MEKANISASI SISTEM PANEN PADA KULTUR MASSAL ROTIFER, Brachionus rotundiformis

  Mekanisasi sistem panen pada kultur massal rotifer ..... (Inneke F.M. Rumengan) MEKANISASI SISTEM PANEN PADA KULTUR MASSAL ROTIFER, Brachionus rotundiformis * ) * * ) * * ) * * ) I n n ek e F.M . Ru m en g an , Bu d i yan t o , Ri n n y M od aso , D i d i t D ew an t o , * * * ) dan D aniel Lim bong

  • )

  Fakult as Perikanan dan Ilm u Kelaut an, Universit as Sam Rat ulangi Kam pus UNSRAT, Bahu Manado 95115

  E- m ail: inneke0511@gmail.com

  • )

  Program St udi Ilm u Perairan Pasca Sarjana Universit as Sam Rat ulangi, Manado 95115

  • )

  Pusat Penelit ian Wilayah Pesisir, Poigar, Kabupat en Minahasa Selat an

  (Naskah diterima: 21 Maret 2011; Disetujui publikasi: 16 Februari 2012)

ABST RAK

  Rotifer adalah salah satu jenis zooplankton yang populer dim anfaatkan sebagai pakan al am i u n t u k p em el i h ar aan l ar va f au n a ai r . Beb er ap a k aj i an d ew asa i n i j u g a m em prom osikan rot if er sebagai sum ber senyawa bioakt if sepert i khit in. Salah sat u perm asalahan utam a dalam upaya pem anfaatan rotifer untuk akuakultur m aupun untuk m em produksi senyawa bioakt if , adalah ket idakberlanjut an dan rendahnya produksi rotifer. Berdasarkan eksperim en di laboratorium m enyangkut biologi dan ekologi rotifer, k ult ur m assal yang int ensif t elah berhasil dilak uk an pada k olam bet on beruk uran panjang 5 m, lebar 1 m, dan dalam 1 m. Teknik panen dan hal lain yang terkait, dipandang sebagai faktor penting yang m em pengaruhi keberhasilan sistem kultur m assal tersebut. Mengacu pada beberapa aspek t eknik yang sedang dijalankan, st udi ini dilakukan untuk m em perbaiki m ekanisasi teknik pem anenan yang diharapkan akan m eningkatkan efektivitas produksi biom assa rotifer yang berm utu baik. Beberapa uji penerapan dari hasil m ekanisasi t eknik pem anenan, m enam pilkan kapasit asnya dalam m em perbaiki m utu produksi rotifer, m ereduksi waktu panen dan tenaga kerja, serta m em pertahankan kont inuit as siklus produksi.

  KATA KUNCI: r ot if er , k ult ur m assal, t ek nik pem anenan ABSTRACT : Harvest t echnique of t he rot if er m ass product ion syst em . By: Inneke F.M. Rumengan, Budiyanto, Rinny Modaso, Didit Dewanto, and D ani el Li m b ong Rotifer is one of the most popular zooplankton which used as life food for larva cultivation of aquatic animals. Recent studies have also been promoting rotifer as potential source of bio-active substance such as chitine. One of the major problems for better use of rotifer in aquaculture as well as in bio-active substance production is the discontinuity and insufficient of rotifer production. Based on laboratory experimental studies on rotifer biology and ecology, an intensive mass culture was effectively carried out in 5 m length, 1 m width, 1 m depth of concrete ponds. The harvest technique and its inherent practicability is regarded as a significant factor influencing the success of the rotifer mass production system. Looking at various aspects of the current harvest practices, the present study was conducted to improve mechanical

  

of good quality rotifer biomass. Several trials of the new mechanical harvest technique

demonstrated its ability to improve the quality of rotifer production, to reduce the

harvest time and labor, and to maintain adequate production cycle.

  KEYWORD S: r ot if er , m ass cult ur e, har vest t echnique PENDAHULUAN

  Rot if er adalah salah sat u organism e laut yang t erm asuk kelom pok zooplankt on, dan sejak tahun 1960- an telah populer di kalangan peneliti dan praktisi akuakultur, sebagai pakan hidup larva f auna air (Lubzens et al., 1989; Nogrady et al., 1993). Sebanyak 10 spesies rot if er t elah dit em uk an di perairan pant ai Su l aw esi Ut ar a, d an sp esi es Brachionus

  rotundiformis t elah m enjadi objek penelit ian

  pada Laborat orioum Biot eknologi Kelaut an, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Univer- si t as Sam Rat u l an g i sej ak t ah u n 1 9 9 4 (Yoshinaga et al., 2004; Rum engan et al., 1998). Perhat ian t erhadap pot ensi m olekuler rot if er j uga t elah m endorong peningk at an penelit ian pem anf aat annya unt uk indust r i f arm asi (Klusem ann et al., 1990; Suga et al., 2007; Rumengan, 1997; Wallace & Snell, 1991; Bowm an et al., 1990; Hara et al., 1984).

  Kebut uhan biom assa rot if er baik unt uk pakan larva fauna air pada industri akuakultur, m aupun unt uk ekst rasi senyawa farm aset ika, relatif besar dan harus tersedia secara kontinu. Pengembangan dan peningkatan sistem kultur massal rotifer, diharapkan dapat menghadirkan t ek n o l o g i p en yed i a b ah an b ak u r o t i f er . Masalah yang perlu mendapat perhatian dalam pengem bangan ini adalah: 1) Met od e at au t ek nik p anennya, k ar ena san g at b er p en g ar u h p ad a k on t i n u i t as sist em k ult ur, ef ek t ivit as dan ef isiensi pemanenan, serta kualitas biomassa rotifer yang dihasilkan. 2) Penet apan wakt u dan jum lah panen agar produksi yang opt im al dapat diperoleh secara kontinu. Serangkaian uji coba kultur massal kontinu d en g an s i s t em y an g b er b as i s k o l am pekarangan (out door pond) berukuran 5 m x 1 m dan t inggi 1 m , dengan input air laut 3 1 ppt , benih inok ulan r ot if er Brachionus

  rotundiformis, dan ikan mentah sebagai bahan

  unt uk m em perk aya m edium k ult ur rot if er, m em berikan hasil yang m enjanjikan. Tingkat produksi rot if er sebesar 200- 500 g/ kolam / bulan dapat dicapai m elalui ujicoba t ersebut .

  Kajian yang dif okuskan pada kedua m asalah t ersebut di at as t elah berhasil dilakukan,dan capaiannya diuraikan dalam tulisan ini.

  Penelit ian pengem bangan kult ur m assal rot if er dilaksanakan pada kolam pekarangan Pusat Penel i t i an Wi l ayah Pesi si r d i Poi g ar Kab up at en Minahasa Selat an, sej ak b ulan Februari sampai Desember 2010. Kolam beton yang digunakan berukuran panjang 5 m, lebar 1 m, dan tinggi 1 m. Kolam diisi dengan air laut bersalinit as 31 ppt yang dipom pa dari pant ai Teluk Poigar. Kedalam an air dalam k olam d i p er t ah an k an p ad a p osi si 8 0 cm . Ben i h inok ulan rot if er Brachionus rotundiformis, seb an yak l eb i h k u r an g 6 0 0 .0 0 0 i n d i vi d u d i p er o l eh d ar i t am b ak d i Desa Ti b er i as Kabupat en Bolaang Mongondow. Kont inuit as sistem kultur diupayakan dengan meng- input- kan sekali dalam 2 m inggu, 1 kg ikan m ent ah ke dalam kolam . Hal ini bert ujuan agar hasil penguraian pada proses pem busukan ikan t ersebut m em bent uk m edium yang baik bagi pertumbuhan rotifer.

  Hasil kult ur rot if er dipanen dengan cara m enyaring m edium kult urnya dengan jaring plankt on berukuran m at a 20- 40 µm , karena ukuran rat a- rat a lebar lorica rot if er dalam keadaan norm al adalah 80 µm , dan dalam keadaan tertekan bisa mengecil sampai sekitar 30 µm . Dalam upaya m enghadirkan t eknik panen yang opt im al, t iga cara pem anenan dit erapkan secara trial and error, yait u: 1) Mem om pa m edium kultur dengan pom pa cel u p d an m en yar i n g n ya u n t u k m en - dapatkan rotifer (Gambar 1A)

  2) Menarik jaring plankton secara horizontal dan berulang- ulang pada lapisan per- mukaan kolam (Gambar 1B)

  3) Menyifon (m enyedot ) lapisan perm ukaan dan menyaringnya (Gambar 1C) Un t u k m em f asi l i t asi p en g em b an g an m et ode penet apan wakt u dan jum lah panen yang opt im al, dilakukan pem ant auan kepa-

  J. Ris. Akuakultur Vol. 7 No. 1 Tahun 2012: 111-119

BAHAN DAN METODE

  Mekanisasi sistem panen pada kultur massal rotifer ..... (Inneke F.M. Rumengan)

  = a – b.X Y

  • r(t – t i)

  A B c D

  

Figure 1. Several rotifer harvest techniques. To pump water from 10-15 cm depth by

submersible pump (A); To pull plankton net at surface layer (B); Siphoning surface layer (C); Screening the sucked water (D)

  Gambar 1. Beberapa teknik pemanenan rotifer. Memompa air dari kedalaman 10- 15 cm dengan pompa celup (A); Menarik jaring plankton pada permukaan (B); Menyipon dari lapisan permukaan (C); Penyaringan air hasil penyiponan (D)

  m t

  ditetapkan dengan cara merata- ratakan beberapa nilai kepadatan m aksim um yang pernah diam ati. Selanjutnya, dengan menggunakan bentuk linier dari model pertumbuhan logistik di atas:

  m

  m et er m odel pert um buhan (Pm , r, dan t i) tersebut dihitung dengan mengikuti prosedur (Pauly, 1984). Parameter P

  of increase), dan t i adalah konst ant a. Para-

  m

  adalah daya duk ung (carrying capacity), r adalah koef isien pert um buhan (intrinsic rate

  adalah kepadat an rot if er pada wakt u t , P

  t

  } P

  / {1 + e

  m

  = P

  t

  P

  t er seb u t d i g u n ak an u n t u k m em p r ed i k si fluktuasi kepadatan rotifer berdasarkan model pert um buhan logist ik (Verhulst , 1838 dalam Clark, 1976) yang dirumuskan sebagai berikut: param et er r dan t i dihit ung dengan t eknik regresi linier sederhana, yaitu r = b (slope) dan t i = a (intercept)/ r . Ku r va p er t u m b u h an populasi rot if er yang diperoleh selanjut nya digunakan untuk m em prediksi kepadatannya pada t ahap ek sponensial dan m enet apk an wakt u panen sert a t ingkat kepadat an rot if er yang ingin dipert ahankan, yait u yang dapat mendukung terjadinya laju pertumbuhan yang m aksim um set elah panen. Sesuai t eori Hasil Maksimum Lestari (Maximum Sustainable Yield

  • – MSY) (Clark, 1976), hal tersebut dapat terjadi pada t ingkat kepadat an separuh dari daya dukung yang m ungkin dicapai.

  Mekanisasi Sistem Panen

  Awalnya dipaham i bahwa populasi rot ifer dalam medium kultur terdistribusi dengan baik sam pai kedalam an lebih kurang 30 cm . Oleh k ar ena it u, p em anenan d ilak uk an d engan m em om pa air kolam dari lapisan 10- 20 cm m enggunakan pom pa celup (Gam bar 1A). Air dari pom pa t ersebut disaring secara berlapis m enggunakan em ber plast ik 10 dan 50 lit er yang diberi jaring berukuran m at a bert urut - turut 100 µm dan 40 µm. Hal ini dimaksudkan agar dapat m em isahkan rot if er dari part ikel berukuran > 100 µm dan < 40 µm . Teknik ini m em berikan hasil yang kurang m em uaskan, karena kecepat an penyaringan cukup t inggi, sehingga mengurangi efektivitas dan efisiensi p en yar i n g an . Sel ai n i t u , j u m l ah ai r yan g t er sed ot r elat if b anyak sehing g a m ed ium kult ur m engalam i pengadukan cukup t inggi, d an m en g h am b at p er t u m b u h an r o t i f er selanjut nya.

  Setelah dilakukan pengam atan kepadatan rot if er secara vert ik al (pada beberapa k e- dalam an), diket ahui bahwa kepadat an rot ifer yan g san g at t i n g g i t er j ad i p ad a l ap i san perm uk aan. Selanj ut nya dit erapk an t ek nik pem anenan yang lain, yait u m enarik jaring plankt on berukuran m at a 40 µm dan ber- d i am et er 2 5 cm , secar a h o r i z o n t al d an b er ulang - ulang p ad a lap isan 0 - 1 0 cm d i permukaan kolam (Gambar 1B). Hasilnya cukup memuaskan dilihat dari jumlah hasil panennya. Akan t et api m ut u produk rot if ernya kurang baik , k ar ena t er cam pur par t ik el lain yang berukuran > 40 µm. Penarikan jaring plankton yan g b er u l an g - u l an g , j u g a m en i m b u l k an goncangan yang cukup berart i pada m edium kult ur, sehingga m engham bat pert um buhan rot ifer selanjut nya.

  Ber d asar k an h asi l u j i co b a t ek n i k p e- m anenan pert am a dan kedua, disim pulkan bahwa unt uk m em pert ahankan kont inuit as produksi rot if er yang opt im al, selain input 1 k g i k an m en t ah sek al i d al am 2 m i n g g u , kestabilan air dalam kolam, dan jumlah panen yang seim bang, yait u yang m em pert ahankan jum lah rotifer dalam kolam pada tingkat yang memberikan pertumbuhan populasi maksimum, adalah faktor- faktor yang perlu diperhatikan. T ek n i k p em an en an y an g d i u j i c o b ak an kem udian, diselaraskan dengan kedua fakt or t ersebut (Gam bar 1C). Teknik t ersebut t erdiri atas menyipon (menyedot) air kolam hanya dari rotifernya tertinggi, dan m enyaringnya secara berlapis dengan jaring berukuran mata, 1.000 µm dan 20 µm . Prinsip m ekanisasi sist em panen ini adalah memanfaatkan gaya gravitasi dan t egangan perm ukaan zat cair. Dengan adanya perbedaan jarak vert ikal dari ujung at as d an u j u n g b aw ah p i p a si f o n , ak an m en i m b u l k an g aya g r avi t asi yan g d ap at digunak an unt uk m engalir k an (m enyedot ) l ap i s an p er m u k aan ai r k o l am k e u n i t penyar ingan. Peningk at an populasi r ot if er pada lapisan per m uk aan (0 - 0 ,5 cm ) ak an meningkatkan tegangan permukaan air kolam, seh i n g g a p en yed ot an l ap i san yan g p ad at rotifer tersebut menjadi semakin efektif. Hasil ujicoba ini cukup baik, karena m em berikan perbaikan yang berm akna, yait u; (1) Mening- kat kan efekt ivit as, kecepat an, dan kest abilan medium kultur (tidak menimbulkan goncangan yan g b er ar t i ) p ad a saat p em an en an ; (2 ) Meningkatkan ketepatan perkiraan kepadatan r o t i f er y an g p er l u d i p er t ah an k an ag ar kontinuitas pertumbuhan rotifer tetap optimal.

  Pengoperasian sejum lah unit sifon secara terintegrasi diupayakan sebagai strategi untuk m eningk at k an ef ek t ivit as, k ecep at an, d an kest abilan pem anenan. Mekanisasi t ersebut , d i t em p u h d en g an p en g g u n aan s i s t em banyonet yang berf ungsi m em pert ahankan u j u n g at as p i p a si f on t ep at b er ad a p ad a permukaan air kolam, sehingga memungkinkan pengoperasian beberapa unit sif on secara si m u l t an . Hasi l p en yed ot an n ya k em u d i an d i i n t eg r asi k an m el al u i seb u ah p i p a yan g diarahkan ke sat u unit penyaringan.

  St rukt ur m ekanisasi sist em pem anenan rotifer yang berhasil dirancang terdiri atas dua bagian utama, yaitu unit sifon dan unit saringan (Gambar 2). Sebanyak 4 unit sifon cukup efektif d iop er asik an secar a sim ult an p ad a k olam berukuran panjang 5 m, lebar 1 m, dan tinggi 1 m . Output keem pat unit sif on diint egrasikan pada sebuah pipa paralon berdiam et er 1,25 cm yang ditem patkan dengan kem iringan 10

  o ke arah unit saringan.

  Anjungan sifon ditempatkan dan bertumpu pada t epi at as dinding kolam , dan dilengkapi dengan sistem banyonet untuk menempatkan ujung at as sif on, yait u pipa alum inium ber- diam et er 0,7 cm (Gam bar 3A). Ujung pipa alum inium har us dit em pat k an sedem ik ian rupa agar selain air, sifon juga dapat menyedot ud ar a p ad a p er m uk aan air k olam . Hal ini dim aksudkan unt uk m engef ekt if kan penye-

  J. Ris. Akuakultur Vol. 7 No. 1 Tahun 2012: 111-119 d ot an lap isan p er m uk aan air k olam yang m em iliki t egangan perm ukaan cukup t inggi karena adanya populasi rot if er yang padat . Untuk menghasilkan gaya gravitasi yang dapat m enyedot air pada lapisan perm ukaan kolam d en g an ef ek t i f , j ar ak t eg ak l u r u s an t ar a permukaan air kolam dan ujung bawah selang sif on dipert ahank an pada 8 40 cm. Untuk menjalankan unit sifon digunakan alat starter berupa pompa sedot dari karet (Gambar 3B). Gambar 2. Struktur alat panen rotifer; tampak samping (A), tampak atas (B), kolam (1), unit sifon (2), dan unit saringan (3)

  

Figure 2. Structure of the apparatus for harvest rotifer; side view (A), top view (B), pond

(1), siphon unit (2), screening unit (3)

  B

  8

  7

  6

  5

  2

  3

  4 A

  Gambar 3. Ilustrasi unit sifon (A) dan foto alat starter (B). Kolam (1), anjungan sifon (2), pipa sifon (3), sist im banyonet (4), selang sifon (5), pipa penghubung (6), unit saringan (7), dan dinding kolam (8)

  3

  3

  1

  1

  B

  2 A

  

Figure 3. Illustration of siphon unit (A) and photograph of the starter (B). Pond (1),

siphon platform (2), siphon pipe (3), banyonet system (4), siphon hose (5), connecting pipe (6), screening unit (7), and pond wall (8)

  1 Mekanisasi sistem panen pada kultur massal rotifer ..... (Inneke F.M. Rumengan) anjungan unt uk m enem pat kan saringan ber- lapis 3, dengan ukuran m ata jaring 1.000 µm , 100 µm , dan 20 µm bert urut - t urut dari lapis p er t am a sam p ai lap is k et iga. Set iap j enis saringan dibuat sebanyak 3 unit , sehingga dapat digilir unt uk m em pert ahank an k on- tinuitas pengoperasian sifon. Air hasil saringan ditam pung dalam em ber dan secara bertahap dikembalikan ke dalam kolam.

  Ujicoba Pengoperasian

  3.76

  1

  2

  0.24

  32

565

  1.01

  28

342

  1.65

  24

207

  2.78

  

75

  16

  

29

  Setelah m elalui tahapan perbaikan desain dan konstruksi, mekanisasi sistem panen pada kult ur m assal rot if er diujicobakan. Beberapa asp ek p en t i n g yan g p er l u d i k em u k ak an sebagai berikut:

  8

  4.50

  

14

  

Kep ad at an ( sel/ mL)

Den sit y (cell/ m L)

Ln {( Pm/ Pt ) – 1}

  Table 1. Rotifer density on the pond surface layer Wakt u ( jam) T im e (h our )

  Tabel 1. Kepadatan rotifer pada lapisan permukaan kolam

  

Figure 4. Illustration of screening unit. Platform

(1), screens (2), and container (3)

  Y = 4,715 – 0,132 t Gambar 4. Ilust rasi unit saringan. Anjungan (1), saringan (2), dan ember penampung (3)

  = 1.280 sel/ m L) yang merupakan pembulatan dari rata- rata beberapa nilai kepadat an m aksim um , diperoleh hasil an al i si s r eg r esi d ar i b en t u k l i n i er m o d el pertum buhan logistik, sebagai berikut:

  m

  Pem anenan d ilak sanak an b er d asar k an hasil p em ant auan k ep ad at an r ot if er p ad a lapisan 0- 1 cm di permukaan kolam. Salah satu hasil pelaksanaan pemantauan sampai pada jam ke- 32 diberikan pada Tabel 1. Dengan dat a hasil pemantauan tersebut dan menggunakan nilai daya dukung (P

  Penetapan Waktu Panen

  3 J. Ris. Akuakultur Vol. 7 No. 1 Tahun 2012: 111-119 dan ti = 35,99. Pemetaan model pertumbuhan p o p u l asi r o t i f er d en g an n i l ai p ar am et er t ersebut , m enghasilkan kurva pert um buhan seperti pada Gambar 5.

  Berdasarkan kurva pertumbuhan tersebut, kepadatan maksimum diperkirakan terjadi pada jam ke- 96, dan pada jam ke- 60 kecepat an per t um buhan ak an m engalam i penur unan yang drastis, sehingga ditetapkan panen dapat d i l ak u k an p ad a j am k e- 5 6 , yai t u k et i k a kepadatan rotifer diperkirakan mencapai 1.195 sel / m L. Sam b i l m en u n g g u w ak t u p an en t ersebut pem ant auan kepadat an rot ifer t erus d i l ak u k an d an h asi l n ya secar a l an g su n g dipet ak an pada k ur va per t um buhan. Pada saat panen, hasil pem ant auan m enunjukkan kepadat an rot ifer sebesar 1.215 sel/ m L.

  Secara sederhana produksi rot if er diukur d al am g r am b ob ot b asah d eng an t i ng k at k et elit ian 0,01 g. Kecepat an panen diuk ur dengan pendekatan membagi jumlah air yang tersedot (liter) dengan lama waktu penyedotan (jam) yang dinyatakan sebagai kecepatan sifon

  6 0 0 4 0 0 2 0 0 1 0 2 0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 0 1 0 0

  1,200 1,000 8 0 0

  Figure 5. Population growth of rotifer on the pond surface layer

  Wakt u panen (Harvest time) Gambar 5. Pertumbuhan populasi rotifer pada lapisan permukaan kolam

  Maintain density

  1,400 Kepadat an yang dipert ahankan

  Rotifer density (cell/mL)

  Time (Hours) K e p a d a ta n r o ti fe r (s e l/ m L )

  Waktu (Jam)

  Produksi Rotifer dan Kecepatan Panen

  Dalam teori hasil maksimum lestari (Clark, 1 9 7 6 ; Weat her ley, 1 9 7 2 ; Schaef er , 1 9 5 7 ), disim pulkan bahwa produksi m aksim um dari suat u populasi (renewable resources) dapat d i p er o l eh d en g an car a m em p er t ah an k an ukuran populasi pada level P

  = 1.220 sel/ mL, dengan pasangan nilai r = 0,133 dan ti = 35,13.

  m

  d i d ap at k an kecocokan yang baik pada P

  m

  Pada siklus panen kedua, hasil pemantauan kepadat an rot if er bergerak naik m engikut i kurva pert um buhan dengan baik, sehingga pada jam ke- 78 telah dapat ditetapkan waktu panennya, yaitu pada jam ke- 106 (50 jam dari panen sebelum nya) dengan per k ir aan k e- padat an rot if er sebesar 1.269 sel/ m L, dan kemudian hasil pemantauan memberikan nilai 1.292 sel/ m L. Hasil pem antauan dalam siklus ket iga, awalnya cukup dekat dengan kurva pertumbuhan sehingga pada jam ke- 136 telah ditetapkan untuk panen pada jam ke- 156 (50 jam dari panen sebelumnya) dengan perkiraan k ep ad at an r o t i f er seb esar 1 .2 6 2 sel / m L. Namun hasil pemantauan pada jam ke- 144 dan 152 m em perlihatkan penurunan yang berarti. Meskipun panen tetap dapat dilakukan sesuai rencana, tetapi parameter model pertumbuhan perlu disesuaikan unt uk keperluan pem an- t auan selanjut nya. Dari hasil analisis m eng- g u n ak an b eb er ap a n i l ai P

  hingga m endapat k an k ecocok an yang baik ant ara tumbuhannya.

  m

  / 2. Berdasarkan pem aham an t ersebut , m aka panen dilakukan sam pai kepadat an rot if er dalam kolam t urun pada level sekitar 600 sel/ mL. Penetapan siklus panen berikut nya juga m engikut i prosedur yang sam a (Gam bar 6). Jika hasil pem antauan kepadat an rot if er bergeser jauh dari kurva pert um buhan, m aka dilakukan penyesuaian dengan menggunakan beberapa nilai P

  m

  Mekanisasi sistem panen pada kultur massal rotifer ..... (Inneke F.M. Rumengan)

  J. Ris. Akuakultur Vol. 7 No. 1 Tahun 2012: 111-119 )

  1,200

  L m l/ e

  1,000

  (s r

  8 0 0

  fe ti o r

  6 0 0

  n ta a

  4 0 0

  d a p e

  Rotifer density (cell/mL) K 2 0 0

  1 0 2 0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 0 100 110 120 130 140 150 160 170 Waktu (Jam)

  Time (Hours)

  Gambar 6. Penggunaan kurva pert um buhan dalam pem ant auan kepadat an rotifer dan penetapan waktu panen

  

Figure 6. The application of growth curve in rotifer density monitoring and

harvest time determination

  (KapSi). Dari pelaksanaan uji coba sebanyak menentukan waktu panen dan ukuran populasi 3 siklus panen diperoleh hasil sepert i pada r o t i f er yan g h ar u s d i p er t ah an k an u n t u k Tabel 2. m endorong t erj adinya pert um buhan m ak - simum. Proses panen yang berlangsung tanpa

  Hasil tersebut menunjukkan bahwa terjadi menimbulkan goncangan yang berarti pada air peningkat an produksi karena siklus panen k olam j uga dipaham i sebagai f ak t or yang cenderung sem akin int ensif , di m ana dalam m enunjang hal tersebut. wak t u sek i t ar sem i n g g u (1 6 0 j am ) d ap at dilak uk an 3 k ali panen dengan hasil t ot al Kecepatan pemanenan juga semakin baik, b i o m assa r o t i f er 7 1 6 g . Hal i n i d i d u g a di m ana sebelum m ek anisasi, panen ber - berhubungan erat dengan penggunaan model langsung selam a ± 4 jam , dengan jum lah air pertumbuhan (Gambar 6) sebagai acuan dalam yang t ersaring rat a- rat a 40 lit er. Peningkat an

  Tabel 2. Produksi dan kapasitas sifon dari 3 siklus panen

  Table 2. Production and siphoning capacity from 3 harvest cycles Kap asit as sip o n Pro d uksi Jumlah air ( L/ jam) Siklus p anen Lama p anen Pr od uct ion Wa t er q ua n t it y

  

Ha r vest cycle Ha r vest r a n g e Siph on ca pa cit y

( g ) ( L) (L/ h our )

  2 jam 10 menit I 246

  52

  24.00 2 hours 10 minutes

  2 jam 20 menit

  II 232

  57

  24.43 2 hours 20 minutes

  2 jam 15 menit

  III 238

  54

  24.00 2 hours 15 minutes

  Rat a-rat a 2 jam 15 menit 238

  54.33

  24.14 Aver a g e 2 h our s 15 m in ut es kest abilan posisi ujung at as pipa sif on dapat dipert ahank an, sehingga penyedot an ber- l an g su n g t an p a i n t er u p si yan g b er ar t i . Penem pat an keem pat unit sif on dengan luas cak upan penyedot an yang seim bang, m e- mungkinkan terjadinya penurunan kepadatan r o t i f er yan g cu k u p m er at a p ad a sel u r u h perm ukaan kolam , sehingga m eningkat kan k et ep at an p em ant auan d an p eng ont r ol an kepadat an rot if er yang harus dipert ahankan. Integrasi pengoperasian seluruh sifon dengan sat u unit saringan berlapis 3, selain m em u- dahkan pengontrolan sehingga meningkatkan ef i si en si p en g g u n aan t en ag a k er j a, j u g a m em berikan produksi biom assa rot if er yang lebih berkualitas.

  KESIMPULAN

  Pauly, D. 1984. Som e sim ple m et hods for t he assessm ent of t ropical fish st ocks. FAO

  Mekanisasi sistem panen pada kultur massal rotifer ..... (Inneke F.M. Rumengan)

  Kaneko, G., Furukawa, S., Yanagawa, Y., Tsukam oto, K., & Watanabe, S. 2004. Mo- lecular phylogeny of t he rot ifers wit h t wo Indonesian Brachionus lineages. Coastal Marine Science, 29(1): 45- 56.

  293 pp. Yoshinaga, T., Minegishi, Y., Rumengan, I.F.M.,

  Wallace, R.L. & Snell, T.W. 1991. Rotifer. Ecol- ogy and classificat ion of Nort h Am erican freshwater invertebrates. Academik Press. Inc., p. 187- 207. Weatherley, A.H. 1972. Growth and ecology of fish populat ion. Academ ic Press. London,

  plicatilis. PLOSONE (8):e671.doi:10.1371/ journal.pone.0000671.

  Y., & Hagiwara, A. 2007. Analysis of ex - pressed sequence t ags of t he cyclically p ar t h en o g en et i c r o t i f er Brachionus

  Schaefer, M.B. 1957. A st udy of t he dynam ics of fishery for yellowfin t una populat ion of t he East ern Pasific ocean. Bull. Inter-Am Trop. Tuna Comm., 2: 247- 268. Suga, K., Mark Welch, D., Tanaka, Y., Sakakura,

  Fac. Fish. Nagasaki Univ. Nos., 79: 31- 36.

  1998. Morphom et ry and rest ing egg pro- duct ion pot ent ial of t he t ropical ult ra- m inut e rot ifer Brachionus rotundiformis (Manado st rain) fed different algae. Bull.

  Ru m en g an , I.F.M. 1 9 9 7 . Mar i n e r o t i f er s (Brachionus spp.) as a biocapsule for lar- vae of various marine fauna. Warta Wiptek, 19: 34- 43. Rum engan, I.F.M., Warouw, V., & Hagiwara, A.

  Fisheries Technical Paper, 52 pp.

  Rotifera. Biology, ecology and system atic. SPB. Academic Publishing Netherland, 145 pp.

  Mek an i sasi si st em p an en yan g t i d ak menimbulkan goncangan pada medium kultur, panen yang hanya dif okuskan pada lapisan perm uk aan k olam , dan m ek anism e peng- gunaan model pertumbuhan populasi sebagai acuan dalam m engont rol siklus panen dan ukuran populasi rot if er yang dipert ahankan dalam k olam , m em berik an dam pak posit if t er had ap p r oses k esinam b ungan p er t um - buhan populasi rotifer yang optim al.

  Nogrady, T., Wallace, R.L., & Sneel, T.W. 1993.

  Aquaculture, 60: 143- 155.

  Lubzens, E., Rot hbard, S., Blum ent hal, A., Kolodny, G., Perry, B., Olund, B., Wax , Y., & Farbstein. 1989. Possible use of B. plicatilis as f ood f or f reshwat er cyprinid larvae.

  Brachionus plicatilis. Histochemistry, 94: 277- 283.

  Klusemann, Kleinow, W., & Peters, W. 1990. The hard parts (trophi) of the rotifer mastax do cont ain chit in evidence from st udies on

  Soc. Sci. Fish, 50(9): 1,611- 1,616.

UCAPAN TERIMA KASIH

  Clark, C.W. 1976. Bioeconom ics. The optim al management of renewable resources. John Wiley & Sons, New York, 352 pp. Hara, K., Arano, H., & Ishihara, T. 1984. Som e enzymatic properties of alkaline proteases

  B. calyciflorus (rotifera). Comp. Biochem. Physiol., 95B(3): 619- 624.

  Isolation and purification of glutathione S- transferase from Brachionus plicatilis and

  DAFTAR ACUAN Bowman, B.P., Snell, T.W., & Cochrane, B.J. 1990.

  Pen el i t i an i n i m er u p ak an b ag i an d ar i kegiatan Program Insentif Riset Dasar RD- 2010- 0 1 4 4 yan g d i d an ai d ar i Pr og r am In sen t i f Kem enterian Negara Riset dan Teknologi, No. 104/ RD- DF/ D.PSIPTN/ Insent if / PPK/ I/ 2010. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih sebesar- besarnya kepada semua pihak terkait dalam Program Insentif tersebut.