BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Aturan-Aturan Dalam UKM Tenis Meja USU (Studi Etnografi tentang Penerapan Aturan-Aturan Yang Digunakan Di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tenis Meja USU)

  Skripsi ini menjelaskan tentang aturan-aturan yang digunakan di Unit Kegiatan Mahasiswa Tenis Meja USU. Aturan-aturan yang berlaku dalam organisasi sangat menentukan berjalannya fungsi-fungsi organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi tersebut. Seperti halnya dalam aturan yang berlaku di masyarakat bahwa setiap aturan-aturan yang ada di dalam masyarakat harus kita taati. Tanpa ketaatan terhadap keteraturan, ketertiban dalam masyarakat tidak akan terjadi, bahkan yang terjadi selanjutnya adalah kekacauan. Contohnya, jika tidak ada aturan lampu merah di jalan raya, kita tidak tahu bagaimana melewati simpang 4 dengan aman, karena semua pengemudi kendaraan akan mementingkan kepentingan sendiri dan maju dengan tidak memikirkan pengendara yang lain dan akhirnya jadi seperti anyaman tikar, tidak ada yang bisa maju. Hukum ialah peraturan tingkah laku yang oleh masyarakat dianggap patut dan mengikat para warga masyarakat serta ada perasaan umum bahwa peraturan-peraturan itu harus

  1 dipertahankan oleh para pejabat hukum.

  Universitas Sumatera Utara tidak hanya membina mahasiswa dalam bidang akademik tetapi juga membina dan memberi pelatihan kepada mahasiswa yang mempunyai minat dan bakat dalam bidang olahraga khususnya tenis meja 1 untuk meningkatkan prestasi yang setinggi-tingginya. Dan tidak bisa dipungkiri

  Van Vollenhoven III; 398 dalam Pengantar Antropologi hukum, Bandung 1992, hal 89 aturan–aturan dalam Unit Kegiatan Mahasiswa yang merupakan Organisasi Kemahasiswaan Intra Kampus USU sangat diperlukan terhadap jalannya suatu organisasi, dalam mempengaruhi usaha pencapaian tujuan-tujuan organisasi tersebut.

  Dengan begitu secara umum tulisan tentang aturan-aturan yang digunakan ini membahas masalah pengelolaan penerapan aturan-aturan yang erat kaitannya dengan perkembangan dan permasalahan yang terjadi diantara suatu wadah dalam organisasi olahraga tertentu. Pengelolaan yang dimaksud adalah aturan-aturan yang digunakan dan diterapkan oleh suatu wadah organisasi maupun Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) olahraga agar dapat bertahan dan mampu melaksanakan atau mengembangkan suatu Unit Kegiatan Mahasiswa tersebut ke arah yang lebih baik. Dengan mempelajari aturan-aturan tersebut maka akan dapat dipahami bagaimana organisasi atau UKM olahraga tersebut mengelola organisasi UKM tersebut dan juga akan dapat gambaran bagaimana sesungguhnya pengelolaan penerapan aturan-aturan yang terjadi.

  Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) adalah wadah aktivitas

  

kemahasiswaan untuk mengembangkan minat, bakat dan keahlian tertentu bagi

  para anggota-anggotanya. Lembaga ini merupakan partner organisasi

  kemahasiswaan intra kampus lainnya seperti senat mahasiswa dan badan eksekutif

mahasiswa , baik yang berada di tingkat program studi, jurusan, maupun universitas. Lembaga ini bersifat otonom (berdiri sendiri), dan bukan merupakan

  2 sob-ordinat dari badan eksekutif maupun senat mahasiswa.

  Dalam suatu organisasi (seperti Unit Kegiatan Mahasiswa dalam bidang olahraga) diperlukan adanya aturan–aturan yang baik dalam kegiatan tersebut, baik itu aturan–aturan tertulis maupun aturan–aturan yang tidak tertulis untuk menciptakan suatu tujuan bersama. Begitu juga dengan tingkah laku, merupakan aturan-aturan yang turut mengatur perilaku seseorang dalam bertindak dan memainkan perannya sesuai dengan aturan main yang ada dalam masyarakat/organisasi agar dapat dikatakan tindakan bermoral, sesuai dengan moralitas dan perilaku masyarakat setempat. Tingkah-laku manusia dalam suatu organisasi atau kelompok sangat berpengaruh terhadap jalannya suatu organisasi,

  3

  dan mempengaruhi usaha pencapaian tujuan-tujuan organisasi . Manusia adalah pendukung utama setiap organisasi apapun bentuknya, perilaku manusia yang berbeda dalam satu organisasi atau kelompok adalah merupakan awal dari perilaku organisasi tersebut (Thoha, 1992:2).

  Keberadaan suatu organisasi tidak terlepas dari dinamika dalam lingkungan sekitarnya, baik itu internal maupun eksternal, sehingga setiap organisasi dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan identitas organisasi tersebut agar dapat bertahan dan mampu menyelesaikan persoalan yang terjadi dan mampu mengembangkan organisasi tersebut dengan 2 kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam aturan-aturan yang ditetapkan.

  Unit Kegiatan Mahasiswa, “http://id.wikipedia.org/wiki/Unit_kegiatan_mahasiswa (akses 12 3 Mei 2012) Miftah Thoha, Perilaku Organisasi (CV. Rajawali, Jakarta 1983), hal 13

  Dalam upaya untuk memajukan suatu organisasi UKM olahraga tenis meja ditetapkan berbagai macam aturan-aturan yang harus dilaksanakan, misalnya dari mulai kehadiran para anggota hingga selesainya latihan tenis meja dilaksanakan. Namun tidak jarang juga aturan-aturan yang ditetapkan malah menjadi permasalahan dalam UKM olahraga tersebut karena pelaksanaan aturan yang dilakukan di lapangan kurang konsisten. Salah satu contohnya adalah kehadiran anggota UKM olahraga agar datang tepat waktu. Dengan aturan yang ditetapkan agar datang latihan tepat waktu, Pengurus atau penanggungjawab UKM memperlihatkan bahwa datang tepat waktu adalah syarat untuk menjaga kedisplinan dan latihan secara bersama-sama para pengurus dan anggota. Namun apabila kedisplinan tersebut tidak diikuti oleh pengurus yang menetapkan aturan tersebut, karena pengurus selalu datang terlambat sedangkan anggota UKM selalu datang sesuai dengan aturan yang ditetapkan akan membawa dampak yang kurang menyenangkan dalam organisasi UKM itu sendiri. Tentu ada hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut mengapa pengurus bersikap seperti itu, apakah karena pengurus juga adalah seorang mahasiswa yang masih ada jadwal kuliah yang kebetulan berbenturan dengan jadwal latihan UKM olahraga atau mungkin ada urusan lain?. Menarik untuk membahas masalah pengelolaan aturan-aturan yang ditetapkan tersebut, karena masih banyak hal-hal lain agar pelaksanaan aturan tersebut dapat diterapkan oleh pengurus maupun anggota sesuai dengan aturan kebijaksanaan yang ada.

  Di mana-mana kita juga sering melihat, mendengar atau membaca baik itu di koran maupun di televisi tentang ketidakberhasilan para penegak hukum dalam menjalankan tugasnya secara konsisten dan merata di segala lapisan masyarakat, baik itu dalam pemerintahan maupun di organisasi. Salah satunya adalah di organisasi Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI).

  Kisruh dunia olahraga ternyata tidak hanya terjadi di dunia Sepakbola. Kabarnya tenis meja pun sedang mengalami kemelut. Adalah Dato’ Sri Prof DR Tahir MBA lah pemicu nya. Tahir merupakan ketua Umum persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia(PTMSI). Tahir disinyalir ingin melanggengkan tahtanya dengan melakukan kecurangan. Kecurangan pertama Tahir terlihat sejak perhelatan Pra PON di Yogjakarta beberapa waktu yang lalu. Tahir dengan sengaja membagibagikan uang Rp.50jt kepada setiap Penprov yang hadir.

  Anehnya, dua hari kemudian ada undangan untuk mengahadiri Munaslub di hotel Merlyn Park Jakarta tanggal 12 Desember 2011 . Di undangan tersebut tercantum agenda untuk peningkatan kinerja di lingkungan PTMSI.

  Ketika Munaslub berlangsung Tahir cs pun kembali melakukan kecurangan dengan merubah AD/ART, dengan tujuan dirinya bisa menjadi menjabat ketua Umum PTMSI kembali.“ Padahal dengan AD/ART(Anggaran Dasar Rumah Tangga) Sebelumnya, seseorang tidak boleh mencalonkan kembali jika sudah menjabat dua periode,” kata Peter Layardi,Bendahara Komite Penyelamat Tenis Meja Indonesia(KPTMI), ketika dihubungi melalui telepon Selulernya, di Jakarta, Jumat(27/1) sore.

  “Kelompok Tahir cs, di Yogya memberikan 50 juta, pas Munaslub di Jakarta 100 jt, setelah menang baru di berikan untuk pengprov yang memilihnya” Peter menambahkan. Peter lebih lanjut menjelaskan, mereka telah mengadukan permasalahan di PTMSI kepada KONI. “KONI menangguhkan hasil Munaslub tersebut, sehingga terjadi kekosongan kepengurusan di tenis meja,” tambah Peter.

  KPTMI sendiri menurut Peter dibentuk oleh Pengprov PTMSI yang tidak setuju dengan hasil munaslub tersebut. “Ada beberapa pengprov dan berbagai pihak yang tidak menerima hasil Munaslub tersebut,” kata Peter. Sementara itu, salah seorang anggota DPR komisi X dari fraksi Golkar, Hetifah Sjaifudian berharap permasalahan yang terjadi ditenis meja jangan sampai mengganggu prestasi atletnya. “Prinsipnya sih kita prioritas pada prestasi. Konflik di pengurus PTMSI yang terjadi jangan sampai ganggu prestasi Tenis Meja Indonesia. Untuk hal-hal yg terkait hukum (tuduhan korupsi) diharapkan dapat diselesaikan melalui jalur hukum,” ujar Hetifah. Rencananya penyalahgunaan uang bantuan oleh Tahir akan dilaporkan ke KPK. Namun, Peter belum bisa

  4

  memberitahu kapan mereka akan mendatangi KPK. Begitu juga dengan permasalahan yang terjadi di dalam Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).

  Pada tanggal 13 Agustus 2007, Ketua Umum Nurdin Halid divonis dua tahun penjara akibat tindak pidana korupsi dalam pengadaan minyak goreng.

  Berdasarkan standar statuta FIFA , seorang pelaku kriminal tidak boleh menjabat sebagai ketua umum sebuah asosiasi sepakbola nasional. Karena alasan tersebut, Nurdin didesak untuk mundur dari berbagai pihak. Jusuf Kalla (Wakil Presiden RI

  ,

  saat itu) Ketua KONI , dan bahkan FIFA menekan Nurdin untuk mundur. FIFA 4 bahkan mengancam untuk menjatuhkan sanksi kepada PSSI jika tidak

  http://suarakawan.com/27/01/2012/bukan-hanya-pssi-induk-olahraga-berkonflik-ptmsi-juga/ (akses 5 Maret 2013) diselenggarakan pemilihan ulang ketua umum. Akan tetapi Nurdin bersikeras untuk tidak mundur dari jabatannya sebagai ketua PSSI, dan tetap menjalankan kepemimpinan PSSI dari balik jeruji penjara. Agar tidak melanggar statuta PSSI, statuta mengenai ketua umum yang sebelumnya berbunyi "harus tidak pernah terlibat dalam kasus kriminal" diubah dengan menghapuskan kata "pernah" sehingga artinya menjadi "harus tidak sedang dinyatakan bersalah atas suatu tindakan kriminal. Setelah masa tahanannya selesai, Nurdin kembali menjabat

  5 sebagai ketua PSSI .

  Kisruh di PSSI semakin menjadi-jadi semenjak munculnya LPI (Liga Primer Indonesia) yang dideklarasikan di Semarang oleh Konsorsium dan 17 perwakilan klub yang dianggap beberapa pihak tertentu kompetisi ini ilegal dan dapat menimbulkan perpecahan dalam sepakbola nasional Indonesia. Karena kompetisi yang diakui PSSI sebelumnya adalah Liga Super Indonesia (LSI) .

  Ketua Umum Nurdin Halid melarang segala aktivitas yang dilakukan oleh LPI.

  Dalam situasi PSSI yang kisruh itu pun Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, mengadakan jumpa pers di Istana Negara. Adapun hal yang disampaikan sang Presiden saat itu adalah berkaitan dengan kondisi PSSI yang kini sedang carut marut. "Saya berharap saudara-saudara kita yang ada di kepengurusan PSSI dengarkan suara rakyat, jangan lukai rakyat, jangan sibuk berkelahi," demikian ujar Presiden SBY. Presiden menilai masalah di dalam kepengurusan PSSI seperti tidak ada habisnya. Padahal seharusnya mereka 5 mencari jalan keluar dengan baik. "Carikan solusinya dengan baik sehingga

  http://id.wikipedia.org/wiki/Persatuan_Sepak_Bola_Seluruh_Indonesia semangat tinggi rakyat kita tidak justru dihadiahi konflik dan pertentangan yang tak kunjung habis," tambah orang nomor satu di negeri ini, (Sumber: Tribunnews).

  Dari uraian di atas, kita dapat melihat dalam hal pemilihan ketua umum PTMSI bahwa sebelumnya, seseorang tidak boleh mencalonkan kembali jika sudah menjabat dua periode begitu juga dengan pemilihan ketua dalam asosiasi sepakbola nasional bahwa ada aturan tertulis yang diterapkan standar statuta FIFA yang melarang seorang pelaku kriminal tidak boleh menjabat sebagai ketua umum sebuah asosiasi sepakbola nasional. Namun walaupun ada aturan yang tertulis standar FIFA tetap saja aturan tersebut dapat diubah dan berlaku dalam organisasi tersebut sehingga dalam aturan – aturan yang diterapkan pun timbul masalah- masalah, seperti kompetisi LPI yang dianggap illegal oleh pihak tertentu.

  Ketertarikan untuk menulis permasalahan tentang penerapan aturan- aturan yang digunakan di UKM Tenis Meja USU ini dilatarbelakangi oleh permasalahan yang saya anggap cukup menarik untuk dilihat adalah seperti yang telah kita ketahui bahwa banyak organisasi sekarang, salah satunya seperti PTMSI Nasional Indonesia maupun Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang dalam pengelolaan organisasi itu banyak masalah-masalah yang terjadi, yang dalam aturan-aturan yang dijalankan baik aturan tertulis maupun tidak tertulis tersebut menimbulkan perpecahan dalam organisasi itu sendiri, jadi saya tertarik untuk meneliti penerapan aturan-aturan dalam UKM Tenis Meja USU dalam lingkup organisasi yang lebih kecil, apakah aturan-aturan yang diterapkan tersebut lebih baik atau lebih buruk jika dibandingan dengan organisasi yang lebih besar seperti dalam organisasi Sepakbola tersebut. Hoebel, ( T.O. Ihromi 2001 : 197 ) mengatakan seorang peneliti yang menganut cara ideologis, bila meneliti suatu masyarakat dimana hukumnya belum tertulis atau untuk bagian tertentu tidak tertulis misalnya, maka apa yang menurut para pemimpin di situ dituturkan sebagai aturan-aturan yang berlaku, diterima saja oleh peneliti sebagai hukum yang benar-benar berlaku secara umum dan menguasai prilaku para warga masyarakat.

  Selain masalah-masalah tentang aturan-aturan yang diterapkan di atas ada juga aturan-aturan dalam format grup Olimpiade London dalam cabang bulutangkis yang ganda putri Indonesia, Greysia Polii/Meiliana Jauhari, didiskualifikasi dari Olimpiade London 2012. Ini baru pertama kali terjadi sepanjang sejarah bulu tangkis dipertandingkan di Olimpiade Barcelona 1992 hingga terakhir di Beijing 2008, tak pernah terjadi kasus seperti ini karena ini format baru. Selama ini menggunakan format gugur bukan penyisihan grup," kata Kepala Pelatih Ganda PBSI Christian Hadinata saat dihubungi Tempo.

  Legenda bulu tangkis yang aktif bertanding 1971-1986 ini mengakui jika permainan tidak wajar sering terjadi dalam permainan bulu tangkis. Tetapi, biasanya, hal ini terjadi di ajang pertandingan khusus bulu tangkis seperti Super Series, bukan ajang Olimpiade. Kali ini, menurut Christian, Badminton World Federation (BWF) bertindak tegas karena permainan tidak wajar itu terjadi di ajang pertandingan olahraga bergengsi seperti Olimpiade. "Harusnya diantisipasi dan berhati-hati, dalam Olimpiade harus lebih waspada," ujarnya. BWF sendiri, lanjut Chritian, seharusnya juga mengantisipasi terjadinya kecurangan dengan menerapkan aturan sistem yang tepat. Misalnya, pada kejuaraan Piala Thomas- Uber, juara grup langsung di tempatkan di atas sedangkan runner up diundi lagi untuk menentukan musuhnya. "Jadi tidak bisa memilih siapa lawannya,".

  Christian menyayangkan kejadian yang dialami Greysia/Meiliana. Ganda putri yang saat ini menjadi andalan Indonesia itu sebenarnya diharapkan bisa membawa pulang medali, minimal perunggu.

  BWF mendiskualifikasi delapan atlet ganda putri dari Olimpiade London, termasuk Greysia/Meiliana, sebab diduga melakukan manipulasi hasil pertandingan, agar mendapat undian yang menguntungkan pada babak sistem gugur. Pasangan nomor satu dunia asal Cina, Wang Xiaoli/Yu Yang, berupaya untuk kalah saat melawan pasangan Korea Selatan, Jung Kyung-eun/Kim Ha-na, agar tidak menjadi juara grup karena tidak ingin bertemu pasangan asal Cina lainnya, Tian Qing/Zhao Yunlei, di semifinal.

  Dari uraian Olimpiade London cabang badminton di atas, dapat kita lihat bahwa sebelumnya Jika di sistem gugur ada tim yang kalah maka akan langsung tersingkir, maka di sistem grup tim yang kalah bisa 'memilih' lawan yang lebih mudah di fase selanjutnya. Jadi dalam sistem aturan tersebut tidak ada aturan yang secara tertulis mengatakan bahwa tim yang yang kalah untuk fase selanjutnya harus benar-benar serius untuk menang agar tidak didiskualifikasi, tetapi masing- masing pasangan ingin kalah agar tidak menghadapi pasangan cina yang diunggulkan lebih kuat, tetapi pihak BWF tetap mendiskualifikasi pasangan- pasangan yang tidak serius dalam bertanding, yang sebelumnya dalam sistem aturan tersebut belum ada aturan yang secara tertulis mengatakan seperti itu. Jadi dalam sistem aturan yang diterapkan tersebut yang ada malah merugikan banyak pihak.

  Jadi dalam hal uraian-uraian yang dikemukakan di atas baik organisasi Sepakbola maupun Olimpiade London adalah masing kurangnya aturan-aturan yang lebih spesifik dalam hal untuk memajukan organisasi tersebut, yang dimana dalam organisasi tersebut apakah ada unsur-unsur politik tertentu baik karena perbedaan negara pemain, suku, agama, ras dan lain sebagainya sehingga aturan- aturan dalam organisasi tersebut masih kurang baik. Jadi atas dasar inilah saya tertarik untuk menulis tentang penerapan aturan-aturan yang digunakan di Unit Kegiatan Mahasiswa Tenis Meja USU apakah dalam menerapkan aturan-aturan dalam UKM tenis meja tersebut ada yang membedakan juga suku, agama, fakultas, jurusan, stambuk atau lain sebagainya. Seseorang tidak dapat melihat pada fakta-fakta tanpa adanya pemahaman sebelumnya tentang suatu aturan, pilihan akan suatu aturan, pada pihak lain bergantung pada fakta tertentu dan biasanya seorang hakim tidak mencari pemecahan persoalan sebagai hasil menggolongkan secara logis fakta-fakta ke dalam suatu aturan dan biasanya

  6

  hanyalah suatu ujian setelah suatu putusan dibuat

  Dengan berpegang pada batas pengertian bahwa antropologi hukum itu adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan aturan- 6 aturan hukum, maka berarti sasaran dalam pembahasannya terutama ditujukan

Van Vollenhoven 1918;1 ff; dan 1928 dalam Goyahnya tangga menuju mufakat, Sumbar hal 111. terhadap aturan-aturan baik tertulis maupun tidak tertulis dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tenis Meja Universitas Sumatera Utara (USU). Sejak manusia hidup berkelompok sudah ada aturan hidup, sudah ada hukum (adat), oleh karena tidak ada manusia tanpa budaya, tidak ada manusia tanpa kepentingan dan tidak

  7 ada manusia tanpa hukum .

  Antropologi hukum berpegang pada anggapan bahwa ada manusia hidup bermasyarakat ada hukum, jadi baik di masyarakat modern atau masyarakat sederhana hukum selalu ada. Hukum itu mengikuti kehidupan manusia bermasyarakat, baik dalam bentuk tidak tertulis maupun tertulis. Hukum juga tidak terlepas kaitannya dengan norma-norma dan nilai budaya dalam masyarakat. Dan supaya hubungan antar manusia di dalam suatu masyarakat terlaksana sebagaimana diharapkan, maka dirumuskanlah norma-norma masyarakat. Mula- mula norma-norma itu terbentuk secara tidak disengaja. Namun lama kelamaan norma-norma itu dibuat secara sadar. Contohnya adalah perihal perjanjian tertulis yang menyangkut pinjam meminjam uang yang dahulu tidak pernah dilakukan. Norma-norma yang ada dalam masyarakat mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda. Ada norma yang lemah, yang sedang sampai yang terkuat daya ikatnya dan pada terakhir, umumnya anggota masyarakat pada tidak berani melanggarnya.

  Ada 4 pengertian yang membedakan kekuatan mengikat norma-norma 7 tersebut yaitu :

  Hilman Hadikusuma, Pengantar Antropologi Hukum (PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 1992), hal 9

  1. Cara (usage) Cara (usage) menunjuk pada suatu bentuk perbuatan yang diulang- ulang dalam bentuk yang sama. Cara (usage) lebih menonjol di dalam hubungan antar individu dalam masyarakat. Suatu penyimpangan terhadapnya tak akan mengakibatkan hukuman yang berat, akan tetapi hanya sekedar celaan dari individu yang dihubunginya.

  2. Kebiasaan (folkways) Kebiasaan (folkwasys) mempunyai kekuatan mengikat yang lebih besar daripada cara. Kebiasaan diartikan sebagai perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama, merupakan bukti bahwa orang banyak menyukai perbuatan tersebut. Sebagai contoh, kebiasaan memberi hormat kepada yang lebih tua. Apabila perbuatan tadi tidak dilakukan, maka akan dianggap sebagai suatu penyimpangan terhadap kebiasaan umum dalam masyarakat.

  3. Tata kelakuan (mores) Tata kelakuan mencerminkan sifat-sifat yang hidup dari kelompok manusia yang dilaksanakan sebagai alat pengawas, secara sadar maupun tidak sadar oleh masyarakat terhadap anggota-anggotanya. Tata kelakuan (mores) di satu pihak memaksakan suatu perbuatan dan di lain pihak melarangnya, sehingga secara langsung merupakan alat agar anggota masyarakat menyesuaikan perbuatannya dengan tata kelakuan tersebut.

  4. Adat istiadat (Custom) Tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat, dapat meningkat kekuatan mengikatnya menjadi custom atau adat istiadat. Anggota masyarakat yang melanggar adat istiadat akan menderita sanksi yang keras yang kadang-kadang secara langsung tidak diperlakukan. Suatu contoh, hukum adat yang melarang terjadinya perceraian antara suami-istri, yang berlaku pada umumnya dinilai sebagai kehidupan bersama yang sifatnya abadi dan hanya dapat terputus apabila salah satu meninggal dunia (cerai mati). Apabila terjadi perceraian, maka tidak hanya yang bersangkutan yang tercemar namanya, tetapi seluruh keluarga dan bahkan seluruh sukunya. Untuk menghilangkan kecemaran tersebut diperlukan suatu upacara adat khusus yang membutuhkan biaya besar sekali. Biasanya orang yang melakukan pelanggaran tersebut dikeluarkan dari masyarakat. Juga keturunannya sampai dia dapat mengembalikan keadaan semula.

  Norma-norma di atas, setelah mengalami suatu proses pada akhirnya akan menjadi bagian tertentu dari lembaga kemasyarakatan. Proses tersebut dinamakan suatu pelembagaan yaitu suatu proses yang dilewati oleh suatu norma yang baru untuk menjadi bagian dari salah satu lembaga kemasyarakatan. Begitu juga dengan nilai-nilai budaya. Nilai-nilai budaya merupakan suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi terhadap hidup, bersifat amat umum. Sebaliknya, norma yang berupa aturan-aturan untuk bertindak bersifat secara khusus, sedangkan perumusannya biasanya bersifat amat terperinci, jelas tegas dan tidak meragukan. Suatu sistem nilai budaya sering juga berupa pandangan hidup atau world view bagi manusia yang menganutnya. Namun istilah “pandangan hidup” sebaliknya dipisahkan dari konsep sistem nilai budaya. Pandangan hidup itu biasanya mengandung sebagian dari nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, yang dipilih secara selektif oleh para individu dan golongan-golongan dalam masyarakat. Dengan demikian, apabila sistem nilai itu merupakan pedoman hidup yang dianut oleh sebagian besar warga masyarakat “pandangan hidup” itu merupakan suatu sistem pedoman yang dianut oleh golongan-golongan atau lebih sempit lagi, individu-individu khusus dalam masyarakat.

  W.H.R River, (Hilman Hadikusuma 1924 : 71) mengatakan Kekuatan yang menyebabkan timbulnya ketertiban dan ketaatan pada masyarakat sederhana ialah perasaan kelompok sehingga tidak perlu adanya sarana tertentu untuk penerapannya kewenangannya, segala sesuatunya timbul dengan spontanitas.

  Hukum memiliki peran yang penting dalam mengatur ketertiban sebuah negara. Namun keberadaan hukum itu sendiri tidak bisa sepenuhnya lepas dari masalah-masalah yang justru malah mengaburkan fungsi pokok dari hukum itu sendiri. Begitu juga di Indonesia. Hingga saat ini masih banyak sekali masalah hukum di Indonesia yang belum terselesaikan. Masalah hukum di Indonesia tidak hanya berhubungan dengan aparat penegak hukum saja namun juga terkadang

  8 berkaitan dengan produk hukum itu sendiri .

  8 http://carapedia.com/masalah_hukum_indonesia_info3023.html

  Misalnya dalam masalah kedudukan perempuan dalam pluralisme hukum waris, dengan latar belakang etnik ras, agama dan kelas yang berbeda, ditandai oleh adanya berbagai institusi (pranata) hukum yang saling tumpang tindih. Fenomena adanya pluralisme hukum, khususnya dalam masalah waris, pada masyarakat Batak Toba, ditunjukkan melalui adanya berbagai aturan hukum yang mengatur masalah waris, yaitu hukum adat , hukum negara dan kebiasaan- kebiasaan atau konvensi-konvensi sosial yang muncul dalam perkembangan masyarakat Batak Toba masa kini. Dengan demikian, seorang Batak yang berhubungan dengan masalah waris, menjadi subjek, lebih dari satu sistem hukum dan secara normatif hukum adat Batak Toba tidak memberikan hak waris kepada anak perempuan maupun janda, baik yang berupa tanah, rumah maupun benda

  9

  tidak bergerak lainnya . Jadi dalam hukum tersebut ada himpunan peraturan (baik berupa perintah maupun larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu, pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah.

  Dan dalam menjalankan aturan-aturan yang sudah diterapkan dalam suatu organisasi dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Tenis Meja USU, tidak terlepas juga dari berbagai permasalahan yang ditimbulkan dan bagaimana cara yang harus dilakukan dalam menyelesaikan masalah-masalah di organisasi tersebut. Misalnya dalam suatu sengketa di suatu nagari di Minangkabau dan bagaimana pihak dalam 9 suatu sengketa tersebut tawar menawar untuk menangani sengketa. Hal ini

  Sulistyowati Irianto, Perempuan di antara berbagai pilihan hukum (Yayasan Obor Indonesia, Jakarta 2003), hal 1-3 merupakan konsekuensi dari tatanan sosial politik nagari dan juga prinsip-prinsip adat tentang pengambilan keputusan yang mencerminkan tatanan sosial politik, dan keputusan harus dibuat secara bulat dan diterima oleh semua orang yang

  10 terlibat .

  Aturan–aturan tertulis maupun tidak tertulis dalam Unit Kegiatan Mahasiswa ( UKM ) Tenis Meja Universitas Sumatera Utara tidak terlepas juga dari pengurus atau pemimpin dalam organisasi tersebut yang dimana para pengurus lebih mengetahui kebijakan aturan–aturan yang lebih baik dalam organisasi tersebut. Semuanya itu bergantung pada kepemimpinan para pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa Tenis Meja USU dalam menjalankan organisasi tersebut.

  Hukum adalah keseluruhan peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur tata tertib dalam masyarakat dan terhadap pelanggarnya umumnya dikenakan sanksi. Sedangkan tujuan dari hukum adalah untuk mengadakan keselamatan, kebahagiaan, dan ketertiban dalam masyarakat (Wiryono Kusumo).

  Kepemimpinan dibutuhkan manusia, karena adanya suatu keterbatasan dan kelebihan–kelebihan tertentu pada manusia dalam menjalankan atau membuat suatu aturan-aturan dalam masyarakat atau oragnisasi. Disatu pihak manusia terbatas kemampuannya untuk memimpin, di pihak lain ada orang yang mempunyai kelebihan kemampuan untuk memimpin. Disnilah timbulnya kebutuhan akan pemimpin dan kepemimpinan. Kepemimpinan kadangkala 10 diartikan sebagai pelaksana otorita dan pembuat keputusan, ada juga yang

  Keebet von B. Beckman, Goyahnya tangga menuju mufakat (Perwakilan KITLV, Jakarta) mengartikan suatu inisiatif untuk bertindak yang menghasilkan suatu pola yang konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama.

  George R Terry (1960 : 493) juga mengatakan bahwa kepemimpinan itu adalah aktivita untuk mempengaruhi orang – orang agar supaya di arahkan mencapai tujuan organisasi.

  Konsep kepemimpinan dan kekuasaan sebagai terjemahan dari power telah menurunkan suatu minat yang menarik. Konsep kekuasaan amat dekat dengan konsep kepemimpinan serta pembuatan suatu keputusan dan aturan – aturan yang digunakan dalam organisasi tersebut, baik itu aturan yang tertulis maupun yang tidak tertulis dan kekuasaan merupakan sarana bagi pemimpin untuk mempengaruhi perilaku anggota– anggotanya dalam menjalankan aturan – aturan tersebut.

  Menurut bentuknya, hukum itu dibagi menjadi :

  a. Hukum tertulis adalah hukum yang dituliskan atau dicantumkan dalam perundang-undangan. Contoh : hukum pidana dituliskan pada KUHPidana, hukum perdata dicantumkan pada KUHPerdata.

  b. Hukum Tidak Tertulis adalah hukum yang tidak dituliskan atau tidak dicantumkan dalam perundang-undangan. Contoh : hukum adat tidak dituliskan atau tidak dicantumkan pada perundang-undangan tetapi dipatuhi

  11 oleh daerah tertentu.

  11 (http://pertelontanahmerah.blogspot.com/2011/02/hukum-tertulis-dan-tidak-tertulis.html )

  Jika kita berbicara tentang aturan pasti ada kaitannya dengan hukum, dimana hukum juga merupakan suatu aturan – aturan yang terdiri dari norma dan sanksi yang bertujuan mengadakan ketertiban dan keamanan tetap terpelihara. Menurut Holic (2009) kalau hukum dibuat oleh pemerintah yang berisikan larangan dan perintah yang harus di jalankan oleh seluruh masyarakat negara sedangkan kalau peraturan di buat oleh suatu organisasi di dalam lingkungan maupun kelompok yang harus di jalankan oleh setiap pengikut/ anggota suatu kelompok atau warganya.

  Setiap peraturan hukum memberitahu tentang bagaimana seorang pemegang peranan diharapkan dapat bertindak dan juga sebagai respon terhadap peraturan hukum merupakan fungsi peraturan–peraturan yang ditujukan kepadanya, sanksi– sanksinya, aktivitas dari lembaga pelaksana serta keseluruhan

  12

  kompleks kekuatan sosial, politik dan lainnya mengenai dirinya Dari penjelasan di atas, setiap manusia pada dasarnya selalu ingin bergabung/ berkelompok dengan sesamanya, baik itu membentuk kelompok/ organisasi tersendiri, maupun hanya ikut bergabung dengan teman–temannya yang lain karena ada hubungan kekeluargaan, ada hobi olahraga yang sama maupun ada unsur kepentingan lainnya. Baik itu organisasi kemahasiswaan intra kampus, seperti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tenis Meja USU tidak terlepas juga dari aturan– aturan yang diterapkan dalam UKM Tenis Meja USU tersebut, 12 Sebagaimana dalam aturan–aturan yang diterapkan dalam organisasi adalah

  Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat (Bandung: Angkasa, 1980), hal 27 - 28) khususnya dengan UKM Olahraga Tenis Meja ini dimana dalam membuat aturan– aturan tersebut apakah sudah dapat mensejahterahkan anggota dan memelihara kerukunan antar sesama anggota, pengurus, maupun orang – orang yang bermain atau ikut bergabung/ latihan dalam UKM Tenis Meja tersebut ataupun sebaliknya, yang dimana dalam membuat aturan– aturan tersebut ada unsur kepentingan beberapa orang dan berakibat kurangnya ketertiban dan keharmonisan dalam sesama anggota maupun pengurus. Dan konsep kepemimpinan para pengurus UKM Tenis Meja ini juga sangat berperan dalam mengambil keputusan maupun kebijakan dalam membuat aturan–aturan itu. Dimana seandainya dalam UKM Tenis Meja tersebut apakah dapat menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam pertentangan sesama anggota maupun pengurus dalam penerapan aturan – aturan tersebut .

  Malinowski, (Hilman Hadikusuma 1942 : 49) mengatakan aturan-aturan hukum apabila aturan itu dirasakan dan dianggap menimbulkan kewajiban di satu pihak dan hak-hak di lain pihak, dan aturan hukum itu mempunyai sanksi negatif atau sanksi postif berdasarkan kejiwaan dan adanya mekanisme (cara bekerja) kekuatan yang mengikat.

  Dan hal ini lah yang menjadi acuan bagi saya untuk mengetahui lebih lanjut dalam aturan – aturan tertulis maupun tidak tertulis dalam organisasi ini, terutama organisasi dalam bidang olahraga Tenis Meja di Kampus USU dan bagaimana penerapan/ pemahaman yang diterapkan dalam UKM Tenis Meja USU.

  1.3 Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, Pokok permasalahan yang menjadi rumusan dalam skripsi ini adalah :

  1. Bagaimana penerapan aturan–aturan di UKM Tenis Meja USU sekarang ini ? adakah unsur kekuasaan dalam membuat aturan– aturan tersebut ?

  2. Adakah ketentuan atau aturan–aturan tertentu dalam hal pengiriman atlet untuk mengikuti kejuaraan di tingkat daerah, nasional maupun internasional ?

  3. Bagaimana syarat-syarat peserta dan proses perektutan para atlit?

  4. Siapa saja yang menentukan jadwal latihan UKM Tenis Meja, dan penyediaan alat–alat latihan ?

  1.4 Maksud dan Tujuan Penulisan

  Maksud dari penulisan atau pembahasan masalah tentang penerapan aturan-aturan yang digunakan di Unit Kegiatan Mahasiswa Tenis Meja USU adalah untuk menjelaskan kepada pembaca bahwa pentingnya menciptakan suatu aturan yang tepat agar UKM Tenis Meja mampu mengatur dan menerapkan aturan-aturan yang ditetapkan dengan baik, sehingga aturan-aturan yang dibuat tersebut pun mampu mendisplinkan dan menjaga rasa kebersamaan para anggota maupun pengurus dan memajukan UKM Tenis Meja ke depan menjadi lebih baik. Lokasi penelitian ini adalah di Jln. Dr. Mansyur, GOR Cikal Universitas Sumatera Utara. Sementara tujuan dari pembahasan masalah ini adalah untuk memperlihatkan kepada pembaca tentang aturan–aturan yang diterapkan di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tenis Meja USU, dengan menitikberatkan perhatian dan melihat bagaimana cara–cara para pengurus UKM Tenis Meja menjalankan aturan–aturan yang berlaku di kalangan mahasiswa, khususnya mahasiswa yang tergabung di UKM Tenis Meja di kampus Universitas Sumatera Utara. Tulisan ini diharapkan juga dapat mempunyai manfaat baik secara praktis maupun secara akademis. Secara praktis, penelitian ini dapat memberi masukan bagi mahasiswa Universitas Sumatera Utara terutama mahasiswa atau para pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa Tenis Meja USU agar mendapat gambaran dan mengetahui aturan–aturan yang lebih baik yang diterapkan di Unit Kegiatan Mahasiswa Tenis Meja USU, dimana para pengurus ataupun orang–orang yang berperan di dalamnya dapat membuat kebijakan tentang aturan–aturan yang dapat diterima/ disetujui oleh semua anggota. Secara akademis, dapat juga bermanfaat untuk menambah wawasan dan kepustakaan di bidang antroplogi ataupun ilmu–ilmu pendidikan yang bersangkutan dengan tulisan ini.

  Dalam tulisan ini terdapat empat bab pembahasan, bab II akan dijelaskan sekilas tentang sejarah tenis meja dan gambaran umum Unit Kegiatan Mahasiswa Tenis Meja USU di Kota Medan. Kemudian dari bab III hingga bab V akan membahas berbagai macam aturan-aturan yang diterapkan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa tenis meja USU. Pada bab III saya menjelaskan aturan-aturan dalam perekrutan anggota, aturan-aturan jadwal latihan dan aturan-aturan dalam pakaian/kostum yang digunakan, ketiga aturan ini memperlihatkan bagaimana UKM tenis meja merekrut siapa-siapa saja yang dapat ikut bergabung dalam UKM tenis meja hingga penentuan jadwal latihan dan pakaian yang akan digunakan oleh anggota maupun pengurus. Pada bab IV saya menjelaskan aturan- aturan dalam kepengurusan, aturan-aturan LIGA UKM dan aturan-aturan dalam perwasitan, ketiga aturan-aturan ini menjelaskan bagaimana pengurus mengatur para anggotanya dalam seleksi pertandingan serta aturan-aturan dalam perwasitan. Terakhir pada bab V saya menjelaskan aturan-aturan dalam pengiriman atlet dan hasil kejuaraan. Dalam pembahasan pada bab ini menjelaskan bagaimana pengiriman atlet untuk mewakili UKM tenis meja USU dalam mengikuti pertandingan hingga setiap atlet atau anggota yang mewakili UKM tenis meja USU berhasil meraih gelar juara dalam setiap pertandingan yang diikuti dan bagaimana pembagian hasil kejuaraan tersebut.

  Penelitian ini saya lakukan dalam lingkup ilmu antropologi, yaitu

  13

  dengan menggunakan metode penelitian etongrafi . Metode yang biasanya digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian etnografi adalah melalui observasi partisipasi dan wawancara. Dengan observasi partisipasi peneliti bisa ikut serta dalam mengamati langsung serangkaian kegiatan para pengurus maupun anggota UKM tenis meja USU, termasuk ikut terlibat baik itu kegiatan bermain 13 tenis meja maupun kegiatan–kegiatan yang dilakukan oleh para pengurus dan

  

Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Istilah “etnografi”

digunakan untuk menunjuk aktifitas mempelajari kebudayaan dan dengan produk akhir ”sebuah etnografi” (Spradley, 1997:21) anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Tenis Meja USU lainnya, dan peneliti dapat melihat dan memahami masalah yang menjadi objek penelitian. Dengan melakukan observasi partisipasi, maka yang saya lakukan sebagai peneliti dalam menulis sebuah skripsi adalah tinggal dan ikut terlibat dalam melaksanakan aktivitas para anggota dan pengurus UKM di lokasi penelitian saya. Hal ini perlu dilakukan dengan tujuan data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan.

  Dengan tinggal dan ikut serta melaksanakan aktivitas bersama para anggota dan pengurus yang akan diteliti, serta menjalin hubungan komunikasi dan mengakrabkan diri dengan para anggota dan pengurus UKM akan menjadi lebih mudah dan akhirnya dengan hubungan yang baik, data yang ingin diperoleh dapat tercapai.

  Hal yang pertama sekali yang saya lakukan adalah menyampaikan maksud dan tujuan saya melakukan penelitian di Unit Kegiatan Mahasiswa tenis meja USU. Saya menjalin hubungan yang baik dan menyampaikan dengan jelas maksud dan tujuan penelitian saya kepada para pengurus UKM. Sebelumnya saya sudah cukup akrab dengan para pengurus dan anggota UKM tenis meja, sehingga sepanjang saya melakukan penelitian saya diterima baik oleh para pengurus, pelatih, maupun anggota UKM tenis meja untuk mendapatkan data-data yang diperlukan. Diterimanya saya dalam melakukan penelitian di Unit Kegiatan Mahasiswa tenis meja USU adalah karena selama ini mereka sudah cukup mengenal saya dan menjalin hubungan yang baik yang juga pernah ikut bergabung dalam UKM tenis meja USU, maupun sebelumnya ada beberapa yang curiga buat apa saya meneliti aturan-aturan dalam Unit Kegiatan Mahasiswa tenis meja USU. Namun hal itu bisa saya atasi dengan tetap menjalin hubungan yang baik dan menjelaskan bahwa data-data yang saya peroleh nantinya diperlukan untuk membuat tulisan tentang bagaimana Unit Kegiatan Mahasiswa tenis meja dapat membuat kebijakan dan menerapkan aturan-aturan yang dapat bermanfaat bagi semua pengurus dan anggota.

  Dalam usaha saya mendapatkan data-data yang valid tentang suatu permasalahan tentunya kita harus terlebih dahulu diterima dengan baik oleh kelompok masyarakat yang diteliti. Salah satu cara saya dalam memperoleh data yang valid adalah dengan ikut latihan bersama dengan para pengurus dan anggota UKM tenis meja USU. Pada saat saya ingin mengumpulkan data, saya terlebih dahulu mengatakan kepada mereka maksud dan tujuan saya, dan mereka dengan senang hati membantu.

  14 Dalam proses pengumupulan data dilakukan juga wawancara yang

  15 tentunya diawali dengan membina hubungan yang baik dengan informan .

  Informan yang dimaksud disini adalah para pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa, baik itu Steering committee, ketua UKM, sekretaris, bendahara, pelatih dan juga mahasiswa USU yang sudah menjadi anggota UKM tenis meja USU maupun mahasiswa yang belom jadi anggota UKM tenis meja, sampai kepada orang yang 14 ikut memakai GOR Cikal tenis meja, dalam hal ini orang-orang yang juga aktif

  

Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara

Tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang

diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana

pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Burhan Bungin,

15 2007).

  Informan adalah orang yang diwawancarai, dimintai informasi oleh pewanwancara. Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi ataupun fakta dari objek penelitian (Burhan Bungin, 2007) dalam latihan tenis meja tetapi di luar jadwal UKM tenis meja USU. Pada penelitian ini pada intinya setiap informasi dari informan adalah penting.

  Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah bentuk wawancara mendalam (deph interview) yang berhubungan dengan masalah penelitian, dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan. Dengan metode ini, peneliti akan menggunakan pedoman wawancara serta instrument wawancara seperti tape recorder, kamera, buku tulis, pulpen dan alat – alat lainnya yang berhubungan untuk penelitian ini.

  Alasan saya mewawancarai para informan adalah bahwa mereka sendirilah yang benar-benar mengetahui seluk-beluk Unit Kegiatan Mahasiswa tenis meja USU, tentang apa kegiatan-kegiatan dan kebijakan serta aturan-aturan yang diterapkan yang berdampak pada kemajuan atau kemunduran dalam UKM tenis meja USU tersebut.

  Setelah mendapatkan data-data yang diperlukan, saya menganalisa data

  16 tersebut dengan analisis data yang biasa dilakukan dalam penelitian antropologi.

  Analisis data dalam penelitian antropologi sebenarnya tidak spesifik harus dilakukan setelah penelitian lapangan selesai dilaksanakan. Dalam penelitian antropologi yang menggunakan metode etnografi tidak dilakukan hal dimana data dibawa pulang dan barulah proses analisis data dilakukan. Melainkan analisis data dilakukan sejak dari penelitian berlangsung sampai saat penelitian selesai 16 dilaksanakan.

  Analisis data kualitatif mempunyai tujuan yaitu : 1) menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena social dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses pemaparan hasil penelitian. 2) menganalisis makna yang ada dibalik informasi, data, dan proses suatu fenomena sosial itu (Burhan Bungin, 2007)

  Pada saat saya juga ingin mengumpulkan data dan melakukan wawancara, saya mewawancarai informan pada saat mereka ada waktu luang, baik itu sebelum latihan dimulai maupun sesudah latihan, dan bahkan saya mewawancarai informan dengan ikut serta dengan mereka pergi makan atau minum bandrek setelah selesai latihan. (karena kadang-kadang sebagian informan setelah selesai latihan, pergi mencari makan atau istilah lainnya “poding” untuk menambah tenaga/ energi yang keluar setelah lelah berjam-jam latihan.)

  Dalam melakukan analisis terhadap data-data yang diperoleh, saya mencoba melihat dan menyusun apa-apa saja permasalahan yang terjadi di lapangan dan mengapa terjadi demikian, salah satu contohnya adalah mengapa kebijakan aturan-aturan yang diterapkan di UKM tenis meja USU dalam hal ini kedisplinan agar datang tepat waktu latihan, tidak semua pengurus maupun anggota dan pelatih dapat menjalankan aturan-aturan yang sudah ditetapkan, jadi saya menganalisis data tersebut dengan mengambil suatu pandangan mungkin karena masalah kesibukan anggota UKM tertentu yang juga mahasiswa yang harus mengutamakan kuliah atau karena jarak rumah dengan tempat latihan lumayan agak jauh atau hal-hal lain sebagainya.

  Dengan demikian cara-cara saya dalam mengumpulkan data dan sekaligus melakukan analisis data yang pada penerapannya dilakukan sejak penelitian berlangsung sampai penelitian selesai dilaksanakan. Analisis data juga tidak hanya dilakukan dari hasil terhadap data-data yang didapatkan di lapangan melainkan juga dari berbagai sumber lainnya, seperti jurnal, surat kabar, buku- buku, artikel, dan media elektronik maupun dari hasil penelitian orang lain yang tentunya berkaitan dengan permasalahan dalam skripsi ini. Saya berharap skripsi ini dapat menjelaskan penerapan aturan-aturan yang dilaksanakan dalam Unit Kegiatan Mahasiswa tenis meja USU untuk memajukan dan mengembangkan UKM tenis meja ke depan dengan lebih baik dan hasilnya dapat dirasakan oleh setiap anggota maupun pengurus.

Dokumen yang terkait

Aturan-Aturan Dalam UKM Tenis Meja USU (Studi Etnografi tentang Penerapan Aturan-Aturan Yang Digunakan Di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tenis Meja USU)

1 44 122

Perancangan Sistem Inormasi UKM Tenis Meja USU Berbasis Web

1 42 125

Implementasi Metode N-Gram Untuk Memprediksi Arah Pukulan Bola Pada Game Tenis Meja

6 37 80

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profit Distribution Manajement Pada Unit Usaha Syariah Di Indonesia

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Persepsi Mahasiswa Tentang Donor Darah (Studi Etnografi tentang Persepsi Mahasiswa FISIP USU tentang Donor Darah)

0 2 36

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah - Tabloid Aplaus Dan Kepuasan Mahasiswa (Studi Korelasional tentang Tabloid Aplaus Terhadap Kepuasan Lifestyle Mahasiswa FISIP USU)

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Strategi Komunikasi Pelayanan dan Kepuasan (Studi korelasional Strategi Komunikasi Pelayanan Pegawai Perpustakaan USU terhadap Kepuasan Mahasiswa USU)

0 0 8

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Penerapan Analisis Konjoin pada Preferensi Mahasiswa terhadap Pekerjaan (Studi Kasus Mahasiswa S1 FMIPA USU)

0 0 8

BAB II SEJARAH TENIS MEJA DAN GAMBARAN UMUM UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) TENIS MEJA DI KAMPUS USU 2.1 Sekilas tentang Sejarah Tenis Meja - Aturan-Aturan Dalam UKM Tenis Meja USU (Studi Etnografi tentang Penerapan Aturan-Aturan Yang Digunakan Di Unit Kegi

0 2 10