Blusukan Jokowi dan Kepemimpinan Mengaha

Tugas Kepemimpinan
Review artikel
Blusukan Jokowi dan Kepemimpinan Mengahadapi Masa Depan

Disusun Oleh:

Ayu Novia Hariatiningsih

071211131104

S1 ILMU ADMINISTRASI NEGARA
DEPARTEMEN ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2014

Review artikel
Tokoh Jokowi adalah pemimpin yang dekat dengan rakyatnya dan
memperkanalkan slogan “Blusukan” menjadi ciri khas kepemimpinannya. Hal
tersebut didasari oleh latar belakang kehidupan pribadinya selama ini. Dari artikel
tersebut dapat diketahui sosok jokowi yang dipandang merakyat, adil, jujur dan

tampil apa adanya walau posisinya telah menjadi gubernur.
Artikel yang kedua membahas mengenai kepemimpinan untuk menghadapi
masa depan. Dalam artikel tersebut kepemimpinan dilihat dari aspek global dan
modernisasi yang terjadi saat ini, sehingga kepemimpinan ini melihat berbagai aspek
dalam menyimpulkan kepemimpinan masa depan. Menurut artikel ini pemimpin
masa depan harus bercirikan kepemimpinan modern yang memiliki semangat tinggi,
nilai-nilai dan pemikiran modern. Namun Indonesia memiliki warisan dari para
leluhur bangsa tentang prinsip-prinsip kepemimpinan. Hal tersebut juga tidak boleh
lepas dari kepemimpinan Indonesia masa depan. Dengan demikian, kepemimpinan
modern, selain memiliki sifat-sifat tradisional yang melambangkan moral
kepemimpinan bangsa, juga harus merupakan sosok modern. Artinya pemimpin
adalah seorang yang memiliki wawasan kebangsaan, jiwa kerakyatan, professional,
inovatif, dan rasional.
Berdasarkan artikel yang membahas mengenai kepemimpinan Jokowi dan
kepemimpinan menghadapi masa depan dapat diketahui bahwa arti kepemimpinan
merupakan sesuatu yang dinamis, penting, dan memiliki kompleksitas tinggi. Jika
melihat artikel Blusukannya Jokowi pengertian kepemimpinan seperti halnya yang
telah didefinisikan oleh George R. Terry, “Leadership is activity of influencing
people to strive willingly for mutual objectives.” Kepemimpinan adalah keseluruhan
aktivitas/kegiatan untuk mempengaruhi orang lain guna mencapai tujuan bersama.

Contohnya seperti yang terjadi di Tanah Abang. Jokowi mampu merelokasi PKL yang
berada dipinggiran jalan raya penyebab kemacetan ke kios blog G Pasar Tanah
Abang.

Berdasarkan beberapa teori yang telah ada sosok Jokowi dalam artikel
tersebut dapat digambarkan sebagai sosok pemimpin yang lahir dari masyarakat kecil
dengan kehidupan yang tidak jauh berbeda dengan masyarakat lainnya dan didukung
oleh situasi social ekonomi serta pengalaman hidup. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh S. P. Siagian dan Fred Fielder. S. P. Siagian dengan teori
ekologisnya yang menjelaskan bahwa pemimpin itu adalah bukan hanya bakat
bawaan, melainkan juga merupakan pendidikan dan pengalaman hidup, sehingga
mampu menjadi pemimpin. Sedangkan teori yang dikembangkan oleh Fred Fielder
adalah teori kontingensi (Situasional) menjelaskan keberhasilan seorang pemimpin
karena kemampuan yang dimiliki serta keadaan sekitar yang menunjang. Dalam hal
ini, terdapat dua kiat kepemimpinan. Yangmana Jokowi lebih mendekati yang human
relationship oriented atau mengutamakan hubungan kemanusiaan.
Bicara masalah kepemimpinan Indonesia masa depan adalah membahas
bagaimana masyarakat Indonesia kedepannya. Karena pemimpin merupakan
cerminan masyarakatnya (you deserve your leader). Maka dari itu, jiwa
kepemimpinan juga harus ditanamkan pada diri masyarakat Indonesia. Indonesia

membutuhkan pemimpin yang mampu bekerja secara tim. Hal itu karena Indonesia
terdiri dari ribuan pulau dan masing-masing daerah memiliki pemimpin sendirisendiri.
Peran pemimpin menurut Henry Mintzberg ada tiga interpersonal,
informasional dan pengambil keputusan. Interpersonal dalam hal ini adalah
figurehead yang tampil dalam berbagai upacara dan undangan, leader yang mampu
memberikan bimbingan kepada bawahan sehingga dapat dibina dan dikembangkan
dalam pelaksanaan tugas, dan yang terakhir adalah liaison yakni harus
mengembangkan hubungan kerjasama ddengan bawahan, lingkungan kerja diluar
disatuannya dan tukar menukar keputusan. Sedangkan informasional merupakan
peran pemimpin sebagai pemantau, sehingga harus mengikuti dan memperoleh segala
macam informasi seluruh proses kegiatan disatuan kerjanya, selain itu juga sebagai
pemberi informasi, sehingga bawahan dapat mengikuti program dan perubahan di

lingkungan kerja, da yang terakhir sebagai juru bicara organisasi. Peran terakhir
adalah bersifat pengambil keputusan, terdapat beberapa hal dalam sifat ini yakni
entrepreneur, disturbances handler, resource allocator, negosiator dan pemimpin
bertanggungjawab atas segala sumber daya manusia, dana, waktu, sarana prasarana,
sehingga dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien dalam mendukung pencapaian
tujuan organisasi.
Berdasarkan peran kepemimpinan menurut Henry Mintzberg tokoh jokowi

dalam artikel tersebut memerankan tiga peran sekaligus. Pertama, interpersonal
(interpersonal role) yang dilakukan adalah sebagai figure yang memperkenalkan
slogan “Blusukan”. Kedua, bersifat informasional (informational role) yakni sebagai
pemantau langsung kondisi lapangan dalam artikel tersebut dijelaskan dengan
blusukan ke Pasar Tanah Abang dan memantau langsung pedagang yang ada
pinggiran jalan. Terakhir bersifat pengambil keputusan (decisional role) mengunakan
prinsip entrepreneur yang dimilikinya untuk memperbaiki dan mengembangkan
satuan kerja yang dipimpinnya serta menciptakan inovasi baru untuk pengembangan
organisasinya.
Artikel kedua yang membahas tentang kepemimpinan menghadapi masa
depan. Dalam artikel tersebut sosok pemimpin harapan cenderung lebih dilihat dari
factor pendidikan dan pengalaman pribadi. Hal tersebut disimpulkan karena kondisi
masyarakat sekarang yang lebih modern. Pengertian masyarakat modern merupakan
bentuk derajad rasionalitas yang tinggi, maksudnya kegiatan-kegiatan dalam
masyarakat berdasarkan nilai-nilai dan dalam pola-pola yang impersonal dan efektif.
Selain itu derajad rasionalitas tidak lepas dari perkembangan-perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang menjadi pendorong bagi proses modernisasi dalam
masyarakat.
Artikel ini juga membahas tentang sosok kepemimpinan yang sesuai dengan
nilai-nilai nasionalisme namun tak lepas dari modernisasi ada tiga, yaitu : seorang

pemimpin yang memiliki idealisme yang jelas arah membawa kepemimpinannya,

memiliki pengetahuan untuk dapat secara efektif membawa yang dipimpin kearah
tujuan, seorang pemimpin harus menjadi teladan dan sumber inspirasi. Oleh Karena
itu seorang pemimpin diharapkan yang beriman dan bertaqwa, sehingga
pembangunan manusia yang berakhlaq dapat terlaksana.
Berdasarkan kepemimpinan yang dijelaskan dalam artikel ini maka teori yang
sesuai adalah teori Transformasional. Pemimpin transformasional mempunyai
kemauan dan kemampuan melakukan perubahan terhadap segala hal yang melekat
dalam organisasi melalui penyempurnaan visi jelas dan tega, kemudian meyakinkan
dan memastikan pencapaian visi tersebut. Hal ini sesuai dengan nilai yang pertama
yakni idealisme. Sosok pemimpin yang jelas kemana atau kearah mana ia akan
membawa yang dipimpinnya. Selain itu juga sesuai dengan nilai yang kedua yakni
pemimpin yang berpengatahuan. Jika pemimpin itu sudah mengerti akan dibawa
kemana tentu ia akan menetukan cara yang paling efektif dalam mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Jadi, seorang pemimpin bukan hanya mengerti teknik
kepemimpinan, tetapi juga menguasai bidang yang menjadi tanggungjawabnya.
Terakhir, transformasional juga berkaitan dengan memberi teladan dan sumber
inspirasi berdasarkan pengalaman yang dimiliki.
Hal itu sesuai dengan tujuh karakteristik kepemimpinan transformasional dari

Noel M. Tichy dan Mary Anne Devanna, yaitu (1) Mengenal diri sendiri sebagai
agen perubahan, (2) Berani, (3) Mempercayai orang, (4) Dikendalikan nilai, (5)
Pembelajar seumur hidup, (6) memiliki kemampuan berkenaan dengan kerumitan,
kedwiartian, dan ketidakpastian, (7) Memiliki pandangan jauh kedepan. Dari
kharakteristik tersebut sebanarnya telah menjelaskan bahwa kepemimpinan yang
dimaksudkan oleh artikel yang berjudul Kepemimpinan menghadapi masa depan
adalah sosok pemimpin yang transformasional.

Daftar pustaka

Sendarmayanti. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi Dan
Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung: PT. Refika Aditama
Sendarmayanti. 2009. Reformasi Administrasi Public, Reformasi Birokrasi, Dan
Kepemimpinan Masa Depan. Bandung: PT. Refika Aditama