PENYADARAN dan PEMBEBASAN Perkenalan sin

PENYADARAN dan PEMBEBASAN

Perkenalan singkat dengan Filsafat Pendidikan

Paulo Freire
Oleh:
Abdul Mufallah

Owner PT. Indokarya Solusi Madani
PENDAHULUAN
Para ahli ilmu sosial terutama pendidik, akhir-akhir ini banyak
mengutip atau membicarakan buah pikiran Paulo Freire. Bukunya
Pendidikan Kaum Tertindas dan Gerakan Kebudayaan Untuk
Kemerdekaan, diterbitkan terjemahannya dalam bahasa Indonesia.
Tulisan di bawah ini disusun berdasar kedua buku tersebut.
Kekuatan yang menjadi daya tarik utama dari Paulo Freire adalah
kejujurannya menyatakan tanpa tedeng aling-aling, kondisi
kemanusiaan kita saat ini yang sudah sedemikian rapuhnya. “Orang
bersikap tidak manusiawi terhadap sesama manusia”. Freire telah
lahir dan tampil dengan suara lantang menyatakan sikap terhadap
kenyataan sosial tersebut. Gaya gamblang ini umumnya memang

menarik.
MANUSIA & DUNIA sebagai PUSAT MASALAH
Filsafat Friere bertolak dari kenyataan bahwa di dunia ini ada
manusia yang menderita sangat menderita,
yang lainnya
menikmati kehidupan atas jerih payah orang lain.( tentu dengan
cara yang tidak adil). Kelompok yang menderita adalah mayoritas
dari umat manusia. Sebaliknya yang menikmati kehidupan dunia
hanya sebagian kecil saja. Dari segi jumlah saja sudah,
menunjukkan kondisi tidak berimbang, tidak adil. Kata Freire ini
adalah situasi penindasan.
Bagi Freire penindasan apa pun nama dan alasannya adalah tidak
manusiawi, sesuatu yang mengabaikan harkat kemanusiaan
(dehumanisasi). Dehumanisasi bersifat mendua, kaum tertindas dan
kaum penindas. Keduanya menyalahi kodrat manusia sejati.
Minoritas kaum penindas tidak manusiawi, karena telah
mendustakan hakekat keberadaan manusia dan hati nuraninya
sendiri. Karena memaksakan penindasan pada sesama manusia.
Mayoritas kaum tertindas menjadi tidak manusiawi karena hak-hak
asasi mereka dinistakan, dibuat tidak berdaya dan dibenamkan

dalam kebudayaan bisu.

PEMBEBASAN SEBAGAI hakekat TUJUAN
Bertolak dari pandangan filsafatnya tentang manusia dan dunia
Friere kemudian merumuskan gagasan-gagasannya tentang hakekat
pendidikan yang sifatnya sama sekali baru dan membaharu.
Akhirnya Freire tiba pada formulasi filsafatnya yang dinamakan
pendidikan bagi kaum tertindas. Yakni sebuah sistem pendidikan
yang ditempa dan dibangun dari pengalaman bersama dengan
kaum tertindas dan bukan hanya diperuntukan kaum tertindas.
Sistem pendidikan membaharu ini kata Friere adalah pendidikan
untuk pembebasan.
Bukan untuk penguasaan (dominasi).
Pendidikan harus menjadi proses pemerdekaan, bukan penjinakan.
Pendidikan bertujuan menggarap realitas manusia dan karena itu
secara metodologis bertumpu atas dasar prinsip aksi (tindakan) dan
refleksi (pikiran) secara total. Yaitu prinsip bertindak untuk merubah
kenyataan yang menindas dan pada sisi lainnya secara terus
menerus menumbuhkan kesadaran akan realitas dan menumbuhkan
hasrat untuk merubah kenyataan yang menindas.

PENYADARAN adalah INTI PROSES
Dangan aktif bertindak dan berpikir sebagai pelaku, dengan terlibat
langsung dalam permasalahan yang nyata, dalam suasana yang
bebas dan dialogis. Dengan cara ini dengan mudah peserta didik
dijauhkan dari rasa takut untuk merdeka. Dengan menolak
penguasaan, penjinakan dan penindasan, maka pendidikan kaum
tertindas, menuntut kita untuk memahami bahwa pendidikan Freire
sacara langsung dan gamblang mengakui akan pentingnya peranan
proses penyadaran. Pembebasan dan pemanusiawian manusia,
hanya bisa dilaksanakan dalam arti yang sesungguhnya yaitu
seseorang memang benar-benar telah menyadari realitas dirinya
sendiri. Dan dunia sekitarnya.
BELAJAR DARI PENGALAMAN
Freire lahir tahun 1912. Latar belakang kehidupannya mungkin
menjelaskan mengapa ia begitu bersemangat dalam membebaskan
manusia dari penderitaan. Keluarga Freire adalah golongan
menengah yang jatuh bangkrut dan hidup menderita dalam
kemiskinan, bersama mayoritas penduduk provinsi Recife , Brazil.
Pada usia 8 tahun dalam kemiskinan yang sangat miskin ia
bersumpah bahwa seluruh hidupnya nanti akan diabdikan untuk

kaum miskin dan tertindas di seluruh dunia. Ia benar-benar mentaati
sumpah kanak-kanaknya. Ia memang kenal benar dengan kaum
miskin yang dibelanya. Karena ia sendiri memang hidup miskin
ditengah masyarakat miskin.
Gagasan bagi Freire tidak berhenti pada gagasan. Paulo Freire
melaksanakan gagasannya itu dalam pemberantasan buta huruf,

sebagai proses pembebasan. Bukan sekedar bebas buta huruf tapi
membebaskan diri dari penindasan.
Wawlahu alam bis sawab.