Stress Akibat Tuntutan Pekerjaan dan Car

Stress Akibat Tuntutan Pekerjaan dan Cara Mengatasinya (Studi
Kasus: Profesi Polisi)
19 May 2018 Universitas Pembangunan Jaya

Beberapa waktu lalu terjadi kasus terorisme di mana polisi menjadi sorotan masyarakat.
Menjadi anggota kepolisian memiliki tugas dengan resiko bahaya yang tinggi dan juga
beban serta tuntutan yang tinggi pula.
Pekerjaan sebagai seorang polisi merupakan pekerjaan yang mencakup banyak aspek
yang sulit, berbahaya dan stressfull. Mereka memiliki tugas untuk menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat. Hal tersebut merupakan bukan sesuatu hal yang mudah mengingat
jumlah penduduk yang bertambah dan dan maraknya tindak kriminal dan terorisme yang
terjadi. Dalam kondisi demikian polisi harus menyelesaikan dan menindak pelaku-pelaku
yang melakukan tindak kriminal tersebut.

Sumber : Infonawacita.com
Ancaman untuk pekerjaan seorang polisi sangat tinggi. Selain tingkat ancaman serta resiko
yang tinggi, POLRI adalah satu-satunya unsur birokrasi di negeri ini yang bekerja 24 jam
sehari dan tujuh hari dalam seminggu tanpa mengenal hari libur maupun cuaca .
Melihat tugas-tugas yang harus mereka lakukan beserta ancaman-ancaman yang akan
mereka dapatkan, hal tersebut dapat menimbulkan stres bagi anggota polisi. Dalam teori
psikologi didefinisikan bahwa stres kerja merupakan kondisi ketegangan yang

menciptakan ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses
berpikir, dan kondisi individu.

Stres kerja banyak terjadi pada individu dengan latar belakang di bidang pelayanan, yaitu
orang-orang yang bekerja pada bidang pelayanan kemanusiaan dan berkaitan erat dengan
masyarakat. Anggota kepolisian merupakan salah satu pekerjaan yang bergerak di bidang
pelayanan masyarakat.
Stres kerja yang dialami oleh anggota kepolisian ini akan mempengaruhi kinerjanya. Jika,
seorang polisi mengalami stres kerja, maka kinerjanya akan menurun. Di samping itu ada
dampak yang sangat serius di mana stress kerja dapat berakibat fatal untuk dirinya sendiri
maupun keluarganya. Ini dapat mengancam keselamatan anggota polisi itu sendiri maupun
keluarga mereka.
Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengemukakan bahwa
fenomena anggota kepolisian yang mengalami stres dan berakibat penyalahgunaan senjata
api adalah akibat tekanan berat dalam pekerjaan. Terlihat dari, banyaknya kasus di
Indonesia mengenai anggota kepolisian yang melakukan tindak kekerasan terhadap
keluarganya sendiri. Contohnya adalah kasus tahun 2016 yang dikutip Kompas di mana
anggota Brimob (Brigade Mobil) Polda Metro Jaya, Brigadir ACK yang menembak mati
istrinya lalu berusaha melakukan bunuh diri dengan menembak dirinya sendiri. Dampak
negatif lainnya mempengaruhi kesehatan fisik seperti meningkatkan tekanan darah,

merusak jaringan otot, diabetes, dan penurunan sistem kekebalan tubuh.
Melihat fatalnya dampak dari stress yang dialami oleh anggota kepolisian di atas, berikut ini
hal-hal yang dapat mengurangi stres pekerjaan.
1. Berolahraga tidak hanya membuat tubuh kuat dan tahan terhadap efek stress, tetapi
juga mengurangi level stres. Olahraga yang dapat dilakukan yaitu berjalan kaki,
berenang, atau berlari.
2. Mendapatkan dukungan sosial. Memiliki seseorang yang dapat diajak bicara dan
bertukar pikiran dapat membantu untuk mengurangi stres. Seseorang yang dapat
diajak bicara bisa dari keluarga atau teman. Patut diingat bahwa kesehatan kita tidak
hanya pada apa yang terjadi di dalam tubuh dan pikiran kita, tetapi tergantung pada
apa yang terjadi di dalam hubungan kita dengan orang lain.
3. Memanfaatkan humor. Candaan yang menimbulkan gelak tawa memang terdengar
sepele, akan tetapi dengan tertawa dapat mengurangi level stres yang dialami individu.
Tahukah Anda bahwa ada beberapa fakta menarik mengenai candaan yang dapat
mengurangi stres. Pertama, candaan dapat membantu memandang situasi yang
berbeda. Kedua, dengan mendengar candaan, kita dapat menenangkan emosi yang
timbul akibat tekanan stres. Jika kita dapat menurunkan emosi akibat tekanan, ini akan
membantu kita untuk berpikir rasional. Menarik bukan?
Tim Penulis:
Sheila Salihatunnisa (Mahasiswa) dan Gita Widya Laksmini Soerjoatmodjo (Dosen)

Program Studi Psikologi Fakultas Humaniora dan Bisnis Universitas Pembangunan Jaya
Referensi
1. Aamodt, M.G. (2010). Industrial/Organizational Psychology. 6th Belmont: Wadsworth
Cengage Learning.

2. Arisona, A.A. (2015). Perbedaan Tingkat Stres kerja antara Anggota Polri Fungsi
Reserse dengan Satlantas di Salatiga. Diakses pada tanggal 15 Maret 2017 dari
http://uksw.edu/bitstream/123456789/8720/2/T1_802008607_Full%20text.pdf
3. Carlson, N.R. (2010). Physiology of Behavior. 10th Boston: Pearson International
Edition.
4. Jum’ati, N., & Wuswa, H. (2013). Stres Kerja (Occupational Stres) yang Mempengaruhi
Kinerja Individu pada Dinas Kesehatan Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan (P2P-PL) di Kabupaten Bangkalan. Jurnal NeO-Bis, Vol:
7, No:2. Diakses pada tanggal 27 Februari 2018
dari http://download.portalgaruda.org/article.php?article=329637&val=7695&title=STR
ES%20KERJA%20(OCCUPATIONAL%20STRES)%20YANG%20MEMPENGARUHI%
20KINERJA%20INDIVIDU%20PADA%20DINAS%20KESEHATAN%20BIDANG%20PE
NCEGAHAN%20PEMBERANTASAN%20PENYAKIT%20DAN%20PENYEHATAN%20
LINGKUNGAN%20(P2P-PL)%20%20DI%20KABUPATEN%20BANGKALAN
5. Nugrahini, L. (2014). Hubungan antara Beban Kerja dengan Stres Kerja pada Anggota

Polisi di Polresta Surakarta. Diakses pada tanggal 27 Februari 2018
dari http://eprints.ums.ac.id/37720/2/04%20BAB%20%20I.pdf
6. Wade, C., & Tavris, C. (2007). Psikologi. 9th Ed. Jakarta: Erlangga.