Protes Sosial Studi Tentang Kebijakan Jalan Satu Arah Masa Pemerintahan Walikota Tahun 2013-2014 Mochammad Anton Kota Malang Jawa Timur( Jalan Gajayana, MT Haryono Dan Mayjen Panjaitan)

(1)

PROTES SOSIAL DI PERKOTAAN

Studi Tentang Kebijakan Satu Arah Masa Pemerintahan Walikota Tahun 2013- 2014 Mochamad Anton Kota Malang Jawa Timur

(Jalan Gajayana,MT Haryono, dan Mayjen Panjahitan) SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Sosiologi

Disusun oleh :

NOFA PRIANA

201110310311055

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

Dan diterima sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan S-1

Pada tanggal 2 Mei 2016 Dihadapan Dewan Penguji

1. Drs. Sulismadi, M.Si.

2. Luluk Dwi Kumalasari, S.Sos,.M.Si. 3. Rachmad K. Dwi Susilo, MA.

4. Muhammad Hayat, MA

Mengetahui

Dekan FISIP


(3)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI PROTES SOSIAL DI PERKOTAAN

STUDI TENTANG KEBIJAKAN JALAN SATU ARAH MASA

PEMERINTAHAN WALIKOTA TAHUN 2013-2014 MOCHAMAD ANTON JAWA TIMUR (JALAN GAJAYANA,M.T HARYONO DAN MAYJEN

PANJAITAN)

Oleh

Nofa Priana 201110310311055

Diterima dan disetujui Pada Tanggal……….

Pembimbing I Pembimbing II

Rachmad K. Dwi Susilo, MA Muhammad Hayat, MA

Mengetahui

Dekan FISIP Ketua Jurusan Sosiologi


(4)

iii

Berita Acara Bimbingan Skripsi

Nama : Nofa Priana

NIM : 201110310311055

Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Sosiologi

Judul : Protes Sosial di Perkotaan Studi Tentang Kebijakan Jalan Satu Arah Masa Pemerintahan Walikota Tahun 2013-2014

Mochamad Anton Jawa Timur (Jalan Gajayana, M.T Haryono dan Mayjen Panjaitan)

Pembimbing : 1. Rachmad K. Dwi Susilo, MA 2. Muhammad Hayat, MA

Tanggal Keterangan Paraf Pembimbing

I

Paraf Pembimbing II

15 Januari 2015 ACC JUDUL

17 April 2015 ACC BAB I

30 Juni 2015 ACC BAB II

9 Juli 2015 ACC SEMPRO

13 Juli 2015 SEMPRO

7 April 2016 ACC BAB III

28 April 2015 ACC BAB IV,V

Disetujui :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Rachmad K. Dwi Susilo, MA Muhammad Hayat, MA

Mengetahui : Dekan FISIP Dr. Asep Nurjaman, M.Si


(5)

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah diteliti atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Malang,19 April 2016

Nofa Priana


(6)

v

MOTTO

WAKTU MEMBERIKAN HARGA MATI BAGI KEHIDUPAN


(7)

vi

LEMBAR PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembakan untuk keluarga besarku:

Ibunda tercinta Misijah,Ayah tercinta Katiman,Ibu tercinta Tumilah

Kakakku Bambang Budi Utomo,Kakakku Dwi Cahyono ,Adikku Novita


(8)

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmad serta Hidayah-Nya, sehingga penulis menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul PROTES SOSIAL DI PERKOTAAN Studi Tentang Kebijakan Satu Arah Masa Pemerintahan Walikota 2013- 2014 Mochamad Anton Kota Malang Jawa Timur (Jalan MT Haryono, Mayjen Panjaitan dan Gajayana).

Skripsi merupakan salah satu tugas penelitian yang harus dipenuhi sebelum menyelesaikan studinya di program Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang. Skripsi merupakan bentuk karya penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa sebelum mendapat gelar Strata 1 di jenjang perguruan tinggi.

Terselesainya program skripsi didukung berbagai pihak yang membantu. Sehingga penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada:

1. Drs. Fauzan, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dr. Asep Nurjaman, M.Si selaku Dekan FISIP Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Muhammad Hayat, MA selaku Ketua Jurusan Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Rachmad K. Dwi Susilo, MA selaku dosen pembimbing 1 yang tak lelah untuk memberi dukungan, motivasi dan bimbingannya dalam menyelesaikan Skripsi mulai dari seminar proposal sampai akhir dari ujian Skripsi.


(9)

viii

5. Kepada Muhammad Hayat, MA selaku dosen pembimbing 2 yang memberikan semangat dan kesabaranya selama bimbingan menyelesaikan Skripsi dan yang selalu mengingatkan saya untuk selalu bimbingan.

6. Semua Dosen-Dosen Sosiologi yang telah memberikan ilmu-ilmunya selama dalam bangku perkuliahan.

7. Staf dan Karyawan TU FISIP UMM yang telah memberikan pelayanan terbaik.

8. Sahabat perjuangan OTE- OTE (dwi dan hafi) dan semua teman SOSIBE. 9. Kekasih tersayang Andhini Octa L yang telah sabar menghadapi sifatku dan

selalu memberikan dukungan serta do’a akan tugas akhir saya terima kasih. 10.Sahabat saya di warung kopi terima kasih terutama kepada

Jaya,Ashari,Riksi,Sandy dan semua yang telah mendukung dan menghibur saya dalam suka duka.

11.Terimakasih kepada semua pihak yang tidak mungkin saya sebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu dalam penyelesaian Skripsi.

Apabila nantinya terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam penulisan Skripsi ini, penulis sangat mengharapkan kritik dan sarannya. Semoga Skripsi ini menjadi bermanfaat bagi pembacanya dan menjadi referensi penelitian selanjutnya.

Malang, 19 April 2016


(10)

(11)

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Penelitian Terdahulu ... 23

Tabel 2. Karakteristik Pendidikan Masyarakat Kelurahan Penanggungan 47

Tabel 3. Karakteristik Pekerjaan Masyarakat Kelurahan Penanggungan ... 48

Tabel 4. Karakteristik Usia Masyarakat Kelurahan Penganggungan... 48

Tabel 5. Kondisi Kemacetan Jalan Mayjen Panjaitan ... 50

Tabel 6. Kondisi Kemacetan Jalan Veteran ... 51

Tabel 7. Kondisi Kemacetan di Jalan Bogor ... 53

Tabel 8. Daftar Usaha di Jalan Mayjen Panjaitan ... 55

Tabel 9. Daftar Usaha di Jalan Veteran ... 56

Tabel 10. Daftar Usaha di Jalan Bogor ... 57

Tabel 11. Daftar Kemacetan di Jalan M.T Haryono ... 60

Tabel 12. Kondisi Kemacetan di Jalan Sukarno Hatta ... 62

Tabel 13. Kondisi Kemacetan di Jalan Gajayana... 63

Tabel 14. Daftar Usaha yang ada di M.T. Haryono ... 65

Tabel 15. Daftar Usaha yang ada di Jalan Soekarno Hatta ... 66

Tabel 16. Jenis Usaha yang ada di Jalan Gajayana ... 68

Tabel 17. Kepala Desa Sumbersari ... 70

Tabel 18. Perkembangan penduduk Sumbersari ... 71

Tabel 19. Kondisi Kemacetan di Jalan Sumbersari ... 72

Tabel 20. Daftar Usaha yang ada di Jalan Sumbersari... 75

Tabel 21. Daftar Ringkasan Temuan Penelitian ... 76


(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Adanya protes dari pedagang ... 8

Gambar 2 . Protes Para Warga ... 8

Gambar 3. Tahapan Proses Kebijakan ... 29


(14)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv

MOTTO... v

LEMBAR PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah... 9

1.3Tujuan Penelitian ... 9

1.4Manfaat Penelitian ... 9

1.5Definisi Konsep ... 10

1.6Metode Penelitian ... 15

1.7Teknik Analisis Data ... 20

II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI ... 23

2.1Penelitian Terdahulu ... 23

2.2Kajian Pustaka ... 25


(15)

xiv

2.4Kerangka Teoritis ... 41

III. DESKRIPSI GAMBARAN UMUM ... 44

3.1Profil Kelurahan Penanggungan ... 44

3.2Profil Kelurahan Dinoyo ... 59

3.3Profil Kelurahan Sumbersari ... 69

3.4Kesimpulan Temuan Penelitian ... 76

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 77

4.1Hasil Penelitian ... 77

4.2Analisis Pembahasan ... 129

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 131

A. Kesimpulan ... 131

B. Saran ... 132

DAFTAR PUSTAKA ... 134 LAMPIRAN


(16)

xv

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Ashari ,Luthfi .2003.Protes: Suatu Studi Tentang Perilaku Kelompok dan Gerakan Sosial, terjemahan. Yogyakarta. INSIST Press

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba

Humanika

Kuswarno,Engkus.2009.Fenomenologi.Widya Padjajaran. Bandung

Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualittif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya Offset.

Nia, K. Pontoh dan Iwan Setiawan. 2008. Pengantar Perencanaan Kota. Bandung:

Penerbit ITB.

Prof. Dr. Ir. Zoer’aini Djamal Irwan, M. Si. 2005. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Non Buku

Abdurahman,2012. Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Di Kecamatan Bacan Tengah Kabupaten Halmahera Selatan. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitashasanuddin.MAKASSAR 1/10/08/kemacetan-di-kota-malang/ di akses di

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1592/Skripsi%20am mank.pdf?sequence=1 pada tanggal 10 mei 2015 jam 10.00 WIB

Arifianto., Eko, 2010. Mengukur kinerja .FE UI.Jakarta

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&ca d=rja&uact=8&ved=0CDcQFjAD&url=http%3A%2F%2Fwww.lontar.ui.ac.i d%2Ffile%3Ffile%3Ddigital%2F131609-T%2B27560- Mengukur%2Bkinerja-Tinjauan%2Bliteratur.pdf&ei=rcOGVeO8HMfIuASHnoGICQ&usg=AFQjC NG6IVHsKZL4vxLvyr6oimm2DuBn4w&bvm=bv.96339352,d.c2E, diakses pada tanggal 19 juni 2015 jam 21.00


(17)

xvi

Kamus Besar Bahasa Indonesia Poerwadarminta, (Jakarta: penerbit Pusat Bahasa

dan

Sastra Indonesia, 1976)

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&ve d=0CDcQFjAD&url=http%3A%2F%2Fkamusbahasaindonesia.org%2Fprotes %2Fmirip&ei=eyJbVdnuL4HFogTa0YGYBg&usg=AFQjCNHWjfCVM9KJ Oy8uFVQjnmxqrmhsfQ&sig2=yizYhQeHWyL9JeFXeXJb7Q&bvm=bv.937 56505,d.cGU Diakses Tanggal 12 januari 2014. Jam 11.10. Wib.

https://www.google.com/search?sclient=psy-ab&btnG=

Class-Conflict-and-Collection-Action #q=diskripsi++protes+sosial Diakses Tanggal 12 januari 2014. Jam 11.10. Wib.

http://ebookily.org/doc/moleong-lexy-j-2002-metodologi-penelitian=http kualitatif-74359669.html.Diakses Tanggal 12 januari 2014. Jam 11.10. Wib.

https://kangnarada.wordpress.com/2011 diakses pada tanggal 19 juni 2015 jam 21.00 http://halomalang.com/news/warga-betek-demo-tolak-satu-arah diakses pada tanggal

19 juni 2015 jam 21.00

http://kavling10.com/2014/10/warga-betek-demo-tolak-satu-jalur/ diakses pada tanggal 19 juni 2015 jam 21.00

http://halomalang.com/news/warga-betek-demo-tolak-satu-arah diakses pada tanggal 19 juni 2015 jam 21.00


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam pasal 18 UUD 1945 telah diatur pembagian wilayah negara kesatuan RI menjadi daerah provinsi yang kemudian dibagi lagi menjadi daerah kabupaten/kota yang mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang.Ketentuan tersebut merupakan amandemen kedua yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 2000. Sebelum amandemen ketentuan pasal 18 UUD 1945 sangat simple , yakni berbunyi :

Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan daerah kecil , dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang , dengan memandang dan mengingati dasar permusyawaratn dalam sistem pemerintahan negara, dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”.

Pasal 18 UUD 1945 menyebutkan bahwa susunan pemerintahan beserta bentuk pemerintahan dari pembagian suatu daerah tersebut diatur oleh undang-undang yang lebih khusus mengatur terkait otonomi daerah yang diatur dalam undang-undang no 32 tahun 2014 dimana pengertian dari otonomi daerah sendiri diartur dalam pasal 1 angka 6 yang berisi :

Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Era reformasi, kata perubahan menjadi kata yang sering disuarakan, baik untuk individu ataupun oleh anggota kelompok masyarakat lainnya.Tuntutan


(19)

2

perubahan sering ditujukan kepada aparatur birokrasi menyangkut pelayanan publik serta pelayanan masyarakat yang diberikan kepada masyarakat. Rendahnya mutu pelayanan publik yang diberikan oleh aparatur menjadi citra buruk pemerintah ditengah masyarakat.Bagi masyarakat yang pernah berurusan dengan birokrasi selalu mengeluh dan kecewa terhadap layaknya aparatur dalam memberikan pelayanannya.

Pelayanan pemerintah, rasa puas masyarakat terpenuhi bila apa yang diberikan oleh pemerintah kepada mereka sesuai dengan apa yang mereka harapkan, dengan memperhatikan kualitas dan kuantitas pelayanan itu diberikan serta biaya yang relatif terjangkau dan mutu pelayanan yang baik. Jadi, terdapat tiga unsur pokok dari pelayanan itu sendiri yaitu biaya harus relatif lebih rendah, waktu yang diperlukan, dan terakhir mutu pelayanan yang diberikan relatif baik.

Pemerintah berperan penting dalam hal pemenuhan pelayanan dan penanganan masalah yang ada di suatu daerah tertentu. Seperti halnya kemacetan,kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutama yang tidak mempunyai system transportasi publik dengan baik atau memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk. Perkembangan jumlah penduduk di Indonesia yang sangat pesat mau tidak mau harus dibarengi dengan perkembangan fasilitas transportasi yang memadai, baik itu sarana maupun prasarananya, baik armada trosportasi maupun perlengakapan penunjangnya. Hal ini tercermin dari perkembangan yang pesat pada sektor pelayanan publik mobilitas tinggi dan didukung peralatan yang modern.


(20)

3

Pemerintah harus dapat menyelesaikan masalah yang ada di dalam suatu daerah dimana penyelesaian tersebut harus berdampak positif bagi masyarakat sekitar. Bukan menjadikan kerugian atau ketidakpuasan masyarakat yang dapat menimbulkan gejolak terhadap pemerintah.

Perkotaan di Indonesia, tak lagi terbatas sebagai pusat pemukiman masyarakat. Kini kota juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan,sentral hirarki, dan pusat pertumbuhan ekonomi. Sebagai konsekuensi logis dari peran kota sebagai pusat pertumbuhan dan ekonomi, sumbangan perkotaan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, semakin meningkat. Maka dari itu dengan adanya pertumbuhan masyarakat yang ada di perkotaan pasti menimbulkan adanya dampak negatif terhadap adanya fenomena tersebut yaitu salah satu dari permasalahan perkotaan adalah masalah tranportasi

Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan bersifat lintas sektor dan harus dilaksanakan serta dilakukan dengan baik. Agar dalam pelaksanaan serta penerapan semua program dan tentang pelayanan penyelenggaraan lalu lintas serta angkutan jalan. Dalam hal ini dalam meningkatkan pelayanan masyarakat Dinas Perhubungan berperan aktif dalam pelayanan tersebut untuk menjaga semua fasilitas serta apa yang ada dalam lingkungan lalu lintas. Seperti halnya banyaknya pendatangyang ke Kota Malang karena ingin mencari ilmu di sini mengais rezeki diKota Malang. Dengan adanya pertembuhan tersebut maka dalam hal sarana prasaran lalu lintas jika tidak memadai akan membuat kota tersebut timbul masalah seperti halnya kemacetan.


(21)

4

Jumlah kendaraan bermotor di Kota Malang berpotensi memunculkan masalah kemacetan dalam beberapa tahun mendatang. Saat ini, beberapa ruas jalan di Kota Malang kerap terjadi kemacetan dan antisipasi pelebaran tampaknya sulit untuk dilakukan.Sebagai salah satu kota pendidikan dan kota wisata di Jawa Timur, Kota Malang pada tahun 2015 mendatang, diprediksi akan terancam terjadi kemacetan total. Prediksi tersebut dilihat dari kinerja Pemkot yang sampai kini belum ada upaya perencanaan pembuatan jaringan jalan untuk tahun 2010-20301.

Beberapa ruas jalan yang kerap terjadi kemacetan panjang dan lama sering terjadi di pertigaan lampu merah Jalan Dinoyo, perempatan lampu merah Institut Teknologi Negeri Malang (ITN) dan pertigaan jembatan Soekarno Hatta. Kepadatan arus lalu lintas di sepanjang MT. Haryono dan Jl. Gajayana mulai menunjukkan perkembangan yang semakin menghawatirkan. Di jam-jam biasa, yakni di luar pukul enam pagi atau empat sore sampai maghrib, kecepatan kendaraan hanya mampu digeber sampai dengan 40 km per jam. Sementara pada jam-jam sibuk, praktis kendaraan hanya bisa berjalan merambat. Jalan mulai lengang saat jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Tidak hanya itu saja itu mengakibatkan adanya wacana tentang pembokaran jembatan Soekarno Hatta karena usia dari jembatan tersebut telah tidak memungkinkan lagi lebih lama untuk dilewati.


(22)

5

Kemacetan serta wacana pembongkaran jembatan Soekarno Hatta tersebut maka Pelaksanaan Peraturan Walikota Nomor 35 Tahun 2013 Tentang Rekayasa Lalu Lintas dikawasan Jalan Sumbersari – Jalan Gajayana – Jalan MT.Haryono – Jalan D.I Panjaitan – Jalan Bogor dalam mengurai kemacetan. Perwal tersebut diberlakukan karena adanya titik kemacetan yang sangat besar. Kebijakan jalur satu arah untuk kendaraan bermotor tersebut sudah disepakati dan diputuskan dalam rapat forum lalu lintas pertengahan September, bahkan saat itu diputuskan mulai diberlakukan pada 7 Oktober 2013, namun karena infrastrukturnya masih belum mendukung, maka ditunda hingga batas waktu yang belum ditentukan.

Jalur satu arah demi mengurai kemacetan arus lalu lintas di kota itu, terutama di seputar kampus Universitas Brawijaya (UB), Jalan Veteran yang seharusnya lurus, akhirnya dipotong menjadi perempatan, sehingga kendaraan dari arah Jalan Bogor bisa langsung ke Jalan Bogor terusan tanpa harus memutar di Jalan Veteran. Kebijakan tersebut diberlakukan pada tanggal 6 November 2013. Namun kebijakan tersbut berlaku bagi kendaraan pribadi dan tidak berlaku bagi angkutan umum. Dengan demikian pihak yang di istimewakan adalah para sopir angkutan umum karena itu membuat para pengguna angkutan umum tidak memutar karena jalan satu arah tersebut menjadi membuat memutar untuk para pengguna jalan pribadi. Namun tidak semua kebijakan pemerintah membawa dampak positif bagi pengguna jalan atau sekitar jalan yang dilalui. Di sini atau kebijakan tersebut menimbulkan masalah baru bagi warga sekitaran kampus Universitas Brawijaya tidak menerima hal tersebut.


(23)

6

Kebijakan tersebut memberikan dampak yang negatif terhadap masyarakat sekitar jalan yang diberlakukan jalan satu arah. Masyarakat merasa bahwa kebijakan tersebut merugikan masyarakat sekitar karena dengan adanya jalur satu arah perekonomian masyarakat sekitar menjadi menurun bukan itu saja banyak dampak yang di timbulkan dari kebijakan tersebut yaitu dampak sosial budaya serta kekeluargaan masyarakat yang memicu masyarakat menjadi geram. Di Jalan Gajayana masyarakat memberikan polisi tidur karena banyak terjadinya kecelakaan di jalan tersebut serta masyarakat tersebut membuat spanduk bertuliskan tidak setujunya jalan satu arah, di daerah Dinoyo juga demikian mereka menolak karena mereka merasa mendampatkan dampak negatif dari kebijakan tersebut namun di jalan panjahitan lebih mengalami penolakan besar- besaran karena adanya kerugian yang sangat banyak yang dirasakan oleh masyarakat bethek.

Mereka merasa dirugikan karena perekonomian semakin menurun, terjadinya kecelakaan serta adanya gang – gang yang dilewati pengendara dengan ugal – ugalan itu membuat masyarakat tidak nyaman dengan kebijakan tersebut. Oleh karena itu di daerah Bethek jalan Panjahitan terjadilah penolakan besar- besaran yang di lakukan oleh masyarakat sekitar. Dalam hal ini masyarakat Bethek serta masyarakat dinoyo melakukan aksi penolakan dengan cara melakukan negosisasi kepada DPRD serta Walikota dan aspirasi – aspirasi surat yang menyatakan penolakan jalan satu arah namun aspirasi serta negosiasi tidak


(24)

7

memiliki jalan temu oleh karena itu masyarakat Bethek dan Dinoyo melakukan pemblokiran besar- besaran yang dilakukan di jalan tersebut.

Tanggal 13 Oktober 2013 Warga bersama sejumlah Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus melakukan demonstrasi di sepanjang jalan Mayjend Panjaitan hingga pertigaan Jalan Bogor2.Begitu juga pada Senin 27 Oktober 2013 semakin

warga tidak tahan dengan jalur satu arah tersebut. Tidak adanya respon dari pemerintah atas aspirasi masyarakat bethek tersebut. Kesabaran warga Betek nampaknya sudah habis, sebab respon dari wali kota kurang, sehingga aksi demo blokir jalan di kawasan lingkar Universitas Brawijaya (UB) Malang kembali dilakukan warga. Kali ini, sekitar limaratus orang warga Kelurahan Penanggungan dan Dinoyo turun ke jalan untuk menolak kebijakan jalur satu arah yang diberlakukan Pemkot Malang dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Perlu diketahui pada aksi kali ini, warga menutup kawasan lingkar UB mulai dari barat yang terdiri dari daerah pertigaan jalan Gajayana hingga Watugong dan jalur artenatif juga ditutup warga, sedangkan jalan di sisi timur mulai dari Jembatan Soekarno-Hatta, Jalan Mayjend Panjaitan hingga Jalan Bogor juga lumpuh total dan menyebabkan kemacetan parah di kawasan lingkar UB3.

Senin (2/12/2013) Warga jalan di DI.Panjaitan dan jalan M.T Haryono Kota Malang menggelar aksi di depan Balai Kota Malang. Mereka menuntut

2

http://kavling10.com/2014/10/warga-betek-demo-tolak-satu-jalur/ 3


(25)

8

Pemerintah Kota (Pemkot) Malang untuk menghentikan penerapan uji coba jalur satu arah di Jalan DI Panjaitan, Jalan Gajayana dan Jalan MT Haryono4.

Gambar 1. Adanya protes dari pedagang

Gambar 2 . Protes Para Warga

4


(26)

9

Adanya pemaparan persoalaan penulis ingin mengkaji lebih dalam tentang masalah yang ada telah diuraikan dengan mengangkat judul “Protes Sosial di Perkotaan Studi Tentang Kebijakan Satu Arah Masa Pemerintahan Walikota Di Kota Malang”.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana kemunculan, perkembangan dan hasil – hasil yang dicapai dari hasil protes sosial tentang kebijakan jalan satu arah di Kota Malang?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa bagaimana kemunculan perkembangan dan hasil – hasil yang diperoleh oleh dari protes sosial tentang kebijakan jalan satu arah di Kota Malang.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan diatas maka manfaat penelitian adalah :

1. Manfaat Teoritis

Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan khususnya kajian – kajian Sosiologi yang berhubungan dengan masyarakat perkotaan, khususnya dalam mengatur kebijakan yang diberlakukan di perkotaan.

2. Manfaat Praktis

a. Pihak pemerintah, agar menjadikan penelitian ini rujukan atau gambaran kepada pemerintah kota dalam mengambil suatu kebijakan


(27)

10

b. Akademis, menjadikan penelitian ini sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya dalam pembahasan masalah perkotaan yang mengangkut judul.

1.5 Definisi Konsep

1.5.1 Protes Sosial

Istilah protes menurut Poerwadarminta, mengandung pengertian sebagai pernyataan tak menyetujui, menyanggah, menyangkal, menolak, dan lain-lain.Protes dapat dilakukan secara induvidual atau kolektif dalam berbagai bentuk, misalnya aksi unjuk rasa, pembangkangan, penolakan membayar pajak, mogok kerja, petisi, dan lain-lain5.

Menurut Lofland yang mengumpulkan istilah protes dari berbagai kamus, kata protes itu adalah kata benda dan kata kerja yang mengandung pengertian; pernyataan pendapat secara beramai-ramai dan biasanya berupa pembangkangan; keluhan, keberatan, atau ungkapan keengganan terhadap suatu gagasan atau tindakan; ekspresi penolakan secara lugas; deklarasi oleh pihak tertentu sebelum atau saat membayar pajak atau melaksanakan kewajiban yang dibebankan kepadanya yang dianggap ilegal, pengingkaran terhadap tuntutan yang dibebankan dan menuntut hak untuk melakukan klaim guna menunjukkan bahwa tindakannya tidak dilakukan secara sukarela; menyatakan (sesuatu hal) secara terbuka dimuka umum;

5Lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia Poerwadarminta, (Jakarta: penerbit Pusat Bahasa dan


(28)

11

melakukan deklarasi penolakan tertulis secara formal; bersumpah; berjanji untuk melakukan penolakan secara beramai-ramai; mendudukan masalah pada proporsinya6.

Perkembangannya kata protes itu kemudian diboboti dengan konsep, sehingga kata protes ini memiliki persamaaan dengan tindakan kolektif, sebab orang-orang atau kumpulan orang yang melakukan aksi protes itu bertindak secara kolektif dengan mengusung tujuan tertentu.Sebagaimana dikemukakan Tilly bahwa konsep protes itu memiliki persamaannya dengan konsep aksi kolektif (kumpulan bertujuan). Meskipun Tilly mengakui adanya persamaan antara konsep protes dan tindakan kolektif7. Namun, ia

menolak menggunakan konsep protes tersebut dikarenakan dua hal: Pertama, kata “protes” dan “pemberontakan,” “kekacauan,” “gangguan” atau istilah sejenisnya dari sudut pandang penguasa tampak mencerminkan adanya niat dan posisi politik si pelaku. kedua, melihat protes hampir indentik dengan kata-kata “kejahatan dan “kerusuhan” sebagai cara untuk menggambarkan perilaku kolektif berupa kekerasan massal, penjarahan dan kekacauan8.

6Jhon Lofland, Protes: Suatu Studi Tentang Perilaku Kelompok dan Gerakan Sosial,

terjemahan Luthfi Ashari, (Yogyakarta:INSIST Press, 2003), hlm. 67

7Louise A Tilly, dan Charles Tilly (eds), Class Conflict and Collection

Action. (Baverly Hills: Sage. 1981) https://www.google.com Diakses Tanggal 12 januari 2014. Jam

11.10. Wib.

8Jhon Lofland, Protes: Suatu Studi Tentang Perilaku Kelompok dan Gerakan Sosial,


(29)

12

Protes dalam konteks perilaku kolektif tersebut mencerminkan bahwa kehidupan sosial tidak selamanya berjalan sesuai dengan norma-norma sosial serta peraturan-peraturan institusional yang ada.Hal ini tercermin dalam berbagai bentuk protes yang dilakukan anggota masyarakat secara kolektif, seperti unjuk rasa atau demonstrasi. Terlebih lagi norma, peraturan dan hukum itu datang dari pemerintahan yang otoriter, dan hal tersebut hanya menguntungkan penguasa dari pada masyarakat. Dalam arti, norma, peraturan dan hukum dirancang untuk mendukung atau melanggengkan kekuasaan, sehingga ruang kebebasan masyarakat terasa dibatasi. Tentu saja kondisi ini, cepat atau lambat, akan muncul ketidakpuasan secara kolektif dalam bentuk protes

1.5.2. Kota

Secara umum kota adalah tempat bermukimnya warga kota, tempat bekerja, tempat kegiatan dalam bidang ekonomi, pemerintah dan lain-lain. Dengan kata lain, Kota adalah suatu ciptaan peradaban budaya umat manusia. Kota sebagai hasil dari peradaban yang lahir dari pedesaan, tetapi kota berbeda dengan pedesaan, karena masyarakat kota merupakan suatu kelompok teritorial di mana penduduknya menyelenggarakan kegiatan-kegiatan hidup sepenuhnya, dan juga merupakan suatu kelompok terorganisasi yang tinggal secara kompak di wilayah tertentu dan memiliki derajat interkomuniti yang tinggi.


(30)

13

Dari segi perancangan, Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk mendukung kehidupan warganya secara mandiri9.

1.5.3. Kelurahan

Menurut pasal 1 : 5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 73 tahun 2005 mengemukakan bahwa Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai perangkat kerja Kabupaten/Kota dalam wilayah kerja Kecamatan. Dalam kamus bahasa Indonesia yang dikemukakan oleh Poerwadaraminta (1998:615) mendefinisikan bahwa Kelurahan adalah daerah (kantor,rumah) Lurah.

Kelurahan sebagai kesatuan wilayah terkecil didalam wilayah Kecamatan didaerah Kabupaten/Kota, dapat berfungsi sebaga unit kerja pelayanan pada masyarakat berdasarkan pelimpahan sebagian kewenangan dari Camat kepada Lurah. Sehingga dalam tugas pokok dan fungsinya, pemerintah kelurahan menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat dalam ruang lingkup kelurahan sesuai batas-batas kewenangan yang dilimpahkan Camat.

1.5.4. Kebijakan

Pemerintah dalam peningkatan pelayanan publik terdapat beberapa kebijakan-kebijakan pemerintah dalam hal ini biasa juga disebut sebagai

9


(31)

14

kebijaksanaan. Kebijaksanaan Menurut Amara Raksasataya, adalah sebagai suatu taktik dan strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan. (Islamy,op cit; h-17) Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Dr. SP. Siagian, MPA dalam proses pengolahan Pembangunan Nasional, bahwa :

“Kebijaksanaan adalah serangkaian keputusan yang sifatya mendasar untuk dipergunaan sebagai landasan bertindak dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan yang ditetapkan sebelumnya”. (Siagian, op cit ., h.49)

Kesimpulannya, Kebijakan/kebijaksanaan adalah suatu rangkaian keputusan yang telah di tetapkan dengan cara yang terbaik untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelum kebijakan tersebut diambil. Secara garis besar ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembuatan kebijakan, yaitu :

1. Adanya pengaruh tekanan dari luar

2. Adanya pengaruh kebiasaan lama (konservatisme) 3. Adanya pengaruh sifat pribadi

4. Adanya pengaruh dari kelompok luar 5. Adanya pengaruh keadaan masa lalu.

Selain itu, terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi dalam pembuatan kebijaksanaan, yaitu :

1. Sulitnya memperoleh informasi yang cukup 2. Bukti-bukti sulit disimpulkan


(32)

15

3. Adanya berbagai macam kepentingan yang berbeda mempengaruhi pilihan tindakan yang berbeda-beda pula

4. Dampak kebijaksanaan sulit dikenali 5. Umpan balik kepututusan bersifat sporadic

6. Proses perumusan kebijkasanaan tidak mengerti dengan benar10.

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu. Metodologi juga merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode. Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban Motivasi dan tujuan penelitian secara umum pada dasarnya adalah sama, yaitu bahwa penelitian merupakan refleksi dari keinginan manusia yang selalu berusaha untuk mengetahui sesuatu. Keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan merupakan kebutuhan dasar manusia yang umumnya menjadi motivasi untuk melakukan penelitian11.

10

Abdurahman,2012. Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Di Kecamatan Bacan Tengah Kabupaten Halmahera Selatan. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitashasanuddin.MAKASSAR


(33)

16 1.6.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode pendekatan yang dugunakan adalah fenomenologi. Karena dalam metodologi sama artinya dengan medeskrisikan paradigm atau cara cara pandang terhadap realitas. Seperti halnya Schutz mengatakan bahwa objek penelitian ilmu sosial pada dasarnya berhubungan dengan interpretasi terhadap realitas.Jadi sebagai peneliti sosial, kita pun harus membuat interpretasi terhadap realitas yang diamati. Orang-orang saling terikat satu sama lain ketika membuat interpretasi ini12.

1.6.2 Lokasi penelitian

Peneliti mengambil tempat penelitian di Kelurahan Dinoyo dan Bethekkarena ditempat kejadian tersebut terjadinya protes yang mengakibatkan sebuah kebijakan yang diputuskan pemerintah dikaji ulang kembali oleh Pemerintah Kota Malang.

1.6.3 Subyek Penelitian

Peneliti menentukan subyek penelitiandengan menggunakan teknik Purposive Sampling dimana teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Yang di maksudkan dengan pertimbangan tertentu adalah peneliti menentukan kriteria- kriteria tertentu dalam pengambilan informan dimana kriteria tersebut sebagai berikut:

a. Aktor yang terlibat dalam protes


(34)

17

b. Aktor penggerak protes

1.6.4 Sumber Data

Jenis dan Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan yang menggunakan metode wawancara secara langsung dan observasi di lapangan. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara dan observasi kepada infoman di kawasan Bethek dan Kelurahan Dinoyo Malang

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber yang berkaitan dengan data seperti internet yang menjelaskan tentang Protes Sosial Di Perkotaanyang dibutuhkan. Sumber data sekunder adalah jurnal, literatur yang terkait dengan penelitan tersebut.

1.6.5 Teknik Pengumpulan Data

Pencarian data dalam menyusun penulisan ini menggunakan beberapa teknik pemgumpulan data yakni:

a. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain. Dimana observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga pada objek-objek alam yang lain.objek – objek yang akan di observasi yaitu tempat kejadian,papan atau spanduk


(35)

18

yang di buat untuk protes. Dimana dalam melakukan penelitian peneliti mengamati secara langsung obyek penelitian untuk memperoleh gambaran kebenaran dari data yang didapat, dalam penelitian ini peneliti melakukan Observasi Nonpartisipan dimana peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Peneliti hanya secara langsung melihat atau mengamati apa yang terjadi pada subyek penelitian13. Menurut Alwasilah

(2003:211) mendefinisikan observasi penelitian sebagai pengamatan sistematis dan terencana yang diniati untuk perolehan data yang dikontrol validitas dan reabilitasnya14. Dalam hal ini peneliti akan mengobservasi

lokasi peneliti dengan terjun langsung ke lapangan mencari subjek – subjek peneltian,melihat tempat kejadian apakah masih ada sisa – sisa dari aksi protes tersebut. Serta peneliti melakukan review lapangan apakah yang terjadi sama dengan data yang diperoleh.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu15. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang sangat terbuka,

13Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Hlm. 96

14http://ebookily.org/doc/moleong-lexy-j-2002-metodologi-penelitian=http

kualitatif-74359669.html.Diakses Tanggal 12 januari 2014. Jam 11.10. Wib.

15 Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualittif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.


(36)

19

jawabannya lebih luas dan bervariasi bentuk pertanyaan yang diajukan sangat terbuka, hampir tidak ada pedoman yang digunakan sebagai kontrol. Begitu pun dengan jawabannya dari subyek atau terwawancara, dapat sangat luas dan bervariasi16.Sehingga pertanyaan dapat berkembang dengan dipengaruhi

jawaban informan. Kebebasan diberikan pada informan untuk menjawab dengan tidak menutup kemungkinan menyimpang dari persoalan. Wawancara tidak terstruktur digunakan untuk menggali data secara mendalam. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang bagaimana Protes Sosial Di Perkotaan terjadi memandang sebagai akibat kebijakan satu arah yang terjadi di masyarakat di Kota Malang .

Peneliti akan terjun ke tempat kejadian untuk mencari rumah informan yang sudah menjadi kriteria peneliti. Setelah mendapatkan informasi tentang tempat tinggal maka peneliti akan menuju rumah subyek penelitian. Dalam hal ini peneliti akan berkenalan dengan subjek penelitian terlebih dahulu serta mengutarakan maksud dan tujuan peneliti menemui subjek penelitian tersebut. Setelah ada persetujuan serta perkenalan selesai maka peneliti akan memawancarai subjek peneliti dengan panduan yang telah dipersiapkan oleh peneliti dan begitu dengan seterusnya berlanjut dengan informan lainnya.


(37)

20

c. Studi Dokumen

Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berupa foto-foto dari lokasi penelitian, berkas-berkas yang bisa menunjang data dalam penelitian ini, pemberitaan dari media massa, notulen rapat pertemuan para pelaku protes serta surat keputusan Walikota ,kemudian data tersebut dikaji kembali dengan maksud untuk melengkapi data-data yang diperoleh sebelumnya. Sifat utama data ini tidak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam.

Peneliti akan menemui pedagang yang ada disekitaran daerah tersebut disini peneliti ingin mencari informan yang benar- benar mengetahui serta mengalami kejadian tersebut agar dokumen – dokumen yang dibutuhkan peneliti untuk melengkapi hasil penelitian bisa terselesaikan.

1.7 Teknik Analisa Data

Analisis data merupakan langkah terakhir sebelum menarik kesimpulan, untuk itu teknik analisis data sangat diperlukan dalam penelitian untuk memperoleh gambaran yang jelas dari data yang diperoleh. Dalam penelitian ini yang digunakan metode penelitian kualitatif dengan analisis fenomenologi yang bersifat deskriptif. Setelah data di analisis dengan metode fenomenologi kualitatif selanjutnya dibahas permasalahan tersebut hingga ada pada suatu kesimpulan. Dalam penelitian ini menggunakan analisis fenomenologi kualitatif


(38)

21

model analisis interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan Haberman melalui empat tahap yakni:

a. Pengumpulan data

Kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang diperoleh dari subyek penelitian yang ada relevansinya dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian. Dalam mengumpulkan data peneliti menggunakan berbagai cara agar mendapat informasi/data yang diperoleh

b. Reduksi data

Diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyerderhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data awal yang muncul dari catatan-catatan dilapangan. Peneliti mengedit data dengan cara memilih bagian data yang mana untuk dikode, dipakai, dan yang diringkas, serta dimasukan dalam kategori, dan sebagainya.

c. Penyajian data

Sekumpulan data yang diorganisir sehingga dapat memberi deskripsi menuju proses penarikan kesimpulan. Penyajian data harus mempunyai relevansi yang kuat dengan perumusan masalah secara keseluruhan dan disajikan secara sistematis.

d. Penarikan kesimpulan

Proses penarikan kesimpulan merupakan bagian penting dari kegiatan penelitian, karena merupakan kesimpulan dari penelitian. Proses penarikan kesimpulan ini dimaksutkan untuk menganalisis, mencari makna dari data


(39)

22

yang ada sehingga dapat ditemukan tema dalam penelitian yang telah dilakukan.


(1)

b. Aktor penggerak protes 1.6.4 Sumber Data

Jenis dan Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan yang menggunakan metode wawancara secara langsung dan observasi di lapangan. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara dan observasi kepada infoman di kawasan Bethek dan Kelurahan Dinoyo Malang

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber yang berkaitan dengan data seperti internet yang menjelaskan tentang Protes Sosial Di Perkotaanyang dibutuhkan. Sumber data sekunder adalah jurnal, literatur yang terkait dengan penelitan tersebut.

1.6.5 Teknik Pengumpulan Data

Pencarian data dalam menyusun penulisan ini menggunakan beberapa teknik pemgumpulan data yakni:

a. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain. Dimana observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga pada objek-objek alam yang lain.objek – objek yang akan di observasi yaitu tempat kejadian,papan atau spanduk


(2)

yang di buat untuk protes. Dimana dalam melakukan penelitian peneliti mengamati secara langsung obyek penelitian untuk memperoleh gambaran kebenaran dari data yang didapat, dalam penelitian ini peneliti melakukan Observasi Nonpartisipan dimana peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Peneliti hanya secara langsung melihat atau mengamati apa yang terjadi pada subyek penelitian13. Menurut Alwasilah (2003:211) mendefinisikan observasi penelitian sebagai pengamatan sistematis dan terencana yang diniati untuk perolehan data yang dikontrol validitas dan reabilitasnya14. Dalam hal ini peneliti akan mengobservasi lokasi peneliti dengan terjun langsung ke lapangan mencari subjek – subjek peneltian,melihat tempat kejadian apakah masih ada sisa – sisa dari aksi protes tersebut. Serta peneliti melakukan review lapangan apakah yang

terjadi sama dengan data yang diperoleh. b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu15. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang sangat terbuka,

13Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Hlm. 96

14http://ebookily.org/doc/moleong-lexy-j-2002-metodologi-penelitian=http kualitatif-74359669.html.Diakses Tanggal 12 januari 2014. Jam 11.10. Wib.

15 Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualittif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset. Hlm. 75


(3)

jawabannya lebih luas dan bervariasi bentuk pertanyaan yang diajukan sangat terbuka, hampir tidak ada pedoman yang digunakan sebagai kontrol. Begitu pun dengan jawabannya dari subyek atau terwawancara, dapat sangat luas dan bervariasi16.Sehingga pertanyaan dapat berkembang dengan dipengaruhi jawaban informan. Kebebasan diberikan pada informan untuk menjawab dengan tidak menutup kemungkinan menyimpang dari persoalan. Wawancara tidak terstruktur digunakan untuk menggali data secara mendalam. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang bagaimana Protes Sosial Di Perkotaan terjadi memandang sebagai akibat kebijakan satu arah yang terjadi di masyarakat di Kota Malang .

Peneliti akan terjun ke tempat kejadian untuk mencari rumah informan yang sudah menjadi kriteria peneliti. Setelah mendapatkan informasi tentang tempat tinggal maka peneliti akan menuju rumah subyek penelitian. Dalam hal ini peneliti akan berkenalan dengan subjek penelitian terlebih dahulu serta mengutarakan maksud dan tujuan peneliti menemui subjek penelitian tersebut. Setelah ada persetujuan serta perkenalan selesai maka peneliti akan memawancarai subjek peneliti dengan panduan yang telah dipersiapkan oleh peneliti dan begitu dengan seterusnya berlanjut dengan informan lainnya.


(4)

c. Studi Dokumen

Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berupa foto-foto dari lokasi penelitian, berkas-berkas yang bisa menunjang data dalam penelitian ini, pemberitaan dari media massa, notulen rapat pertemuan para pelaku protes serta surat keputusan Walikota ,kemudian data tersebut dikaji kembali dengan maksud untuk melengkapi data-data yang diperoleh sebelumnya. Sifat utama data ini tidak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam.

Peneliti akan menemui pedagang yang ada disekitaran daerah tersebut disini peneliti ingin mencari informan yang benar- benar mengetahui serta mengalami kejadian tersebut agar dokumen – dokumen yang dibutuhkan peneliti untuk melengkapi hasil penelitian bisa terselesaikan.

1.7 Teknik Analisa Data

Analisis data merupakan langkah terakhir sebelum menarik kesimpulan, untuk itu teknik analisis data sangat diperlukan dalam penelitian untuk memperoleh gambaran yang jelas dari data yang diperoleh. Dalam penelitian ini yang digunakan metode penelitian kualitatif dengan analisis fenomenologi yang bersifat deskriptif. Setelah data di analisis dengan metode fenomenologi kualitatif selanjutnya dibahas permasalahan tersebut hingga ada pada suatu kesimpulan. Dalam penelitian ini menggunakan analisis fenomenologi kualitatif


(5)

model analisis interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan Haberman melalui empat tahap yakni:

a. Pengumpulan data

Kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang diperoleh dari subyek penelitian yang ada relevansinya dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian. Dalam mengumpulkan data peneliti menggunakan berbagai cara agar mendapat informasi/data yang diperoleh

b. Reduksi data

Diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyerderhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data awal yang muncul dari catatan-catatan dilapangan. Peneliti mengedit data dengan cara memilih bagian data yang mana untuk dikode, dipakai, dan yang diringkas, serta dimasukan dalam kategori, dan sebagainya.

c. Penyajian data

Sekumpulan data yang diorganisir sehingga dapat memberi deskripsi menuju proses penarikan kesimpulan. Penyajian data harus mempunyai relevansi yang kuat dengan perumusan masalah secara keseluruhan dan disajikan secara sistematis.

d. Penarikan kesimpulan

Proses penarikan kesimpulan merupakan bagian penting dari kegiatan penelitian, karena merupakan kesimpulan dari penelitian. Proses penarikan kesimpulan ini dimaksutkan untuk menganalisis, mencari makna dari data


(6)

yang ada sehingga dapat ditemukan tema dalam penelitian yang telah dilakukan.