Rini Halila Nasution, ST, MT

Manajemen Logistik &
Supply Chain Management

Kuliah 7 & 8:
Mengelola Persediaan Pada Supply Chain

By :
Rini Halila Nasution, ST, MT

PENDAHULUAN
• Persediaan di sepanjang supply chain memiliki implikasi yang besar
terhadap kinerja finansial suatu perusahaan.
• Jumlah modal yang tertanam dalam bentuk persediaan biasanya
sangat besar sehingga persediaan adalah salah satu aset terpenting
yang dimiliki supply chain.
• Banyak perusahaan yang memiliki nilai persediaannya melebihi 25%
dari nilai keseluruhan aset yang dimiliki.
• Ini berarti bahwa biaya modal yang tertahan dalam bentuk
persediaan di suatu perusahaan/supply chain bisa sangat signifikan.
• Pada contoh supply chain biskuit kaleng, di mana sajakah dan dalam
bentuk apa sajakah persediaan di sepanjang supply chain biskuit

kaleng tersebut?

1

5

11
10

2

11

6
9

3

7


11
10

4

11

8

1. penghasil gandum
2. penghasil tebu
3. penghasil garam
4. penghasil aluminium
5. pabrik tepung terigu
6. pabrik gula

7. distributor garam
8. pabrik kaleng
9. pabrik biskuit
10. distributor biskuit

11. supermarket

Diantaranya:
• Persediaan biskuit kaleng di berbagai supermarket dan toko yang
siap dijual ke pelanggan. Ukuran, gambar, model, dan isi kaleng
tentu banyak variasinya. Ini berarti, setiap supermarket bisa
menyimpan ratusan jenis biskuit kaleng.
• Persediaan dengan bentuk yang sama juga ada di gudang distributor
pusat maupun cabang. Sebelum dikirim ke distributor, produk2 tsb
juga tersimpan di gudangnya pabrik biskuit.
• Pabrik pasti juga menyimpan bahan baku seperti tepung, gala,
garam, zat pewarna, air, dan kaleng yang sudah siap diisi.

• Pabrik kaleng memiliki persediaan kaleng yang sudah jadi dan siap
dikirim ke pabrik, persediaan kaleng yang belum jadi tetapi sudah
sebagian diproses (work in process), maupun aluminium sebagai
bahan baku kaleng.
• Pabrik aluminium menyimpan bahan baku maupun aluminium
lempengan yang siap dikirinl ke pabrik kaleng.


Kenapa Persediaan Muncul?
• Persediaan bisa muncul karena memang direncanakan atau
merupakan akibat dari ketidaktahuan terhadap suatu informasi.
• Jadi ada perusahaan yang memiliki persediaan karena sengaja
membuat produk lebih awal atau lebih banyak dari waktu dan jumlah
yang akan dikirim atau dijual pada suatu waktu tertentu, ada juga
karena merupakan akibat dari permintaan yang terlalu sedikit
dibandingkan dengan perkiraan awal.
• Sebagai contoh, Pabrik biskuit tahun ini membuat terlalu banyak,
biskuit jenis A. Permintaan sesungguhnya hanya 5320 kaleng
padahal produksinya 5500 kaleng. Sisanya sebanyak 180 kaleng
tidak terjual sampai akhir masa kadaluwarsanya.

• Persediaan ini muncul karena ketidakpastian permintaan. Dengan
kata lain, perusahaan tidak punya informasi yang akurat berapa
kaleng permintaan biskuit jenis A tersebut.
• Ketidakpastian tersebut juga dialami oleh kebanyak perusahaan yang
beroperasi dengan sistem make to stock.
• Bahkan banyak perusahaan yang akan menghadapi ketidakpastian
yang sangat tinggi sehingga bisa memiliki persediaan berlebih yang

cukup banyak di akhir masa jual produk tersebut.

• Ketidakpastian pada supply chain tidak hanya muncul dari arah
permintaan tetapi juga dari arah pasokan dan operasi internal.
• Ketidakpastian pengiriman dan harga bahan baku menyebabkan
pabrik menimbun persediaan bahan baku.
• Ketidakpastian pengiriman dari pabrik menyebabkan distributor harus
menyimpan persediaan cadangan (safety stock).
• Ketidakpastian proses internal seperti mesin yang kurang handal dan
kecepatan mesin yang bervariasi memaksa pabrik untuk memiliki
cadangan barang setengah jadi (WIP).

• Selain ketidakpastian, perbedaan lokasi, yang membuat munculnya
lead time pengiriman, juga merupakan sumber dari persediaan.
• Pabrik di Indonesia yang membeli bahan baku dari Eropa
membutuhkan waktu 1 - 3 bulan antara waktu pemesanan dan waktu
barang sampai di pabrik.
• Pabrik tentu harus memikirkan cadangan bahan baku yang bisa
digunakan selama menunggu kiriman dari supplier.
• Semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mengirim bahan baku

tersebut, semakin banyak persediaan cadangan yang dibutuhkan.

Alat Ukur Persediaan
• Perusahaan perlu menggunakan ukuran-ukuran untuk melihat kinerja
persediaan.
• Pada prinsipnya kinerja persediaan harus berorientasi pada efisiensi
operasi di satu pihak dan pelayanan terhadap pelanggan (service
level) di pihak lain.
• Peningkatan service level biasanya berimplikasi pada peningkatan
persediaan.
• Beberapa ukuran yang bisa digunakan untuk memonitor kinerja
persediaan adalah:
– Tingkat perputaran persediaan (inventory turnover rate).
– Inventory days of supply
– Fill rate

INVENTORY TURNOVER RATE
• Untuk melihat seberapa cepat produk atau barang mengalir relatif
terhadap jumlah yang rata-rata tersimpan sebagai persediaan.
Nilainya bisa diukur untuk tiap individu produk atau secara agreggat

mewakili satu kelompok atau keseluruhan produk. Tingkat perputaran
biasanya diukur dalam setahun.
• Misalkan sebuah perusahaan menjual 150 jenis produk. Nilai
persediaan yang dimiliki rata-rata Rp. 3 milyar. Nilai penjualan dalam
setahun untuk keseluruhan produk adalah 40 milyar dimana 25% nya
merupakan marjin. Berarti nilai persediaan yang terjual dalam
setahun adalah 30 milyar sehingga tingkat perputarannya adalah 10
kali dalam setahun.
• Semakin besar nilainya semakin bagus.

INVENTORY DAYS OF SUPPLY
• Didefinisikan sebagai rata-rata jumlah hari suatu perusahaan bisa
beroperasi dengan jumlah persediaan yang dimiliki. Ukuran ini
sebenarnya bisa dikatakan seirama dengan tingkat perputaran
persediaan. Kalau inventory days of supply panjang maka tingkat
perputarannya rendah.
• Misalkan untuk kasus di atas perusahaan beroperasi selama 250 hari
dalam setahun. Berarti nilai persediaan yang terjual per hari adalah
30 milyar / 300 hari = 0.10 milyar.
• Dengan demikian maka nilai inventory days of supply dari kasus

tersebut adalah 3 milyar per hari dibagi 0.10 milyar = 30 hari. Jadi
rata-rata perusahaan memiliki persediaan untuk kebutuhan 30 hari
kerja.

FILL RATE
• Fill rate adalah persentase jumlah item yang tersedia ketika diminta
oleh pelanggan.
• Jadi fill rate 97% berarti ada kemungkinan 3% dari item yang diminta
oleh pelanggan tidak tersedia. Akibatnya pelanggan harus menunggu
beberapa lama atau pindah ke tempat lain untuk mendapatkannya.
• Fill rate bisa diukur untuk tiap produk secara individual atau untuk
keseluruhan produk secara agregat. Untuk menciptakan supply chain
manajemen yang efektif, perusahaan mungkin harus membedakan
target fill rate untuk tiap pelanggan dan tiap item.

KLASIFIKASI PERSEDIAAN
• Persediaan bisa diklasifikasikan dengan berbagai cara. Pada bagian
ini kita akan melihat persediaan dari 3 klasifikasi:
1. Berdasarkan Bentuknya,
2. Berdasarkan Fungsinya

3. Berdasarkan Sifat Ketergantungan

BERDASARKAN BENTUKNYA
• Persediaan bisa diklasifikasikan menjadi bahan baku (raw materials),
barang setengah jadi (WIP), dan produk jadi (finished product).
• Klasifikasi ini biasanya hanya berlaku pada konteks perusahaan
manufaktur.
• Produk jadi yang dihasilkan oleh supplier akan menjadi bahan baku
bagi sebuah pabrik perakitan.
• Jadi, dalam konteks supply chain mestinva produk jadi adalah produk
yang sudah tidak akan mengalami proses pengolahan lagi dan siap
digunakan oleh pemakai akhir

BERDASARKAN FUNGSINYA
Berdasarkan fungsinya, persediaan bisa dibedakan menjadi:
a. Pipeline/transit inventory.
Persediaan ini muncul karena lead time pengiriman dari satu tempat
ke tempat lain. Barang yang tersimpan di truk sewaktu proses
pengiriman adalah salah satu contohnya. Persediaan ini akan banyak
kalau jarak (dan waktu) pengiriman panjang. Jadi, persediaan jenis

ini bisa dikurangi dengan mempercepat pengiriman misalnya dengan
mengubah alat atau mode transportasi atau dengan mencari
pemasok yang lokasinya lebih dekat (tentunya dengan
mempertimbangkan konsekuensi lain seperti ongkos kirim, harga dan
kualitas)

b. Cycle stock.
Persediaan akibat motif memenuhi skala ekonomi. Persediaan ini
punya siklus tertentu. Pada saat pengiriman jumlahnya banyak,
kemudian sedikit demi sedikit berkurang akibat dipakai atau dijual
sampai akhirnya habis atau hampir habis, kemudian mulai dengan
siklus baru lagi.
c. Persediaan pengaman (safety stock).
Fungsinya adalah sebagai perlindungan terhadap ketidakpastian
permintaan maupun pasokan. Perusahaan biasanya menyimpan
lebih banyak dari yang diperkirakan dibutuhkan selama suatu periode
tertentu supaya kebutuhan yang lebih banyak bisa dipenuhi tanpa
harus menunggu. Besar kecilnva persediaan pengaman terkait
dengan biaya persediaan dan service level.


d. Anticipation stock
Adalah persediaan yang dibutuhkan untuk mengantisipasi kenaikan
permintaan akibat sifat musiman dari permintaan terhadap suatu
produk. Walaupun anticipation stock juga pada hakekatnya
mengantisipasi permntaan yang tidak pasti, namun perusahaan bisa
memprediksi adanya kenaikan dalam jumlah yang significant (bukan
sekedar pola acak).

BERDASARKAN SIFAT
KETERGANTUNGAN
• Persediaan bisa diklasifikasikan berdasarkan sifat ketergantungan
kebutuhan antara satu item dan item lainnya.
• Item-item yang kebutuhannya tergantung pada kebutuhan item lain
dinamakan dependent demand item. Sedangkan kebutuhan
independent demand item tidak tergantung pada kebutuhan item lain.
• Klasifikasi ini dilakukan karena pengelolaan kedua jenis item ini
biasanya berbeda. Dependent demand item biasanya adalah
komponen atau bahan baku yang akan digunakan untuk membuat
produk jadi.

• Kebutuhan bahan baku dan komponen tersebut ditentukan oleh
banyaknya jumlah produk jadi yang akan dibuat dengan
menggunakan komponen atau bahan baku tersebut.
• Produk jadi biasanya tergolong dalam independent demand item
karena kebutuhan akan satu produk jadi tidak langsung
mempengaruhi kebutuhan produk jadi yang lain.

MODEL PERSEDIAAN
• Model EOQ (economic order quantity) mempertimbangkan dua
ongkos persediaan, yakni ongkos pesan dan ongkos simpan.
• Ongkos pesan yang dimaksud adalah ongkos-ongkos tetap yang
keluar setiap kali pemesanan dilakukan dan tidak tergantung pada
ukuran atau volume pesanan.
• Ongkos simpan adalah ongkos yang terjadi akibat perusahaan
menyimpan barang tersebut selama suatu periode tertentu.
• Bagian terbesar ongkos simpan biasanya adalah biaya modal akibat
tertahannya uang dalam bentuk barang yang besarnya kira-kira
sama dengan rate of return (ROR) dari perusahaan yang
bersangkutan. Ongkos simpan juga diakibatkan oleh biaya gudang,
biaya kerusakan, biaya keusangan atau kadaluwarsa, pajak, dan
asuransi.

• Model EOQ dibuat dengan asumsi permintaan terhadap suatu item
bersifat kontinyu dengan tingkat yang seragam. Artinya, item tersebut
dibutuhkan dengan jumlah yang sama dari waktu ke waktu.
Kenyataannya asumsi ini “sebenarnya” tidak pernah terpenuhi.
• Namun demikian, model ini tetap cukup baik digunakan asalkan
variasi permintaan dari waktu ke waktu tidak terlalu besar.
• Di lapangan banvak kasus di mana permintaan atau kebutuhan suatu
item relatif tetap dari waktu ke waktu.
• Contohnya, di sebuah pabrik roti yang cukup besar di mana produksi
dari waktu ke waktu berada pada kapasitas yang relatif tetap,
kebutuhan akan bahan baku utama seperti tepung terigu, gula pasir,
dan garam akan relative stabil.

• Model EOQ dibuat berdasarkan asumsi situasi yang deterministik.
Artinya, permintaan maupun pasokan dianggap pasti. Lead time juga
belum dipertimbangkan.
• Untuk beroperasi pada situasi dengan ketidakpastian maka
dibutuhkan persediaan pengaman untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya kekurangan terhadap barang yang bersangkutan.
• Adanya lead time membuat kita harus menentukan waktu
pemesanan.
• Apabila lead time suatu pengiriman konstan selama 1 hari (tidak
mengandung ketidakpastian), maka kita rnemesan 1 hari sebelum
barang habis digunakan sehingga pesanan yang baru akan datang
tepat pada saat barang yang ada habis terjual atau terpakai.

• Kenyataannya, baik permintaan maupun lead time sama-sama tidak
pasti. Karena itu, waktu pemesanan kembali suatu barang harus
mempertimbangkan ketidakpastian pada aspek-aspek tersebut.
• Waktu pemesanan kembali sering diwujudkan dalam bentuk nilai
reorder point.
• Misalkan perusahaan menggunakan tepung sebanyak 1 ton/hari dan
lead time antara pemesanan sampai pengiriman tepung terigu adalah
5 hari maka perusahaan harus melakukan pemesanan kembali pada
saat tepung terigu tersisa 5 ton.
• Dengan demikian pesanan tersebut akan datang tepat pada saat
terigu habis. Jadi, reorder point adalah banyaknya barang tersisa
dimana kita harus melakukan pemesanan kembali.

• Bagaimana jika lead time selama 5 hari itu hanya nilai rata-rata dan
dalam kenyataannya bisa berdistribusi antara 3 sampai 7 hari?
• Bagaimana juga bila permintaan per hari memiliki variasi dengan
standar deviasi 0.2 ton?
• Kalau ini yang terjadi maka reorder point biasanya lebih besar untuk
mengurangi probabilitas terjadinya kekurangan tepung terigu
sebelum pesanan berikutnya datang.
• Jadi, pada situasi dimana ada ketidakpastian pada sisi pasokan
maupun permintaan, reorder point bisa dihitung dengan rumus
berikut:
ROP = permintaan selama lead time + safety stock

• Misalkan permintaan rata-rata per hari adalah d, rata-rata lead time
adalah l hari maka
ROP = (d x I) + safety stock
• Persediaan pengaman atau safety stock berfungsi untuk melindungi
kesalahan dalam memprediksi permintaan selama lead time.
• Untuk mendapatkan gambaran seberapa tidak pasti permintaan
selama lead time tersebut, perusahaan perlu mengumpulkan data
untuk mendapatkan distribusinya.
• Besarnya safety stock (SS) secara umum dapat dirumuskan sebagai
berikut:
SS = Z x sd

• Misalkan data permintaan selama lead time berdistribusi normal,
maka penghitungan nilai safety-stock bisa dilakukan dengan cukup
mudah.
• Yang perlu diketahui hanyalah standar deviasi permintaan selama
lead time (sd) dan suatu nilai dari tabel distribusi normal yang
berkorelasi dengan probabilitas tertentu (Z).
• Nilai Z biasanya diterjemahkan dari keputusan manajemen.
• Kalau manajemen memberikan toleransi terjadinya kekurangan 5 kali
untuk setiap 100 siklus pemesanan maka berarti service level yang
diinginkan adalah 95%.
• Nilai Z yang berkorelasi dengan service level 95°% adalah 1.645
(dari tabel probabilitas).

• Nilai sd, bisa dicari dengan mengumpulkan langsung data
permintaan selama lead time untuk suatu periode yang cukup
panjang, atau diperoleh dengan terlebih dahulu mendapatkan data
rata-rata dan standar deviasi dari dua komponen penyusunnya, yaitu
permintaan per periode dan lead time.
• Dengan mendapatkan empat parameter tersebut maka nilai sd bisa
dihitung sebagai berikut:

Dokumen yang terkait

Protes Sosial Studi Tentang Kebijakan Jalan Satu Arah Masa Pemerintahan Walikota Tahun 2013-2014 Mochammad Anton Kota Malang Jawa Timur( Jalan Gajayana, MT Haryono Dan Mayjen Panjaitan)

0 11 39

Bentuk pelayanan sosial anak pada Panti Asuhan : studi pada Wisma Rini Banyuwangi

0 32 116

Higrometer Digital Untuk Penentuan Kadar Air Tanah Dalam Skala Lapangan. Indah Rini (051510301152)

0 19 16

KARAKTERISTIK SUB DAS KRUENG SIMPO PROVINSI ACEH Rini Fitri

0 0 5

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PISANG MOLEN COKLAT UDEEP BAHGIA GAMPONG PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN Rini Anasti Mahasiswa Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Almuslim Email: rini.anasti.11061993gmail.com ABSTRAK - ANALISIS KELAYAKAN US

0 10 7

SISTEM PENGAMBIL DATA GAMBAR MENGGUNAKAN KAMERA SERIAL PADA MUATAN ROKET Nurul Zainal Fanani, S.ST, MT 1) , Felix Veven D.C 2)

0 0 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar - Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divison (STAD) Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Kalor Kelas VII MT

0 0 29

87 INDUKSI OVULASI DAN PEMIJAHAN IKAN SORO (Tor soro) MENGGUNAKAN KOMBINASI HORMON Eko Rini Farastuti

0 0 8

Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Langkah Penyelesaian Berdasarkan Polya dan Krulik-Rudnick Ditinjau dari Kreativitas Siswa Oleh : Rini Utami Pendidikan Matematika FKIP Universitas Pekalongan Abstract - Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan

0 0 17

PENGARUH MOTIVASI, PERILAKU BELAJAR, DAN KUALITAS PENGAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR MATA KULIAH PENGANTAR DASAR MATEMATIKA PADA MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA IKIP PGRI BALI Ni Kadek Rini Purwati, S.Si, M.Pd

0 0 7