dan apakah perlu direkomendasikan untuk diberi

ijin atau tidak. Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Penentuan kriteria wajib AMDAL, saat ini, Indonesia menggunakan/menerapkan penapisan 1
langkah dengan menggunakan daftar kegiatan wajib AMDAL (one step scoping by pre request
list). Daftar kegiatan wajib AMDAL dapat dilihat di Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 11 Tahun 2006.
2. Apabila kegiatan tidak tercantum dalam peraturan tersebut, maka wajib menyusun UKL-UPL,
sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002.
3. Penyusunan AMDAL menggunakan Pedoman Penyusunan AMDAL sesuai dengan Permen LH
NO. 08/2006.
4. Kewenangan Penilaian didasarkan oleh Permen LH no. 05/2008.
2.2.1 Prosedur AMDAL

Terdapat empat prosedur dalam penyusunan AMDAL. Prosedur AMDAL terdiri dari :
1. Proses penapisan (screening) wajib AMDAL.
Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi kegiatan wajib AMDAL, yaitu
menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak.
2. Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat.
Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat. Berdasarkan Keputusan Kepala BAPEDAL
Nomor 08/2000, pemrakarsa wajib mengumumkan rencana kegiatannya selama waktu yang
ditentukan dalam peraturan tersebut, menanggapi masukan yang diberikan, dan kemudian
melakukan konsultasi kepada masyarakat terlebih dulu sebelum menyusun KA-ANDAL.
3. Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL (scoping).
Proses penyusunan KA-ANDAL. Penyusunan KA-ANDAL adalah proses untuk menentukan
lingkup permasalahan yang akan dikaji dalam studi ANDAL (proses pelingkupan). Proses
penilaian KA-ANDAL. Setelah selesai disusun, pemrakarsa mengajukan dokumen KA-ANDAL
kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal
untuk penilaian KA-ANDAL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk
memperbaiki atau menyempurnakan kembali dokumennya.
4. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL.
Proses penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL. Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL dilakukan dengan
mengacu pada KA-ANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian Komisi AMDAL). Proses
penilaian ANDAL, RKL, dan RPL. Setelah selesai disusun, pemrakarsa mengajukan dokumen
ANDAL, RKL dan RPL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama
waktu maksimal untuk penilaian ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di luar waktu yang
dibutuhkan oleh penyusun untuk memperbaiki atau menyempurnakan kembali dokumennya.

2.2.2 Pihak-pihak dalam AMDAL
Pada PP 27/1999 pengertian AMDAL adalah merupakan hasil studi mengenai dampak
besar dan penting suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan. Hasil studi ini terdiri dari beberapa dokumen.
Atas dasar beberapa dokumen ini kebijakan dipertimbangkan dan diambil. Dokumen AMDAL
harus disusun oleh pemrakarsa suatu rencana usaha atau kegiatan. Dalam penyusunan studi
AMDAL, pemrakarsa dapat meminta jasa konsultan untuk menyusunkan dokumen AMDAL.
Penyusun dokumen AMDAL harus telah memiliki sertifikat Penyusun AMDAL dan ahli di
bidangnya. Ketentuan standar minimal cakupan materi penyusunan AMDAL diatur dalam
Keputusan Kepala Bapedal Nomor 09/2000.
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah:
1. Komisi Penilai AMDAL, komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL.
Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL. Di tingkat pusat
berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup, di tingkat Propinsi berkedudukan di
Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Propinsi, dan di tingkat Kabupaten/Kota

berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Kabupaten/Kota. Unsur
pemerintah lainnya yang berkepentingan dan warga masyarakat yang terkena dampak
diusahakan terwakili di dalam Komisi Penilai ini. Tata kerja dan komposisi keanggotaan Komisi
Penilai AMDAL ini diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, sementara
anggota-anggota Komisi Penilai AMDAL di propinsi dan kabupaten/kota ditetapkan oleh
Gubernur dan Bupati/Walikota.
2. Pemrakarsa, orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.
Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat
yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL berdasarkan alasanalasan antara lain sebagai berikut: kedekatan jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau
kegiatan, faktor pengaruh ekonomi, faktor pengaruh sosial budaya, perhatian pada lingkungan
hidup, dan/atau faktor pengaruh nilai-nilai atau norma yang dipercaya.
3. Masyarakat yang berkepentingan, masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan
dalam proses AMDAL.
Masyarakat berkepentingan dalam proses AMDAL dapat dibedakan menjadi masyarakat terkena
dampak, dan masyarakat pemerhati.
2.2.3 Alasan suatu rencana kegiatan wajib AMDAL
Setiap rencana kegiatan yang mempunyai dampak besar dan penting, wajib dibuat AMDAL
Hal ini mengacu pada pasal 3 ayat 1 PP 27 tahun 1999 yaitu ;
1. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam.
2. Eksploitasi SDA baik yang dapat diperbaharui/tidak dapat diperbaharui.
3. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan, kerusakan,
pemerosotan dalam pemanfaatan SDA, cagar budaya.
4. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, jasad renik.
5. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati.
6. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi
lingkungan.
7. Kegiatan yang mempunyai tinggi dan mempengaruhi pertahanan negara
Meskipun AMDAL secara resmi diperkenalkan ke Indonesia pada tahun 1982, sebagian
besar praktisi mengetahui asal muasal sebenarnya untuk beranjak dari Peraturan No. 29/19869
yang menciptakan berbagai elemen penting dari proses AMDAL10. Sepanjang awal era 1990
didirikan suatu badan perlindungan lingkungan pusat (BAPEDAL) terlepas dari Kementerian
Negara Lingkungan, dengan mandat meningkatkan pelaksanaan.
AMDAL dan kendali atas polusi, didukung oleh tiga kantor daerah. Kajian dan persetujuan
atas berbagai dokumen AMDAL pada saat ini ditangani oleh Komisi Pusat atau Komisi Daerah,
sesuai dengan skala proyek dan sumber pendanaan. Lebih dari 4000 AMDAL dikaji sampai
dengan 1992 dimana menjadi lebih jelas bahwa berbagai elemen dari proses tersebut terlalu
kompleks dan terlalu banyak didasarkan pada AMDAL ‘gaya barat’. Legislasi AMDAL yang baru

yang diberlakukan pada tahun 199311 yang memiliki efek pembenahan atas prosedur
penapisan, mempersingkat jangka waktu pengkajian, dan memperkenalkan status format EMP
yang distandardisasi (UKL/UPL) untuk proyekdengan dampak yang lebih terbatas. Lebih dari
6000 AMDAL nasional dan propinsi diproses berdasarkan peraturan ini termasuk sejumlah kecil
AMDAL daerah di bawah suatu komisi pusat yang didirikan di dalam BAPEDAL.
Dengan diundangkannya Undang-undang Pengelolaan Lingkungan yang baru (No.
23/1997) berbagai reformasi lanjutan atas regulasi AMDAL menjadi perlu. Peraturan
27/199912 diperkenalkan dengan simplifikasi lebih lanjut. Komisi sektoral dibubarkan dan
dikonsolidasikan ke dalam suatu komisi pusat tunggal, sementara komisi propinsi diperkuat.
Ketentuan yang lebih spesifik dan lengkap atas keterlibatan publik juga diperkenalkan,
sebagaimana halnya juga dengan suatu rangkaian arahan teknis pendukung. Namun demikian
PP 27/1999 ternyata tidak tepat waktu, gagal untuk secara memadai merefleksikan berbagai
perubahan politis yang pada saat itu lebih luas yang akhirnya mengarah kepada desentralisasi
politik dan administratif. AnalisisMengenai Dampak Lingkungan, yang sering di singkat dengan
AMDAL, lahir dengan di undangkannya undang-undang tentang lingkungan hidup di Amerika
Serikat, National Environmental Policy Act (NEPA), pada tahun 1969. NEPA 1969 mulai berlaku
pada tanggal 1 Januari 1970. Pasal 102 (2) (C) dalam undang-undang ini menyatakan, semua
usulan legislasi dan aktifitas pemerintah federal yang besar di perkirakan akan mempunyai
dampak penting terhadap lingkungan diharuskan disertai laporan Environmental Impact
Assessment (Analisis Dampak Lingkungan) tentang usulan tersebut.
NEPA 1969 merupakan suatu reaksi terhadap kerusakan lingkungan oleh aktifitas
manusia yang makin meningkat, antara lain tercemarnya lingkungan oleh pestisida serta limbah
industri dan transpor, rusaknya habitat tumbuhan dan hewan langka, serta menurunnya nilai
estetika alam. Misalnya, sejak permulaan tahun 1950-an Los Angeles di negara bagian
Kalifornia, Amerika Serikat, telah terganggu oleh asap-kabut atau asbut (smog = smoke + fog),
yang menyelubungi kota, mengganggu kesehatan dan merusak tanaman. Asbut berasal dari gas
limbah kendaraan dan pabrik yang mengalami fotooksidasi dan terdiri atas ozon, peroksiasetil
nitrat (PAN), nitrogenoksida, dan zat lain lagi.
AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan) adalah instrumen yang sifatnya formal
dan wajib (control and command) yang merupakan kajian bagi pembangunan proyek-proyek
kegiatan-kegiatan pasal 17a yang kemungkinan akan menimbulkan dampak besar dari penting
terhadap lingkungan hidup.
Dalam PP No.27 Tahun 1999 dinyatakan bahwa dampak besar dan penting adalah
perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang di akibatkan oleh suatu usaha dan
atau kegiatan. Selanjutnya pada pasal 5 PP tersebut dinyatakan bahwa kriteria dari dampak
besar dan periting dari suatu usaha atau kegiatan terhadap lingkungan antara lain:
1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak.
2. Luas wilayah persebaran dampak.

3.
4.
5.
6.

Intensitas dan lamanya dampak berlangsung.
Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak