PERBEDAAN USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTRI SDN 2 PEGULON DAN REMAJA PUTERI TUNA GRAHITA SLB SWADAYA KABUPATEN KENDAL

  

PERBEDAAN USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTRI SDN 2 PEGULON DAN

REMAJA PUTERI TUNA GRAHITA SLB SWADAYA KABUPATEN KENDAL

Budi Astyandini

  • *)Akademi kebidanan Pemkab Kendal

    Korespondensi :asty.budi@yahoo.com

  

ABSTRAK

  Menarche adalah menstruasi pertama sebagai tanda seks primer gadis-gadis muda. Usia menarche dipengaruhi oleh faktor keturunan, status gizi dan kesehatan umum. Remaja cacat mental (IQ kurang dari 70) memiliki perbedaan dalam masa pertumbuhan meliputi kekurangan berikut dalam intelektual, sensori sensorik, gerakan motorik, keterampilan komunikasi dan perilaku sosial dibandingkan anak perempuan pada umumnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan usia menarche dan pengetahuan dalam SDN 2 gadis-gadis remaja dan perempuan muda Tunagrahita Pegulon SLB Organisasi di Kendal. Jenis studi banding, pendekatan cross-sectional, teknik pengambilan sampel jenuh, yaitu siswa memiliki menarche. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data uji Independent Sample t-Test, hasil yang diperoleh usia menarche t = -3.508 Dan  0,001 <0,005 berarti bahwa Ho ditolak ada kemungkinan perbedaan usia menarche berhubungan dengan respon sensorik, perilaku sosial dan intake kurang tepat. Faktor yang terkait dengan teknologi informasi serta tingkat retardasi mental ringan. Kesimpulan Tidak ada perbedaan usia menarche dan tidak ada perbedaan pengetahuan di kalangan remaja perempuan.

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

  Proses reproduksi pada remaja putri berkebutuhan khusus tunagrahita dan remaja putri pada umumnya memiliki kesamaan dalam hal proses reproduksi terutama pada tanda primer berupa menarche. Usia menarche dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain iklim ,bangsa,kebudayaan, keturunan, status gizi dan kesehatan secara umum saat ini usia menarche ke arah yang lebih muda antara 8 – 14 tahun dipengaruhi oleh peningkatan kesehatan umum dan status gizi.dimana leptin dan kandungan lemak berperan dalam penentuan usia menarche. Sebelum memasuki menache ciri sekunder dimulai dari perkembangan payudara (Telarke) terjadi 2,5 tahun lebih awal, adrenarke (peran kelenjar adrenal dengan meningkatkan sintesis dan sekresi androgen lemah oleh adreanl yaitu androstenodion,dehidroepiandrosteron (DHEA) dehisroepiandrosteron sulfat( DHEA- S).terjadi 2 tahun sebelum menarche memicu tumbuhnya rambut di pubis (pubarke) dan ketiak. Puncak dari pematangan aksis hipotalamus –hipofisis- ovarium untuk memproduksi ovum ataupun endometrium matang sehingga dapat menunjang zigot jka terjadi pembuahan adalah peistiwa menarche atau menstruasi yang pertama kali ( Henifer and schut, 2006).

  Gangguan yang mungkin terjadi pada masa pubertas antara lain : pubertas antara lain : pubertas dini (pubertas prekok) dan psedopubertas dini dimana hormon gonadrotropin diproduksi sebleum anak berusia 8 tahun dan menache terjadi pada usia sebelum 10 tahun. Serta pubertas tarda ( lambat) bila gejala awal pubertas baru timbul usia 14 – 16 tahun dan menarche terjadi setelah usia 18 tahun (Syaifudin,1999). Batasan remaja menurut WHO yaitu usia 10-19 tahun yang belum menikah, dan usia lebih dari 19 tahun tetapi masih tergantung ada orang tua (belum mandiri) tetapi bila sebelum usia 19 tahun sudah menikah tergolong dewasa atau tidak remaja lagi. Menurut data profil kesehatan Indonesia tahun 2010 jumlah remaja di Indonesia sebanyak 44 juta (21% dari jumlah penduduk), Sedangkan remaja berkebutuhan khusus berjumlah sekitar 7 – 10 % dari jumlah remaja yang ada.

  Pada remaja putri dengan tuna grahita (adolence with special needs) memiliki kebutuhan khusus tingkat kecerdasan (IQ) di bawah 70 memiliki keterbatasan mental, intelektual, sosial maupun emosional ketergantungan pada orang lain secara berlebihan, kurang tanggap serta keterbatasan fisik (penampilan fisiknya kurang proporsional), perkembangan bicara terlambat dan bahasa terbatas secara sehingga pada umumnya memiliki prestasi sekolah kurang. Jumlah tunagrahita secara estimasi di Indonesia sebanyak 962.011 orang. 40 % adalah Remaja putri . Klasifikasi tunagrahita untuk keperluan pendidikan : 1) Taraf perbatasan /bordeline lamban belajar IQ 70 – 85 2) Tuna grahita mampu didik /educable metality retarde IQ 50 – 75 3) Tuna grahita mapu latih (trainable mentality retarde ) IQ 35- 50 4) Tunagrahita butuh rawat ( dependent or profoundly metalyty retardate) dengan IQ dibawah 30 ( Kemis dan Rosnawati,2013).

  Hasil penelitian Triana (2010) pada orang tua yang memiliki anak Tunagrahita di SLB C dan C1 didapatkan orang tua merasa remaja dengan tuna grahita memiliki ketergantungan yang membuat keluarga harus mengorbankan banyak waktu,finansial, serta mengahadapi stigma dari masyarakat serta khawatir akan masa depan anaknya sehingga menerapkan pola asuh yang terlalu memanjakan karena beranggapan keterbatasan perlu dikasihani dan tidak bisa mandiri atau sangat membatasi karena berbagai keterbatasannya.

  Data dari Dinas Sosial Kabupaten Kendal tahun 2013 jumlah anak penyandang cacat di Kabupaten Kendal sebanyak 1531 anak berkebutuhan khusus. Data dari Dinas Pendidikan di Kabupaten Kendal didapatkan jumlah murid di SLB sebanyak 257 anak terdiri dari 130 anak perempuan dan 127 anak laki- laki dengan jenjang pendidikan dari TKLB sampai dengan SMALB.

  Tujuan Penelitian ini adalah menganalisis perbedaan usia menarche pada remaja putri di SDN 2 Pegulon dan SLB Swadaya Kabupaten Kendal

METODE PENELITIAN

  Jenis penelitian ini adalah penelitian komparasi yang bertujuan menemukan perbedaan usia menarche antara remaja putri dan remaja putri Tunagrahita dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri yang telah mengalami menarche yang terdaftar aktif sebagai murid di SDN 2 Pegulon dan SLB swadaya Kabupaten Kendal, yaitu berjumlah 32 remaja putri yang dipilih melalui sampling jenuh.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Tabel 1 Distribusi Frekuensi usia menarche pada remaja putri Kategori Frekuensi(f) Persentase (%)

  Prekok

  8

  56 Normal

  7

  44 Total 16 100 Pada remaja putri yang usia menarche menstruasi bervariasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar dari remaja putri mengalami menarche awal <10 tahun 9 orang ( 56 %). Dan yang mengalami usia menarche normal sebanyak 7 orang ( 44%).

  Tabel 2. Distribusi Frekuensi usia menarche pada remaja putri Tuna grahita Kategori frekuensi(f) Persentase (%) Prekok

  1

  6 Normal

  15

  94 Total 16 100 Tabel 2 menunjukan bahwa sebagian kecil remaja putri tunagrahita mengalami menarche precok < 10 tahun yaitu sebanyak 1 orang (6%) sedangkan sebagian besar mengalami usia menarche nomal sebanyak 15 orang (94%).

  Menurut Syaifudin (1999) mengemukakan bahwa Menarche adalah menstruasi yang pertama kali. Menstruasi adalah perdarahan yang berasal dari uterus sebagai tanda bahwa alat kandungannya menunaikan fungsinya, terjadi setiap bulan secara teratur pada seorang wanita dewasa yang sehat dan tidak hamil. menstruasi merupakan ciri khas seorang wanita dimana terjadi perubahan-perubahan siklik dari alat kandungannya sebagai persiapan kehamilan. Factor-faktor yang mempengaruhi menarche 1) Factor keturunan : Saat timbulnya menarche kebanyakan ditentukan oleh pola menstruasi dalam keluarga. 2) Factor gizi: terutama berhubungan dengan leptin, yang merupakan suatu hormon yang menimbulkan rasa kenyang yang dihasilkan oleh lemak. Makin baik nutrisi makin cepat usia menarche. Anak perempuan dengan jaringan lemak yang lebih banyak, sebagian besar lebih cepat mengalami menarche daripada anak yang kurus. 3) Faktor Kesehatan umum: penyakit kronis, terutama yang mempengaruhi masukan makanan dan oksigenasi jaringan dapat memperlambat menarche 4) Faktor kebudayaan dan perkembangan rohani dalam alam pikiran egosentrik ke alam pikiran yang kebih matang (Syaifudin, 1999).

  Proses menarche merupakan rangkaian fungsi endokrin dan gametogenik gonad pertama yang berkembang mencapai titik untuk dapat bereproduksi diawali dengan telarke (pembentukan payudara) diikuti pubarke (tumbuhnya rambut pubis dan ketiak) serta menarche ( menstruasi yang pertama kali). Usia menarche dibagi menjadi 3 yaitu: 1) Usia menarche awal (pubertas prekok) terjadi bila menarche dialami sebelum usia 10 tahun, faktor yang mempengaruhi adalah adanya kerusakan di hypotalamus posterior antara lain tumor dan infeksi,kelaina reseptor LH terhadap gonadrotopin atau karena peningkatan pemenuhan gizi. Akibat pertumbuhan tubuh lebih cepat tetapi penutupan garis epifisis pada tulang lebih cepat drai biasa sehingga pada akhirnya pertumbuhan lebih kecil.90 % tidak ditemukan kelainan organik dan harus menjaga anak dari pemerkosaan. 2) Usia menarche normal 11- 14 tahun dimulai dengan timbulnya seks sekunder

  3) Usia menarche tertunda bila tidak timbul sampai usia 14- 16 tahun atau sampai usia 17 tahun, faktor yang mempengaruhi adalah herediter,gangguan kesehatan berhubungan dengan kegagalan pematangan akibat panhipopituitarisme berkaitan dengan kelainan pola kromosom, dan kekurangan gizi, (Ganong, 2002)

  Tabel 3 Perbedaan usia menarche antara remaja putri dengan remaja putri Tuna grahita Usia menarche Remaja

  Putri Tuna grahita Total Prekok 9 ( 56 %) 1 (6%) 10 (31%) Normal 7 (44 %) 15 (54%) 22 (69%) Total 16 (100%) 16 (100 %) 32 (100%)

  Independent Samples Test Levene's Test for Equality of

  Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. (2- tailed)

  Mean Difference Std.

  Error Differe nce 95% Confidence

  Interval of the Difference Lower Upper menarche Equal variances assumed

  43,308 ,000 -3,508 30 ,001 -,50000 ,14252 -,79107 -,20893 Equal variances not assumed

  • 3,508 21,760 ,002 -,50000 ,14252 -,79576 -,20424
Tabel 3 menunjukkan bahwa responden yang memiliki usia menarche prekok dari 10 responden sebagian dialami oleh remaja putri yaitu sebanyak 9 ( 56 %) orang, sedangkan usia menarche normal dari 22 responden didapatkan sebagian besar pada remaja putri tuna grahita(54 %). Hasil uji statistik diperoleh nilai T = -3,508 sig 0,001 hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan usia menarche pada remaja putri dengan remaja putri tunagrahita ( nilai p < 0.05) Ho ditolak . nilai t – berarti jumlah rata – rata remaja putri yang mengalami menarche normal lebih sedikit dibanding remaja tuna grahita .

  5) Hal ini membuktikan bahwa ada perbedaan usia menarche antara remaja putri dengan remaja putri tunagrahita. Usia menarche pada remaja putri memiliki kecenderungan lebih muda dan normal sedangkan pada remaja putri tuna grahita usia menarche cenderung ke usia nomal dan tarda. Hal ini dimungkinkan karena Remaja sebagian besar responden remaja putri tunagrahita mengalami keterlambatan pada tanda seks primer maupun sekunder sehubungan dengan kurangnya panca indra maupun tingkat pemahaman yang dapat merangsang pertumbuhan tanda seks. Menurut Wigyosastro ( 2005) dalam proses menstruasi penyaluran realeasing hormone(RH) sangat dipengaruh oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hypotalamus, dan pengaruh dari luar antara lain cahaya,bau melalui bulbus oktorius dan hal – hal psikologik. Menurut (Kemis dan Rosnawati, 2013). Remaja tunagrahita dari faktor organik, disfungsi otak sehingga mengalami kesulitan dalam perhatian,keterbatasan dalam penyesuaian sosial, terterbatasan perkembangan bahasa, mudah tertarik perhatian, hyperaktif,mempunyai waktu perhatian yang pendek, suka menyakiti diri sendiri. Kurang tangkas dan keseimbangan dalam gerak motorik kasar, motorik halus kurang trampil dan terorganisir,gerak sensorik cenderung hiporeakstif, engan belajar/hyperaktif,fokus hanya detail pada detail tertentuminat terbatas, tidak patuh,monoton, tantrum,stimulasi dini, takut cemas, mudah menangis. Hal ini memungkikan orang tua menuruti segala keinginan remaja putri jika dalam pemenuhan gizi tidak mendapatkan kebutuhan yang cukup akan mempengahui proses metabolisme terutama jumlah presentase lemak dalam tubuh terutama leptin yang merupakan hormon tanda dari rasa kenyang pada umumnya peningkatan kadar leptin akan menghambat neuropeptida Y merupakan mediator dari asupan makanan dan mengontrol aktifasi neural GNRH di hipotalamus pada masa pra pubertas. Dan kadar leptin akan terus meningkat selama pubertas (Heffner & Schust).

  Kesalahan memori karena memory mereka pendek mudah lupa,sulit meniru aksi orang lain, bisa meniru kata tapi tidak tau arti,keterbatasan komunikasi menganggu bahasa verbal non verbal,kesulitan menyampaikan keinginan, kurang kreatif bisa mengurutkan tetapi tidak mampu mengembangkan. Tingkah laku anak tuna grahita dianggap aneh oleh sebagian masyarakat karena tidak sesuai dengan ukuran normatif lingkungan. Pada remaja putri tunagrahita terjadi selisih yang signifikan antara umur mental ( MA ) dan umur kronologis (CA) semakin tua usia semakin lebar selisihnya sehingga dianggap sebagi aneh karena sudah tua perlakukanya seperti anak – anak. Hal ini menyebabkan orang kurang memperhatikan tanda sekunder yang dialami serta kurangnya persiapan menjelang menarche. Sehingga remaja putri tunagrahita saat telah menarche dapat mengalami pelecehan seksual maupun pemerkosaan sehubungan dengan keterlambatan bahasa, dari hasil penelitian Robet Ingall (1987) dalam Kemis menunjukan bahwa kebanyakan tunagrahita tidak dapat mencapai ketrampilan bahasa yang sempurna sehingga keadaan ini dapat dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Orang tua diharapkan tidak terlalu mengasihani , tetapi dihargai sebagai manusia utuh, jangan dikucilkan diterima, harus diberi kesempatan makasimal.

  Sedangkan pada remaja putri dengan perkembangan dan pertumbuhan yang tidak mengalami hambatan dan mendapatkan asupan gizi yang cukup memungkinkan lebih cepat mengalami menarche. Menurut walsh 2008, dari beberapa hasil riset di Amerika utara diadapatkan rata – rata usia menarche 11,5 pada wanita kulit putih dan hitam tahun sedangkan menarche yang lebih awal dihubungkan dengan berat badan yang normal pada etnis hispanik ( Koprowki et al,1999) pada kulit hitam menarche terjadi lebih awal yaitu pada usia 8 – 10 tahun ( Herman-giddens et all, 1997)

  Penelitian ini sesuai dengan data Menurut susenas BPS tahun 2010 didapatkan usia menarche 20,5 % pada usia 12 tahun, 27,5% berusia 13 tahun dan 26,3% terjadi pada usia 14 tahun..

  Pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus selain dilakukan oleh pemerintah dapat dilakukan oleh masyarakat atau yayasan terkait.Yang harus dilakukan orang tua: remaja putri tidak boleh diikasihani, tetapi dihargai sebagai manusia utuh, jangan dikucilkan diterima, harus diberi kesempatan maksimal ( kemis & rosnawati).

  SIMPULAN

  Berdasarkan hasil penelitian perbedaan usia menarche pada remaja putri SDN 2 Pegulon dan remaja putri Tuna grahita SLB swadaya Kabupaten Kendal dapat disimpulkan bahwa :

  1. Sebagian besar remaja putri mengalami menarche Precok <10 tahun ( 56 %).

  2. Sebagian sebagian besar remaja putri Tuna grahita mengalami usia menarche nomal sebanyak 15 orang (94%)

  3. Terdapat perbedaan usia menarche antara remaja putri dan remaja putri Tunagrahita

  DAFTAR PUSTAKA 1. Ali, Mohammad dan Asrori,Mohamad. Psikologi remaja perkembangan peserta didik.

  Jakarta Bumi aksara, 2004.

  2. Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT Rineka Cipta. Jakarta 2003

  

3. Budiarto E. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Penerbit Buku

Kedokteran EGC; Bandung: 2001.

  4. Ganong,William,F. Buku ajar fisiologi kedokteran editor Widjayakusumah, Djauhari, Jakarta EGC, 2003.

  5. Heffner,Linda and Schust,Dany. At a glance sistem reproduksi edisi ke 2,Jakarta Erlangga, 2006

  6. Hurlock,Elisabeth B, Perkembangan anak jilid 1 edisi ke 6 alih bahasa Tjandrasa meitasari dan Zarkasih Muslichah, Jakarta Erlangga, 1993.

  7. Imron Ali. Pendidikan kesehatan reproduksi remaja peer educator & efektifitas program

  PIK –KRR di sekolah,Jogyakarta Ar Ruzz Media, 2011 8.

  Kemis dan Rosnati Ati. Pendidikan anak berkebutuhan khusus tunagrahita, Jakarta Luxima Metro Media, 2013.

  9. Migwar,Muhamad al,. Psikologi remaja petunjuk bagi guru dan keluarga Bandung Pustaka Setia, 2011.

  10. Saifudin, Abdul Bahri. Ilmu kebidanan, Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 1999

  11. Saifudin, Abdul Bahri. Ilmu kandungan, Jakarta yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 1999.

  

12. Sako, Wahidin R. Hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua tunagrahita

dengan sikap penerimaan orang tua terhadap anak di SDLB (C) tunagrahita YPPLB Cendrawasih Makassar. Program Studi Ilmu Keperawatan.Makassar; 2006

  

13. Triana,N, Stress dan koping keluarga dengan anak tunagrahita di SLB C dan SLB C1

widya Bhakti ,Prodi Ilmu Keperawatan Undip.Semarang ; 2010.

  14. Wals,Linda V. Buku ajar kebidanan komunitas ( Midwifery: comunity-based care during

  the chilbearng year) alih bahasa Handayani,dkk. Jakarta EGC. 2008

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PACARAN SEHAT DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI SMA KOTA SEMARANG

0 1 10

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI KABUPATEN DEMAK Ida Sri Wahyuningsih Sri EndangWahyuningsih) )Akademi kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi : Sriendangwahyuningsihyahoo.com ABSTRAK - HUBUNGAN POLA

0 0 9

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN KEIKUTSERTAAN BALITA DALAM POSYANDU BALITA DI KELURAHAN GEBANGSARI KOTA SEMARANG

0 0 10

GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG MENOPAUSE PADA WANITA PRA MENOPAUSE DI DESA GOTPUTUK KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN BLORA

0 0 12

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA DENGAN KUNJUNGAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN SAMPAI DENGAN K4 DI KABUPATEN PATI Lingga Kurniati) ) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi : lingga_mid04yahoo.com ABSTRAK - HUBUNG

1 1 17

Korespondensi : ibi_jatengyahoo.co.id ABSTRAK - HUBUNGAN INTERAKSI ORANG TUA TERHADAP ANAK REMAJA DENGAN KEJADIAN PENYIMPANGAN PERILAKU SEKSUAL PADA ANAK REMAJA DI KOTA SEMARANG

0 0 10

HUBUNGAN STATUS PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN MORBIDITAS PADA BAYI UMUR 7-12 BULAN DI KOTA SEMARANG HIMMATUL FITRIYAH TITIK SULISTYAWATI ) ) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi : titiksadiyahoo.com ABSTRAK - HUBUNGAN STATUS PEMB

0 0 16

PERBEDAAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PASANGAN USIA SUBUR TENTANG KB SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN KESEHATAN KB DI BPM KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

0 0 10

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG IMUNISASI TETANUS TOKSOID DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA DI PUSKESMAS ROWOSARI KOTA SEMARANG

0 0 13

PERBEDAAN BERAT BADAN SEBELUM DAN SELAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK 3BULAN DENGAN LAMA PEMAKAIAN LEBIH DARI 1 TAHUN DI BPM KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN Indah Cahyani Titik Kurniawati) )Akademi kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi : abdi_husadayahoo

0 0 12