Kolaboratif: Kerangka Kerja Konselor Masa Depan

  Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan

  2337-6740 - 2337-6740 - 2337-6740 - 2337-6880 2337-6880 2337-6880

  ISSN Cetak:

  ISSN Cetak:

  ISSN Cetak:

  ISSN Online: http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com Volume 3 Nomor 2, Juni 2015, Hlm 1-7 Volume 3 Nomor 2, Juni 2015, Hlm 1-7 Volume 3 Nomor 2, Juni 2015, Hlm 1-7

  ISSN Online:

  ISSN Online:

  Info Artikel: Diterima 14/04/2015 Direvisi 23/05/2015 Dipublikasikan 30/06/2015 Kolaboratif: Ker erangka Kerja Konselor Mas asa Depan

  1* Afdal

1 Fakultas Ilmu Pendidikan, Un Universitas Negeri Padang

  Abstract The successful implementation tion of guidance and counseling in schools is not only nly the duty of counselor alone, but further a common n task among school personnel (both the principal, tea teachers, class guardian, administration officials and nd other students) and the school environment (paren rents , communities, and others). This paper presents id s ideas with regard to the importance of establishing c g collaborative with other persons to help optimal studen ents development.

  Keyword: guidance and counseling, collaborative guidance and counseling, collaborative guidance and counseling, collaborative

  Copyright © 2015 IICE - Multikarya Kons (Padang - Indonesia) - All Rights Reserved Copyright © 2015 IICE - Multikarya Kons (Padang - Indonesia) - All Rights Reserved Copyright © 2015 IICE - Multikarya Kons (Padang - Indonesia) - All Rights Reserved

  Indonesian Institute for Counseling and Education (IICE) Multikarya Kons Indonesian Institute for Counseling and Education (IICE) Multikarya Kons Indonesian Institute for Counseling and Education (IICE) Multikarya Kons PENDAHULUAN

  Sistem pendidikan di Ind ndonesia jauh-jauh hari sudah menetapkan layanan bim imbingan dan konseling sebagai bagian utuh dari pendidikan n untuk mewujudkan siswa yang mandiri dan berkem embang secara optimal. Dalam praktiknya, layanan bimbingan gan dan konseling itu mengacu kepada pola pelayanan b n bimbingan dan konseling yang dikenal dengan bimbingan dan an konseling komprehensif. Pola tersebut mengandung a g arti bahwa layanan bimbingan dan konseling diselenggarakan an secara terpadu dan berkesinambungan pada semua a a aspek dan jenjang pendidikan, dan tidak hanya melayani siswa iswa di sekolah saja, akan tetapi juga memberikan layana nan bimbingan dan konseling di lingkungan luar sekolah, seperti erti lingkungan keluarga serta lingkungan masyarakat. t.

  Lingkungan keluarga me menjadi perhatian layanan bimbingan dan konseling ng karena lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang p g penting dalam perkembangan individu, mengingat lin lingkungan keluarga merupakan lingkungan sosial dan pendid didikan pertama yang berpengaruh terhadap pemben bentukan sikap, keyakinan dan kepribadian individu, yang aka kan berpengaruh bagi kehidupannya dimasa mendatang. ng.

  Studi yang dilakukan b berkenaan dengan peran lingkungan keluarga dal dalam usaha membantu siswa mempersiapkan dan merencan canakan karirnya, banyak orang tua yang beranggapan an bahwa urusan persiapan dan perencanaan karir anaknya ad adalah urusan guru. Ada juga orangtua yang berpen endapat bahwa urusan mereka hanyalah mempersiapkan da dari segi materi yang dibutuhkan anaknya dalam m usaha mempersiapkan atau merencanakan karir mereka m a masing-masing. Sedangkan urusan lain berkenaan d n dengan pendidikan (termasuk perkembangan karir anak) se sepenuhnya diserahkan kepada guru atau sekolah.

  h. Selain menyerahkan urusan pendidikan kepada guru, terda rdapat juga orangtua yang menyerahkan urusan pendid didikan di lingkungan keluarga

  • Telp atau Alamat Email Koresponden : Telp atau Alamat Email Koresponden : Telp atau Alamat Email Koresponden :

  1

  1

1 Tel.: +6285263084498. E-mail address : afdal@konselor.org * * * Tel.: +6285263084498. E-mail address : afdal@konselor.org Tel.: +6285263084498. E-mail address : afdal@konselor.org

  Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com Vol. 3 No. 2, Juni 2015 hlm. 1 - 7 Vol. 3 No. 2, Juni 2015 hlm. 1 - 7 Vol. 3 No. 2, Juni 2015 hlm. 1 - 7

  kepada pembantu, sehingga t a tercipta hubungan emosional yang lebih dalam den dengan pembantu dibandingkan dengan orangtua kandungnya s a sendiri (Kompasiana, 24 September 2011).

  Permasalahan tersebut m t menjadi bertambah ketika guru BK/konselor yang me memahami dan mengerti secara mendalam tentang anak dan pe perkembangan karir tidak melakukan kegiatan kolaboras rasi/kerja sama dengan orangtua untuk secara bersama mewu wujudkan perkembangan karir anak yang optimal s l sehingga mampu mengambil keputusan secara tepat dan ma mandiri dalam hal pendidikan dan karirnya di masa aka kan datang, termasuk dalam hal kerjasama dengan orangtua.

  a. Hal ini tentunya memerlukan perhatian khusus da dari para ahli bimbingan dan konseling, mengingat kolabora oratif dengan orangtua merupakan salah satu bagian ko kompetensi yang harus dimiliki oleh guru BK/konselor, seperti rti yang tercantum dalam kompetensi konselor dalam bi bidang mengembangkan pribadi dan profesionalitas secara berk erkelanjutan dengan mengimplementasikan kolaborasi si intern di tempat bekerja yaitu bekerja sama dengan pihak-p k-pihak terkait di dalam tempat bekerja termasuk di di dalamnya dengan orang tua (Depdiknas, 2008:164).

  Permasalahannya sekaran rang adalah pelaksanaan kolaboratif dengan orangtua b a bukanlah menjadi bagian yang penting dalam pelaksanaan k keseluruhan program oleh guru BK/konselor di sek ekolah. Wawancara awal yang dilakukan terhadap 3 (tiga) o ) orang guru BK/konselor di SMA kota Padang pa pada tanggal 18-20 September ditemukan bahwa pada umum mnya guru BK/konselor tidak melakukan kegiatan kol olaboratif/kerja sama dalam hal perencanaan karir anak, termas asuk di dalamnya dalam hal merencanakan dan menge ngevaluasi program perencanaan karis siswa secara bersama. Ha Hal ini juga menimbulkan persepsi seolah-olah orangtua tua melepaskan semua tanggung jawab pendidikan kepada guru uru dan guru juga dipersepsi sebagai orang yang paling ing bertanggung jawab terhadap pendidikan siswa. Termasuk uk dalam hal pengembangan karir, nilai-nilai kelua uarga (seperti kehangatan dan kelekatan) tidak terjalin den engan baik antara anak dan orangtua karena berba rbagai hal sehingga berpotensi memunculkan permasalahan si siswa dalam bidang karir (seperti tidak mampu merenc ncanakan karir yang tepat sesuai dengan potensi diri dan tuntuta utan lingkungan dan sebagainya).

KONSEP DASAR KOLABO ABORATIF

  Untuk mencapai perkemb mbangan siswa yang optimal, proses pendidikan tidak ha hanya bisa diserahkan pada satu bidang kegiatan (seperti hanya ya pada pembelajaran bidang studi atau bidang bimbing ingan dan konseling) akan tetapi merupakan kerjasama yang b g baik antar komponen pendidikan untuk mencapai ai tujuan bersama pendidikan. Kerjasama yang baik itu tidak ak hanya dilakukan dalam internal sekolah saja akan te tetapi juga melibatkan berbagai pihak yang memiliki perannya ya masing-masing. Kerjasama tersebut dilakukan dalam m bentuk kegiatan kolaboratif.

  Penggunaan istilah kolab laboratif berasal bahasa Inggris yaitu collaborative ya yang berarti bekerja sama atau collaboration yang berarti k kerja sama. Dalam pengertian yang lebih luas, F , Frans & Bursuck (1996:74) mendefenisikan kolaboratif seb sebagai gaya/cara yang dipilih oleh para profesional untu ntuk pencapaian tujuan bersama. Hal ini mengisyaratkan bahwa wa individu yang terlibat dalam kegiatan kolaboratif mem emiliki tujuan yang sama, tidak boleh berbeda-beda, sehingga ga membutuhkan adanya mekanisme perencanaan, pela elaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut secara bersama sehingga gga tujuan bersama yang akan dicapai dapat terwujud. Ha . Hal ini sesuai dengan pendapat Idol & Baran (dalam Schmidt, dt, 2003:60) yang menyatakan bahwa in collaborative, p , planning and implementing are joint effort. Ini berarti dalam lam pelaksanaan kolaboratif yang efektif, kegiatan p perencanaan dan pelaksanaan merupakan usaha bersama.

  Istilah kolaboratif dalam il m ilmu konseling dan psikoterapi menurut Bertolino & O’ O’Hanlon (2001) terjadi dalam perkembangan yang cukup pa panjang, dengan menguraikan perkembangan pola laya yanan bimbingan dan konseling kolaboratif ke dalam tiga pola, la, yakni (1) pola acuan yang memfokuskan pada fisik, p , patologi dan pengalaman masa lalu yang didominasi oleh teor eori psikoanalisa, psikodinamik dan psikiatri biologis d is dengan didasari patologi. Pola layanan acuan ini lebih meng ngutamakan alasan hasil berpikir analitik, berdasarkan an prinsip-prinsip klasik, peran pengkondisian, dan kontribusi usi analisis secara mendalam dari psikoanalisis. (2) p ) pola layanan yang mengubah pandangan dari intrafisik dan an tindakan masa lalu menuju tindakan masa kini. Dala Dalam konseling keluarga, istilah intrafisik merupakan interaksi si dalam mempelajari hubungan, yang berarti bahwa be bentuk setiap kepribadian bukan karena pengaruh dari lamanya ya interaksi dengan orang lain, tetapi dari pola komunika ikasi, keluarga, hubungan sosial, rangsangan dan tanggapan. P . Pola ini dikembangkan tahun 1950. Dalam pola ini ini, konselor bertanggungjawab membantu memecahkan masal salah klien dengan menentukan ketidakberfungsian hubu ubungan melalui aspek-aspeknya seperti struktur keluarga, pera eran, aturan, batasan dan intervensi untuk perubahan, g , gangguan, pola bertindak dan interaksi, (3) pola layanan y yang berbasis kolaboratif dimulai dari suatu hal ya yang telah dikembangkan dan

  © 2015 Indonesian ian Institute for Counseling and

  Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com Vol. 3 No. 2, Juni 2015 hlm. 1 - 7 Vol. 3 No. 2, Juni 2015 hlm. 1 - 7 Vol. 3 No. 2, Juni 2015 hlm. 1 - 7

  dianalisis yang dimulai sejak ak akhir tahun 1970 dan awal 1980. Pola ini pada awa awalnya dilakukan oleh terapis keluarga yang menggunakan a n aktivitas kolaboratif dalam terapi keluarga untuk me endapatkan hasil yang optimal pada individu-individu dalam am keluarga. Dengan mengedepankan kolaboratif yan yang berbasis kompetensi, para terapis/konselor mengedepank ankan berbagai kekuatan, kemampuan dan sumber er daya yang beragam untuk meningkatkan hasil terapi/kons onseling yang lebih baik dimasa-masa akan datang.

PENTINGNYA KOLABORAT RATIF

  Kolaboratif dilaksanakan an di sekolah dengan alasan bahwa sekolah dan guru BK/ BK/konselor tidak bisa berfungsi sendiri/berdiri sendiri untuk m memenuhi semua kebutuhan siswa. Pemenuhan kebu ebutuhan siswa untuk mencapai kesuksesan tergantung pada u a usaha kolaborasi yang dilakukan oleh guru BK/kons nselor dengan pihak-pihak lain serta kegiatan kolaboratif yan ang dilakukan, tidak hanya bisa membantu siswa aka kan tetapi juga bisa membantu keluarga mereka (Dahir & Ston tone, 2012:394). Lebih lanjut, Fields & Hines (2010:250 :250) guru BK/konselor baru bisa dikatakan profesional apabila ila mampu melakukan kolaborasi dan bekerja secara ara kelompok (collaboration & teaming) secara tepat dengan b n berbagai pihak yang mendukung tercipta dan tercapain ainya kesuksesan siswa, baik itu dengan guru lain, siswa, ora orangtua bahkan dengan masyarakat yang lebih luas luas. Bahkan, Tang (2010:389) menyebutkan bahwa kolabora orasi yang terjadi antar pihak yang berkepentingan da dalam program pendidikan dan perkembangan siswa menjadi s di salah satu ciri sekolah yang efektif. Hal ini sejalan den dengan pendapat Schmidt (2003) yang menyatakan bahwa kons onselor sekolah yang diharapkan ada pada masa seka karang dan akan datang adalah konselor sekolah yang bisa me mengembangkan dan mendesain suatu program meliba libatkan orangtua dalam program pendidikan anaknya di sekola olah melalui kegiatan kolaboratif. Pelibatan orantua y a yang dimaksud dapat berupa mengundang orangtua sebagai gai anggota komite sekolah, memberikan kesempatan ke kepada orangtua untuk menjadi tutor pada suatu program instr struksional, keterlibatan orangtua dalam pendanaan pro program sekolah yang lebih luas serta dapat juga memperkuat at pemahaman dan keterampilan orantua berkenaan den dengan perkembangan anak dan orang dewasa.

  Program bimbingan dan an konseling komprehensif di sekolah mencakup ak aktifitas kolaborasi dalam hal pengembangan akademik, kar arir dan personal/sosial siswa. Aktifitas kolaborasi itu itu dilakukan dengan kolega di sekolah, orangtua, dan kolega ga di masyarakat yang lebih luas (Dollarhide & Saginak nak, 2012:vi). Bentuk kolaborasi yang dilakukan dengan orangt ngtua merupakan salah satu perwujudan komponen pro program dukungan sistem, yang digunakan untuk membantu tu mendukung komponen program pelayanan dasa asar, pelayanan responsif dan perencanaan individual untuk tuk mencapai kemandirian dan perkembangan optimal al siswa. Pelaksanaan program tersebut direncanakan untuk m menjalankan fungsi konseling (counseling), koordinasi asi (coordinating) dan konsultasi (consulting) dalam kerangkan b n bimbingan dan konseling komprehensif (Dollarhide & & Saginak, 2012).

  Berkenaan dengan kolab laborasi dalam bimbingan dan konseling, penelitian an yang dilakukan oleh Bryan (Young, 2013:2) memberikan an makna bahwa proses kolaborasi yang dilakukan ol oleh konselor dengan berbagai pihak lain (termasuk orangtua) tua) memberikan dampak pada tingginya motivasi siswa wa. Hal yang hampir sama juga disimpulkan oleh Grothaus & & Cole (2012:6) yang menyatakan bahwa kegiatan an kolaboratif dengan pelibatan orangtua dalam pendidikan ana anaknya dapat meningkatkan munculnya potensi untuk s k sukses khususnya peningkatan motivasi, tingkat kehadiran, di , disiplin, penyelesaian tugas yang lebih baik dan menin eningkatkan kemungkinan untuk menamatkan pendidikan tepat at waktu. Lebih lanjut, penelitian Brabeck, Walsh & & Latta (Dollarhide & Saginak, 2012:163) menunjukkan bah ahwa dengan adanya kolaborasi antar kelompok ( (seperti sekolah, universitas, masyarakat dan profesi) dapat pat memberikan dampak yang positif terhadap motiva tivasi akademik dan pengalaman siswa. Hal yang sama juga terja erjadi pada kolaborasi dengan administrator, guru, staf, p

  f, paraprofesional, pupil services professionals dan orangtua yan ang memberikan pengaruh terhadap kesuksesan siswa d wa di sekolah. Beberapa penelitian ini memberikan asumsi bahwa hwa apabila siswa memiliki motivasi yang tinggi, me meningkatnya kehadiran siswa, penyelesaian tugas yang lebih ih baik dan memiliki kemampuan untuk menamatkan pe pendidikan tepat waktu tentunya akan berpengaruh terhadap pe perkembangan karir siswa tersebut. Hal ini menunjukk kkan bahwa kegiatan kolaborasi dengan berbagai pihak (terma masuk dengan orangtua) penting dilakukan oleh guru B u BK/konselor agar tercapainya tujuan pelayanan bimbingan n dan konseling menuju perkembangan siswa yang ng mandiri dan optimal. Guru BK/konselor sebagai kompon onen utama kolaboratif hendaknya mampu membant antu sekolah untuk memahami kebutuhan orangtua berkenaan aan dengan tanggung jawab pendidikan terhadap anakn aknya, mengumpulkan beberapa tujuan untuk meningkatkan kei keikutsertaan orangtua dan merancang strategi untuk me mengembangkan hubungan yang lebih akrab dalam rangka keiku ikutsertaan orangtua dalam aktivitas yang lebih luas (Sch Schmidt, 2003:304).

  © 2015 Indonesian ian Institute for Counseling and

  Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com Vol. 3 No. 2, Juni 2015 hlm. 1 - 7

PRINSIP-PRINSIP KOLABO

  aboratif disajikan oleh beberapa ahli dalam usaha men ntaranya yang dikemukakan oleh Stone dan Dahir m

  ) mengemukakan terdapat enam aan kerjasama/kolaboratif yaitu naan dengan masalah keuangan membantu kesuksesan program ltasi, berperan dalam kelompok ketika dijadikan objek layanan aan lainnya, kerja sama dapat mpengaruhi orangtua untuk bisa tetangga, kelompok ini juga bisa sanaan program yang biasanya easi dan peningkatan/kemajuan

  oleh guru BK/konselor dengan siswa mencapai kesuksesan dan karir. engemukakan bahwa kerjasama kolah, guru BK/konselor dapat istrator dapat menguatkan tim administrator dibutuhkan untuk aan informasi yang dibutuhkan dibutuhkan untuk membangun terciptanya iklim sekolah yang baik dengan guru lain dapat an bagi siswa, konsultasi, alih rlukan perhatian khusus seperti tuk layanan teman sebaya seperti .

  lturally Competent Schools oleh trators, Students, Teachers, and

  knya mengacu pada enam sifat hendaknya melakukan kegiatan orangtua maupun kepada siswa, elor hendaknya meyakini bahwa dan seimbang, (3) kolaboratif icapai secara bersama oleh guru nggung jawab untuk keputusan asi satu orang saja, akan tetapi a selain bertanggung jawab akan kolaboratif memiliki tanggung icapai, (6) kolaboratif hendaknya ling mengisi, saling memberikan mpir sama, dan (7) hendaknya g lebih baik dalam mencapai encapai tujuan bimbingan dan melalui CASTT a Wider net,

  Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com Vol. 3 No. 2, Juni 2015 hlm. 1 - 7

  , yang tidak hanya bisa menjadi sponsor utama berkena sekolah akan tetapi juga berperan lebih dalam me eling sekolah, seperti sebagai tutor, mentor, konsultas ipasi dalam kegiatan sekolah, serta dapat juga suatu ke tercapaian tujuan program; (2) profesi kemanusiaan capai kesuksesan akademik siswa dan juga dapat memp capai kesuksesan akademiknya; (3) kelompok/rukun tet uru BK/konselor untuk mencapai kesuksesan pelaksa yang berkaitan dengan pendidikan, housing, rekreas

  (1) administrator, kolaborasi dengan para administ sekolah. Hubungan antara guru BK/konselor dengan ad an siswa dengan berbagai aktifitas seperti penyediaan ata siswa yang lebih luas, saling berbagi data yang d program BK yang saling melengkapi dan membantu te iptanya kesuksesan; (2) guru lain, kerjasama yang b n manajemen kelas, menciptakan kondisi yang nyaman si program dan perlakuan bagi siswa yang memerlu kerjasama dengan siswa dapat dilakukan dalam bentuk ilitator , peer mediator, peer tutor dan peer supporters. luar sekolah, lebih lanjut Dahir & Stone (2012:397) m manfaatkan oleh guru BK/konselor dalam pelaksanaa

  yang merupakan akronim dari Community, Administra an usaha kerjasama lebih luas yang dapat dilakukan ol trator, siswa, guru dan teknologi untuk membantu siswa idang pribadi sosial, akademik maupun dalam bidang ka alam CASTT tersebut, Dahir & Stone (2012:401) men gan pihak di sekolah dan luar sekolah. Di pihak seko

  

odels oleh Clark dan Bremen, serta Collaborative Cultu

Dollarhide & Saginak, 2012:166-170).

  2013) menjelaskan bahwa prinsip kolaboratif hendakn ifat sukarela, dimana antara komponen kolaboratif hen tidak ada pemaksaan baik dari guru BK/konselor ke or ada kesamaan/keseimbangan, dimana guru BK/konselo kontribusi memiliki nilai/keberartian yang sama dan rsama, dimana tujuan tersebut dirumuskan dan akan dica tua, (4) kolaboratif termasuk di dalamnya berbagi tang wa kegiatan kolaboratif tidak hanya menjadi dominasi ) kolaboratif berbagi akuntabilitas untuk hasil, dimana s ya guru Bk/konselor dan orangtua dalam kegiatan ko giatan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dica rti bahwa antara komponen kolaboratif hendaknya saling si agar kesemuanya memiliki kemampuan yang hamp di kegiatan yang ada dalam mencapai tujuan yang ptimal

  © 2015 Indonesian

  ABORATIF

  Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com Vol. 3 No. 2, Juni 2015 hlm. 1 - 7 ian Institute for Counseling and

  Di lingkungan lua pihak yang dapat dima dengan (1) orangtua, ya pelaksanaan program s bimbingan dan konselin bimbingan, berpartisipa untuk membantu keter dilakukan untuk menca membantu siswa menca dimanfaatkan oleh gur berminat dalam hal ya

  peer helper , peer facilit

  masyarakat, administra prestasi baik dalam bida Lebih lanjut, dala dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan ( kepemimpinan dalam se mengetahui kebutuhan berkenaan dengan data program sekolah dan pr kondusif untuk tercipt membantu penguatan m tangan kasus, promosi remedial; (3) siswa, ker

  Technology merupakan

  Model CASTT ya

  Simcox, Nuijens dan Lee (Doll 1) Model CASST

  Colllaboration Inclusion Mode

  Berbagai bentuk kolabo konseling di sekolah. Dianta

  Friend & Cook (Lee, 20 yakni (1) kolaboratif bersifat kolaboratif secara sukarela, tid (2) kolaboratif didasarkan pad semua individu yang berkon dilaksanakan atas tujuan bersa BK/konselor dengan orangtua penting, hal ini berarti bahwa berbagi tanggung jawab, (5) ko keputusan penting hendaknya jawab akan akuntabilitas kegia berbagai sumber, yang berarti ilmu, memberikan informasi kegiatan kolaboratif menjadi perkembangan siswa yang opti

BENTUK BIMBINGAN KO

ONSELING KOLABORATIF

  Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com Vol. 3 No. 2, Juni 2015 hlm. 1 - 7 Vol. 3 No. 2, Juni 2015 hlm. 1 - 7 Vol. 3 No. 2, Juni 2015 hlm. 1 - 7

  masyarakat yang lebih ih luas. Hal ini juga mengisyaratkan bahwa lingkunga ngan masyarakat disekitar yang mendukung perkemban angan anak akan menjadi modal penting dalam usah saha pencapaian perkembangan optimal anak; (4) perus rusahaan, kerjasama dapat dilakukan dalam usaha pend endidikan dan latihan berkenaan dengan karir. Selain itu itu perusahaan dapat diminta pertolongan untuk menduk ukung secara finansial (sponsor) kegiatan sekolah; (5) pe perguruan tinggi, kerjasama dapat dilakukan dalam ha hal pendidikan dan latihan baik bagi siswa maupun bag agi peningkatan kompetensi guru BK/konselor dalam b bentuk magang, praktikum dan berbagi pengalaman. K . Kegiatan lain yang dapat dilakukan adalah kerjas jasama dalam penelitian untuk mengukur pengaruh pro program yang diterima siswa; (6) alumni, kerjasama d a dapat dilakukan salah satunya dengan mengundang al alumni berbagi pengalaman mereka terhadap berbagai gai karir dan pengalaman hidup yang dijalaninya untuk k dibagi kepada siswa sehingga mereka memiliki pemah ahaman baru berkenaan dengan pekerjaan dan dapat ju t juga memberi dampak pada motivasi belajar siswa wa untuk mencapai kesuksesan akademiknya . . . 2) Collaborative inclusion on model

  Clark dan Bremen en menciptakan model kolaboratif untuk konselor dan an guru yang merepresentasikan berbagai praktik konsult sultasi. Model ini merekomendasikan Enam langkah ink inklusif dalam proses intervensi dimana guru dan konse selor secara bersama merencanakan, mengimplementas tasikan dan mengevaluasi semua intervensi dalam ruang ang kelas dimana semua siswa bisa memperoleh m manfaat. Enam langkah yang direkomendasikan itu a u adalah (a) klien dapat diperoleh dari alihtangan guru ru, administrator, orangtua atau atas inisiatif sendiri o i oleh siswa yang bersangkutan untuk mendapatkan an layanan oleh konselor, (b) indentifikasi masalah de dengan memperoleh dan menggali informasi dari berba rbagai catatan, berbicara dengan mitra seperti guru, oran rangtua dan administrator, (c) merencanakan intervens ensi dalam kelas untuk mencari jawaban atas tujuan yan yang akan dicapai secara bersama, (d) melaksanakan int intervensi dan memodifikasinya sebagai kebutuhan. La Langkah ini juga termasuk di dalamnya infusi melalu lalui tutor/mentor sebaya untuk memberikan dukungan an kepada siswa yang berkelanjutan, (e) mengemban bangkan sebuah rencana untuk membiarkan guru dan n siswa untuk menindaklanjuti kegiatan setelah konse nselor menyelesaikan intervensi dalam ruang kelas. Pad Pada tahap ini termasuk di dalamnya adalah memberik rikan penguatan, sistem umpan balik dan diikuti denga gan panduan-panduan yang memungkinkan, dan (f) eva evaluasi dan monitor intervensi. Konselor dapat melaku kukan pengawasan kepada guru dan siswa secara peri eriodik atau observasi terhadap pelaksanaan intervensi d si dalam ruang kelas. 3) Collaborative Culturally ally Competent Schools

  Model ini dikemb mbangkan oleh Simcox, Nuijens dan Lee dengan m mengemukakan sebuah model kolaboratif yang sensiti sitif secara kultural dan ekologis antara konselor sekola olah dan psikolog sekolah untuk meningkatkan kompete etensi budaya di sekolah. Model ini mengedepankan an hubungan kerjasama antara konselor sekolah dan p psikolog sekolah dalam mengembangkan, melaksanak nakan, dan mengevaluasi segala tindakan pada empat ti t tingkatan utama pelayanan terhadap siswa, orangtua tua dan keluarga, pendidik dan masyarakat. Berikut dis disajikan secara ringkas ke empat tingkatan yang dimak aksud yaitu : (a) Intervensi yang berpusat pada siswa, m , merupakan bentuk intervensi yang dilakukan terhadap dap siswa dengan memfasilitasi siswa untuk sukses da dalam bidang akademik, pribadi-sosial, dan karir m r melalui intervensi individual, kelompok kecil dan kon onsultasi; (b) penguatan keluarga, intervensi pada tingk gkatan ini fokus pada penguatan peran keluarga melalui lui berbagai penyajian topik dan forum pertemuan ter termasuk dalamnya topik yang berkenaan dengan kurik rikulum sekolah, asesmen dan penempatan, hubungan n antara guru dan orangtua dan pendidikan administras rasi; (c) konsultasi kolegial, tingkatan ini bertujuan un untuk menciptakan kesempatan pengembangan profesio sional bagi staf pendidik dan profesional dengan cara ara mempromosikan sensitivitas budaya, respon dan ko kompetensi sekolah. Workshop dan seminar dapat d t dilakukan untuk menciptakan kompetesi dalam prak aktik dan strategi pendidikan; (d) pemanfaatan sum umber komunitas, sekolah dan masyarakat dapat beker kerjasama untuk mencapai kesuksesan sekolah pada kh khususnya dan pendidikan pada umumnya. Kolaborasi si pada tingkatan ini dapat berupa peningkatan kes kesadaran masyarakat terhadap program sekolah dan p pendidikan serta dapat juga secara bersama mengem embangkan program pendidikan berbasis kemasyarakata atan.

  © 2015 Indonesian ian Institute for Counseling and

  Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com Vol. 3 No. 2, Juni 2015 hlm. 1 - 7 Vol. 3 No. 2, Juni 2015 hlm. 1 - 7 Vol. 3 No. 2, Juni 2015 hlm. 1 - 7

SIMPULAN DAN SARAN

  Pembahasan di atas me menunjukkan pentingnya pelaksanaan kolaboratif den dengan berbagai pihak sebagai salahsatu kerangka acuan pela elaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah. Bebera erapa model yang dikemukakan oleh para ahli menunjukkan b bahwa kolaboratif sebagai usaha bersama yang dilaku kukan antara guru BK/konselor dan orang lain yang hendak aknya mampu diimplementasikan dengan menerapk pkan fungsi-fungsi manajemen program bimbingan kolabora ratif. Hal ini dikemukakan oleh Gysbers & Hender derson (dalam Dahir & Stone, 2012:303) yang menyatakan an perlu adanya perencanaan (planning), perancang ngan (designing), pelaksanaan

  

(implementing), dan evaluasi si (evaluating) secara bersama dengan berbagai pihak ak dalam penyusunan program

bersama bimbingan sehingga t a tujuan yang telah dirumuskan secara bersama dapat di dicapai secara sukses dan tepat.

  Selain dalam manajemen prog rogram, guru BK/konselor dapat memberikan layanan an langsung ke komponen yang diajak untuk melakukan kegi egiatan kolaboratif, yang nantinya diharapkan berpen pengaruh terhadap pelaksanaan program secara keseluruhan ya yang telah direncanakan, yang pada akhirnya berdampa pak pada siswa. Bentuk layanan langsung yang dapat diberika ikan oleh guru BK/konselor adalah dengan konselin ling individual, bimbingan dan konseling kelompok, konsulta ultasi dan kegiatan-kegiatan lain seperti workshop be berkenaan dengan topik yang mendukung pelaksanaan progr ogram, dan bentuk kegiatan lainnya. Untuk itu, guru BK/ BK/konselor dapat mengundang berbagai pihak tersebut (orang angtua dan lainnya) ke sekolah untuk membicarakan l n lebih lanjut program bersama dalam usaha mencapai perkem embangan siswa. Program yang dimaksud adalah prog ogram kolaboratif yang disusun berdasarkan kebutuhan siswa, wa, orangtua dan guru, dilaksanakan secara bersama sesu suai dengan peran dan tanggung jawab masing-masing kompon onen serta dilaksanakan secara aktif, sukarela dan penuh uh pertanggungjawaban.

DAFTAR RUJUKAN

  Bertolino, B. & O’Hanlon, W.H. .H. (2002). Collaborative, competency-based counselin eling and therapy. Boston: Allyn and Bacon. Dahir, C. A., & Stone, C.B. (2 (2012). The transformed school counselor. USA: Brook oks/Cole Cencage Learning Depdiknas. (2008). Penataan p n pendidikan profesional konselor dan layanan bimbing ingan dan konseling dalam jalur

  pendidikan formal l . Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas. . J

  Dollarhide, C. T. & Saginak, k, K. A. (2012). Comprehensive school counseling pro programs. New Jersey: Pearson Education Inc. Frans & Bursuck W. (1996). In . Including student with special needs. Boston Gladding, S. T. (2012). Konse nseling profesi yang menyeluruh ( Alih Bahasa P.M. W . Winarno dan Lilian Yuwono).

  Jakarta: Indeks. Grothaus, T., & Cole, R. (201 012). Meeting the challenges together: school counselo elor collaborating with students and families with low low income. Old Dominion University.

  Keys, S.G., dkk. (1998). Colla ollaborative consultant: A new role for counselors serv rving at-risk youths. Journal of Counseling and Deve Development, 76 (2), hlm. 123-133. Lee, H. (2012). Collaboration tion: a must for teachers in inclusive educational se settings [Online]. Tersedia di: http://education.shu.e u.edu/pt3grant/ lee/collaboration.html Di akses 19 Mei 2 ei 2013. Lusky, M.B., & Hayes, R.L. ( . (2001). Collaborative consultation and program evalu aluation. Journal of Counseling

  and Development , 79 79 (1), hlm. 26-38.

  Memmott, J. (1998). Collabor orative practice in family therapy. Journal of Marital ital and Family Therapy, 24 (3), hlm. 393-396. Phillippo, K., & Stone, S. (200 006). School-based collaborative teams: an explorator tory study of tasks and activities.

  Children & Schools J ls Journal, 28 (4), hlm. 229-235.

  © 2015 Indonesian ian Institute for Counseling and

  Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com Vol. 3 No. 2, Juni 2015 hlm. 1 - 7 Vol. 3 No. 2, Juni 2015 hlm. 1 - 7 Vol. 3 No. 2, Juni 2015 hlm. 1 - 7 Schmidt, J.J. (2003). Counseli seling in schools, essential services and comprehensiv sive programs (Fourth edition).

  USA: Pearson Educa ucation Inc. Tang, M. (2010). Assesing an and changing school culture. Dalam B.T. Erford (Pen Penyunting), Profesional school counseling, a handbo dbook of theories, program & practices (hlm 387-398). T ). Texas: Pro Ed.

  Tersedia di: http://bebex-cuex. x.blogspot.com, peranan orangtua terhadap pendidikan a n anak. Diakses 26 Mei 2013 Tersedia di: http://kompasiana. na.com, isu-isu pendidikan. Di akses 17 Januari 2013 Young, A.A., dkk. (2013). En Enhancing school counselor instructional leadership th through collaborative teaming: implications for prin rincipals. NASSP Buletin, XX (X), hlm. 1-17.

  © 2015 Indonesian ian Institute for Counseling and