Pengembangan Agroindustri Sinergi media Sektor

Pengembangan Agroindustri: Sinergi Sektor Pertanian dan Industri
Sri Mulyani1
Di tengah hempasan krisis global, perekonomian Indonesia tetap mengalami
pertumbuhan sebesar 6,9 persen (BPS, 2012) dengan tingkat GDP sebesar 2.618.139 miliar
rupiah. Dari sembilan sektor utama perekonomian Indonesia, sektor pertanian dan industri
merupakan dua sektor penting dalam perekonomian Indonesia dengan peran yang berbeda.
Sektor pertanian adalah penyumbang utama lapangan pekerjaan, sedangkan sektor industri
merupakan penyumbang PDB terbesar.
Mulai akhir 1960an produktivitas pertanian terus mengalami penurunan, yaitu dari 46
persen dari GDP pada 1971, 22 persen pada 1990, hingga pada 2012 menjadi12,51 persen
dari GDP. Berbeda dengan sektor industri, pada 1971 produktivitasnya adalah 20 persen dari
GDP kemudian meningkat menjadi 25,59 persen pada 2012. Tren indikator dan struktur
perekonomian tersebut menunjukkan adanya dualisme dalam perekonomian Indonesia.
Menurut J.H. Boeke, dualisme ekonomi merupakan suatu pertentangan sosial yang
diimpor dengan sistem pribumi yang memiliki corak berbeda. Bagaimana menyikapi adanya
dualistik dalam perekonomian Indonesia adalah pilihan. Namun, tidak dapat dipungkiri
bahwa baik sektor pertanian dan sektor industri memiliki peranan yang sama vitalnya dan
tidak bisa hanya menyuperiorkan salah satu sektor. Walaupun kenyataannya 35,08 persen
penduduk yang bergantung pada sektor pertanian sebagian besar hidup di bawah garis
kemiskinan, namun tidak mungkin menggantungkan perekonomian Indonesia sepenuhnya
pada sektor industri—yang notabenenya rentan terhadap berbagai shock perekonomian.

Sektor industri identik dengan modernisasi dan perkotaan, sedangkan sektor pertanian
identik dengan tradisional, subsisten dan pedesaan. Namun perbedaan tersebut bukan alasan
sektor industri dengan sektor pertanian dapat didikotomikan. Sektor pertanian dapat
disinergikan dengan sektor industri melalui sistem agroindustri. Agroindustri merupakan
bagian dari sistem agribisnis yang mempunyai backward dan forward linkage yang kuat serta
multiplier tenaga kerja dan nilai tambah yang relatif tinggi.
Sasaran pokok pengembangan agroindustri adalah pemberdayaan masyarakat—yang
memiliki mata pencaharian di bidang pertanian dan masyarakat pedesaan. Selain untuk
memperkokoh sektor industri di Indonesia dan memperbesar nilai tambah sektor pertanian.
Dalam kerangka pemberdayaan masyarakat, pengembangan agroindustri di Indonesia dapat
1 Mahasiwa S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika Dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada

1

mengaplikasikan one village one product (OVOP). Melalui pendekatan OVOP akan
ditemukan keunggulan daya saing berdasarkan potensi sumber daya alam dan
competitiveness masing-masing produk di berbagai daerah di Indonesia.
Dari perspektif pembangunan ekonomi, pendekatan OVOP

merupakan wadah


tersendiri bagi local wisdom Indonesia yang sesuai dengan kerangka konseptual perencanaan
pembangunan di Indonesia—yang lebih menekankan aspek kedaerahan dibanding sektoral.
Selain itu juga sejalan dengan road map pengembangan industri di Indonesia yang
memprioritaskan pada pengembangan produk-produk yang memiliki kompetisi inti daerah—
untuk mendongkrak daya saing baik di pasar lokal, regional dan internasional.
Secara kewilayahan, jangkauan pengembangan agroindustri dengan OVOP di
Indonesia tidak terbatas pada satu kabupaten/kota, namun bisa lebih. Tujuannya adalah
terciptanya berbagai cluster industri pertanian yang kokoh, atau paling tidak terbentuknya
clustering yang mencakup hulu dan hilir satu atau lebih produk pertanian. Dengan desain
agroindustri yang menempatkan sektor pertanian di hulu, dan sektor industri di hilir
menguatkan kinerja sektor.

2