Fungsi DPD memiliki fungsi dan

Fungsi
DPD memiliki fungsi:


Pengajuan usul, ikut dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan yang berkaitan
dengan bidang legislasi tertentu



Pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang tertentu. Anggota DPD dari setiap
provinsi adalah 4 orang. Dengan demikian jumlah anggota DPD saat ini adalah seharusnya
136 orang. Masa jabatan anggota DPD adalah 5 tahun, dan berakhir bersamaan pada saat
anggota DPD yang baru mengucapkan sumpah/janji.

Sejarah
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) lahir pada tanggal 1 Oktober 2004, ketika 128 anggota DPD
yang terpilih untuk pertama kalinya dilantik dan diambil sumpahnya. Pada awal
pembentukannya, masih banyak tantangan yang dihadapi oleh DPD. Tantangan tersebut mulai
dari wewenangnya yang dianggap jauh dari memadai untuk menjadi kamar kedua yang efektif
dalam sebuah parlemen bikameral, sampai dengan persoalan kelembagaannya yang juga jauh
dari memadai. Tantangan-tantangan tersebut timbul terutama karena tidak banyak

dukungan politik yang diberikan kepada lembaga baru ini.[1]
Keberadaan lembaga seperti DPD, yang mewakili daerah di parlemen nasional, sesungguhnya
sudah terpikirkan dan dapat dilacak sejak sebelum masa kemerdekaan. Gagsan tersebut
dikemukakan oleh Moh. Yamin dalam rapat perumusan UUD 1945 oleh Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).[1]
Gagasan-gagasan akan pentingnya keberadaan perwakilan daerah di parlemen, pada awalnya
diakomodasi dalam konstitusi pertama Indonesia, UUD 1945, dengan konsep “utusan daerah” di
dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), yang bersanding dengan “utusan golongan” dan
anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Hal tersebut diatur dalam Pasal 2 UUD 1945, yang
menyatakan bahwa “MPR terdiri atas anggota DPR ditambah dengan utusan-utusan dari
daerah-daerah dan golongan-golongan, menurut aturan yang ditetapkan dengan undangundang.” Pengaturan yang longgar dalam UUD 1945 tersebut kemudian diatur lebih lanjut dalam
berbagai peraturan perundang-undangan.[1]
Dalam periode konstitusi berikutnya, UUD Republik Indonesia Serikat (RIS), gagasan tersebut
diwujudkan dalam bentuk Senat Republik Indonesia Serikat yang mewakili negara bagian dan
bekerja bersisian dengan DPR-RIS.[1]

Alat kelengkapan

Alat kelengkapan DPD terdiri atas: Pimpinan, Komite, Badan Kehormatan dan Panitia-panitia lain
yang diperlukan.


Pimpinan
Pimpinan DPD terdiri atas seorang ketua dan dua wakil ketua. Selain bertugas memimpin
sidang, pimpinan DPD juga sebagai juru bicara DPD. Ketua DPD periode 2009–2014
adalah Irman Gusman.
Pimpinan DPD periode 2009–2014 adalah:


Ketua: Irman Gusman (Sumatera Barat)



Wakil Ketua: Gusti Kanjeng Ratu Hemas (DI Yogyakarta)



Wakil Ketua: La Ode Ida (Sulawesi Tenggara)

Sekretariat Jenderal
Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas DPD, dibentuk Sekretariat Jenderal DPD yang

ditetapkan dengan Keputusan Presiden, dan personelnya terdiri atas Pegawai Negeri Sipil.
Sekretariat Jenderal DPD dipimpin seorang Sekretaris Jenderal yang diangkat dan diberhentikan
dengan Keputusan Presiden atas usul Pimpinan DPD.

Komite
Berikut ini adalah daftar komite DPD beserta jajaran pimpinannya untuk periode 2010-2011: [2] *
Komite I DPD membidangi otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, serta antardaerah,
pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah; pemukiman dan kependudukan,
pertanahan, dan tata ruang, serta politik, hukum dan hak asasi manusia (HAM). ** Ketua Komite
I: Dani Anwar (DKI Jakarta) ** Wakil Ketua: Eni Khairani (Bengkulu) danFerry FX
Tinggogoy (Sulawesi Utara) * Komite II DPD membidangi pertanian dan perkebunan,
perhubungan, kelautan dan perikanan, energi dan sumber daya mineral, kehutanan dan
lingkungan hidup, pemberdayaan ekonomi kerakyatan dan daerah tertinggal, perindustrian dan
perdagangan; penanaman modal dan pekerjaan umum. ** Ketua Komite II: Bambang Susilo

Kepanitiaan
Berikut ini adalah daftar kepanitiaan DPD beserta jajaran pimpinannya untuk periode 2010-2011:
[2]

* Panitia Perancang Undang-Undang (PPUU) ** Ketua: I Wayan Sudirta (Bali) ** Wakil


Ketua: Muhammad Syukur (Jambi) dan Amang Syafrudin (Jawa Barat) * Panitia Urusan Rumah
Tangga (PURT) ** Ketua: Zulbahri M. (Kepulauan Riau) ** Wakil Ketua: Gusti Kanjeng Ratu Ayu
Koess Indriyah (Jawa Tengah) dan Baiq Diyah Ratu Ganefi (Nusa Tenggara Barat) * Kepanitiaan
lainnya antara lain Panitia Akuntabilitas Publik (PAP) DPD, Panitia Hubungan Antar-Lembaga
(PHAL) DPD dan Kelompok DPD di MPR.

Kekebalan hukum

Anggota DPD tidak dapat dituntut di hadapan pengadilan karena pernyataan,
pertanyaan/pendapat yang dikemukakan secara lisan ataupun tertulis dalam rapat-rapat DPD,
sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Tata Tertib dan kode etik masing-masing
lembaga. Ketentuan tersebut tidak berlaku jika anggota yang bersangkutan mengumumkan
materi yang telah disepakati dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan atau hal-hal mengenai
pengumuman rahasia negara.