BAB II PENENTUAN FAKTA MATERIAL MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL A. Instrumen Utama dan Para Pelaku Terkait di Pasar Modal 1. Saham Sebagai Instrumen Utama yang Diperdagangkan di Pasar Modal - Analisis Hukum Terhadap Investor I
BAB II PENENTUAN FAKTA MATERIAL MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL A. Instrumen Utama dan Para Pelaku Terkait di Pasar Modal
1. Saham Sebagai Instrumen Utama yang Diperdagangkan di Pasar Modal
Saham merupakan instrumen atau efek yang paling utama diperdagangkan di
pasar modal. Selain itu masih banyak jenis efek yang dapat diperjualbelikan melalui Pasar Modal, dalam Pasal 1 angka 5 UU No.8 Tahun 1995 antara lain adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.
Saham merupakan salah satu dari jenis-jenis efek yang ditentukan dalam Pasal 1 angka 5 UU No.8 Tahun 1995. Pengertian saham dalam Wall Street Dictionary
diartikan sebagai stock yaitu sebuah unit kepemilikan perusahaan. Saham berupa tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau suatu badan dalam suatu
perusahaan. Kepemilikan atas saham , berupa institusi atau individual,
mencerminkan kepemilikan atas perusahaan publik (emiten) tersebut..
69 70 Tavinayati dan Yulia Qamariyanti, Op. Cit., hal. 18.
R.J. Shook, Wall Street Dictionary, Kamus Lengkap Wall Street, Sumber Acuan Istilah , (Jakarta: Erlangga dan Gelora Aksara Pratama, 2002), hal. 562.
Keuangan Terkini 71
Saham adalah bukti penyertaan modal di suatu perusahaan atau merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Klasifikasi saham dibedakan atas beberapa
hal sebagai berikut: a.
Ditinjau dari cara peralihan hak atas saham dibedakan atas: 1)
Saham atas unjuk (bearer stocks), pada saham ini tertulis nama pemiliknya agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hukum, siapa yang memegang saham, maka dialah yang diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.
2) Saham atas nama (registered stocks), merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, di mana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.
b.
Jika ditinjau dari segi kemampuan hak tagihan atau klaim, maka saham dibedakan atas: 1)
Saham biasa (common stocks), yaitu saham yang menempatkan pemiliknya paling junior terhadap pembagian dividen, dan berhak atas harta kekayaan perusahaan jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Saham biasa merupakan saham yang paling banyak dikenal dan diperdagangkan di pasar modal. 2)
Saham preferen (preferred stocks), merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap berupa dividen tetap (seperti bunga obligasi), dan dapat juga mendapatkan capital gain. Saham preferen serupa dengan saham biasa karena yaitu: mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut, dan mendapat dividen. Sedangkan persamaan antara saham preferen dengan obligasi terletak pada tiga hal: ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya; dividennya tetap selama saham masih berlaku; memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa. Oleh karena saham preferen diperdagangkan berdasarkan hasil yang ditawarkan kepada investor, maka secara praktis saham preferen dipandang sebagai surat berharga dengan pendapatan tetap dan karena itu akan bersaing dengan obligasi di pasar. Walaupun demikian, obligasi perusahaan menduduki tempat yang lebih senior dibanding dengan saham preferen.
c.
Jika dilihat dari kinerja perdagangan saham biasa maka saham dapat dikategorikan: 1)
Blue Chip Stocks, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen. 2)
Income Stocks, yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham.
3) Growth Stocks (Well-Known), yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang memiliki reputasi tinggi. Selain itu terdapat pula growth
stocks (lesser-known) , yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai leader
dalam industri. Umumnya saham ini berasal dari daerah dan kurang populer di kalangan emiten.
4) Speculative Stocks, yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi memiliki kemampuan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.
5) Counter Cyclical Stocks, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Emiten seperti ini biasanya bergerak dengan produk yang selalu dibutuhkan masyarakat seperti rokok, consumer goods.
Selain bentuk-bentuk saham yang diklasifikasikan di atas, ada pula istilah- istilah yang dikenal dengan saham yaitu saham bonus, saham gorengan, saham asing, emiten kepada pemegang saham yang merupakan kapitalisasi dari agio saham. Saham bonus (bonus shares) merupakan agio saham yang dikembalikan kepada pemegang saham. Saham bonus bukanlah dividen meski jadwal pembagian saham bonus sama dengan jadwal pembagian dividen. Tujuan penerbitan saham bonus adalah untuk memicu kinerja saham, dapat menarik minat beli para investor, sehingga
meningkatkan perdagangan dan harga saham.
Saham gorengan adalah istilah saham di kalangan investor yang menggambarkan saham perusahaan yang diperdagangkan bukan berdasarkan fundamentalnya tetapi sering diperdagangkan oleh para bandar saham untuk memperoleh keuntungan. Ciri saham ini adalah memiliki kapitalisasi kecil sehingga mudah bagi para bandar untuk memainkan saham tersebut karena jumlahnya yang relatif sedikit. Sedangkan saham asing adalah saham yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan asing, pemerintah atau badan pemerintah asing, di luar wilayah Indonesia. Saham tidur adalah istilah di kalangan para pelaku pasar yang menggambarkan saham yang tidak aktif diperdagangkan dalam kurun waktu relatif
lama.
Saham biasa inilah yang biasa disebut dengan saham yaitu di mana para pemegang sahamnya mewakili kepemilikan di perusahaan sebesar modal yang ditanamkan. Kepemilikan ini akan berhenti sampai saham tersebut dijual kepada 74 Taufik Hidayat, Kamus Populer Istilah Investasi, (Jakarta: Mediakita, 2011), hal. 166.
Terkait dengan saham bonus, jika dikaitkan dari segi akuntansi, tidak ada cash inflow dan cash outflow investor lain. Dengan sifatnya yang biasa, saham ini memiliki karakterisitik pemegang sahamnya memiliki dividen dan capital gain, jika perusahaan dilikuidasi (bangkrut) pemegang saham sebagai pihak yang paling akhir atas kalaim terhadap
hak-haknya.
Wujud saham berupa selembar kertas yang menerangkan siapa pemiliknya. Saat ini sudah dikenal sistem perdagangan tanpa warkat (scripless trading system) dan sudah mulai dilakukan di BEI yang bentuk kepemilikannya tidak lagi diberi nama pemiliknya tetapi sudah berupa account atas nama pemilik atau saham tanpa warkat sehingga penyelesaian transaksi semakin mudah dan cepat. Saham atau ekuitas merupakan surat berharga yang sudah banyak dikenal masyarakat.
Umumnya jenis saham yang dikenal adalah saham biasa (common stock). Saham biasa diartikan dalam Wall Street Dictionary adalah:
Unit kepemilikan sebuah perusahaan publik yang memberi hak suara bagi si pemegangnya dalam urusan-urusan pengelolaan perusahaan dan hak untuk menerima dividen dari pertumbuhan perusahaan. Akan tetapi dalam hal likuidasi, pemegang saham berada pada urutan prioritas terakhir. Ini berbeda
dengan saham preferen yang memiliki tarif dividen tetap.
Saham biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling akhir terhadap pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan jika perusahaan
tersebut dilikuidasi (tidak memiliki hak-hak istimewa) atau memiliki klaim terakhir.
Karakteristik lain dari saham biasa adalah dividen dibayarkan selama perusahaan memperoleh laba. Setiap pemilik saham memiliki hak suara dalam RUPS dengan 76 77 Taufik Hidayat, Op. cit., hal. 165.
istilah one share one vote. Pemegang saham biasa memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya dan memiliki hak untuk
Dari efek-efek yang diperdagangkan di pasar modal, saham biasa (common
) inilah yang paling banyak dikenal di kalangan masyarakat investor. stock
Daya tarik dari melakukan investasi saham di Pasar Modal adalah karena ada dua keuntungan yang dapat diperoleh pemodal dengan membeli saham atau memiliki saham, yaitu memperoleh dividen dan capital gain. Dividen adalah sebahagian dari laba yang dibagikan kepada para pemegang saham. Bagi investor jumlah rupiah yang diterima dari pembayaran dividen biasanya lebih kecil dari capital gain, selain itu dividen lebih dapat diperkirakan sebelumnya. Sedangkan capital gain lebih sulit diperkirakan, bahkan dapat juga mengalami kerugian.
Pembayaran dividen yang tinggi dapat diartikan bahwa perusahaan memiliki tingkat keuntungan yang baik. Sebaliknya, penurunan pembayaran dividen dapat diartikan bahwa prospek perusahaan kurang baik. Akhirnya harga saham cenderung
mengikuti naik turunnya besaran dividen yang dibayarkan.
79
http://organisasi.org/pengertian-arti-definisi-saham-biasa-dan-saham-preferen-ilmu-
pengetahuan-dasar-investasi-ekonomi-keuangan, diakses tanggal 4 Desember 2013. Ditulis di
Organisasi.Org, “Pengertian Saham Biasa dan Saham Preferen Ilmu Pengetahuan Dasar Investasi
Ekonomi”. 80Dividen merupakan bagian laba yang diberikan emiten kepada para pemegang sahamnya. Setiap tahun perusahaan publik wajib menerbitkan laporan keuangan agar
para investor dapat menentukan nilai perusahaan tersebut.
Dalam laporan keuangan tentu terbaca berapa keuntungan perusahaan pada tahun bersangkutan. Kemudian dalam RUPS biasanya diputuskan besarnya dividen yang akan diterima oleh para pemegang saham. Dividen harus diputuskan melalui RUPS sebab selain untuk dibagi sebagai dividen, laba perusahaan bisa dialokasikan dalam laba ditahan (retain earning). Bisa saja suatu waktu RUPS memutuskan untuk tidak membagi dividen dan mengalokasikan seluruh labanya sebagai laba ditahan sebab perusahaan sedang melakukan ekspansi.
Dividen merupakan keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas laba yang dihasilkan oleh operasional perusahaan. Biasanya dividen dibagikan setelah adanya persetujuan pemegang saham dan dilakukan setahun sekali. Agar investor berhak memperoleh dividen, pemodal harus memegang saham tersebut untuk kurun waktu tertentu hingga kepemilikan saham tersebut diakui sebagai pemegang saham dan berhak mendapatkan dividen. Dividen yang diberikan perusahaan dapat berupa uang tunai, atau memperoleh konversi berupa sejumlah saham tambahan.
Sedangkan capital gain merupakan selisih antara harga jual dan harga beli saham. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan di pasar sekunder. Umumnya investor jangka pendek mengharapkan keuntungan dari capital
gain.
Dalam Wall Street Dictionary, capital gain diartikan sebagai keuntungan modal yaitu selisih antara harga penjualan dengan harga perolehan dikurangi penyusutan. Pada aset keuangan, merupakan selisih antara harga penjualan dengan
harga pembelian yang telah disesuaikan terhadap biaya-biaya transaksi.
Setiap investor memiliki perspektif yang berbeda, sebahagian menganggap dividen sebagai harapan utama dalam berinvestasi, namun tidak semua investor berpandangan demikian, terlebih dengan investor jangka pendek di mana investor ini dapat membeli saham di pagi hari (gelombang I) dan menjual kembali di siang hari (gelombang II) guna mengejar capital gain. Pola investasi jangka pendek pada umumnya lebih mengedepankan capital gain daripada dividen. Di sisi lain perusahaan (emiten) tidak sedikit yang mementingkan melakukan retain earning (laba ditahan/dividen tidak dibagikan) dengan tujuan menginvetasikan kembali laba
ditahan tersebut untuk pengembangan perusahaan.
Saham dikenal memiliki karakteristik sebagai surat berharga yang memberikan peluang keuntungan tinggi namun juga berpotensi risiko tinggi (high
risk-high return ). Saham memungkinkan pemodal memperoleh keuntungan dalam
jumlah besar dalam waktu singkat, namun sering dengan berfluktuasinya harga 83 Sebagai contoh: misalnya seorang yang bernama Andi membeli saham PT. Astra
Internasional dengan harga per sahamnya Rp.1.800 dan menjualnya dengan harga Rp.2.200 berarti Andi telah memperoleh capital gain sebesar Rp.400 per lembar saham. 84 saham, saham juga dapat membuat investor mengalami kerugian besar dalam waktu singkat. Sesungguhnya sebagai pelaku bisnis di Pasar Modal jika memutuskan untuk berinvestasi dalam bentuk saham yang perlu ditelaah ulang adalah tingkat risiko yang terkandung (high risk) dengan meneliti dan menganalisis perusahaan publik di Pasar
86 Modal.
Berdasarkan uraian di atas, kegiatan di Pasar Modal melalui bursa (BEI) sesungguhnya merupakan kegiatan seputar jual-beli efek. Efek yang dimaksud adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak
berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.
Berbagai instrumen di atas dapat diperjualbelikan melalui Pasar Modal dalam jangka panjang, baik berupa utang ataupun modal sendiri. Berdasarkan kegiatan- kegiatan efek yang diperdagangkan tersebut, dalam Pasal 1 angka 13 UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal sendiri juga disebutkan bahwa Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
86
http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2010/07/19/pasar-modal-indonesia-2010-
potensi-risiko-dan-prospek/, diakses tanggal 4 Desember 2013. Perdana Wahyu Santoso, “Pasar Modal
Indonesia 2010, Potensi, Risiko, dan Prospek”, Artikel yang ditulis di Kompasiana. Penulis adalah
Wakil Dekan II Fakultas Ekonomi Universitas YARSI, Dosen Program S3 DMB IPB, MBA School of Business and ManagementITB, PPM School of Management, MM Biztel IM Telkom dan Chief CAPITAL PRICE (Research Center for Capital Market, Portfolio Investment, Knowledge Officer Kontribusi Pasar Modal bagi perekonomian suatu negara sangat penting sebab berinvestasi di Pasar Modal memberikan dua fungsi sekaligus, yakni fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar Modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan dana. Di dalam Pasar Modal perusahaan-perusahaan publik dapat memperoleh dana segar dari masyarakat investor melalui penjualan efek perusahaan dengan mekanisme IPO.
Sebagai fungsi keuangan dari Pasar Modal adalah memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana sesuai dengan
karakteristik investasi yang dipilih. Keuntungan lainnya adalah sebagai sumber pembiayaan jangka panjang bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi dana secara optimal.
Dalam kegiatan berinvestasi saham, investor akan mempertimbangkan keputusan investasinya, mengambil atau tidak, membeli saham atau tidak, dengan menganalisis terlebih dahulu hal-hal sebagai faktor kondusif yang berdampak pada naik turunya harga saham atau efek lainnya.
2. Para Pelaku Terkait di Pasar Modal
Banyak pihak pelaku yang terkait di dalam mekanisme pasar modal. Secara umum kegiatan di pasar modal dilaksanakan oleh bursa efek yaitu pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek
di antara mereka (Pasal 1 angka 4) dalam hal ini adalah Bursa Efek Indonesia.
Pihak adalah orang perseorangan, perusahaan, usaha bersama, asosiasi, atau
kelompok yang terorganisasi. Dalam UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal para pihak tersebut antara lain:
a. Perantara Pedagang Efek (PPE)
Perantara Pedagang Efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha jual beli Efek untuk kepentingan sendiri atau Pihak lain. PPE inilah yang sering disebut dengan pialang (broker), yaitu pihak yang melaksanakan atau mengeksekusi baik pembelian maupun penjualan saham. Pialang bekerja berdasarkan amanat investor baik untuk kegiatan beli maupun jual. Pialang memperoleh komisi dari aktifitasnya tersebut berdasarkan ketentuan yang dibuat oleh perusahaan pialang. Dalam pasar
modal yang telah maju dikenal beberapa jenis pialang antara lain: 1)
Retail broker, atau sering disebut juga individual broker. Pialang jenis ini hanya melayani kepentingan pelanggan individu, jadi tidak melayani pelanggan dari lembaga atau institusi seperti reksa dana. 2)
Institusional broker, yaitu pialang yang hanya melayani investor institusional 89 seperti reksa dana, dana pensiun, dan lain-lain.
Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan hasil merger dari Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. 90 91 Pasal 1 angka 23 UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
3) Discount broker, yaitu jenis pialang yang memberikan pelayanan tidak lengkap. Pelayanan disebut lengkap jika di samping melaksanakan eksekusi order, pialang juga memberikan pelayanan berupa nasihat investasi, penyampain informasi terbaru, atau hasil analisis perusahaan di mana pialang tersebut bekerja. Bisa jadi, seseorang hanya memerlukan pialang untuk eksekusi saja, karena ia telah melakukan analisis tersendiri. Dengan demikian tentu saja biaya komisi lebih rendah dibanding dengan pialang yang memberikan pelayanan secara lengkap.
4) Full service broker, yaitu pialang yang memberikan pelayanan lengkap kepada investor. Misalnya memperkenalkan dunia investasi, memberikan nasehat investasi, eksekusi jual-beli, menyampaikan hasil riset/analisis perusahaan, dan sebagainya.
Perantara Pedagang Efek (PPE) adalah anggota Bursa Efek yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam (Otoritas Jasa Keuangan) dan mempunyai hak untuk mempergunakan sistem dan atau sarana bursa efek sesuai dengan peraturan
bursa efek. Perantara Pedagang Efek ini disebut juga dengan perusahaan efek yang kegiatannya berperan sebagai perantara untuk para nasabah (investor) dan sekaligus
melakukan kegiatan transaksi untuk kepentingan portofolio nasabah tersebut.
Dalam hal ini Perantara Pedagang Efek juga disebut sebagai broker.
92
Tugas dan tanggung jawab Perantara Pedagang Efek adalah melakukan transaksi (jual-beli saham) sesuai dengan pesanan nasabah (investor). Investor memesan beli atau jual saham pada harga tertentu melalui Perantara Pedagang Efek (Broker). Broker ini mencatatkan pesanan investor tersebut kepada bursa (melalui system jaringan internet Bursa Efek Indonesia / JATS). Semua transaksi nasabah dilaporkan secara berkala (rekening koran bulanan), sehingga setiap nasabah dapat mengetahui portofolio transaksi yang telah terjadi.
b. Kustodian
Salah satu contoh lembaga kustodian adalah PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Pasal 1 angka 8 UU Nomor 8 Tahun 1995 yang dimaksud dengan kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga, dan hak- hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.
KSEI merupakan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) di pasar modal Indonesia, yang didirikan di Jakarta, pada tanggal 23 Desember 1997 dan
memperoleh izin operasional pada tanggal 11 November 1998. Menurut ketentuan
Pasal 1 angka 10 UU Nomor 8 Tahun 1995 yang dimaksud dengan LPP adalah pihak yang menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi bank kustodian, perusahaan 94 efek, dan pihak lain. KSEI inilah yang menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi bank kustodian, perusahaan efek, dan pihak lain.
Dalam kelembagaan pasar modal Indonesia, KSEI merupakan salah satu dari
Self Regulatory Organization (SRO), selain Bursa Efek Indonesia (BEI) serta
Lembaga Kliring dan Penjaminan Efek Indonesia (KPEI). Berdasarkan ketentuan Undang Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, KSEI menjalankan fungsinya sebagai Lembaga Penyimpan dan Penjamin di pasar modal Indonesia dengan menyediakan jasa kustodian sentral dan penyelesaian transaksi efek yang teratur, wajar, dan efisien.
Sesuai fungsinya KSEI memberikan layanan jasa penyimpanan dan penyelesaian transaksi efek, meliputi: penyimpanan efek dalam bentuk elektronik, penyelesaian transaksi efek, administrasi rekening efek, distribusi hasil perusahaan, dan jasa-jasa terkait lainnya. Untuk menjamin keamanan dan kenyamanan para investor dalam melakukan transaksi di pasar modal, seluruh kegiatan KSEI dioperasikan melalui sistem penyimpanan dan penyelesaian transaksi efek secara pemindah-bukuan, yang dinamakan The Central Depository and Book Entry
(C-BEST). Sistem ini merupakan platform elektronik terpadu yang
Settlement System
mendukung penyelesaian transaksi efek secara pemindah-bukuan di pasar modal Indonesia. Sejak bulan Juni 2002, KSEI menuntaskan program konversi seluruh
saham yang tercatat di bursa efek dari warkat menjadi scripless. Tugas dan tanggung jawab PT.KSEI antara lain memberikan proteksi terhadap aset nasabah, menyelesaikan transaksi efek, menghimpun pendapatan
nasabah, dan mengurus pembukuan / akuntansi nasabah.
c. Penjamin Emisi Efek
Penjamin emisi efek disebut dengan underwriter. Penjamin Emisi Efek adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual. Penjamin emisi termasuk setiap orang atau pihak yang melakukan pembelian efek dari emiten dengan kontrak atau perjanjian untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang
tidak terjual.
Penjamin emisi (underwriter) merupakan lembaga yang menjamin terjualnya saham atau obligasi sampai batas waktu tertentu dan dapat memperoleh dana yang diinginkan emiten. Tugas pokok penjamin emisi adalah menjualkan efek yang diterbitkan perusahaan (emiten) kepada publik.
Biasanya penjamin emisi membeli sekuritas dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan harga penawaran, dan menerima risiko atas tidak terjualnya semua sekuritas tersebut. Tentang penerimaan risiko dan yang menjadi tanggung jawab penjamin emisi ini, terdapat 3 (tiga) jenis penerbitan emisi dasar yaitu: a) full 96
commitment (komitmen penuh) atau disebut juga firm commitment (komitmen kuat),
b) best efforts (upaya lebih baik), c) dutch auction (pelelangan).Full commitment , dalam hal ini penerbit menjual seluruh emisi yang
diterbitkan kepada penjamin emisi, yang kemudian berupaya untuk menjualnya. Efek yang tidak laku dijual merupakan tanggung jawab penjamin emisi.
Dalam sistem best efforts, penjamin emisi secara legal diharuskan memberikan ”upaya terbaik” untuk menjual sekuritas pada harga penawaran yang sudah ditentukan, tetapi tidak berkewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak habis.
, penjamin emisi tidak menentukan harga tertentu untuk saham
Dutch auction
yang akan dijual, tetapi penjamin emisi melaksanakan suatu lelang dimana para investor memberikan penawaran untuk membeli. Harga penawaran ditentukan
berdasarkan tawaran yang diberikan.
d. Emiten Pihak yang berperan penting adalah investor dan perusahaan (emiten).
Pengertian emiten ditentukan dalam Pasal 1 angka 6 UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal adalah pihak yang melakukan penawaran umum yaitu melakukan kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam undang-undang ini dan
peraturan pelaksanaannya.
Emiten disebut juga dengan perusahaan publik yakni perusahaan yang akan melakukan penjualan efek atau surat-surat berharga atau melakukan emisi di bursa.
Emiten melakukan transaksi efek dapat memilih dua macam instrumen pasar modal apakah bersifat kepemilikan atau hutang. Jika bersifat kepemilikan, maka diterbitkanlah saham dan jika yang dipilih instrumen hutang maka yang dipilih adalah obligasi. Tujuan emiten masuk ke dalam pasar modal adalah:
1) Untuk perluasan, meluas bidang usaha, perluasan pasar atau kapasitas produksi.
2) Untuk memperbaiki struktur modal, dalam menyeimbangkan antara modal sendiri dengan modal asing.
3) Untuk memperoleh pengalihan pemegang saham. Pengalihan ini dapat berbentuk dari pemegang saham lama kepada pemegang saham baru.
e. Investor
Investor adalah masyarakat pemodal. Investor atau pemodal adalah orang perorangan (individual) atau lembaga (institusi) yang menanamkan dananya pada
instrumen keuangan seperti saham, obligasi, dan lain-lain. Instrumen keuangan tersebut di dalam pasar modal disebut dengan efek antara lain: surat berharga, yaitu 99 surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.
Istilah investor tidak dipergunakan di dalam UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal tetapi dalam undang-undang ini dipergunakan istilah pemodal atau masyarakat. Pada prinsipnya, istilah pemodal atau masyarakat sama maksudnya dengan investor. Istilah investor lebih khusus diterapkan kepada mereka yang sudah masuk ke dalam pasar modal sebagai pemodal.
Investor atau pemodal inilah yang diharapkan oleh para emiten akan membeli atau menanamkan modalnya di perusahaan yang melakukan emisi. Tujuan investor masuk ke bursa adalah:
1) Untuk memperoleh dividen. Tujuan investor ditujukan juga kepada keuntungan yang akan diperolehnya berupa pembagian laba yang dibayar oleh emiten dalam bentuk dividen.
2) Kepemilikan perusahaan. Dalam hal ini tujuan investor untuk menguasai perusahaan dengan pertimbangan semakin banyak saham yang dimiliki, maka semakin besar penguasaan atas perusahaan.
3) Berdagang. Tujuan investor untuk menjual kembali sahamnya atau efek lainnya pada saat harga tinggi dengan harapan memperoleh keuntungan dari jual beli sahamnya. 101
Sebelum membeli efek (saham) yang ditawarkan emiten, para investor biasanya melakukan penelitian dan analisis-analisis tertentu. Penelitian ini mencakup bonafiditas suatu perusahaan, prospek usaha emiten dan analisis lainnya. Jika investor salah menganalisis perkembagan tentang emiten, dapat mengakibatkan fatal dan investor akan merugi, sebaliknya jika hasil analisis investor tersebut tepat, maka investor tersebut akan memperoleh keuntungan.
f. Lembaga Penunjang
Kustodian, Biro Administrasi Efek, dan Wali Amanat merupakan lembaga- lembaga penunjang pasar modal. Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya (Pasal 1 angka 8). Biro Administrasi Efek adalah pihak yang berdasarkan kontrak dengan emiten melaksanakan pencatatan pemilikan efek dan pembagian hak yang berkaitan dengan efek (Pasal 1 angka 3). Wali Amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek yang bersifat utang (Pasal 1 angka 30). Wali amanat dalam emisi saham sangat diperlukan, terutama sebagai wali dari si pemberi amanat. Dalam hal ini, si pemberi amanat adalah investor. Jadi wali amanat mewakili pihak investor.
g. Profesi Penunjang
Dalam pasar modal juga terdapat profesi penunjang pasar modal sebagaimana ditentukan dalam Pasal 64 ayat (1) UU Nomor 8 Tahun 1995, profesi penunjang pasar modal terdiri dari: akuntan, konsultan hukum, penilai, notaris, dan profesi lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Pendapat atau penilaian dari profesi penunjang pasar modal sangat penting bagi pemodal dalam mengambil keputusan investasinya, namun peran dan fungsi profesi penunjang tersebut sangat penting untuk menampung kemungkinan diperlukannya jasa profesi untuk memberikan pendapat atau penilaian sesuai dengan perkembangan pasar modal di masa mendatang dan terdaftar di Bapepam. Oleh sebab itu, kegiatan profesi di pasar modal perlu diawasi dengan mewajibkannya mendaftar
di Bapepam.
Misalnya peranan akuntan publik sangat dibutuhkan untuk melakukan penilaian dan menentukan kelayakan dari laporan keuangan seperti neraca, laporan laba/rugi,dan laporan perubahan modal emiten. Setelah melalui beberapa penilaian terhadap laporan keuangan emiten, maka akuntan publik akan melakukan pernyataan
atau pendapat terhadap hasil penilaian yang telah dilakukannya.
103
B. Mekanisme Transaksi di Pasar Modal
Dalam bertransaksi di pasar modal, sering terjadi adanya penyalahgunaan yang dilakukan oleh para pelaku pasar modal. Dalam penyalahgunaan tersebut berupa tindakan-tindakan yang dilarang oleh UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, termasuk didalamnya menggunakan fakta material yang tidak pada waktu dan tempat yang seharusnya. Sehingga dengan penyalahgunaan itu dapat mempengaruhi harga saham di bursa (pasar modal).
Salah satu mekanisme yang harus dilalui sebelum melakukan transaksi di pasar modal adalah investor harus terlebih dahulu terdaftar menjadi nasabah di salah satu perusahaan efek yang menjadi anggota bursa. Seperti halnya dalam membuka tabungan di bank, harus ada minimal investasi awal yang ditempatkan. Jumlah deposit yang diwajibkan bervariasi, misalnya ada perusahaan efek yang mewajibkan sebesar Rp.15.000.000,- (lima belas juta rupiah), ada sebesar Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah), ada sebesar Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) dan lain-lain. Namun ada juga perusahaan yang menentukan misalnya 50 (lima puluh) persen dari transaksi yang akan dilakukan sebagai deposit. Misalkan seorang nasabah akan bertransaksi sebesar Rp.10.000.000 (sepuluh juta rupiah) maka yang bersangkutan diminta untuk menyetor dana sebesar Rp.5.000.000,- (lima juta
rupiah).
105
Setelah nasabah membuka deposit di sebuah perusahaan efek dan mendapatkan persetujuan dari perusahaan efek tersebut baru kemudian dapat melakukan transaksi beli-jual saham. Transaksi efek diawali dengan pemesanan (order) untuk harga tertentu. Pesanan tersebut dapat berupa surat maupun melalui telepon yang disampaikan kepada perusahaan efek melalui broker. Pesan tersebut harus menyebutkan jumlah saham yang akan dibeli atau dijual dengan menyertakan harga yang diinginkan.
Pada dasarnya Pesanan jual atau beli saham para investor dapat dibedakan menjadi:
1.
Market order, yaitu pesanan jual atau beli pada harga yang terbaik; 2. Limit order, yaitu order jual atau beli pada harga yang telah ditetapkan oleh nasabah;
3. All order none atau fill or kill, dalam hal ini transaksi baru bisa dilaksanakan bila jumlah efek yang ditawarkan sesuai dengan jumlah yang dipesan, jika tidak transaksi tidak dilaksanakan; 4. Discretionary order, yaitu order yang dilaksanakan berdasarkan tingkat harga yang menurut PPE merupakan harga terbaik untuk nasabahnya;
5. Good trough the week, yaitu order yang harus dilaksanakan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan oleh nasabah. 106
Sebagai contoh: misalkan seorang investor yang bernama Andi ingin membeli saham Telkom (TLKM) sebanyak 5 lot (2.500 lembar) pada harga Rp.4.625. Jadi dalam pesan ini ada jumlah Pesanan jual atau beli saham para investor dari berbagai perusahaan efek akan bertemu pada lantai bursa (sekarang memakai sistem JATS). Setelah terjadi pertemuan (match) antar order, maka proses selanjutnya adalah proses penyelesaian transaksi. Proses pembelian saham diawali dengan investor menghubungi perusahaan efek di mana investor tersebut telah terdaftar terlebih dahulu sebagai nasabah. Investor tersebut menyampaikan instruksi beli kepada pialang. Misalnya investor ingin membeli saham Telkom (TLKM) pada harga Rp.4.625,- (empat ribu enam ratus dua puluh lima rupiah) per lembar saham, maka instruksi disampaikan kepada trader atau Wakil Perantara Perdagangan Efek (WPPE) perusahaan efek terkait. Kemudian trader tersebut memasukkan instruksi beli ke dalam sistim komputer perdagangan di BEI yang dikenal dengan Jakarta Automated Trading System (JATS).
Pelaksanaan perdagangan Efek di Bursa dilakukan dengan menggunakan fasilitas JATS ini. Perdagangan Efek di Bursa hanya dapat dilakukan oleh anggota bursa yang juga menjadi anggota kliring di KPEI. Anggota Bursa Efek yang terdaftar di BEI bertanggung jawab terhadap seluruh transaksi yang dilakukan di bursa baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah.
Berikut ini disajikan skema transaksi saham di bursa dengan melibatkan
berbagai pihak, sebagaimana yang ditunjukkan pada skema berikut ini:
Skema 1:
Mekanisme Transaksi di Bursa Efek Indonesia
Sumber: Bursa Efek Indonesia (2009)Dari skema di atas menggambarkan bahwa peran pasar modal menjembatani hubungan antara berbagai kepentingan antara pemilik dana (investor) dan pengguna dana (perusahaan/emiten) sehingga pasar modal sebagai wahana untuk berinvestasi bagi para investor dan sumber dana bagi pengguna dana. Dari mekanisme itu juga tampak bahwa peran pasar modal berupa mengumpulkan tabungan masyarakat (investor) untuk keperluan berinvestasi secara efisien dari pemilik dana (saver)
kepada pemakai dana terakhir (ultimate user).
Dalam mekanisme tersebut, JATS secara otomatis melaksanakan mekanisme tawar-menawar secara terus-menerus hingga transaksi beli akan diperoleh pada harga pasar terendah dan sebaliknya untuk transaksi jual diperoleh harga pasar tertinggi. Transaksi atas saham tidak hanya terjadi sekali atau dua kali dalam satu hari di bursa, tetapi bisa berkali-kali dan tidak terjadi pada harga yang sama. Bisa saja pada awal hari bursa, harga suatu saham mencapai angka yang tertinggi, kemudian terus menurun pada akhir hari bursa, atau sebaliknya. Namun juga bisa berubah-ubah
setiap saat atau tidak terjadi transaksi sama sekali. Suatu transaksi dinyatakan berhasil bila terjadi pertemuan/kesepakatan (matched) antara penawaran jual dan beli.
Jika matched telah bertemu, maka proses selanjutnya adalah penyelesaian transaksi.
Dalam sistem perdagangan tanpa warkat (scripless trading system), penyelesaian transaksi dapat dilakukan lebih efisien, cepat, dan mudah. Para investor di sini tidak perlu lagi mendaftarkan lembar saham yang dimilikinya, karena semua transaksi terjadi secara elektronik dan tidak secara manual. Dengan scripless trading
system tanpa adanya penyerahan fisik sertifikat saham, tidak ada lagi risiko
pemalsuan saham. Proses penyelesaian transaksi dalam scripless trading system
hanya dilakukan pemindahbukuan antar rekening.
adalah suatu sistem yang memiliki mekanisme
Scripless trading system
perdagangan di pasar modal, di mana saham-saham yang biasanya diperdagangkan dalam bentuk kertas-kertas saham dan dilakukan secara manual, maka dengan sistem ini perdagangan itu dilakukan secara elektronik seperti yang ada pada rekening 110
Sawidji Widoatmodjo, Op. cit, hal. 47. Harga tertinggi: Dari harga-harga yang terjadi itu, tentu ada harga yang paling tinggi pada satu hari bursa, inilah yang dinamakan harga tertinggi. Sudah
lazim pula dipakai istilah harga tertinggi untuk menentukan harga tertinggi yang terjadi pada waktu
tertentu dan dalam kurun waktu sebulan atau setahun, tergantung keperluan. Sedangkan harga terendah: harga ini merupakan lawan dari tertinggi. Penggunaannya sama dengan harga tertinggi, bisa untuk mendeteksi transaksi harian, bulanan, atau tahunan. 111 Megarita, Scripless Trading dan Prinsip Keterbukaan Menciptakan Pasar Yang Efisien dan perbankan. Scripless trading system merupakan sistem perdagangan efek di pasar modal yang tidak menggunakan warkat dan penyelesaiannya dengan sistem pemindahbukuan (book-entry settlement). Dalam sistem ini saham tidak lagi dalam bentuk sertifikat fisik, karena akan dikonversikan menjadi catatan elektronik seperti halnya rekening perbankan. Posisi efek atau dana tertera dalam suatu laporan seperti rekening koran, yang diberikan oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
Perdagangan melalui sistim ini memiliki mekanisme penyelesaian dan penyimpanan
saham secara elektronik merubah sertifikat saham ke dalam bentuk elektronik.
C. Pengaturan Fakta Material Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
Tentang Pasar Modal1. Pengertian Fakta Material
Pengertian fakta material antara isu dalam praktik dan ketentuan yuridis selalu menjadi perdebatan. Dalam The Free Dictionary diartikan fakta material (material
facts ) yaitu: A material fact is an occurrence, event, or information that is sufficiently significant to influence an individual into acting in a certain way, such as entering into a contract. In formal court procedures, a material fact is anything needed to prove one party’s case, or tending to establish a point that
is crucial to a person’s position .
112 Indra Safitri, “Aspek Yuridis Scripless Trading di Indonesia”, Artikel di Legal Journal , Tahun 1999, hal. 21.
From Indonesia Capital and Invesment Market 113
Fakta material menurut pengertian di atas adalah suatu kejadian, peristiwa, atau informasi yang cukup signifikan untuk mempengaruhi seseorang dalam bertindak dengan cara tertentu, seperti masuk ke dalam kontrak. Dalam prosedur pengadilan formal, fakta material adalah segala sesuatu yang diperlukan untuk membuktikan dalil-dalil para pihak, atau cenderung untuk menguatkan posisinya dalam perkara tersebut.
Defenisi fakta material menurut USLegal.com adalah:
Material fact is a fact that is important, significant or essential to a reasonable person in deciding whether to engage or not to engage in a particular transaction, issue or matter at hand. It is a fact that is significant
. or essential to the issue or matter at hand
Fakta Material berarti terkait dengan fakta atau keadaan yang signifikan dan penting terhadap keputusan yang dibuat. Dalam pengertian fakta material di atas hanya berfokus pada signifikansi atau relevansi informasi tersebut terhadap suatu peristiwa atau kejadian. Hal ini sangat berbeda dengan pengertian fakta material dalam kegiatan di pasar modal, bahwa dalam pasar modal, selain informasi tersebut memiliki relevansi dengan kejadian / peristiwa, tetapi harus dapat berpengaruh terhadap harga efek atau keputusan pemodal atau pihak lain yang berkepentingan. Artinya informasi tersebut juga mempengaruhi para investor untuk bertindak (membeli atau menjual atau tidak sama sekali) atas saham perusahaan.
Sebagaimana pengertian fakta material dalam kegiatan bisnis di pasar modal didefenisikan dalam Borden Ladner Gervais, adalah: 114
A material fact is defined as a fact that significantly affects, or would reasonably be expected to have a significant effect, on the market price or
. value of any securities of the issuerFakta material yang dimaksud Borden Ladner Gervais adalah sebagai fakta yang secara signifikan mempengaruhi, atau akan diperkirakan mungkin memiliki
pengaruh yang signifikan, pada harga pasar atau nilai dari setiap sekuritas penerbit.
Pengertian dari Borden Ladner Gervais ini relatif mendekati pengertian fakta material yang ditentukan di dalam Pasal 1 angka 7 UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yakni informasi itu mempengaruhi harga saham atau keputusan investor, calon investor maupun pihak lainnya.
Untuk dapat memahami pengertian tentang apa yang dimaksud dengan fakta material (material fact) tersebut, maka dalam praktik dikemukakan beberapa contoh kasus. Beberapa kasus yang dihimpun ada kaitannya dengan penentuan fakta material sehingga dari kasus-kasus tersebut mudah disimpulkan apa sebenarnya yang dimaksud dengan fakta material itu. Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam kasus- kasus ini adalah fakta-fakta material yang terjadi.
Kasus-kasus tersebut antara lain kasus Texas Gulf Sulphur (TGS), hasil dari eksplorasi di Kanada menemukan cadangan bahan tambang yang luar biasa. Pejabat TGS melarang agar informasi itu tidak diumumkan dulu ke publik. Sebelum temuan ini diumumkan ke publik (disclose) beberapa orang pejabat dan pegawai perusahaan 115
Borden Ladner Gervais, “The Facebook IPO: Danier Revisited”, Artikel dalam Securities & Capital Market Bulletin , Juni 2013, hal. 2. 116 http://www.blg.com/en/newsandpublications/documents/publication_3076.pdf, diakses tersebut membeli saham dan opsi saham TGS. Pejabat dan pegawai TGS yang membeli saham tersebut digugat karena tidak membuka informasi (fakta materiil) tentang temuan cadangan bahan tambang tersebut namun mereka sekaligus melakukan transaksi pembelian saham perusahaan. Menurut pendapat pengadilan, barang siapa mempunyai informasi orang dalam yang material harus melakukan
disclosure kepada masyarakat investor dan jika diperintahkan tidak disclose untuk
melindungi rahasia perusahaan, para pejabat dan pegawai perusahaan harus menjauh dari perdagangan efek perusahaan selama informasi tersebut belum dibuka kepada publik. Fakta material termasuk informasi yang membawa dampak kepada investor
Selanjutnya kasus Dirks yang mengungkapkan informasi kepada para investor (EFA) bahwa “EFA melakukan penipuan korporat”.
Equity Funding of America
Informasi tentang penipuan tersebut diperoleh Dirks dari orang dalam. Informasi bersifat non-public. Karena Dirks membocorkan informasi non-public tersebut kepada investor, para investor menjual saham EFA, akibatnya harga saham EFA turun dari $26 menjadi $15. Dalam kasus ini informasi yang diungkapkan oleh Dirks tersebut dikategorikan sebagai fakta material karena informasi tersebut berdampak pada saham EFA yaitu turun dari $26 menjadi $15. Dalam hal ini Dirks dinyatakan
melanggar (secara derivatif) fiduciary duty kepada pemegang saham.
117 Asril Sitompul, Zulkarnain Sitompul, dan Bismar Nasution, Insider Trading, Kejahatan di
Kasus Bank Pikko. Pada tanggal 8 April 1997 terjadi suatu kejanggalan bahwa harga saham Bank Pikko naik drastis dari Rp. 1.325 menjadi Rp.4.000,- per lembar saham dalam kurun waktu 2 jam 24 menit (kurun waktu dari pukul 09.30- 14.24). Direktur PT. Multi Prakarsa Investama Securities yang dikendalikan oleh seseorang bersama dengan afiliasinya melakukan transaksi saham Bank Pikko secara aktif melalui PT. Putra Saridaya Persada Securities (PSP Securities) di mana PSP Securities memecah order beli dan jual saham Bank Pikko melalui perusahaan efek lain. Bank Pikko memberikan informasi “tidak ada hal-hal lain material yang bersifat spekulan”. Sebelum disuspennya perdagangan saham Bank Pikko, pada tanggal 8 April 1997, tampak transaksi atas saham Bank Pikko ada menggunakan identitas pihak lain melalui perusahaan efek anggota bursa yang mayoritas sahamnya dimiliki seseorang. Tindakan tersebut menyebabkan gambaran semu mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar, dan harga saham di Bursa Efek, yang selanjutnya mempengaruhi pihak lain untuk mentransaksikan saham Bank Pikko, dan di sisi lain salah seorang direksi anggota bursa menyebarkan order beli saham kepada 9 (sembilan) perusahaan efek lain sehingga menyebabkan gambaran semu mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar, dan harga saham yang selanjut mempengaruhi pihak lain untuk mentransaksikan saham Bank Pikko. Kejadian ini dinyatakan oleh Bapepam sebagai pelanggaran terhadap Pasal 91 UUPM yang berbunyi : “setiap pihak dilarang melakukan tindakan, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan tujuan untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai melanggar Pasal 92 UUPM yang berbunyi : “Setiap Pihak, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan pihak lain dilarang melakukan 2 (dua) transaksi Efek atau lebih, baik langsung maupun tidak langsung, sehingga menyebabkan harga Efek di Bursa Efek tetap, naik, atau turun dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk
membeli, menjual, atau menahan Efek.