ENERGI SURYA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF B (1)

ENERGI SURYA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF BARU DAN
TERBARUKAN

Bahan bakar fosil adalah jenis bahan bakar utama yang digunakan didunia.
Dikatakan jika dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan konsumsi energi
Indonesia mencapai 7 persen pertahun sementara pertumbuhan konsumsi energi
dunia hanya 2,6 persen pertahun sehingga Indonesia sendiri adalah salah satu
negara yang masyarakatnya dapat dikategorikan sebagai pemakai energi bahan
bakar fosil yang sangat besar untuk ukuran negara berkembang untuk menunjang
segala kebutuhan dan segala aktifitasnya.
Hampir semua bahan bakar fosil yang rutin digunakan menghasilkan
beragam emisi yang sangat berpotensi menghasilkan pencemaran dan
pengrusakan kualitas lingkungan. Hal ini mengharuskan semua elemen pengguna
bahan bakar jenis fosil untuk terus memperhatikan kondisi, kualitas, dan cara
penanganan yang baik dan benar guna mengatasi masalah tersebut.
Selain masalah emisi pencemar bahan bakar fosil yang terus terjadi,
Dengan semakin menipisnya cadangan bahan bakar fosil yang mungkin akan
habis dalam jangka waktu 50 tahun kedepan akan menyebabkan krisis energi
terus menghantui penggunanya. Segala sesuatu serta semua elemen masyarakat
yang sangat bergantung dengan bahan bakar fosil diharuskan untuk berfikir dan
mencari beragam cara dan solusi untuk mengatasi masalah krisis.

Beragam cara dapat dilakukan untuk mengatasi masalah krisis energi
seperti melakukan penghematan besar besaran yang mungkin akan menghambat
semua proses kerja yang dilakukan sehingga membuat cara ini tidak cukup
eifisien untuk mengatas krisis energi yang terus mendekati.
Karena itulah, ada salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi
krisis energi yaitu dengan cara menggunakan energi baru dan terbarukan sebagai
energi alternatif untuk mengganti dan mengatasi masalah krisis energi fosil yang
ada.

Didunia bahkan diindonesia telah banyak para ahli melakukan beragam
percoobaan untuk mencari sumber energi terbarukan lain sebagai energi alternatif
bahan bakar fosil. Mulai dari penggunaan air terjun sebagai penggerak turbin
untuk pembangkit listrik tenaga air, penggunaan energi panas bumi diberbagai
daerah, energi angin dan sebagainya, bahkan energi dari biomassa/bioetanol dari
tanaman berkarbohidrat tinggi.
Dari semua energi tersebut sebenarnya memang memiliki potensi untuk
dijadikan sebagai bahan bakar alternatif terbarukan. Tetapi, ada beragam kendala
yang terjadi dalam pemanfaatan energi energi tersebut seperti proses kerja
konversi energi yang cukup rumit, membutuhkan proses kerja yang cukup lama,
jumlah cadangan bahan baku pembuatan energi tersebut belum mencukupi hingga

masalah biaya yang dikeluarkan untuk proses pengerjaan dan proses konversi
energi yang cukup tinggi membuat para para ahli terus memutar otak untuk
mencari solusi lainnya yang mungkin lebih ekonomis dan lebih menguntungkan.
Dari beragam energi alternatif yang ada, terdapat salah satu energi
alternatif yang sangat memadai untuk dapat digunakan sebagai pengganti bahan
bakar fosil yang ada yaitu pemanfaatan energi surya.
Dengan sumber utama sinar dan panas matahari yang selalu ada dan terus
menerus akan membuat energi surya patut untuk terus dikembangkan. Selain
jumlah cadangan dan potensi yang besar, cara proses penggunaan yang dilakukan
untuk memanfaatkanpun termasuk tidak rumit, dana investasi jangka panjangpun
akan lebih hemat serta perawatan alat konversi energi cahaya menjadi energi
listrik yang mudah akan membuat program untuk pemanfaatan energi surya
sebagai energi alternatif terbarukan sangat dimungkinkan.
Ada beragam keuntungan lainnya yang dapat diterima saat menggunakan
energi surya jika dibandingkan dengan penggunaan energi alternatif lain yaitu
bersifat moduler yang artinya membuat pengguna energi surya untuk bebas
menggunakan energi surya sesuai kebutuhan yang diinginkan hingga tidak adanya
emisi baik berupa zat pencemaran dan suara bising yang dihasilkan.

Albert Einstein, 1905 “photoelectric effect adalah cahaya terdiri dari paket-paket

atau quanta of energi yang disebut photon.”
Dikatakan jika energi cahaya atau photon dari sinar matahari dapat
dikonversikan menjadi energi listrik yang dapat digunakan untuk beragam
keperluan. Konversi energi dari energi cahaya matahari menjadi energi listrik
sudah dapat diaplikasikan disuatu alat yang disebut panel surya yang digunakan
sebagai bagian penting pada suatu sistem pembangkit listrik tenaga surya
fotovoltaik.
Potensi energi surya yang ada di Indonesia sendiri mencapai 4.80
kWh/m2/hari. Dengan luas area yang besar, Indonesia akan dapat menghasilkan
pasokan energi dari memanfaatkan energi surya yang sangat besar dan mungkin
cukup untuk memenuhi semua kebutuhan yang ada.
Sistem kerja pembangkit listrik tenaga surya fotovoltaik sendiri adalah
dengan memanfaatkan energi listrik yang dihasilkan oleh gaya tarik menarik
partikel atau ion positif dan negatif pada p-n junction layer silicon. Energi listrik
yang dihasilkan pun dapat disesuaikan kebutuhan penggunaannya (bersifat
moduler).
Dengan beragam kebaikan yang ada pada energi surya, sebenarnya ada
masalah utama yang ada yaitu sosialisasi pengenalan energi surya kepada
masyarakat yang masih lambat sehingga banyak masyarakat yang masih belum
mengetahui potensi besar dari energi surya. Selain itu, banyak juga masyarakat

yang memang masih tidak peduli tentang energi alternatif sebagai pengganti dan
masih fokus untuk terus menggunakan energi dari bahan bakar fosil.
Serta harga investasi awal untuk meggunakan sistem kerja fotovoltaik
yang cukup mahal walau itu merupakan investasi jangka panjang yang cukup
menguntungkan. Pemerintah juga lebih memilih memberikan subsidi besar
besaran kepada salah satu jenis energi fosil dan belum memfokuskan pandangan
untuk berinvestasi guna mengembangkan potensi besar dari energi surya yang
ada.

Hal ini berdampak pada pemanfaatan energi surya yang jauh dari optimal.
Hingga kini, pasokan energi surya yang baru dimanfaatkan hanya sekitar 8 MW
yang membuat energi surya hanya menduduki peringkat bawah sebagai energi
alternatif terbarukan jika dibandingkan dengan jenis energi alternatif lainnya
padahal telah diketahui jika indonesia memiliki potensi untuk mengoptimalkan
sumber energi surya sebagai sumber energi alternatif yang baik.
Sebenarnya, semua hal ini dapat diselesaikan dengan mode win-win
solution jika masyarakat dan pemerintah berkerja sama dengan baik untuk terus
mengembangkan potensi besar dalam menggunakan energi surya sebagai energi
alternatif terbarukan sehingga masyarakat dan pemerintah tidak merasa dirugikan
dan saling dibutuhkan


Dokumen yang terkait

ANALISIS KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-BC MENGGUNAKAN BUTON GRANULAR ASPHALT (BGA) 15/20 SEBAGAI BAHAN KOMPOSISI CAMPURAN AGREGAT HALUS

14 283 23

STUDI ANALISA PERHITUNGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG KULIAH STIKES SURYA MITRA HUSADA KEDIRI JAWA TIMUR

24 197 1

PENGARUH KONSENTRASI TETES TEBU SEBAGAI PENYUSUN BOKASHI TERHADAP KEBERHASILAN PERTUMBUHAN SEMAI JATI (Tectona grandis Linn f) BERASAL DARI APB DAN JPP

6 162 1

OPTIMASI SEDIAAN KRIM SERBUK DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam.) SEBAGAI ANTIOKSIDAN DENGAN BASIS VANISHING CREAM

57 260 22

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SEBAGAI ADJUVAN TERAPI CAPTOPRIL TERHADAP KADAR RENIN PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI

37 251 30

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) PADA BALITA NON KELUARGA MISKIN (NON GAKIN) DI KECAMATAN SUKORAMBI KABUPATEN JEMBER

4 92 1

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18