3 eJournal Administrative Reform Alexander Obaja 19 28 (04 25 18 01 47 43)

  eJournal Administrative Reform, 2018, 6 (1): 19-28

  ISSN 2338-7637, ar.mian.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2018

PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF MASYARAKAT

DALAM PROGRAM GERBANG RAJA DI KECAMATAN

TENGGARONG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

  

Abstrak

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan maksud untuk

mendapatkan deskripsi kualitatif yang mendalam tentang perencanaan

pembangunan partisipatif masyarakat dalam Program Gerbang Raja di

Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara. Data yang didapatkan

dilakukan dengan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi, yang

kemudian dianalisis dengan menggunakan model analisis Miles, Huberman dan

Saldana. Bahwa masyarakat khususnya pada wilayah Kecamatan sangat antusias

dalam mengusulkan program pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan

mereka. Namun sama halnya dengan hasil pada Musrenbang Kelurahan maka

pada usulan program dari Musrenbang Kecamatan juga tidak semua yang dapat

disetujui dalam Musrenbang Kabupaten/Kota, tetapi semua disesuaikan dengan

keadaan anggaran dan sinkronisasi atau penyesuaian dengan program

pemerintah Kabupaten/Kota.

  Kata Kunci: Perencanaan Partisipatif, Musrenbang, Program Gerbang Raja.

  

Abstract

This research uses a qualitative approach with the intention to get a deep

qualitative description of community participatory development planning in King

Gate Program in Tenggarong Sub-district, Kutai Kartanegara Regency. The data

obtained were interviewed, observed, and documented, then analyzed using

Miles, Huberman and Saldana analytical models. Whereas the people in

particular in the Kecamatan areas are very enthusiastic in proposing

development programs that suit their needs. However, similar to the result of

village Musrenbang, the proposed program of districts Musrenbang is not all that

can be approved in Musrenbang Regency/City, but all adjusted to budget

condition and synchronization or adjustment with Regency / City government

program.

  Keywords: Participatory Planning, Musrenbang, Program Gerbang Raja.

  Pendahuluan

  Penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik yang 1 dilakukan oleh pemerintah atau pemerintah daerah, selama ini didasarkan pada 2 Mahasiswa Program Magister Ilmu Administrasi Negara, Fisip – Unmul Samarinda. 3 Dosen Magister Ilmu Administrasi Negara, Fisip – Unmul Samarinda.

  Dosen Magister Ilmu Administrasi Negara, Fisip – Unmul Samarinda. eJournal Administrative Reform, Volume 6, Nomor 1, 2017: 19-28

  paradigma rule government (pendekatan legalitas). Dalam merumuskan, menyusun dan menetapkan kebijakan senantiasa didasarkan pada pendekatan prosedur dan keluaran (out put), serta dalam prosesnya menyandarkan atau berlindung pada peraturan perundang-undangan atau mendasarkan pada pendekatan legalitas.

  Penggunaan paradigma rule government atau pendekatan legalitas dewasa ini cenderung mengedepankan prosedur, hak dan kewenangan atas urusan yang dimiliki (kepentingan pemerintah daerah), dan kurang memperhatikan prosesnya. Pengertiannya, dalam proses merumuskan, menyusun dan menetapkan kebijakan, kurang optimal melibatkan stakeholders (pemangku kepentingan di lingkungan birokrasi, maupun masyarakat).

  Perencanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan nasional (SPPN) yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004.

  Penyusunan dokumen perencanaan pembangunan di Kabupaten Kutai Kartanegara dilakukan dengan menggunakan pendekatan perspektif dan partisipasif. Pendekatan perspektif dilakukan dengan cara pemerintah daerah menyusun rencana program pembangunan yang dianggap sangat dibutuhkan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Pendekatan partisipatif dilakukan dengan melibatkan semua elemen masyarakat dan stakeholders dalam perencanaan pembangunan melalui kegiatan Musyawarah Perencanaan pembangunan (Musrenbang).

  Adapun keterlibatan stakeholders dalam memberikan aspirasi dan kebutuhan merupakan faktor sangat menetukan dalam menentukan keluaran hasil musrenbang. Berdasarkan Pengamatan penulis dan melihat daftar hadir musrenbang, kegiatan ini diikuti oleh Anggota DPRD, Muspika Kutai Kartanegara, Kepala Dinas tingkat Kecamatan Tenggarong, Kepala Desa/ Kelurahan Ketua LPMD, Ketua Tim Penggerak PKK dan Tokoh Masyarakat. Sedangkan dari organisasi kepentingan seperti LSM atau organisasi privat dan juga termasuk keterlibatan organisasi perempuan tidak masuk dalam peserta musrenbang. Jadi jelas dengan tidak semua keterwakilan stakeholders dan rendahnya kontribusi peserta baik dalam memberikan aspirasi, serta tidak adanya diskusi atau negoisasi antar stakeholders sangat berpengaruh dalam menentukan hasil atau keluaran musrenbang.

  Berdasarkan uraian permasalahan tersebut di atas maka penulis ingin meneliti tentang hal ini dengan judul penelitian “Perencanaan Pembangunan

  

Partisipatif Masyarakat Dalam Program Gerbang Raja di Kecamatan

Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara”.

  Kerangka Konsep dan Teori Perencanaan Pembangunan Partisipatif

  Perencanaan sebenarnya adalah suatu cara “rasional” untuk mempersiapkan masa depan (Becker dalam Rustiadi, 2008:90). “Perencanaan adalah suatu proses

  Perencanaan Pembangunan Partisipatif Masyarakat Dalam…. (Alexander Obaja S)

  menentukan apa yang ingin dicapai dimasa yang akan datang serta menetetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Sebagian kalangan berpendapat bahwa perencanaan adalah suatu aktivitas yang dibatasi oleh lingkup waktu tertentu, sehingga perencanaan lebih jauh diartikan sebagai kegiatan terkoordinasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam waktu tertentu. Artinya perencanaan adalah suatu proses menetukan apa yang ingin dicapai dimasa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang akan datang.

  Menurut Conyers (dalam Suryono 2001:68), yang mengatakan terdapat 3 (tiga) alasan utama mengapa partisipasi masyarakat menjadi sangat penting dalam pembangunan, yaitu:

  1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal.

  2. Bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaanya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk proyek tersebut.

  3. Adanya anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat sendiri.

  Dengan demikian dimaksudkan perencanaan pembangunan partisipatif adalah perencanaan yang bertujuan melibatkan kepentingan rakyat dan dalam prosesnya melibatkan rakyat (baik langsung maupun tidak langsung). Perencanaan pembangunan partisipatif merupakan pola pendekatan perencanaan pembangunan yang melibatkan peran serta masyarakat yang pada umumnya bukan saja sebagai obyek tetapi sekaligus sebagai subyek pembangunan, sehingga nuansa yang dikembangkan dalam perencanaan pembangunan benar-benar dari bawah (bottom-up approach).

  Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan)

  Musrenbang merupakan agenda tahunan di mana warga saling bertemu mendiskusikan masalah yang mereka hadapi dan memutuskan prioritas pembangunan jangka pendek. Ketika prioritas telah tersusun, kemudian di usulkan kepada pemerintah di level yang lebih tinggi, dan melalui badan perencanaan (BAPPEDA) usulan masyarakat dikategorisasikan berdasar urusan dan alokasi anggaran. Musrenbang di kelurahan dilaksanakan selama bulan Januari (Riyadi dan Bratakusumah, 2005:67).

  Proses penganggaran partisipatif ini menyediakan ruang bagi masyarakat untuk menyuarakan kebutuhan mereka pada pihak pemerintah. Proses Musrenbang juga terjadi di leval kecamatan dan kota demikian pula di provinsi dan nasional. Musrenbang merupakan pendekatan bottom-up di mana suara warga bisa secara aktif mempengaruhi rencana anggaran kota dan bagaimana proyek- proyek pembangunan disusun. eJournal Administrative Reform, Volume 6, Nomor 1, 2017: 19-28

  Pada mulanya, Musrenbang diperkenalkan sebagai upaya mengganti sistem sentralistik dan top-down. Masyarakat di tingkat lokal dan pemerintah punya tanggung jawab yang sama berat dalam membangun wilayahnya. Masyarakat seharusnya berpartisipasi karena ini merupakan kesempatan untuk secara bersama menentukan masa depan wilayah. Masyarakat juga harus memastikan pembangunan yang dilakukan pemerintah sesuai dengan kebutuhan (Riyadi dan Bratakusumah, 2005:67).

  Musrenbang pada dasarnya, adalah perencanaan yang bersifat Botton Up

  

Planning, karena perencanaan dari bawah tentunya masyarakat adalah subjek

  (bukan Objek) Pembangunan. Sementara perencanaan program SKPD pada dasarnya bersifat Top Down Planning melalui kebijakan yang dibuat sendiri oleh SKPD. Disini SKPD adalah subjek pemberi pelayanan kemasyarakatan. Musrenbang berada diantara Kebutuhan, Keinginan dan Proses Perencanaan Program SKPD.

  Merujuk dari analisis kebutuhan dan keinginan serta pendapat berbagai pakar pembangunan kabupaten, yang menjelaskan bahwa Pembangunan di suatu kabupaten dalam konsep desentralisasi akan berhasil jika memperhatikan atau berada dalam sistem dan subsistem Pemerintahan Lokal, Masyarakat dan Keluarga Setempat serta Dunia Usaha (Wiraswasta) Lokal. Masing-masing mempunyai unsur yang sama yaitu Sumber Daya Manusia (SDM), Cara Bekerja, dan Nilai-nilai dalam beraktifitas. (Riyadi dan Bratakusumah, 2005:69)

  Berikut dijabarkan tentang mekanisme dalam pelaksanaan Musrenbang baik di tingkat Kelurahan maupun tingkat Kecamatan :

  a. Musrenbang Kelurahan

  Tujuan Musrenbang Kelurahan yaitu :

  1. Menyepakati prioritas kebutuhan dan kegiatan yang termasuk urusan pembangunan yang menjadi wewenang kelurahan yang menjadi bahan penyusunan Rencana Kerja SKPD Kelurahan.

  2. Prioritas kegiatan kelurahan yang akan dilaksanakan oleh warga kelurahan yang dibiayai melalui dana swadaya masyarakat dan dikoordinasikan oleh lembaga kemasyarakatan di kelurahan setempat.

  3. Prioritas kegiatan kelurahan yang akan dilaksanakan kelurahan sendiri yang dibiayai melalui dana bantuan dari pemerintah daerah (kota).

  4. Prioritas kegiatan pembangunan kelurahan yang akan diusulkan melalui musrenbang kecamatan untuk menjadi kegiatan pemerintah daerah dan dibiayai melalui APBD kota atau APBD propinsi.

  5. Menyepakati Tim Delegasi kelurahan yang akan memaparkan persoalan yang ada di kelurahannya di forum musrenbang kecamatan untuk penyusunan program pemerintah daerah/SKPD tahun berikutnya.

  b. Musrenbang Kecamatan

  Adapun tujuan daripada musrenbang kecamatan adalah sebagai berikut :

  1. Memberikan wahana untuk mensinergikan dan menyepakati prioritas usulan-usulan masalah yang berasal dari masyarakat tingkat kelurahan (dan

  Perencanaan Pembangunan Partisipatif Masyarakat Dalam…. (Alexander Obaja S)

  atau lintas kelurahan) yang menjadi skala pelayanan atau kewenangan kecamatan dan lintas kecamatan untuk 1 (satu) tahun mendatang.

  2. Merumuskan dan menyepakati kegiatan-kegiatan yang akan dimusyawarahkan dalam forum SKPD dan Musrenbang kota.

  3. Menetapkan delegasi kecamatan untuk mengawal usulan-usulan permasalahan kecamatan yang merupakan kegiatan prioritas kecamatan.

  Metode Penelitian

  Penelitian yang dilakukan penulis termasuk penelitian Deskriptif dan akan dianalisis dengan menggunakan metode analisis Kualitatif. Sesuai jenis penelitian termasuk penelitian deskriptif dan akan dianalisa secara kualitatif. Penelitian deskriptif dimaksud menggambarkan fenomena-fenomena yang terjadi dilapangan terutama yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Untuk keperluan tersebut peneliti menyederhanakan data yang diperoleh kedalam bentuk yang mudah dibaca, dipahami dan diinterpretasikan yang pada hakekatnya merupakan upaya penelitian untuk mencari jawaban atas permasalahan yang telah dirumuskan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah Model Interaktif seperti yang dikembangkan oleh Miles, Huberman dan Saldana (2014:33) yaitu dengan melalui tahapan-tahapan Kondensasi Data, Penyajian Data (Data Display), Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi (Drawing and

  Verifying Conclusions) Hasil Penelitian dan Pembahasan

Perencanaan Pembangunan Partisipasi Masyarakat Dalam Program Gerbang

Raja di Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara.

  Pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah tentunya bertujuan untuk mencapai masyarakat yang sejahtera. Sehingga posisi masyarakat merupakan posisi yang penting dalam proses pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Pembangunan tidak akan pernah mencapai tujuannya jika selalu meninggalkan masyarakat. Pembangunan akan dinilai berhasil jika pembangunan tersebut membawa sebuah perubahan kesejahteraan dalam masyarakat. Sehingga proses pembagunan merupakan proses tawar menawar antara kebutuhan masyarakat dengan keinginan pemerintah. Oleh karena itu dalam pelaksanaan pembagunan partisipasi masyarakat merupakan hal yang sangat mempengaruhi keberhasilan proses pembangunan itu sendiri.

  Lewat penelitian ini maka hal tersebut di atas terkait dengan partisipasi masyarakat khususnya dalam perencanaan pembangunan dikaji dan diteliti, dan berikut ini pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

a. Partisipasi masyarakat dalam Musrenbang Kelurahan

  Pembangunan di suatu kabupaten dalam konsep desentralisasi akan berhasil jika memperhatikan atau berada dalam sistem dan subsistem Pemerintahan Lokal, Masyarakat dan Keluarga Setempat serta Dunia Usaha (Wiraswasta) Lokal. Masing-masing mempunyai unsur yang sama yaitu Sumber Daya Manusia eJournal Administrative Reform, Volume 6, Nomor 1, 2017: 19-28

  (SDM), Cara Bekerja, dan Nilai-nilai dalam beraktifitas (Riyadi dan Bratakusumah, 2005:69).

  Adapun secara hukum Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, melembagakan Musrenbang di semua peringkat pemerintahan dan perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan tahunan. Menekankan tentang perlunya sinkronisasi lima pendekatan perencanaan yaitu pendekatan politik, partisipatif, teknokratis, bottom

  

up dan top down dalam perencanaan pembangunan daerah. Juga melalui Surat

  Edaran Bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional dan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tahun 2006 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan musrenbang mengatur titik masuk (entry point) partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan dan penganggaran daerah. Surat edaran bersama ini juga mempedomani tata cara, capaian, prosedur, proses, dan mekanisme penyelenggaraan musrenbang dan forum multistakeholder pemerintah daerah.

  Sanit (dalam Suryono, 2001:57) menjelaskan bahwa pembangunan dimulai dari keterlibatan partisipasi masyarakat. Ada beberapa keuntungan ketika partisipasi masyarakat dilibatkan dalam perencanaan pembangunan, yaitu :

  1. Pembangunan akan berjalan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Artinya bahwa jika masyarakat dilibatkan dalam perencanaan pembangunan maka akan tercipta kontrol terhadap pembangunan tersebut.

  2. Pembangunan yang berorientasi pada masyarakat akan menciptakan stabilitas politik, oleh karena masyarakat berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan sehingga masyarakat bisa menjadi kontrol terhadap pembangunan yang sedang terjadi. Dan berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan daerah di wilayah Kecamatan Tenggarong sangat besar, hal ini terlihat pada data kehadiran masyarakat dalam kegiatan Musrenbang yang diadakan. Masyarakat khususnya pada wilayah Kelurahan sangat antusias dalam mengusulkan program- program pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Hanya saja masih disayangkan bahwa ketika usulan dari masyarakat dibawah sampai kepada Musrenbang Kabupaten/Kota tidak terlalu banyak yang disetujui untuk dianggarkan dan direalisasikan. Perencanaan pembangunan masih didominasi oleh kebijakan kepala daerah, hasil reses DPRD dan program SKPD. Jadi hasil Musrenbang pun kadang hanya sebagai bahan masukkan saja dan hanya sebagian kecil yang direalisasikan. Kondisi inilah yang berakibat timbulnya akumulasi kekecewaan di tingkat desa dan kecamatan yang sudah memenuhi kewajiban membuat rencana tapi realisasinya sangat minim dengan anggaran yang minim pula alasannya.

  Hasil penelitian ini sejalan dengan konsep yang dikemukakan oleh Conyers (dalam Suryono 2001:68) bahwa perencanaan pembangunan partisipatif merupakan pola pendekatan perencanaan pembangunan yang melibatkan peran

  Perencanaan Pembangunan Partisipatif Masyarakat Dalam…. (Alexander Obaja S)

  serta masyarakat yang pada umumnya bukan saja sebagai obyek tetapi sekaligus sebagai subyek pembangunan, sehingga nuansa yang dikembangkan dalam perencanaan pembangunan benar-benar dari bawah (bottom-up approach).

b. Partisipasi masyarakat dalam Musrenbang Kecamatan

  Proses perencanaan pembangunan suatu daerah harus dilakukan melalui serangkaian forum musyawarah dengan melibatkan seluruh unsur pelaku pembangunan di wilayah setempat. Unsur pelaku pembangunan desa tersebut meliputi elemen-elemen warga masyarakat, lembaga-lembaga kemasyarakatan, aparatur pemerintah, aparatur pemerintah kabupaten (khususnya SKPD terkait), LSM dan institusi lain yang terkait. Proses penyusunan perencanaan pembangunan seperti inilah yang dimaksudkan sebagai perencanaan pembangunan partisipatif. (Sanit dalam Suryono, 2001:61).

  Lanjut dijelaskan Sanit (dalam Suryono, 2001:61) bahwa penyusunan perencanaan pembanguan daerah harus berdasarkan data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan. Artinya, rencana pembangunan daerah itu harus disusun berdasarkan kenyataan yang ada di suatu daerah, baik itu berupa masalah maupun potensi yang dimiliki suatu daerah. Dengan demikian, perencanaan pembangunan daerah yang tersusun dapat sesuai dengan kebutuhan pembangunan, bukan sekedar daftar keinginan yang jauh dari kenyataan dan kemampuan untuk mewujudkannya. Dalam merealisasikan tujuan pembangunan, maka segenap potensi harus dikembangkan dan dimanfaatkan. Begitu pula dengan potensi manusia berupa penduduk yang banyak jumlahnya harus ditingkatkan pengetahuan dan keterampilannya, sehingga mampu menggali, mengembangkan dan memanfaatkan potensi alam secara maksimal, dan akhirnya pelaksanaan program pembangunan akan tercapai. Dan hal ini salah satunya dapat direalisasikan dengan program Musrenbang.

  Musrenbang merupakan agenda tahunan di mana warga saling bertemu mendiskusikan masalah yang mereka hadapi dan memutuskan prioritas pembangunan jangka pendek. Ketika prioritas telah tersusun, kemudian di usulkan kepada pemerintah di level yang lebih tinggi, dan melalui badan perencanaan (BAPPEDA) usulan masyarakat dikategorisasikan berdasar urusan dan alokasi anggaran. Musrenbang di kelurahan dilaksanakan selama bulan Januari. (Riyadi dan Bratakusumah, 2005:67).

  Proses penganggaran partisipatif ini menyediakan ruang bagi masyarakat untuk menyuarakan kebutuhan mereka pada pihak pemerintah. Proses Musrenbang juga terjadi di leval kecamatan dan kota demikian pula di provinsi dan nasional. Musrenbang merupakan pendekatan bottom-up di mana suara warga bisa secara aktif mempengaruhi rencana anggaran kota dan bagaimana proyek- proyek pembangunan disusun.

  Pada mulanya, Musrenbang diperkenalkan sebagai upaya mengganti sistem sentralistik dan top-down. Masyarakat di tingkat lokal dan pemerintah punya eJournal Administrative Reform, Volume 6, Nomor 1, 2017: 19-28

  tanggung jawab yang sama berat dalam membangun wilayahnya. Masyarakat seharusnya berpartisipasi karena ini merupakan kesempatan untuk secara bersama menentukan masa depan wilayah. Masyarakat juga harus memastikan pembangunan yang dilakukan pemerintah sesuai dengan kebutuhan. (Riyadi dan Bratakusumah, 2005:67)

  Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa pada umumnya keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan daerah sangat besar, hal ini terlihat pada data kehadiran masyarakat dalam kegiatan Musrenbang yang diadakan. Masyarakat khususnya pada wilayah Kecamatan pun sangat antusias dalam mengusulkan program-program pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Namun sama halnya dengan hasil pada Musrenbang Kelurahan maka pada usulan program dari Musrenbang Kecamatan juga tidak semua yang dapat disetujui dalam Musrenbang Kabupaten/Kota tetapi semua disesuaikan dengan keadaan anggaran dan sinkronisasi atau penyesuaian dengan program pemerintah Kabupaten/Kota. Kondisi ini pula yang kadang menimbulkan kekecewaan masyarakat yang sudah memenuhi kewajiban membuat rencana tetapi realisasinya sangat minim.

  

Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Perencanaan Pembangunan

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Gerbang Raja di Kecamatan

Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara.

  a. Faktor Pendukung

  1) Adanya undang-undang dan peraturan yang mengatur tentang Musrenbang. 2) Kesadaran dan partisipasi masyarakat yang tinggi dalam Musrenbang. 3) Tersedianya sarana dan fasilitas kelengkapan dalam penyelenggaraan Musrenbang.

  b. Faktor Penghambat

  Berdasarkan hasil penelitian bahwa faktor penghambat dalam perencanaan pembangunan partisipasi masyarakat di Kecamatan Tenggarong antara lain adalah sebagai berikut: 1) Kurangnya informasi dan sosialiasi pelaksanaan Musrenbang.

  2) Birokrasi pelaksanaan Musrenbang yang bertingkat. 3) Adanya unsur kepentingan kelompok dalam Musrenbang. 4) Keterbatasan anggaran dana pemerintah dalam merealisasikan seluruh usulan kebutuhan masyarakat.

  Kesimpulan

  Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis tentang Perencanaan Pembangunan Partisipatif Masyarakat Dalam Program Gerbang Raja di Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut.

  Perencanaan Pembangunan Partisipatif Masyarakat Dalam…. (Alexander Obaja S)

  Dimana keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan daerah di wilayah Kecamatan Tenggarong sangat besar, hal ini terlihat pada data kehadiran masyarakat dalam kegiatan Musrenbang yang diadakan. Masyarakat khususnya pada wilayah Kelurahan sangat antusias dalam mengusulkan program-program pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Hanya saja masih disayangkan bahwa ketika usulan dari masyarakat dibawah sampai kepada Musrenbang Kabupaten/Kota tidak terlalu banyak yang disetujui untuk dianggarkan dan direalisasikan. Perencanaan pembangunan masih didominasi oleh kebijakan kepala daerah, hasil reses DPRD dan program SKPD. Jadi hasil Musrenbang pun kadang hanya sebagai bahan masukkan saja dan hanya sebagian kecil yang direalisasikan. Kondisi inilah yang berakibat timbulnya akumulasi kekecewaan di tingkat desa dan kecamatan yang sudah memenuhi kewajiban membuat rencana tapi realisasinya sangat minim dengan anggaran yang minim pula alasannya.

  Dimana keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan daerah sangat besar, hal ini terlihat pada data kehadiran masyarakat dalam kegiatan Musrenbang yang diadakan. Masyarakat khususnya pada wilayah Kecamatan pun sangat antusias dalam mengusulkan program-program pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Namun sama halnya dengan hasil pada Musrenbang Kelurahan maka pada usulan program dari Musrenbang Kecamatan juga tidak semua yang dapat disetujui dalam Musrenbang Kabupaten/Kota tetapi semua disesuaikan dengan keadaan anggaran dan sinkronisasi atau penyesuaian dengan program pemerintah Kabupaten/Kota. Kondisi ini pula yang kadang menimbulkan kekecewaan masyarakat yang sudah memenuhi kewajiban membuat rencana tetapi realisasinya sangat minim.

  Saran

  Penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi terhadap program dan kegiatan yang telah dilaksanakan, berikut proses perbaikan yang berkelanjutan (continuous improvement process) guna peningkatan partisipasi masyarakat dalam Program Gerbang Raja di Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara. di masa yang akan datang. Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan terkait dengan temuan pada hasil penelitian ini antara lain adalah :

  Terkait dengan masih kurangnya upaya pemerintah baik tingkat kelurahan maupun kecamatan dalam mensosialisasikan dan menginformasikan tentang pelaksanaan Musrenbang, maka pihak pemerintah perlu melibatkan pihak-pihak unsur masyarakat dalam proses sosialisasi, sehingga dari pihak unsur masyarakatlah yang akan menjangkau segala lapisan masyarakat dalam mensosialisasikan tentang pelaksanaan Musrenbang ini.

  Terkait dengan birokrasi pelaksanaan Musrembang yang bertingkat-tingkat, maka perlu usulan kepada pemerintah agar mekanisme pengawasan hasil-hasil Musrenbang mulai dari tingkat kelurahan, kecamatan sampai pada tingkat eJournal Administrative Reform, Volume 6, Nomor 1, 2017: 19-28 kabupaten/kota bisa dikawal dengan baik.

  Terkait dengan adanya unsur kepentingan kelompok dalam Musrenbang, maka diharapkan bagi pemerintah kelurahan dan kecamatan perlu mengkaji dengan baik setiap hasil-hasil Musrenbang yang akan diputuskan agar tidak ada unsur kepentingan sekelompok orang saja dalam usulan program tersebut.

  Terkait dengan keterbatasan anggaran dana pemerintah dalam merealisasikan seluruh usulan kebutuhan masyarakat, maka diharapkan perlu adanya koordinasi antara pihak pemerintah mulai dari bawah sampai ke atas untuk menganalisis dengan baik penyediaan anggaran sesuai dengan prioritas program pembangunan yang utama yang perlu direalisasikan bagi kebutuhan masyarakat.

  Daftar Pustaka

  Abe, A. 2005. Perencanaan Daerah Partisipatif. Yogyakarta: Pustaka Jogja Mandiri. Guritno. 2007. Perencanaan Pembangunan Daerah. Jakarta: Erlangga. Henry, Nicholas. 1988. Administrasi Negara dan Masalah-Masalah Kenegaraan.

  Jakarta: Rajawali Pers. Kuncoro, M. 2008. Otonomi dan Pembangunan Daerah, Reformasi, Perencanaan, Strategi, dan Peluang. Jakarta: Erlangga.

  ______. 2012. Perencanaan Daerah, Bagaimana Membangun Ekonomi Lokal, Kota, dan Kawasan. Jakarta: Salemba Empat. Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Riyadi dan Bratakusumah, DS. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah

  (Strategi Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

  Sedarmayanti. 2003. Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik) dalam Rangka Otonomi Daerah. Bandung: CV. Mandar Maju.