Uji Teratogenisitas Ekstrak Kulit Batang Karas (Aquilaria malacensis) Pada Ffetus Mencit (Mus musculus)

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Semirata 2013 FMIPA Unila

  

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian ekstrak kulit batang

  (Fusarium sp)

  proses infeksi jamur

  (Aquilaria malaccensis). Pohon ini oleh

  Keanekaragaman hayati alam Indonesia yang luar biasa sebagian merupakan kekayaan yang unik dan eksotik, sebagai contoh tanaman gaharu. Gaharu adalah sejenis kayu yang memiliki kadar damar wangi (aromatic resin) yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu

  produk bio-perspektif yang telah beredar di masyarakat, mulai dari pedagang kaki lima sampai di supermarket.

  tradisional, kosmetika, makanan atau minuman tambahan (food and drink suplement) merupakan contoh berbagai

  diperkirakan hampir 80% umat manusia, menggantungkan dirinya pada tumbuh- tumbuhan sebagai bahan obat dalam memelihara kesehatannya (Choirul, 2003). Obat

  industri jamu baru sekitar 250 jenis (Priadi, 2004). Menurut World Healthy Organization (WHO),

  Indonesia sebagai negara tropis mempunyai kekayaan alam megabiodiversity berupa keanekaragaman hayati yang tersebar hampir di seluruh wilayah. Indonesia sangat kaya akan berbagai jenis tumbuhan, tumbuhan tersebut mempunyai potensi yang besar dan telah dimanfaatkan dalam berbagai aspek kehidupan, antara lain sebagai bahan sandang, pangan, papan, kosmetika, dan pewarna (Praptiwi dkk, 2002). Sebanyak 940 jenis tumbuhan telah diketahui mempunyai khasiat obat, dari jumlah tersebut yang sudah dimanfaatkan dalam

  Kata Kunci: Aquilaria malaccensis, Teratogenisitas, Mus musculus, laju osifikasi PENDAHULUAN

  karas (Aquilaria malaccensis) terhadap timbulnya cacat lahir pada fetus mencit. Kulit batang A. malaccensis diekstrak menggunakan etanol dengan tata kerja yang telah baku. Dosis tunggal ektrak 1,0 g/kg berat badan (bb) diberikan secara gavage pada umur kebuntingan (uk) 6 dan 11 hari. Sementara hewan kontrol hanya pendapat pelarut dengan cara yang sama. Pada uk 18 hari baik induk mencit kontrol maupun perlakuan dibunuh dengan dislokasi leher, disesar, dan dilakukan pengamatan terhadap fetus yang dihasilkan. Fetus difiksasi dan kemudian diwarna menggunakan Alizarin Red S untuk menentukan laju osifikasi panjang dan luas tulang femur dan humerus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak A. malaccensis dengan dosis 1,0 g/kg bb hanya menimbulkan cacat 3 fetus dari 83 fetus yang diamati (3,6%). Pemberian dosis ekstrak 1,0 g/kg bb pada uk 6 hari cendrung meningkatkan indeks laju osifikasi panjang dan luas tulang humerus dan femur, sebaliknya pada uk 12 hari cenderung menurunkan indeks laju osifikasi panjang dan luas tulang humerus dan femur dibanding dengan kontrol. Ekstrak kulit batang A. malaccensis tergolong teratogenik rendah bagi fetus mencit.

  3 Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Bengkulu.

  Uji Teratogenisitas Ekstrak Kulit Batang Karas ( Aquilaria malacensis) Pada

  2 Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Bengkulu.

  1 Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Bengkulu.

  '

  2

  , dan Aceng Ruyani

  3

  , Agus Sundaryono

  2

  , Fitria Lestari

  1

  Sipriyadi

  

Ffetus Mencit (Mus musculus)

  menghasilkan resin beraroma harum, yang dikenal orang sebagai damar wangi, karena aromanya yang khas, digunakan untuk berbagai keperluan seperti parfum, pewangi ruangan, hio (pelengkap sembahyang pemeluk agama Kong Hu Cu) dan obat, yaitu memiliki khasiat anti asmatik, stimultan kerja saraf dan pencernaan, penghilang rasa sakit,

  

Sipriyadi , dkk: Uji Teratogenisitas Ekstrak Kulit Batang Karas ( Aquilaria malacensis)

Pada Ffetus Mencit (Mus musculus)

  Kulit batang karas (A. malaccensis) didatangkan dari hutan sekitar Desa Tanjung Alam Kecamatan Kedurang hulu, Kabupaten Bengkulu Selatan. Kulit

  Pewarnaan tulang fetus dilakukan melalui enam tahap, yaitu: 1) Embrio berumur 10 hari difiksasi dengan alkohol 96% selama ± 2 hari, 2) rendam dalam KOH 1% sampai transparan selama ± 20 menit, 3) tulang diwarnai dengan menggunakan Alizarin Red dalam KOH 1% selama ± 8 jam, 4). Kemudian direndam lagi dalam KOH 1% selama ± 30 menit, 5) penjernihan bertingkat KOH:gliserin yaitu 3:1. 1:1, dan 1:3, 6) terakhir disimpan dalam gliserin agar tulang menjadi awet (Ruyani dkk., 1991; 2011).

  Pewarnaan Tulang

  pada mencit adalah 1,0 g/kg bb. Atas dasar tersebut dosis kerja pada penelitian ini ditetapkan 1,0 g/kg bb.

   A. malaccensis

  Menurut Hayati dalam Sandi (2007), ekstrak steroid efektif yang digunakan untuk mencit (Mus musculus) adalah 1,0 g/kg berat badan (bb). Hasil penelitian Ruyani dan Sundaryono (2008) menunjukkan bahwa dosis efektif ekstrak

  Dosis kerja

  Mencit (Mus musculus) betina dan jantan di pelihara di Kebun Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu. Kandang mencit dibuat dari nampan plastik yang diberi sekam padi sebagai alas dan ditutup dengan ram kawat. Pakan dan air minum diberikan secara ad libitum (Ruyani dkk., 2011).

  Hewan uji Mus musculus

  ini diekstraks menggunakan etanol dengan tata cara yang telah baku (Ruyani dan Sundaryono, 2008).

  A.malaccensis

  METODE PENELITIAN Penyediaan Sampel Kulit Batang

  322| Semirata 2013 FMIPA Unila

  Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dipandang perlu dilakukan penelitian tentang uji teratogenisitas ekstrak A. malaccensis pada embrio mencit.

  terhadap tumbuhan rambat yang beracun, dan serangan asma akut. Kebanyakan penderita harus menggunakan steroid secara teratur untuk mengontrol penyakitnya. Tapi walaupun steroid membantu mengontrol penyakit, obat ini juga memiliki efek lain terhadap tubuh, khususnya tulang karena dapat mengurangi masa tulang. Dan jika dipakai dalam waktu jangka panjang dapat menyebabkan pengeroposan tulang (Lane, 2001). Selain itu juga dapat menyebabkan berat badan menjadi naik.

  anaphylaxis (reaksi alergi akut), reaksi kulit

  sistem kekebalan. Steroid merupakan obat terbaik yang dimiliki sekarang untuk membalikkan reaksi peradangan akut seperti

  immunosuppressive, yaitu, mengurangi fungsi

  Steroid sering digunakan untuk menyembuhkan beberapa penyakit peradangan tanpa infeksi, termasuk penyakit kronis seperti asma, rheumatoid arthritis, sakit radang perut, multiple sclerosis, dan sakit kulit seperti dermatitis kronis. Steroid merupakan obat anti peradangan yang manjur. Dalam dosis yang tinggi juga bersifat

  suplement kebugaran dan zat aprhiodisiac.

  menunjukkan bahwa senyawa itu memiliki potensi untuk kemudian digunakan sebagai

  musculus, dan kenyataan tersebut

  Setelah dilakukan uji pendahuluan kulit batang A. malaccensis ternyata mengandung senyawa metabolit sekunder golongan steroid. Hasil penelitian Ruyani dan Sudaryono (2008) menunjukkan bahwa rendeman steroid dalam kulit A. malaccensis sebesar 0,65 % serta pemberian dosis 1,0 g/kg berat badan (bb) ekstrak secara oral adalah dosis efektif yang nyata mampu meningkatkan kebugaran, aktifitas seksual, kualitas sperma serta fungsi fisiologis Mus

  anti kanker, zat aphriodisiac (perangsang seks) dan obat tumor paru- paru.Budidaya pohon A.malaccensis (Karas) juga banyak diminati oleh masyarakat Propinsi Bengkulu, hal ini dibuktikan dengan banyaknya bibit pohon tersebut yang dikembangkan di Tahura dan beberapa tempat lainnya di daerah itu.

  Pengukuran panjang dan diameter tulang

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

  Humerus dan femur diambil dari tulang tulang humerus dan tulang femur. Dua jenis fetus yang telah diwarnai, dan kemudian ini dipilih sebagai wakil dari rangka sayap diukur panjang dan luas bagian yang dan rangka kaki. Panjang tulang dan panjang menulang. bagian yang menulang masing-masing menggambarkan proses kondrifikasi dan

  HASIL DAN PEMBAHASAN osifikasi yang terjadi. Laju osifikasi pada

  tulang yang bersangkutan tercermin dari Pada Tabel 1, 2, 3, dan 4 disajikan hasil indeks panjang bagian yang menulang. pengukuran dari dua tulang panjang, yaitu Tabel 1. Pertumbuhan Panjang dan Luas Penampang Tulang Embrio Mencit (Mus musculus)

  Setelah Diberi Perlakuan Ekstrak Kulit Batang Karas (A. Malaccensis) pada uk 6 dan uk 11 hari.

  Tabel 2. Pertumbuhan Panjang dan Luas Penampang Tulang Humerus Mencit (Mus musculus) Setelah diberi Perlakuan Ekstrak Kulit Batang Karas (A. Malaccensis) pada uk 6 dan uk 11 hari.

  Pada embrio uk 6 hari, berdasarkan hasil tahap ini belum mencapai tahap optimum.

  analisis statistik luas penampang bagian yang Indeks panjang dan luas penampang bagian menulang tulang femur dan humerus yang menulang tulang femur dan humerus signifikan atau menunjukkan perbedaan yang fetus mencit pada uk-6 hari dapat dilihat pada nyata yaitu mempercepat laju osifikasi. Gambar 1. Demikian juga halnya pada panjang bagian yang menulang tulang humerus menunjukkan perbedaan yang nyata atau signifikan. Hal ini menimbulkan asumsi bahwa steroid sudah dapat mempengaruhi luas penampang bagian yang menulang tulang femur dan humerus maupun panjang bagian yang menulang pada tulang humerus fetus mencit. Diduga embrio pada tahap ini rentan terhadap zat teratogen sehingga dapat menghambat pertumbuhan embrio. Selain itu, pertumbuhan osifikasi tulang dan femur dan humerus pada embrio

  Semirata 2013 FMIPA Unila

  

Sipriyadi , dkk: Uji Teratogenisitas Ekstrak Kulit Batang Karas ( Aquilaria malacensis)

Pada Ffetus Mencit (Mus musculus)

  Gambar 1. Indeks panjang dan luas penampang Gambar 2. Indeks Panjang Dan Luas bagian yang menulang tulang femur dan Penampang Bagian Yang Menulang humerus fetus mencit pada uk-6 hari. Tulang Femur Dan Humerus Fetus

  Steroid berpengaruh nyata terhadap Mencit Pada Uk-11 Hari panjang bagian yang menulang tulang femur.

  KESIMPULAN

  Hal ini dilihat dari adanya fetus yang cacat yaitu tulang belakang ada yang membengkak Ekstrak A. malaccensis dengan dosis 1,0 pada P1 (1,0 g /kg bb). Kelainan yang g/kg bb hanya menimbulkan cacat 3 fetus dari ditemukan ini diduga karena steroid 83 fetus yang diamati (3,6%). Pemberian

  mengalami kontak langsung dengan

  dosis ekstrak 1,0 g/kg bb pada uk 6 hari

  jaringan fetus. Hal ini dilakukan oleh

  cendrung meningkatkan indeks laju osifikasi

  pernyataan Sumarmin (1999) bahwa

  panjang dan luas tulang humerus dan femur,

  senyawa yang berat molekulnya kurang dari

  sedangkan pada uk 12 hari cenderung

  600 Dalton akan dapat melewati barrier

  menurunkan indeks laju osifikasi panjang dan

  plasenta sehingga akan mengalami kontak

  luas tulang humerus dan femur dibanding dengan jaringan fetus. Steroid yang memiliki dengan kontrol. berat molekul 414 Dalton sangat besar kemungkinannya dapat melewati plasenta

UCAPAN TERIMA KASIH

  sehingga menghambat pembelahan sel embrio Penelitian ini dibiayai oleh Hibah

  Pemberian steroid karas sebanyak 1,0 g/kg Unggulan Universitas Bengkulu tahun 2009, bb hari tampak

  pada embrio uk-11

  untuk itu kami sangat berterimakasih atas berpengaruh nyata terhadap indeks panjang dukungan dana tersebut. tulang femur dan humerus. Perlakuan dengan dosis setara tersebut cenderung menunjukkan

DAFTAR PUSTAKA

  perbedaan yang nyata atau signifikan yaitu memperlambat laju osifikasi. Diduga embrio K. Ardiyanti. (2009). Pembelajaran Super pada tahap ini rentan terhadap zat teratogen

  Brain Terhadap Ketuntasan Belajar

  sehingga dapat menghambat pertumbuhan

  Matematika Siswa Kelas

  VIIISMP

  embrio. Selain itu, pertumbuhan osifikasi Negeri 1 UDANAWU Kabupaten Blitar. tulang dan femur dan humerus pada embrio tahap ini belum mencapai tahap optimum.

  A. Boer. (1990). Osteologi Umum. Padang : Hal ini diperkuat oleh pernyataan Lu (1995) Penerbit Angkasa Raya. Hal. 20-22 bahwa sebagian besar embrio tikus mulai

  Djojosoebagio. S. (1990). Fisiologi Kelenjar rentan pada hari ke-8 dan berakhir pada hari

  Endokrin Vol 1. Bogor: IPB

  ke-12 kehamilan. Indeks panjang dan luas penampang bagian yang menulang tulang C. Frank and Lu. (1994). Toksikologi Dasar.

  Edisi Kedua. Jakarta: Universitas femur dan humerus fetus mencit pada uk-11 Indonesia Press hari dapat dilihat pada Gambar 2.

  Hasan, I. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik.

  Jakarta: Bumi Aksara L. C. Junqueira, and J. Carneiro. (2007).

  Histologi Dasar. Jakarta : EGC Karyadi, B, [7]. Mutmainnah, D, Dadang, S.

   Pembuatan Sediaan Perkembangan 1995. Susunan Rangka Embrio Ayam (Gallus gallus) dengan teknik Alizarin Red-S dan Alician Blue. Universitas Bengkulu

  324| Semirata 2013 FMIPA Unila

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Semirata 2013 FMIPA Unila

  F. Sandi. (2007). Isolasi Senyawa Steroid

  (1991). Pengaruh seng sulfat terhadap perkembangan tulang femur embrio ayam (Gallus gallus) galur Tegel TM 70.

  Proceedings ITB, 24, 1-13.

  A. Ruyani, S. Sudarwati, L.A. Sutasurya, S.H. Sumarsono, D. J. Kim, and J.H.

  Chung. (2005). A teratoproteomics analysis: Heat shock protein 70 is up- regulated in mouse

  forelimb bud by methoxyacetic acid treatment.

   Birth Defects Research A Clinical and Molecular Teratology, vol. 73 (7), 517-21.

  dari Akar Gaharu (A. malaccensis) Serta Uji Aktivitasnya Terhadap Berbagai Anti Depresi pada Mencit (Mus musculus)

  (2004). Penggunaan teknik proteomik dalam penelitian bidang ilmu dasar dan terapan. Medika, 30, 179-184.

  Jantan. Bengkulu: UNIB Standar Nasional Indonesia SNI 01-5009.1-1999 Y. Sumarna. (2009).

   Budidaya Gaharu.

  Jakarta : Penebar Swadaya Y. Sumarna. (2009).

  Gaharu Budidaya dan Rekayasa Produksi.

  Jakarta : Penebar Swadaya Syamsurizal. (1997).

  Pengaruh Penceko-kan Ekstrak Tristania sumartana Miq (Kayu Kasai) Terhadap Fertilitas Mencit Betina Mus musculus Galur Swiss Webster.

  Jakarta: UI W. Yatim. (1990). Reproduksi dan

  A. Ruyani, S. Sudarwati, dan L. Sutasurya.

  A. Ruyani, Muktiningsih, dan A. Barlian.

  E. N. Lane. (2001). Lebih Lengkap tentang:

  Tikus. Jakarta: Penebar Swadaya M. Rumanta. (1994).

  Osteoporosis. Jakarta: PT Raja Grafindo

  Persada Nalbandov, A.V. 1990. Fisiologi

  reproduksi pada mamalia dan unggas

  (Penerjemah : Sunarya Keman). Jakarta: Universitas Indonesia Press

  D. Oller. (2001). Chemical Analysis on Aloeswood. desc. htm

  Priyambodo. (1995). Pengendalian Hama

   Pengaruh asam metoksiasetat terhadap organ reproduksi dan fertilitas mencit Albino (Mus musculus) Swiss Webster Jantan.

  9, 596-603.

  Bandung: ITB A. Ruyani and Sundaryono. (2008).

   Usulan Unggulan UNIB. Pengembangan Akar Gaharu (Aquilaria malaccensis) sebagai Aphriodisic (Perangsang Seks) dan Daun "Teh Gaharu " sebagai Antimalaria di Provinsi Bengkulu. Tidak dipublikasikan

  A. Ruyani B. Karyadi, A. Kadir, D. Fitri, R.Y. Tanjung, and Puspa Y. 2011.

  Alteration

  of Ossification Rate on Fetal Humerus and Femur Swiss Webster Mice

   (Mus muculus)

  as the Teratogenic Effects of Gadung (Dioscorea hispida Dennst), Medika, Tahun ke XXXVII, No.

  Embryologi. Bandung: Penerbit TARSITO