Kerja Sama Selatan Selatan dan Triangula

PENTINGNYA KERJA SAMA
SELATAN-SELATAN DAN
TRIANGULAR BAGI INDONESIA

KELOMPOK 2
Amalia Adhasara
Cessa Seftari
Hansel Purnomo Simarmata
M. Arief Wibawa
Pungki Yunita Chandrasari

BADAN KEBIJAKAN FISKAL
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.............................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................5
A.


Latar Belakang...............................................................................................................5

B.

Tujuan Penulisan...........................................................................................................6

C.

Ruang Lingkup..............................................................................................................7

D.

Rumusan Masalah.........................................................................................................7

E.

Metode Penulisan.............................................................................................................7

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................8
A.


Pengertian Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular........................................8

B.
Sejarah dan Perkembangan Kerja Sama Selatan – Selatan dan Triangular di
Indonesia....................................................................................................................................8
1.
2.

Tim Koordinasi Nasional (2010)......................................................................................................10
Peran Kementerian Keuangan di KSST.........................................................................................13

C.

Program-program KSST yang telah dilakukan oleh Indonesia...........................14

D.

Tujuan dan Manfaat Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular......................18


E.

Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular yang Dilakukan Oleh Negara Lain. 19
1.
2.
3.
4.

Malaysia..............................................................................................................................................19
Thailand...............................................................................................................................................20
Brazil....................................................................................................................................................21
Meksiko................................................................................................................................................21

BAB III PENUTUP.........................................................................................................24
A.

Simpulan.......................................................................................................................24

B.


Saran.............................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................25

2

DAFTAR TABEL
Tabel II.1

Besaran Anggaran Kementerian dan lembaga untuk Program KSST.................18

Tabel II.2

Tabel Perbandingan Pelaksanaan KSST di beberapa Negara middleincome country....................................................................................................22

3

DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1


Struktur Organisasi Tim Pengarah dan Pelaksana Tahun 2014-2016.............12

Gambar II.2

Struktur Organisasi Tim Pengarah dan Pelaksana Tahun 2017......................13

Gambar II.3

Rincian Distribusi Negara-negara Peserta KSST...........................................15

Gambar II.4

Distribusi Program KSST yang ada di Indonesia pada tahun 2010-2013
dan 2015........................................................................................................ 16

Gambar II.5

Distribusi Program Berdasarkan Jenis Kerja Sama........................................16

Gambar II.6


Kementerian dan Lembaga yang berpartisipasi dalam KSST.........................17

4

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Indonesia sebagai bagian dari tatanan pergaulan global tentu perlu berinteraksi

dengan negara lain. Interaksi dengan negara lain ini biasanya disebut dengan hubungan
internasional. Menurut Undang-Undang No. 37 Tahun 1999, hubungan internasional atau
kerja sama internasional adalah setiap kegiatan yang menyangkut aspek regional dan
internasional yang dilakukan oleh pemerintah di tingkat pusat dan daerah, atau lembagalembaganya, lembaga negara, badan usaha, organisasi politik, organisasi masyarakat,
lembaga swadaya masyarakat, atau warga negara Indonesia.
Kerja sama internasional dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu kerja sama
bilateral, regional, interregional, dan multilateral. Kerja sama bilateral adalah kerja sama
yang dilakukan antara dua negara, contohnya adalah kerja sama ekonomi ODA (Official

Development Assistance) antara Indonesia dengan Jepang serta kerja sama kontra
terorisme dan pembangunan kapasitas dengan Kanada. Kemudian, kerja sama regional
adalah kerja sama antara beberapa negara dalam satu regional (kawasan), contohnya
adalah ASEAN (Associaton of South East Asian Nations) dan European Union. Selanjutnya,
kerja sama interregional adalah kerja sama antara satu regional dengan regional lain,
contohnya adalah APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation) dan ASEM (Asia-Europe
Meeting). Dan terakhir, kerja sama multilateral adalah kerja sama antara dua atau lebih
negara, contonya adalah WTO (World Trade Organization), G20, United Nations, dan D-8
(Developing-8).
Indonesia tentu saja aktif melakukan kerja sama internasional. Salah satu contoh
Kerja sama yang dilakukan Indonesia adalah kerja sama finansial dengan negara lain. Kerja
sama ini banyak dilakukan dengan negara-negara maju karena negara tersebut sudah
memiliki dana lebih untuk bisa membantu negara lain. Kerja sama seperti ini biasa disebut
dengan kerja sama utara-selatan. Selain melakukan kerja sama dengan negara maju,
Indonesia juga melakukan kerja sama dengan sesama negara berkembang. Kerja sama
dengan negara berkembang ini lebih dikenal dengan sebutan kerja sama selatan-selatan.
Kerja sama selatan-selatan (KSS) adalah kerja sama antara dua negara berkembang
atau lebih untuk mencapai salah satu atau tujuan bersama melalui pertukaran ilmu,
keterampilan, dan sumber daya (United Nation, 2012). KSS ini bukan merupakan pengganti
dari kerja sama utara-selatan, tetapi merupakan pelengkap dari kerja sama utara-selatan.

Diharapkan KSS lebih efektif dibanding utara-selatankarena negara yang terlibat memiliki
5

kedudukan yang sama sebagai negara berkembang sehingga teknologi yang digunakan
serta pengetahuan yang dimiliki tidak jauh berbeda. Tidak selamanya negara-negara
berkembang yang akan melakukan KSS memiliki dana yang cukup untuk melakukan KSS.
Oleh karena itu, dibutuhkan negara pendonor yang akan memberikan bantuan dana untuk
memperlancar KSS. Kerja sama yang melibatkan negara donor ini biasanya dinamakan
dengan kerja sama Triangular (KSST). Negara donor yang dimaksud sebagian besar
merupakan negara maju atau negara middle-income country yang keadaan perekonomian
negaranya sudah memungkinkan untuk meminjamkan/memberi hibah kepada negara lain.
Belum banyak orang yang mengetahui tentang Kerja Sama Selatan-Selatan dan
Triangular, padahal KSST sebenarnya telah dilakukan oleh Indonesia sejak Konferensi Asia
Afrika pada tahun 1955. Kerja sama ini pada awalnya dilakukan dengan negara-negara
yang baru merdeka karena mereka memiliki beberapa kebutuhan untuk membangun
negaranya. Selanjutnya KSST mengalami perkembangan melalui beberapa tahapan
penting, seperti GNB, D-8, NAM-CSSTC, sampai dengan dibentuknya tim Koordinasi
Nasional pada tahun 2010.
Kerja sama selatan-selatan sangat penting untuk dilakukan oleh Indonesia karena
memberikan banyak manfaat. Beberapa manfaat yang didapatkan Indonesia karena sudah

melaksanakan kerja sama selatan-selatan antara lain sebagai alat diplomasi di berbagai
level, meningkatkan eksistensi di kancah internasional, meningkatkan kapasitas SDM dan
teknologi, dan sebagai upaya untuk penetrasi pasar.
Selain itu, kontribusi pemerintah Indonesia bagi pelaksanaan dan pengembangan
KSST mencapai US$ 49,8 juta selama tahun 2000 – 2013. Jumlah ini bukan merupakan
jumlah yang sedikit dan membuktikan komitmen pemerintah terhadap KSST. Oleh karena
itu, masyarakat diharapkan untuk mengetahui apa yang sebenarnya dilakukan oleh
pemerintah sehingga ke depannya masyarakat atau pihak swasta dapat ikut berkontribusi
dalam KSST. Dalam paper ini akan dibahas beberapa hal mengenai KSST, mulai dari
pengertian, tujuan, manfaat, sejarah dan perkembangannya di Indonesia, sampai KSST
yang sudah dilakukan oleh negara lain.

B.

Tujuan Penulisan
Tujuan penulis dalam penulisan paper ini adalah untuk mengetahui pentingnya KSST

yang dapat dilihat dari
1.


pengertian mengenai KSST,

2.

tujuan diadakannya KSST,

3.

sejarah dan perkembangan KSST di Indonesia,

4.

program-program KSST yang sudah dilakukan baik oleh Indonesia, dan

5.

KSST yang sudah dilakukan oleh negara lain.
6

C.


Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam “Pentingnya Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular Bagi

Indonesia” hanya dibatasi pada pengenalan KSST, sejarah KSST di Indonesia, dan sudah
sejauh mana KSST yang dilakukan oleh Indonesia dan membandingkannya dengan KSST
yang dilakukan oleh negara lain.

D.

Rumusan Masalah

1.

Apa yang dimaksud dengan KSST menurut beberapa pendapat?

2.

Apa tujuan dilaksanakannya KSST?

3.

Bagaimana sejarah dan perkembangan KSST di Indonesia?

4.

Program-program KSST apa yang sudah dilakukan oleh Indonesia?

5.

KSSTseperti apa saja yang sudah dilakukan oleh negara lain?

E.

Metode Penulisan
Dalam penulisan paper ini, penulis melakukan beberapa metode untuk mengumpulkan

data-data yang dibutuhkan, yaitu:
1.

Studi Pustaka
Dengan melakukan metode ini, penulis mengumpulkan, membaca, dan mempelajari

berbagai literatur, seperti buku, laporan hasil kerja tim Koordinasi Nasional tahun 2015, serta
situs resmi World Bank dan United Nation yang mendukung penulis untuk lebih mengetahui
mengenai KSST.
2.

Wawancara
Dengan metode ini, penulis melakukan wawancara dengan Bapak Kristiyanto sebagai

Kepala Bidang Kerja Sama Ekonomi dan Keuangan Interregional dan Ibu Ari
Sulistyowatisebagai Kepala Subbidang KSST untuk mengetahui bagaimana keadaan KSST
terkini di Indonesia.
3.

Data Internal
Dengan metode ini, penulis mengumpulkan data-data internal yang dimiliki Bidang

Kerja Sama Ekonomi dan Keuangan Interregional, berupa tayangan presentasi dan
dokumen resmi lainnya.

7

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Pengertian Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular
Kerja Sama Triangular adalah kerja sama yang dilakukan antara negara emerging

provider dengan donor asing (dapat berupa negara atau organisasi internasional) untuk
membantu negara miskin atau negara berkembang lainnya ( Ubaidillah, 2015) .
Menurut United Nation Development Programme, KSST merupakan suatu proses
dimana dua atau lebih negara berkembang yang berusaha untuk mencapai tujuan
negaranya sendiri maupun tujuan bersama melalui pertukaran pengetahuan, keterampilan,
sumber daya dan pengetahuan teknis, baik melalui jalur regional maupun interregional.
Dalam KSST termasuk juga kemitraan yang melibatkan Pemerintah, organisasi regional,
masyarakat sipil, akademisi dan sektor swasta, untuk mendapatkan keuntungan pribadi
maupun keuntungan bersama di dalam wilayah maupun antarwilayah. Kerja sama selatanselatan bukanlah pengganti, melainkan pelengkap kerja sama Utara-Selatan.
Sedangkan menurut Kordinator Nasional KSST Indonesia, KSST adalah bentuk kerja
sama Indonesia dalam pembangunan internasional yang membantu negara-negara
berkembang lainnya dengan cara berbagi pengetahuan melalui mekanisme bilateral atau
triangular. KSST Indonesia memberi dukungan dalam bentuk proyek-proyek bantuan,
dukungan peralatan, program magang, seminar/lokakarya, kunjungan belajar, pelatihan, dan
pengiriman para ahli.
Pada situs Kemenkeu, pengertian KSST adalah suatu kerja sama yang dilakukan
antarnegara berkembang yang bertujuan untuk mendukung pencapaian kepentingan negara
berkembang di berbagai forum internasional.
Dari beberapa pendapat tersebut di atas, dapat penulis simpulkan bahwa KSS adalah
suatu kerja sama antarnegara berkembang melalui pertukaran pengetahuan, pelatihan, dan
tenaga ahli yang berupa bantuan teknis kepada negara penerima bantuan untuk mecapai
tujuan negara tersebut atau tujuan bersama. Sedangkan, kerja sama triangular adalah kerja
sama antarnegara berkembang yang melibatkan pihak ketiga baik negara maupun
organisasi internasional.

B.

Sejarah dan Perkembangan Kerja Sama Selatan – Selatan dan Triangular
di Indonesia
Pada era 90-an, bantuan ekonomi negara-negara maju terhadap negara berkembang

cenderung mengalami kejenuhan (aid fatigue). Kejenuhan negara donor ini disebabkan oleh
berakhirnya perang dingin, redistribusi kekuatan ekonomi diantara negara maju, kesulitan
8

balance of payment dan ketidaksetujuan domestik (Adirini, 2015). Hal itu menjadikan
bantuan luar negeri tidak lagi menjadi prioritas utama bagi negara maju. Negara maju atau
badan donor lainnya memberikan respon yang lambat ketika menanggapi kesulitan negara
berkembang. Oleh karena itu, perlunya bentuk kerja sama baru agar negara-negara
berkembang diharapkan dapat saling membantu dan tidak terlalu bergantung kepada
negara maju. Hal ini juga yang akhirnya membuat PBB membentuk badan khusus yang
menangani KSST demi memajukan perdagangan dan kolaborasi Negara Selatan-Selatan.
Indonesia

sebenarnya

sudah

melaksanakan

KSST

jauh

sebelum

adanya

pembentukan badan khusus oleh PBB untuk menangani KSST. KSS pertama yang
dilakukan oleh Indonesia adalah Konferensi Asia Afrika (KAA) yang diselenggarakan pada
tahun 1955 di Bandung. Konfrensi Asia Afrika adalah kerja sama antara negara-negara yang
dilatar belakangi oleh kebutuhan negara-negara yang baru merdeka untuk membangun
negaranya.
KSS terus mengalami transformasi dan penguatan melalui beberapa tahapan penting.
Setelah Konferensi Asia Afrika tahun 1955, diantaranya terbentuknya Gerakan Non Blok.
Konferensi Gerakan Non Blok merupakan titik awal untuk membangun prinsip solidaritas
dan kerja sama sebagai landasan KSST di tingkat pemerintah, swasta dan masyarakat.
Selanjutnya Developing Eight (D-8) yang didirikan pada tanggal 15 Juni 1997. Lalu pada
tahun 1998, Indonesia turut mendirikan Non-Aligned Movement Centre for South-South
Technical Cooperation (NAM-CSSTC). NAM-CSSTC mempunyai visi memperkuat kapasitas
nasional dan kolektif kemandirian negara-negara berkembang. Dan pada tanggal 16
Desember 2011, Indonesia bersama tujuh negara berkembang lainnya menandatangani
Sao Paulo Round Protocol to the Global System of Trade Preferences among Developing
Countries (GSTP) yang dianggap sebagaiprestasi bersejarah dalam kerja sama ekonomi
dan integrasinegara berkembang (Ubaidillah, 2015).
Lalu pada tanggal 22-23 April 2005, negara-negara Asia dan Afrika memperbaharui
solidaritas mereka yang telah berjalan lama pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia
Afrika 2005 di Jakarta (Kemlu, 2011). KTT AA tahun 2005 tersebut telah menghasilkan
beberapa kesepakatan akhir, yang terpenting adalah Declaration on the New Asian African
Strategic Partnership (NAASP).Indonesia menjadi Ketua Bersama dan salah satu pendiri
(bersama Afrika Selatan) New African-Asian Strategic Partnership (NAASP) yang bertujuan
untuk memperluas kerja samaantara 106 negara Afrika dan Asia dalam berbagai bidang,
serta memajukan pengembangan sumber daya manusia. Selanjutnya pada tanggal 22-23
April 2015 diselenggarakan KTT Asia Afrika ke-60 di Jakarta.KTT Asia Afrika ini telah
menghasilkan tiga dokumen penting, yaitu Pesan Bandung 2015, Deklarasi Penguatan
Kemitraan Strategis Asia dan Afrika dan Deklarasi Mengenai Palestina (Setkab, 2015).

9

Peningkatan peran indonesia pada KSST tidak hanya dipengaruhi oleh tren global,
namun didukung juga oleh kondisi fundamental ekonomi domestik yang semakin kuat dan
stabil. Pada tahun 2008, Indonesia ditetapkan sebagai middle income country (Tubagus,
2015). Indonesia digolongkan middle income country ditandai dengan dengan peningkatan
PDB per kapita Indonesia dari $560 pada tahun 2000 sampai $3.374 pada tahun 2015
(World Bank, 2015). Selain itu pula, Indonesia sudah dapat menurunkan tingkat kemiskinan
dari 19% pada tahun 2000 sampai di bawah 11% pada tahun 2015 (UNDP, 2015).
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pun diproyeksikan akan mencapai 5,1% pada tahun 2016,
persentase ini melebihi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang hanya sebesar 2,3%
(World Bank, 2016). Oleh karena itu, Indonesia digolongkan menjadi lower middle-income
country (World Bank, 2015). Indonesia kemudianbergabung dalam forum G-20. Anggotaanggota G-20 menguasai 80% ekonomi dunia, tiga per empat perdagangan dunia, dan dua
per tiga populasi dunia. Bisa disimpulkan bahwa Indonesia memang diperhitungkan di mata
dunia.
Sebagai negara yang tergolong dalam middle-income country, Indonesia diharapkan
tidak hanya menjadi negara penerima bantuan, tetapi juga menjadi negara yang membantu
negara lain. Mengingat Indonesia pernah mengalami krisis pada tahun 1998, yaitu
pelemahan nilai rupiah yang merambat ke berbagai lini yang ada dalam sistem keuangan
lainnya terutama perbankan, yang kemudian menjadi pembelajaran bagi Indonesia dalam
hal demokrasi, korupsi, tata pemerintahan (desentralisasi), serta ekonomi. Keberhasilan
Indonesia menjadi negara yang stabil dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi
setelah krisis tersebut membuat negara lain ingin belajar dari Indonesia.
Indonesia saat ini memang belum memberikan bantuan secara finansial kepada
negara lain, tetapi Indonesia sudah banyak memberikan bantuan teknik. Bantuan teknik ini
masih berupa pelatihan, dan tidak semua permintaan dapat langsung diberikan oleh
Indonesia, karena Indonesia masih merupakan negara berkembang.
Peningkatan tren KSST secara global, peningkatan status Indonesia menjadi negara
middle-income country, kondisi ekonomi yang stabil dengan tingkat pertumbuhan yang
tinggi, serta banyaknya permintaan bantuan dari negara berkembang lainnya, menyebabkan
Indonesia berinisiatif membentuk Tim Koordinasi Nasional KSST. Hal ini dimaksudkan juga
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi KSST bagi kepentingan nasional.
1.

Tim Koordinasi Nasional (2010)
Tim Koordinasi Nasional KSSTdibentuk pada tahun 2010. Berdasarkan Kepmen PPN

No. 67 Tahun 2011 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Pengembangan Kerjasama
Selatan-Selatan, tim ini didirikan dalam rangka mewujudkan Jakarta Commitment: Aid for
Development Effectiveness dan RPJMN 2010–2014. Tujuannya untuk meningkatkan
10

koordinasi strategis, fasilitasi,dan diseminasi program-program KSS yang terkait dengan
upaya penguatan KSS untuk mendukung kepentingan nasional dalam kerja sama
internasional.
Presiden Indonesia, Bapak Joko Widodo, secara tidak langsung menyatakan
pentingnya program KSST ini dalam poin pertama program kerja yang lebih dikenal dengan
Nawa Cita yang berbunyi menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa
dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara. KSST menjadi salah satu
sasaran dari subagenda poin pertama ini, yaitu memperkuat peran Indonesia dalam kerja
sama global dan regional. Selanjutnya, poin tersebut diterjemahkan ke dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang menyatakan untuk meningkatkan
pelaksanaan kerja sama pembangunan Selatan-Selatan dan Triangular melalui strategi
intervensi kebijakan, pengembangan dan penguatan kapasitas dan kapabilitas lembaga
yang menangani KSST, promosi KSST di tingkat nasional dan internasional, dan sarana
pengembangan model insentif bagi Kementerian/Lembaga, swasta, dan masyarakat sipil
yang terlibat KSST. Telah dicantumkan secara jelas dalam arah kebijakan dan strategi yang
tercantum dalam RPJMN bahwa KSST diharapkan dapat dikenal oleh seluruh masyarakat
Indonesia.
Sebelum adanya Tim Kornas, Tiap kementerian melakukan KSST sendiri-sendiri
karena belum ada tim yang bisa mengoordinasikan kerja sama-kerja sama tersebut.
Kementerian/Lembaga yang banyak melaksanakan KSST antara lain Kementerian
Pertanian,

Kementerian

Pendidikan

dan

Kebudayaan,

Kementerian

Luar

Negeri,

Kementerian Sekretariat Negara, Kementerian Pekerjaan Umum, dan BKKBN. Selain itu,
KSST juga belum memiliki visi dan misi dan jelas.
Tim Koordinasi Nasional KSST adalah gabungan dari empat pilar, yaitu Kementerian
Luar Negeri, Kementerian Sekretariat Negara, Kementerian Keuangan dan Kementerian
PPN/Bappenas. Kementerian Luar Negeri berperan sebagai garis depan di dalam diplomasi
dan kebijakan luar negeri, juga sebagai penghubung dengan jaringan global kedutaan
Indonesia. Kementerian Sekretariat Negara berperan sebagai pendukung dan pemberi
fasilitas kerja sama teknik luar negeri. Kementerian Keuangan bertanggung jawab dalam
alokasi anggaran bagi kontribusi Indonesia untuk kerja sama Internasional. Sedangkan
Bappenas bertanggung jawab dalam prioritas dan kebijakan pembangunan nasional,
lerkasama pembangunan dan dana pembangunan. Keempat pilar tersebut selanjutnya
bekerja sama dengan kementerian lain, yang terkait, pemerintah lokal, sektor swasta dan
organisasi non pemerintah.
Tim Koordinasi Nasional KSST terdiri atas tim pengarah, tim pelaksana, dan tenaga
pendukung. Tim pengarah yaitu tim yang bertugas untuk memberikan arahan dan
menetapkan kebijakan pengembangan dan pelaksanaan Kerja Sama Pembangunan
11

Selatan-Selatan dan Triangular. Tim pelaksana bertugas menyempurnakan rencana induk
dari pengembangan KSST mengacu pada arahan Tim Pengarah.
Sedangkan, tim pelaksana terdiri atas tiga Working Group (WG). Pada tahun 2014–
2016, WG 1 bertanggung jawab terhadap capturing demand, WG 2 bertanggung jawab
terhadap program dan funding, dan WG 3 bertanggung jawab terhadap monitoring, evaluasi,
publikasi, dan knowledge management. Struktur organisasi tim pengarah dan tim pelaksana
yang berlaku pada tahun 2014–2016 dapat dilihat pada Gambar II.1.
Gambar II.1
Struktur Organisasi Tim Pengarah dan Pelaksana Tahun 2014–2016

Sumber: Data diolah oleh penulis
12

Lalu pada tahun 2017 terdapat beberapa perubahan, yaitu WG 1 bertanggung jawab
terhadap manajemen permintaan dan penawaran dan pengembangan program, WG 2
bertanggung jawab terhadap funding dan mekanisme pendanaan. Struktur organisasi tim
pengarah dan pelaksana 2017 dapat dilihat pada gambar II.2. Sedangkan Tenaga
Pendukung bertugas membantu pelaksanaan tugas Tim Pelaksana.
Gambar II.2
Struktur Organisasi Tim Pengarah dan Pelaksana Tahun 2017

Sumber: Data diolah oleh penulis
Sejak tahun 2010 sampai tahun 2016 Tim Kornas sudah berhasil melakukan
peningkatan system koordinasi KSS dengan membuat laporan tahunan, mengumpulkan dan
mengolah data seperti data of demands from partner countries, data on center of excellence
dan data alokasi anggaran dan membangunsistem pengembangan yang meliputi SOP
(Standard Operating Procedure), aplikasi teknologi informasi, strategi komunikasi, strategi
branding, daftar negara prioritas serta proses perencanaan dan penganggaran. Tim Kornas
juga mengkoordinasikan proyek-proyek di berbagai sektor, antara lain pada sektor
pertanian, inseminasi buatan, desentralisasi fiskal dan kewiraswastaan.

13

2.

Peran Kementerian Keuangan di KSST
Kementerian Keuangan sebagai anggota WG (Working Group) 2 dalam Tim Kornas

KSST bertanggung jawab terhadap pendanaan dan program dengan memperbaiki sistem
penganggaran dan pendanaan KSST Indonesia sehingga anggaran program (baik dari
APBN maupun kerangka lainnya) dapat terencana, terlaksana, dan tercatat dengan baik dan
WG 2 berperan untuk mengidentifikasi supply program KSST Indonesia serta memastikan
program-program tersebut dilaksanakan sesuai dengan SOP.
Sebagai pelaksana kegiatan KSST, Kementerian Keuangan menyelenggarakan
pelatihan seperti pelatihan kepada Myanmar dan pelatihan kepada negara-negara BCLMV
(Brunei Darussalam, Cambodia, Laos, Myanmar, dan Vietnam). Pelatihan kepada Myanmar
diselenggarakan pada tanggal 18-21 Agustus 2015 terkait desentralisasi fiskal dan pelatihan
pengembangan pasar modal yang diikuti oleh 30 peserta. Pelatihan untuk negara-negara
BCLMV (Brunei Darussalam, Cambodia, Laos, Myanmar, dan Vietnam) diselenggarakan
pada 9-14 November 2015 yang diikuti oleh 15 peserta Laporan Tahunan KSST, 2015).
Selain itu Kementerian Keuangan juga menyelenggarakan knowledge sharinguntuk pejabat
Mesir tentang Bantuan Pembangunan Resmi (ODA) Manajemen pada tanggal 8–10
November 2016 di Hotel Borobudur dan Gedung DJPPR, Kemenkeu dan diikuti oleh 10
peserta.

C.

Program-program KSST yang telah dilakukan oleh Indonesia
Indonesia terus menerus melakukan kerja sama dan bersinergi dengan mitra-mitra

internasional yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan serta kesetaraan ekonomi dan
global yang ditunjukan dengan kontribusi yang telah dilakukan Indonesia dengan
melaksanakan

pelatihan-pelatihan

ke

negara

lain

sejak

tahun

1980.

Untuk

mengkoordinasikan program-program KSST dibentuklah tim Koordinasi Nasional KSST
pada tahun 2010 dan setelah itu terus dilakukan perbaikan secara konsisten.
Dalam melakukan perencanaan, Tim Koornas menerapkan beberapa pertimbangan
dalam pemilihan program KSST dimulai dari pemilihan program yang harus sesuai prinsip
demand-driven; program harus mengikuti proses evaluasi yang telah terstandardisasi oleh
Tim Kornas; program harus melibatkan praktek dan observasi di lapangan; dan program
diharapkan mendorong partisipasi dari masyarakat setempat. Hal ini menandakan bahwa
pelaksanaan program bagi negara-negara mitra dipilih secara sistematis dan strategis dalam
rangka memenuhi kebutuhan negara penerima bantuan dan untuk mencapai kepentingan
nasional.
Selanjutnya, dalam pelaksanaannya, Indonesia telah melakukan berbagai kerja sama
pembangunan dalam Kerangka KSST dengan negara-negara di seluruh dunia. Berdasarkan
data dari Laporan Tahunan KSST Tahun 2015 dan Kompilasi data KSS K/L tahun 2010-2013
14

negara-negara penerima bantuan Indonesia dengan peserta terbanyak berasal dari benua
Asia sementara negara-negara peserta terendah berasal dari benua Afrika.
Gambar II.3 menunjukkan distribusi negara-negara penerima bantuan Indonesia.
Timor Leste adalah negara yang menerima bantuan Indonesia dengan presentase peserta
terbanyak sebesar 10%, diikuti oleh Myanmar (8%), Laos (7%), Palestina, (7%), Kamboja
dan negara-negara Asia-Afrika lainnya.
Gambar II.3
Rincian Distribusi Negara-negara Peserta KSST

Negara Penerima Thn 2010-2013 dan 2015

Timor-Leste
Myanmar
Laos
Palestina
Kamboja
Vietnam
Kenya
Papua Nugini
Indonesia
Lain-lain

Sumber : data diolah oleh penulis
Adapun bentuk program KSST di Indonesia antara lain pelatihan, knowledge sharing,
workshop, pengiriman ahli, magang, dan program terpadu.Program-program tersebut
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kapasitas negara-negara penerima
bantuan Indonesia. Distribusi program KSST yang ada di Indonesia pada tahun 2010-2013
dan tahun 2015 dapat dilihat dalam gambar II.4.
Berdasarkan gambar II.4, dapat dilihat bahwa pelatihan menjadi bentuk program yang
paling sering diselenggarakan dengan persentase sebesar 72%, diikuti oleh pengiriman ahli
(5%), kegiatan terpadu (4%), workshop (2%), knowledge sharing (1%), magang (1%) dan
lain-lain (15%). Mekanisme pelatihan memungkinkan peserta untuk meningkatkan
pengetahuan dan networking mereka. Selama pelatihan, program yang dilakukan adalah
pelatihan di kelas dilengkapi dengan kunjungan lapangan ke tempat yang relevan.
15

Dibuktikan oleh data di atas, pelatihan masih dianggap sebagai mekanisme yang efektif
untuk berbagi pengetahuan kepada negara-negara berkembang lainnya.

Gambar II.4
Distribusi Program KSST yang ada di Indonesia pada tahun 2010-2013 dan 2015

pada Thn 2010-2013 dan 2015

Pelatihan
Pengiriman Ahli
Kegiatan Terpadu
Workshop
Knowledge Sharing
Magang
Lain-lain

Sumber : data diolah oleh penulis
Program KSST membutuhkan biaya untuk pelaksanaannya, dana tersebut dapat
berasal dari APBN Indonesia (Selatan-Selatan) atau pihak ketiga (Triangular) seperti negara
maju atau mitra pembangunan. Gambar II.5 menunjukkan bahwa program KSST di
Indonesia pada tahun 2010-2013 dan tahun 2015 didominasi oleh kerja sama SelatanSelatan (80%), sedangkan kerja sama Triangular sebesar 20%.
Gambar II.5
Distribusi Program Berdasarkan Jenis Kerja Sama

16

KSST Thn 2010-2013 dan 2015

Selatan-selatan
Triangular

Sumber : data diolah oleh penulis
Setiap program KSST di Indonesia memerlukan tenaga ahli terkait tema program
KSST yang diselenggarakan. Tenaga ahli tersebut dapat berupa pengajar atau narasumber
yang berasal dari kementerian atau lembaga teknis. Berdasarkan data dari Laporan
Tahunan KSST 2015 dan Kompilasi data KSS K/L tahun 2010-2013 terdapat 10
Kementerian dan Lembaga yang berpartisipasi aktif dalam penyelenggaraan KSST
Indonesia. Jumlah kerjasama yang pernah dilakukan dengan negara mitra dapat dilihat pada
gambar II.6 (Laporan Tahunan KSST 2015 dan Kompilasi data KSS K/L tahun 2010-2013)
Dari total 102 program yang diselenggarakan pada tahun 2010-2013 dan tahun 2015
yang dapat dilihat pada gambar II.6 Kementerian Sekretariat Negara (Setneg) melakukan
sejumlah 22 Program, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) 12 Program, Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) masing-masing 11 Program, Kementerian Pertanian (Kementan) 10
Program dan selebihnya dilakukan oleh kementerian lain.
Gambar II.6
Kementerian dan Lembaga yang berpartisipasi dalam KSST

17

Partisipasi kementerian dan Lembaga Tahun 2010-2013 dan 2015
60
50
40
30
20
10
0

Sumber : data diolah oleh penulis
Hingga saat ini anggaran untuk program-program KSST masih dipegang oleh masingmasing kementerian pelaksana. Berikut besaran anggaran Kementerian dan Lembaga untuk
Program KSST Tahun 2010-2013. (Kompilasi data KSS K/L tahun 2010-2013)
Dapat dilihat dalam Tabel II.1 bahwa yang paling besar merupakan anggaran
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan karena merupakan alokasi anggaran yang
berupa pemberian beasiswa tiap tahun.

Tabel II.1
Besaran Anggaran Kementerian dan lembaga untuk Program KSST
Kementerian
Kementan
BKKBN
Kemenperin
KemenPU
Setneg
Kemenhub
Kemendikbud
KKP
Kemendagri
Kemenlu
Total

Anggaran
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

1,213,899,920
969,791,348
1,530,390,000
4,936,096,000
5,827,126,000
7,218,734,000
48,594,788,000
825,000,000
1,300,000,000

Rp

7,576,611,000

Rp

79,992,436,268

Sumber : Kompilasi Data KSS KL 2010-2013

18

D.

Tujuan dan Manfaat Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular
Setiap kegiatan harus memiliki tujuan agar kegiatan tersebut dapat di evaluasi dampak

dan efektivitasnya. Salah satu tujuan KSST adalah mendorong negara-negara berkembang
untuk mandiri dalam menemukan solusi masalah pembangunan melalui pertukaran
pengalaman, penggunaan sumber daya teknis lainnya, dan pengembangan kapasitas.
Selain itu, KSST diharapkan dapat memperkuat kapasitas negara-negara berkembang untuk
mengidentifikasi dan menganalisa isu-isu pembangunan utama dan strategi untuk
mengatasinya. Lebih jauh negara-negara berkembang, melalui KSST dapat pula
meningkatkan kuantitas dan kualitas kerja sama pembangunan internasional melalui
penyatuan kapasitas yang ada; menciptakan dan memperkuat kapasitas teknologi yang ada;
meningkatkan dan memperbaiki komunikasi antara negara-negara berkembang dalam
menghadapi masalah-masalah pembangunan; serta mengenali dan menanggapi masalah
dari negara-negara berkembang yang terkena dampak serius, misalnya bencana alam dan
krisis lainnya.Selain tujuan tersebut, Indonesia juga memperoleh manfaat dari pelaksanaan
KSST. Manfaat yang diperoleh berupa manfaat di bidang politik, ekonomi(penetrasi pasar),
dan sosial budaya.
Manfaat di bidang politik antara lain meningkatkan citra Indonesia di mata dunia.
Dengan memiliki citra yang baik, Indonesia akan dipercaya untuk berada pada posisi-posisi
penting di lembaga internasional. Selain itu dengan membantu negara lain, Indonesia dapat
menjaga kedaulatan bangsa dan negara. Contohnya ketika Indonesia memberikan bantuan
ke negara Pasifik Selatan. Dengan adanya hubungan kerja sama ini, negara Pasifik Selatan
memiliki pandangan yang baik terhadap Indonesia sehingga mengurangi dukungannya
kepada Organisasi Papua Merdeka untuk keluar dari Indonesia.
Kemudian, Indonesia dapat memperoleh manfaat di sektor ekonomi melalui penetrasi
pasar. Contoh konkrit ketika Indonesia memberikan bantuan traktor tangan ke negara
Vanuatu untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Traktor yang diberikan adalah traktor
buatan dalam negeri. Ketika produktivitas pertanian di Vanuatu meningkat akibat dari
penggunaan traktor buatan Indonesia, maka pemerintah Vanuatu akan membeli traktor dari
Indonesia. Permintaan akan produk traktor Indonesia akan membuka lapangan pekerjaan
bagi masyarakat dalam memproduksi traktor sehingga membuat ekonomi Indonesia akan
semakin baik.
Indonesia juga memperoleh manfaat di sektor sosial budaya. Indonesia memberikan
bantuan kepada negara berkembang lainnya salah satunya melalui beasiswa atau training di
salah satu lembaga di Indonesia. Pada saat warga negara penerima bantuan melaksanakan
beasiswa atau training di Indonesia, mereka dapat lebih mengenal dan belajar sosial dan
budaya Indonesia. Setelah mereka kembali ke negara asalnya, mereka dapat menceritakan
19

bagaimana sosial budaya di negara Indonesia. Hal ini akan menarik perhatian warga negara
asing untuk berlibur ke Indonesia.
Namun, memang manfaat-manfaat tersebut tidak semua didapat dalam jangka
pendek, kebanyakan manfaat tersebut dapat diperoleh setelah 5-10 tahun (jangka panjang).

E.

Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular yang Dilakukan Oleh Negara
Lain
Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST) sudah banyak dilakukan oleh

negara-negara lain. masing-masing negara memiliki kebijakan pelaksanaan KSST yang
berbeda-beda, yang dapat dilihat pada prioritas negara penerima bantuan, sektor yang
menjadi target kerja sama dan jenis kerja sama (teknik dan/atau keuangan). Kebijakan
banyaknya dana yang dikeluarkan dari masing-masing negara juga memiliki perbedaan.
Dibawah ini akan dijelaskan tentang pelaksanaan KSST di negara lain yang statusnya sama
dengan Indonesia sebagai middle-income country. Negara-negara tersebut adalah Malaysia,
Thailand, Brazil, dan Meksiko.
1.

Malaysia
Malaysia berkomitmen terhadap Kerja Sama Selatan-Selatan (KSS) dan percaya

dapat membantu warga negara-negara berkembang. Malaysia telah menjadi mitra
internasional yang semakin aktif untuk pengembangan dan telah berbagi pengetahuan dan
pengalaman dengan sesama negara berkembang melalui Program Kerja Sama Teknis
Malaysia, Malaysian Technical Cooperation Programme (MTCP).
Sejak tahun 1980, pemerintah Malaysia telah menghabiskan lebih dari US$200 juta
untuk MTCP, dan pada tahun 2014, lebih dari 27.000 peserta dari 143 negara-negara
berkembang telah mendapat manfaat dari program ini.
Sebagian besar bantuan yang dilakukan dalam KSS oleh Malaysia adalah bantuan
Kerja Sama Teknis. Bantuan yang dillakukan terutama dalam bidang administrasi umum,
pertanian, pengentasan kemiskinan, promosi investasi, teknologi informasi dan komunikasi,
perbankan, dan bahasa Inggris.
Selain melakukan KSS, Malaysia juga melakukan Kerja Sama Triangular. Program
kerja sama teknis Malaysia bekerja sama dengan organisasi-organisasi internasional seperti
UNDP, UNIDO, UNESCAP, dan Jepang, untuk memberikan pelatihan, studi banding, dan
latihan praktik di Malaysia untuk pejabat negara pihak ketiga.
Bidang dukungan yang ditawarkan bervariasi dan mencakup pelatihan teknis
keterampilan komputer jaringan, teknologi, pengelasan, listrik, dan sistem servis elektronik,
serta diplomasi dan pengembangan industri skala kecil. Malaysia juga telah memasok ahli
teknis, seperti yang dilakukan di bawah proyek ASEAN-Jepang, untuk membantu

20

rekonstruksi dan pengembangan Kamboja, dengan memberikan pelatihan kepada para
veteran perang pada tahun 1990-an.
2.

Thailand
Kerja Sama Selatan-Selatan (KSS) cukup terfragmentasi di Thailand melalui Thailand

International Cooperation Agency (TICA), yang menyediakan bantuan teknis dan
diselenggarakan di bawah Kementerian Luar Negeri. TICA dulunya bertanggung jawab
untuk mengelola bantuan masuk (incoming), dan dari tahun 2004 dan seterusnya berubah
menjadi lembaga yang bertanggung jawab terhadap bantuan keluar (outgoing). Dengan
jumlah staf sekitar 100 (Schulz, 2013). Misi utamanya adalah untuk mempersiapkan rencana
strategis dan prosedur administrasi proyek kerja sama teknis internasional, kerja sama
bilateral, trilateral dan regional (Wajjwalku, 2012).
Selain TICA, Thailand memiliki the Neighbouring Countries Economic Development
Cooperation Agency (NEDA), yang mengurus keuangan dan teknis kerja sama serta
merupakan bagian dari Kementerian Keuangan. NEDA, didirikan pada tahun 2005,
memberikan kerja sama ekonomi hanya di negara tetangga, sementara mandat TICA adalah
seluruh dunia. Fungsi NEDA sebagai sumber pendanaan untuk kerja sama proyek,
memberikan pinjaman dan hibah dan penentuan keterlibatan sektor swasta dalam proyekproyek pembangunan.
Seperti disebutkan di atas, kerja sama yang dilakukan Thailand ditujukan terutama
pada negara-negara tetangga, sisanya diikuti oleh wilayah Asia dan Timur Tengah (terutama
Afghanistan). Hanya 12% dari kerja sama tersebut berorientasi pada wilayah dunia lainnya
(Afrika, Amerika Latin , Pasifik, dan Asia Tengah). Total sekitar 50 negara penerima manfaat
dari kerja sama pembangunan Thailand.
Dalam hal distribusi sektoral, Thailand sangat fokus pada sektor infrastruktur, diikuti
dengan sektor energi dan pertanian. Pada tahun 1996, Thai ODA mencapai 4,250 juta Baht
atau sekitar US$170 juta. Jumlah ini telah meningkat hingga 5.927 juta Baht di 2001-2008.
Kerja sama triangular yang dilakukan Thailand sebagai kontributor ODA, dianggap
baik ditempatkan untuk memberikan bantuan pembangunan yang tepat. Oleh karena itu,
organisasi internasional, seperti badan-badan PBB dan AsDB, dan beberapa donor bilateral
mengkoordinasikan program di Asia Tenggara dengan lembaga pembangunan Thailand.
Terlebih lagi, koordinasi tersebut juga telah mengambil tempat untuk program luar wilayah
Greater Mekong. Misalnya, atas permintaan dari Kementerian Luar Negeri Thailand, UNDP
mendukung penilaian kebutuhan pada virus flu burung di Mesir, yang dilakukan pada Mei
2007 dalam kemitraan dengan Uni Afrika, pemerintah Mesir, dan Perancis.

21

3.

Brazil
Kerja Sama Selatan-Selatan Brazil dilakukan oleh Brazillian Cooperation Agency

(ABC) dibawah Ministry of Foreign Affairs (MRE). Menurut laporan (The Economist : 2010)
program kerja sama Selatan-Selatan Brazil tahun 2010 telah memberikan US$1,3 milar.
Bantuan dari Brazil terutama terdiri dari kerja sama teknis, selain itu brazil juga memberikan
juga beberapa keringanan utang dan bantuan pangan.
Mengenai fokus tematik, Kerja Sama Teknis Brazil memfokuskan terutama di bidang
pertanian, kesehatan, dan sektor pendidikan, yang sesuai dengan keahlian domestik setelah
disusun dan diimplementasikan dalam program pembangunan yang berhasil, seperti bolsa
familia (pendidikan dan gizi) atau pencegahan HIV AIDS. Negara penerima bantuan paling
banyak dari Brazil adalah Afrika (50%), Amerika Selatan (23%), Amerika Latin dan Kawasan
Karibia (12%), dan Asia (15%). (Sumber : Cabral/Weinstock, 2010: 5).
Inisiatif kerja sama segitiga Brazil dengan donor Utara dan lembaga multilateral telah
difokuskan di negara-negara berbahasa Portugis di Afrika, Timor Timur, Amerika Latin dan
Haiti (dengan Argentina). mitranya telah termasuk Kanada, ILO, Norwegia, Spanyol, Bank
Dunia dan Amerika Serikat. Program triangular tersebut telah mencakup hal-hal seperti
vaksinasi, makanan di sekolah, reboisasi, pemberantasan malaria dan pengumpulan
sampah. Brazil juga telah memulai proyek kerja sama pembangunan triangular untuk
melatih warga negara Angola dan Guinea-Bissau dalam administrasi publik.
4.

Meksiko
Konstitusi Meksiko memiliki kerja sama pembangunan internasional sebagai salah

satu prinsip dari kebijakan luar negerinya. Oleh karena itu, Meksiko melihat kerja sama
internasional sebagai alat dasar untuk mempromosikan hubungan luar negeri. Meksiko
semakin berkembang menjadi pemain ganda dalam kerja sama internasional untuk
pembangunan, baik sebagai donor dan penerima.
Dalam melakukan Kerja Sama Selatan-Selatan, Meksiko menyalurkannya melalui
Badan Kerja sama Internasional untuk Pembangunan, Mexican Agency of International
Cooperation for Development (AMEXCID), didirikan pada tahun 2011 dengan tujuan untuk
memperkuat bantuan Meksiko yang disediakan terutama untuk Amerika latin, Amerika
Selatan serta dan Kawasan Karibia. Sektor yang difokuskan terutama bantuan di bidang
lingkungan, pendidikan dan ilmu pengetahuan teknologi, dan kesehatan.
Jerman adalah salah satu mitra utama Meksiko dalam melakukan kerja sama
triangular, kedua negara telah bekerja sama terutama di sektor lingkungan selama beberapa
dekade sampai sekarang. prioritas kerjasama saat ini adalah konservasi lingkungan dan
mitigasi perubahan iklim, termasuk perlindungan keanekaragaman hayati dan energi yang
berkelanjutan.
22

KSST Meksiko-Jerman memprioritaskan topik berikut: manajemen perkotaan dan
industri lingkungan, energi terbarukan, mitigasi perubahan iklim, dan pemanfaatan
berkelanjutan serta konservasi keanekaragaman hayati. Kedua negara fokus pada upaya
mengembangkan

pengetahuan

khusus,

penguatan

kerangka

kelembagaan

dan

memperkenalkan instrumen manajemen yang efektif di negara-negara pihak ketiga.
Tabel II.2
Tabel Perbandingan Pelaksanaan KSST di beberapa Negara middle-income country
Negara
Donor
Indonesia

Koordinator
Tim

Kornas

KSST
(2010)

Anggaran
US$49,8 juta
(2000-2013)

Malaysia

MTCP
(1980)

US$200 juta
(2014)

Thailand

TICA
(2004)

US$178.5 juta
(2008)

Brazil

ABC
(1987)

US$1.3 miliar
(2010)

Negara Prioritas

Sektor Utama

Palestina,

Pertanian, Peternakan,

Afganistan, Timor

dan manufaktur

Leste
Indonesia, Myanmar,

Administrasi

Kamboja
Laos, kamboja,

pertanian, teknologi
Infrastruktur,
Energi,

Myanmar
Afrika, Amerika

Pertanian
Pertanian, Kesehatan,

Selatan, dan

Pendidikan

umum

Amerika Latin
Meksiko

AMEXCID
(2011)

US$277.1 juta

Amerika Latin,

Lingkungan,

(2012)

Amerika Selatan,

Pendidikan, Teknologi

Kawasan Karibia

Sumber : data diolah oleh penulis
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa Indonesia masih belum memiliki badan khusus
yang menangani masalah kerja sama selatan-selatan dan triangular. Sedangkan beberapa
negara lain sudah sejak lama membentuk badan khusus yang berfungsi untuk
mengoordinasikan KSST. Dilihat dari jumlah anggaran yang dikeluarkan untuk KSST,
Indonesia berada dibawah Malaysia, Thailand, dan Brazil. Namun mengingat KSST yang
dilakukan Indonesia tersebar di berbagai kementerian dan belum dicatat dengan baik maka
angka tersebut tidak mencerminkan angka yang sebenarnya atau diprediksi jauh lebih
rendah. Untuk prioritas negara, masing-masing negara pemberi bantuan memiliki kriteria
yang berbeda, Indonesia lebih fokus pada Palestina, Afganistan, dan Timor Leste. Dan
dilihat dari sektor utama masing-masing negara juga memiliki target yang berbeda,
Indonesia fokus pada sektor pertanian, peternakan, dan manufaktur. Sedangkan Thailand
pada infrastruktur, dan Meksiko pada lingkungan.

23

BAB III
PENUTUP
A.

Simpulan
Dari paparan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa KSST penting bagi Indonesia,

terutama manfaat yang diperoleh dalam jangka panjang. Indonesia mendapatkan manfaat
jangka panjang di berbagai bidang. Manfaat jangka panjang di bidang ekonomi berupa
penetrasi pasar. Hal ini dapat diwujudkan karena adanya hubungan yang baik dengan
negara mitra tersebut yang selanjutnya akan meningkatkan perdagangan dan investasi di
Indonesia. Setelah perdagangan dan investasi meningkat, perekonomian dan pembangunan
dalam negeri pun akan meningkat yang pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan
perekonomian Indonesia. Sedangkan manfaat yang didapatkan pada bidang sosial budaya
adalah peningkatan pariwisata Indonesia. Hal ini didapatkan dari pemberian beasiswa atau
pelatihan ke negara penerima bantuan. Beasiswa dan pelatihan ini dilakukan di Indonesia
sehingga penerima beasiswa dan pelatihan tersebut lebih mengenal Indonesia dan ketika
pulang ke negaranya, para penerima bantuan ini dapat menceritakan keindahan Indonesia
yang akan membuat orang-orang tertarik untuk datang ke Indonesia. Selanjutnya, manfaat
di bidang politik. Dengan adanya KSST, citra Indonesia di mata dunia menjadi lebih baik
sehingga negara-negara penerima bantuan bisa memercayai dan memilih Indonesia untuk
dapat menduduki posisi-posisi penting di organisasi internasional. Selain itu pula, KSST
dilakukan untuk menjaga keutuhan bangsa dari perpecahan.

B.

Saran
Berdasarkan paparan yang sudah dilakukan mengenai pentingnya KSST bagi

Indonesia, penulis menyarankan
1.

memperbesar anggaran untuk pelaksanaan program-program KSST,

2.

meningkatkan publikasi mengenai KSST kepada masyarakat dan swasta,

3.

membentuk lembaga atau badan yang didirikan khusus untuk menangani KSST di
Indonesia, dan

4.

mengikutsertakan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan program KSST.

24

DAFTAR PUSTAKA
19 April 2015. Mengingat Kembali Konferesi Asia-Afrika Tahun 1955. National Geographic
Indonesia. Diambil dari https://nationalgeographic.co.id/berita/2015/04/mengingatkembali-konferensi-asia-afrika-tahun-1955
Ampri, Irfa. 26 Juli 2016. Paparan Kebijakan Penganggaran dan Pendanaan KSST di
Kementerian Keuangan [Tayangan Presentasi].
Apresian, Stanislaus Risadi. Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular Sebagai Instrumen
Peningkatan
Peran
Indonesia
di
Tingkat
Global.
Diambil
dari
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&sqi=2&ved=0ahUKEwiQ
yoP-zfPRAhUHsI8KHW_oDz0QFgg5MAM&url=http%3A%2F%2Fjournal.unpar.ac.id
%2Findex.php%2FJurnalIlmiahHubunganInternasiona%2Farticle%2Fdownload
%2F2176%2F1970&usg=AFQjCNH4F17Wkw3XR1Rl6oHpmBnXg3kbiw&sig2=0dY4h
GVp8-hK2PbN63P6gw&bvm=bv.146094739,d.c2I
Bappenas. Kompilasi Data KSS KL 2010-2013 [Data Excel].
Bernama. 23 Mei 2014. Malaysia Remains Commited to South-South Cooperation. MY
Sinchew. Diambil dari http://www.mysinchew.com/node/98481
Choesni, Tubagus A. 24 Februari 2015. National Development Planning on SSTC [Tayangan
Presentasi].
Diambil
dari
http://www.un.org/en/ecosoc/julyhls/pdf15/oas2015indonesia-presentations.pdf)
ECOSOC. 2008. Trends in South-South and triangular development cooperation,
Background Study For The Development Cooperation Forum. Diambil
darihttp://www.un.org/en/ecosoc/docs/pdfs/south-south_cooperation.pdf
GIZ.

2017.
Mexican-German
Triangular
https://www.giz.de/en/worldwide/35928.html

Cooperation.

Diambil

dari

Government of Canada. 2014. Hubungan Kanada-Indonesia. Diambil dari
http://www.canadainternational.gc.ca/indonesiaindonesie/bilateral_relations_bilaterales/canada-indonesia-indonesie.aspx?lang=ind
International Labour Organization. 11 Juni 2015. Brazil and ILO Launch New South-South
Cooperation
Project
[Siaran
Pers].
Diambil
dari
http://www.ilo.org/pardev/news/WCMS_375309/lang--en/index.htm
Japan International Cooperation Agency National Coordination Team of South-South
Cooperation. 2012. Kajian Persiapan Pembentukan Institusi Kerjasama SelatanSelatan.
Kedutaan Besar Jepang di Indonesia. 2006. Hubungan Bilateral Indonesia-Jepang. Diambil
dari http://www.id.emb-japan.go.jp/birel_id.html
Kementerian
Luar
Negeri.
2015.
Kerjasama
Multilateral.
Diambil
http://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/kerjasama-multilateral/Pages/G-20.aspx

dari

Kementerian
Luar
Negeri.
2015.
Kerjasama
Regional.
Diambil
http://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/kerjasama-regional/Pages/NAASP.aspx

dari

25

Keputusan Menteri PPN No. 67 Tahun 2011 tentang Pembentukan Tim Koordinasi
Pengembangan Kerjasama Selatan-Selatan
Lallande, Juan Pablo Prado, Rafael Velazquez Flores, dan Luis Ochoa Bilbao. 2015. The
Mexican South-South Cooperation: Soft Power of an Emerging Country. Diambil dari
http://web.isanet.org/Web/Conferences/GSCIS%20Singapore
%202015/Archive/e10506fc-ad5c-4406-b638-1174cf805e89.pdf
National Coordination Team on South-South and Triangular Cooperation of Indonesia. 2015.
About: History, The Four Legs, Structure of NCT. Diambil dari
http://sscindonesia.org/ksst/index88b6.html?page_id=1095#history
Oktober 2014. 10 Powerful Examples of South-South Cooperation in Practice. Global South
Development Magazine. Diambil dari http://www.gsdmagazine.org/10-powerfulexamples-south-south-cooperation-practice/
Piefer, Nadine. 2014. Experience of Middle-Income Countries in International Development
Cooperation.
Diambil
dari
https://www.giz.de/en/downloads/giz2014-enExperiences_of_Middle_Income_Countries_in_IDC.pdf
Pujayanti, Adirini. 2015. Kerja Sama Selatan-Selatan dan Manfaatnya Bagi Indonesia.
Diambil
dari
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0ahUKEwifgIenzPPRAhXDKo8KHT6
LDQAQFggZMAA&url=https%3A%2F%2Fjurnal.dpr.go.id%2Findex.php%2Fpolitica
%2Farticle%2Fview%2F300%2F236&usg=AFQjCNEo30fwGaeq9uS0q2oTL0WlLkdWA&sig2=Ru8fowwmKk-OJQ2TIn-cAw&bvm=bv.146094739,d.c2I&cad=rja
Rismawan, Irwan. 20 April 2015. KAA: Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular
Diresmikan. Tribun. Diambil dari http://www.tribunnews.com/nasional/2015/04/20/kaakerja-sama-selatan-selatan-dan-triangular-diresmikan
Tim Koordinat