MEMBANGUN BUDAYA LITERASI MEMBACA MAHASISWA MELALUI SUMBER BACAAN ONLINE

  

MEMBANGUN BUDAYA LITERASI MEMBACA MAHASISWA MELALUI

SUMBER BACAAN ONLINE

  Estika Satriani Universitas Islam Riau, Pekanbaru, Indonesia

  

ABSTRACT Reading Literacy is an important role of learner s’ life that live in the current century. The history

proves a great nation of people have a high interest in reading. Literacy becomes a means of

learners in knowing, understanding, and applying the knowledge they get in school. Literacy is also

related to the lives of learners, both at home and in the surrounding environment. For that literacy

can not be separated with the world of education. Based on the advantages and online reading

resources used in this study can increase students interest in reading so that the ability to change

the paradigm that reading is a boring activity become something very fun. Thus the reading literacy

in Indonesia especially students is increasing. Keyword: reading literacy, online reading resources ABSTRAK

Membangun Literasi membaca berperan penting dalam kehidupan masyarakat pembelajar yang

hidup di abad pengetahuan saat ini. Sejarah membuktikan bangsa yang hebat masyarakatnya

memiliki minat baca yang tinggi. Literasi menjadi sarana peserta didik dalam mengenal,

memahami, dan menerapkan ilmu yang didapatkannya di bangku sekolah. Literasi juga terkait

dengan kehidupan peserta didik, baik di rumah maupun di lingkungan sekitarnya. Untuk itu literasi

tidak dapat dipisahkan dengan dunia pendidikan. Dengan berbagai keunggulan dan daya tarik

sumber bacaan online yang digunakan dalam penelitian ini, telah mampu menumbuhkan minat

baca sehingga kemampuan merubah paradikma bahwa membaca adalah aktivitas membosankan

menjadi hal yang sangat menyenagkan. Dengan demikian literasi masyarakat Indonesia khususnya

mahasiswa/pelajar semakin meningkat. Kata Kunci: Budaya literasi membaca, sumber bacaan online

PENDAHULUAN informasi. Bahkan kegiatan membaca juga

  Pembentukan diri adalah salah satu hal penting dapat meningkatkan prestasi belajar bagi siswa dalam membangun kegiatan belajar yang tidak secara lebih optimal (Syarif Yunus, 2012). pernah berhenti untuk menjadi manusia Menurut Prasetyo (2008) beberapa fakta pembelajar yang senantiasa butuh informasi menunjukkan bahwa prosentase penduduk dan pengetahuan. Salah satu cara paling efektif Indonesia yang berusia diatas 10 tahun untuk belajar adalah dengan membaca. cenderung lebih suka menonton televisi Membaca adalah salah satu keterampilan berkisar 90% sementara penduduk yang dalam ilmu bahasa. Dengan membaca kita membaca majalah atau surat kabar hanya dapat melihat dunia, karena melalui aktivitas berkisar antara 18% (www.bps.go.id). Belum membaca, berarti seseorang akan mendapatkan diketahui berapa prosentase bahan bacaan berbagai informasi yang dibutuhkan baik edukatif yang tidak hanya sekedar membaca lokal, nasional maupun global. Kegiatan surat kabar atau majalah. Kebanyakan orang membaca juga memberikan banyak menggunakan waktunya untuk membaca tidak kesempatan bagi seseorang untuk belajar lebih dari 1%. Padahal jika pandai sesuatu yang sederhana maupun yang memanfaatkan waktu luang, ada banyak kompleks. Dengan membaca, seseorang akan kesempatan yang bisa digunakan untuk lebih mudah memaknai pesan dan memperoleh mengisinya, misalnya pada waktu menunggu transportasi, berada dalam perjalanan, dan sebagainya maka aktivitas membaca dapat dilakukan. Sayangnya, hal ini belum menjadi tradisi dan kebiasaan bagi masyarakat Indonesia. Fakta ini membuktikan bahwa reading habits (kebiasaan membaca) belum memjadi jantung kehidupan bagi penduduk Indonesia.

  Membaca merupakan keterampilan yang sangat penting dalam memahami setiap perkembangan yang terjadi dalam kehidupan, di samping itu membaca juga menjadi tolak ukur keberhasilan belajar siswa. Dengan membaca, siswa dapat lebih mudah memahami setiap materi pelajaran. Siswa yang memiliki kebiasaan membaca yang baik biasanya memiliki pengetahuan yang lebih luas. Namun sebaliknya, siswa yang jarang membaca akan sempit pengetahuannya. Sebagian besar kebiasaan membaca siswa masih tergolong rendah. Sebagian siswa melakukan aktivitas membaca hanya pada saat menjelang ujian atau tes. Padahal membaca dalam kondisi tersebut terkesan dipaksakan karena khawatir gagal dalam ujian atau tes.

  Terkait dengan paparan diatas Burn (1991) menyatakan bahwa melaului membaca siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam mencerna dan memperoleh informasi yang bermanfaat dan berguna. Dengan activitas membaca, siswa dapat memahami pesan dan makna dari suatu bacaan, serta dapat meningkatkan prestasi belajar lebih optimal. Green (2002) menambahkan, kebiasaan membaca yang baik sangat berpengaruh pada pengembangan diri dan kemampuan dasar masing-masing individu. Hal ini berarti kebiasaan membaca mampu meningkatkan dan mengembangkan kualitas diri setiap orang dalam memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan, serta mampu melihat isi dunia.

  Oleh sebab itu tuntutan akan kebutuhan informasi yang terus berkembang dari waktu- kewaktu sebenarnya dapat difasilitasi melalui kegiatan membaca. Namun kenyataan ini menjadi berbeda ketika kebiasaan membaca dikalangan siswa tidak baik. Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan oleh International Education Acievement (IEA) tahun (2000) menunjukkan bahwa kualitas membaca anak- anak Indonesia menduduki peringkat ke 29 dari 31 Negara yang diteliti di Asia, Africa, Eropa, dan America. Fakta ini menunjukkan bahwa indeks kualitas sumber daya manusia (Human Development Indonesia) masih rendah.

  Hal ini juga terjadi pada mahasiswa di berbagai di Indonesia khususnya mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP-UIR Pekanbaru. Berdasarkan hasil observasi dan survey yang dilakukan penulis, hanya sekitar 20% siswa program studi Bahasa Inggris yang senang membaca baik dalam bentuk fiksion atau non fiksion, sedangkan 55% siswa lainnya hanya melakukan aktivitas membaca pada saat mengerjakan tugas kuliah dan pada saat akan mengikuti ujian. Selanjutnya, 25% siswa menyatakan bahwa mereka tidak begitu suka membaca. Hal ini terjadi disebabkan karena membaca buku sangat membosankan buat mereka, variasi buku bacaan yang kurang memadai, dan ketersediaan buku text yang digunakan dalam pembelajaran. Melihat phenomena ini penulis sebagai dosen yang mengajarkan reading di universitas ini merasa bertanggung jawab dalam menumbuhkan minat membaca siswa melalui budaya literasi khususnya literasi membaca. Untuk mengatasi masalah ini penulis berfikir untuk mengintegrasikan media teknologi dalam mengajar mata kuliah reading dalam rangka meningkatkan literasi membaca mahasiswa.

  Pemanfaatan media teknologi dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan saat ini sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat. Hal ini agar warga belajar/siswa mampu memaknai pengetahuan, termotivasi dan timbul keinginan untuk terus membentuk pengetahuan dengan berbagai sarana yang telah bermunculan. Pederson dan Bonnstetter (1990) menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi mampu meningkatkan motivasi belajar sehingga membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna. Artinya teknologi dapat memotivasi siswa dalam meningkatkan literasi membaca dengan menjadikan membaca sebagai aktivitas yang menyenangkan.

  Salah satu manfaat keberadaan teknologi yaitu pemanfaatan sumber-sumber bacaan oline yang tersedia disitus internet yang merupakan salah satu hasil dari perkembangan teknologi yang dapat membantu literasi membaca mahasiswa. Cara ini juga dapat menggantikan system pembelajaran yang monoton dikelas dengan mendengarkan dan membaca buku pelajaran terus menerus serta menghafal membuat siswa menjadi jenuh dan malas untuk membaca. Menurut Skinner : CBI (computer-basic instruction) dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan cara yang amat berbeda dengan metode tradisonal/ceramah.

  Membangun literasi membaca di tengah era gadget tidak sulit jika setiap informasi dan sajian berita-berita di media bisa kita baca dan cerna dengan kritis. Saat buku secara fisik tak tersentuh, cara praktis yang bisa kita jamah memalui Elektronic Book (E-Book) yang dengan mudah bisa kita akses.

  Jika ingin memenangkan kompetisi global, seluruh masyarakat Indonesia harus melek literasi. Sebagai langkah awal pendidikan sebagai investasi masa depan generasi bangsa harus bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Lembaga pendidikan harus memanfaatkan kemajuan TIK sebagai media pembelajaran. Sebagaimana dialami, saat ini penggunaan internet dan smartphone sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sebagian besar masyarakat Indonesia, termasuk kalangan pelajar dan mahasiswa. Kehadiran internet dan smartphone adalah sebuah keniscayaan. Keduanya begitu fenomenal dan menjadi kebutuhan hidup manusia di era digital. Internet dan smartphone memiliki sisi positif dan negatif, namun bagi kebanyakan penggunanya, terutama pelajar lebih cenderung dimanfaatkan untuk hal negatif. Penggunaan Smartphone dan Internet di Indonesia telah menggelaja di setiap lapisan masyarakat. Adapun hal-hal terkain dalam artikel ini adalah: A.

   Budaya Literasi Membaca

  Istilah “literasi” memiliki makna meluas dari waktu ke waktu. Literasi sekarang tidak hanya diartikan sebagai kemampuan menulis dan membaca tetapi “… has instead come to

  be considered synonymous with its hoped-for consequences

  ” (Aronoff, 1995: 68). Kini, literasi memiliki makna dan implikasi dari keterampilan membaca dan menulis dasar ke pemerolehan dan manipulasi pengetahuan melalui teks tertulis, dari analisis metalinguistik unit gramatikal ke struktur teks lisan dan tertulis, dari dampak sejarah manusia ke konsekuensi filosofis dan sosial pendidikan barat (Goody & Watt, 1963; Chafe & Danielewicz, 1987; Olson, 1991; Ong, 1992). Bahkan perubahan evolusi manusia merupakan dampak dari pemikiran literasi (Donald, 1991). Kajian mengenai literasi dalam tulisan ini lebih berfokus pada budaya literasi membaca.

  Budaya literasi membaca merupakan aktivitas membaca yang dilakukan secara rutin atau terus menerus. Hal ini didukung oleh Tarigan (1992) yang mengatakan bahwa membaca adalah suatu kegiatan yang dilakukan pembaca untuk memperoleh pesan melalui media bahasa yang dilakukan secara rutin dan menjadi kebiasaan. Dengan tumbuhnya budaya literasi, masyarakat Indonesia akan bergerak menuju masyarakat belajar (learning society). Prinsip belajar dalam abad 21 menurut Unesco (1996) harus didasarkan pada empat pilar yaitu: a. learning to thing (belajar berpikir); b. learning to do (belajar berbuat), c. learning to be (belajar untuk tetap hidup), dan d. learning to live together (belajar hidup bersama antar bangsa). Berangkat dari terwujudnya masyarakat belajar (learning society) maka akan tercapai bangsa yang cerdas (educated nation) sesuai dengan amanat UndangUndang Dasar 1945 menuju masyarakat Madani (civil society).

  Membaca juga merupakan kegiatan yang tidak bisa terlepas dari aktivitas siswa, baik di rumah maupun di sekolah. Hal tersebut dikarenakan pentingnya kegiatan tersebut yang mampu mepengaruhi pola pikir dan kemampuan siswa dalam memperoleh pengetahuan. Baik pengetahuan formal maupun informal, karena kualitas bacaan dipengaruhi oleh proses membaca dan produk yang dibaca. Hal ini sesuai dengan pendapat Burns, dkk. (1996: 6), menyatakan bahwa aktivitas membaca terdiri atas dua bagian, yaitu proses membaca dan produk membaca. Dalam proses membaca ada sembilan aspek yang jika berpadu dan berinteraksi secara harmonis akan menghasilkan komunikasi yang baik antara pembaca dan penulis, sehingga dapat memudahkan siswa dalam menambah pengetahuannya. Komunikasi antara pembaca dan penulis itu berasal dari pengkonstruksian makna yang dituangkan dalam teks dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Lebih lanjut Burns, dkk. (1996:8) mengemukakan sembilan proses membaca tersebut yaitu: (1) mengamati simbol-simbol tulisan, (2) menginterprestasikan apa yang diamati, (3) mengikuti urutan yang bersifat linier baris kata-kata yang tertulis, (4) menghubungkan kata-kata (dan maknanya) dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dipunyai, (5) membuat referensi dan evaluasi materi yang dibaca, (6) mengingat apa yang dipelajari sebelumnya dan memasukkan gagasan- gagasan dan fakta-fakta baru, (7) membangun asosiasi, (8) menyikapi secara personal kegiatan/tugas membaca sesuai dengan interesnya, (9) mengumpulkan serta menata semua tanggapan indera untuk memahami materi yang dibaca.

  Membaca akan menjadi aktifitas yang menyenangkan jika menjadikannya sebagai kebutuhan. Untuk menjadikan membaca sebagai suatu kebutuhan dan kebiasaan, diperlukan proses. Hal ini didukung oleh pendapat Sutarno (2005:34), bahwa kebiasaan dan budaya literasi membaca ini dapat dibentuk atau diwujudkan pada masyarakat umum dan masyarakat perguruan tinggi tentunya memerlukan proses, waktu, upaya, kesungguhan, dan kesabaran yang tak kenal lelah. Itu artinya kebiasaan membaca adalah kegiatan membaca yang telah mendarah daging pada diri seseorang. kebiasaan membaca dapat diukur dengan berapa banyak materi bacaan yang sudah dibaca, seringnya membaca dan juga berapa lama waktu yang dihabiskan untuk membaca (Wagner 2002).

  Adapun beberapa hal dalam membangun kebiasaan membaca (reading habit) Mortimer J Adler dalam How to Read a

  Book

  memaparkan fase-fase asik membaca: 1.

  Selalu sediakan beberapa menit per hari Membaca dengan cara mencicil dapat membangun budaya litersi reading, misalnya (a). ketika hendak tidur, kita dapat mengalokasikan waktu 10 menit untuk membaca. (b). saat menunggu bus, (c). ketika waktu luang/ waktu istirahat. Dll.

  2. Buat book list Membuat list buku apa saja yang ingin dan harus kita baca minggu ini. Buatlah selalu alasan-alasan kita sendiri dalam menentukan bacaan dan menikmatinya.

  3. Membuat reading book challenge Dalam hal ini kita membuat tantangan terhadap diri kita sendiri, misalnya satu bulan harus membaca 10 buku atau sepekan minimal 2 buku. Ini dapat kita catat melalui blog agar prosesnya dapat kita pantau.

  4. Kurangi online hal yang tidak penting Usahakan online hanya untuk yang penting-penting saja. Gunakan alokasi waktu online untuk menulis, mendapatkan informasi, dan networking 5. Limit TV watching

  Menonton TV hanya untuk mendapatkan informasi penting saja.

  6. Selalu membawa satu buku dalam tas kemanapun pergi Gunakan selalu waktu senggang dimanapun berada dengan membaca buku yang dibawa, dengan tujuan membunuh kebosanan.

  7. Baca blog yang membahas resensi buku Dengan membaca resensi dari orang, kita bisa mengerti suatu buku bagus atau tidak, hal ini bisa menjadi rekomendasi dari ulasan orang lain.

  8. Baca buku serial Dengan membaca buku serial dapat memotivasi kita untuk selalu ingin membaca karena ing ingin mengetahui kelanjutan ceritanya.

  9. Pastikan selesaikan satu buku sebelum pindah Pastikan menyelesaikan satu buku yang dibaca sebelum pindah kebuku lain, karena jika membaca buku lain sebelum menyelesaikan membaca buku sebelumnya berarti buku yang kit abaca tidak menarik, dan ini sangat mempengaruhi minat kita dalam membaca.

  10. Sering-sering mengunjungi perpustakaan dan toko buku Usahakan minimal empat kali sebulan mengunjungi perpustakaan dan toko buku. Hal ini dapat membantu kita membuat list buku yang ingin kit abaca.

  Untuk mewujudkan budaya literasi membaca, dibutuhkan banyak materi bacaan, sumber-suber bacaan dan media yang digunakan. Media memberi kemudahan dalam proses belajar. Media memiliki peran dalam mengirimkan pesan dari guru kepada siswa, merangsang proses belajar, dimana media memberi kemudahan dalam proses belajar siswa, sehingga menarik minat dan memudahkan belajar siswa. Media juga adalah segala sesuatu yang dapat menjadi perantara dalam menyampaikan pesan dari pengirim kepada penerima, sehingga merangsang perhatian dan minat untuk belajar serta mempermudah proses pembelajaran.

  Di sini teknologi computer yang terkoneksi dengan internet berperan sebagai media pembelajaran. Guru memfasilitasi siswa dalam memilih dan mendapatkan sumber- sumber bacaan melalui internet. Hal ini dilakukan dalam rangka merangsang dan meningkatkan minat baca siswa sekaligus dapat digunakan untuk penyampaian materi dan penambahan materi melalui sumber- sumber yang dapat ditemukan siswa melalui internet, melalui kreasi-kreasi dan pembelajaran menarik yang dapat diakses siswa baik pada saat pembelajaran berlangsung maupun di rumah. Pederson dan

  Bonnstetter (1990) menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi mampu meningkatkan motivasi belajar sehingga membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna. Karena teknologi komputer mampu mendukung imajinasi siswa, sehingga apa yang mereka pikirkan mampu tercipta melaui teknologi teresbut.

  C. Peran Pustaka dalam Membangun Budaya Litersi Membaca

  Perpustakaan adalah institusi yang mengelola berbagai sumber informasi dalam bentuk tercetak atau digital. Sebagai institusi pengelola informasi perpustakaan mempunyai fungsi informasi, edukasi, rekreasi, pelestarian, dan penelitian. (Martoatmojo 2009:1:10) optimalisasi fungsi perpustakaan dari waktu- kewaktu menjadi tantangan bagi orang yang berkecimpung didalamnya. Tantangan terbesar adalah bagaimana menghimpun berbagai sumber informasi dan mendistribusikan informasi tersebut secara efektif dan efisien kepada pemustaka yang menggunakan teknologi mutakhir.

B. Peran Media dalam Membangun Budaya Literasi Membaca

  Indonesia telah membentuk beberapa sistem “khusus” untuk berbagi informasi dan penelitian melalui pustaka yang terkoordinir. Salah satunya adalah Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), di mana mereka mengkoordinir berbagi informasi terkait ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, Jaringan Perpustakaan Digital Indonesia dimulai oleh Institut Teknologi Bandung guna menyediakan akses yang luas ke koleksi perpustakaan.

  Terdapat sejumlah upaya global untuk menyediakan akses online ke perpustakaan yang bisa dimanfaatkan oleh Indonesia. Contohnya, Digital Public Library of

  America/ Perpustakaan Umum Digital di

  Amerika Serikat yang diluncurkan pada 18 April 2013 terdiri dari tujuh juta buku dan obyek lainnya, yang terhubung dengan berbagai koleksi digital yang telah dimiliki. Hampir sebanyak satu juta pengunjung dari hampir seluruh negara di dunia telah mengunjungi website DPLA. Untuk mengambil manfaat dari peluang via internet ini, Indonesia memerlukan sumber daya manusia, yakni pustakawan, yang mampu memahami perubahan kondisi dan proses informasi. Membangun jaringan antar perpustakaan dan pustakawan akan sangat penting bagi Indonesia agar tetap mendapatkan informasi mutakhir tentang penelitian terkini dan berpengaruh, dengan cara masuk ke dalam jaringan pengetahuan yang baru di tingkat nasional, regional dan global.

  Berbagai alasan kenapa membaca dari sumber-sumber online sangat bermanfaat bagi masyarakat khususnya mahasiswa; membaca via website, hemat space, mudah diakses dimanapun, dan dengan menggunakan website mahasiswa dapat mengakses beberapa sumber- sumber bacaan online, mulai dari buku, fiksi atau non fiksi, artikel, jurnal, majalah, dan lain-lain. Adapun beberapa web yang bisa dikunjungi adalah:

  Dosen tidak hanya dapat menunjukkan sumber-sumber materi penting yang ada di internet, tetapi juga mendiskusikan sumber- sumber materi penting yang diperoleh siswa. Dalam halnya pembelajaran membaca, dosen dapat leluasa memilih bacaan bagi siswanya. Siswa dapat memilih tema yang menarik dan cocok baginya. Dengan melimpahnya bacaan bagi siswa, pemilihan bacaan akan lebih bervariasi. Tema yang mungkin menarik bagi siswa akan dikaitkan dengan tema yang relevan sebagai bacaan di jenjang pendidikan pada perguruan tinggi.

D. Sumber-sumber Bacaan Online

  Pemilihan tema bacaan ini mesti didiskusikan oleh dosen dengan mahasiswa. Boleh jadi pengalaman dosen cukup banyak untuk memberi bekal wawasan kepada siswa untuk mengeksplorasi tema-tema ini.

METODOLOGI PENELITIAN

1. E-Book general (Library Genesis,

  1. American Association of Diabetes Educators - www.aadenet.org

  2. CDC -

  3. National Diabetes Information Clearinghouse - diabetes.niddk.nih.gov

  4. National Diabetes Education Program - ndep.nih.gov 5. Information regarding children with diabetes dan juga dapat menentukan sendiri bacaan mana yang mereka senangi sesuai dengan materi pembelajaran yang dibahas. Kesesuaian materi atau bacaan yang dibaca adalah hal yang sangat penting untuk memotivasi siswa dalam rangka membangun budaya literasi membaca siswa. Jika siswa menyukai bacaan yang dibacanya maka mereka akan senang membaca, dan pada akhirnya menajadikan hal tersebut kebiasaan atau rutinitas.

  Project Guternberg, ebook3000 2. E-book Art (fineartvn) 3. Magazine (downmagaz) 4.

  Sumber-sumber bacaan ilmiah online lainnya adalah

  Ebooks) 7. Audio books ( open culture)

  Subjek penelitian ini yaitu mahasiswa Program Study Bahasa Inggris FKIP_UIR Pekanbaru, yang diambil dengan cara acak.

  Adapun yang menjadi objek penelitian adalah wujud budaya literasi membaca mahasiswa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, angket, wawancara. Observasi akan digunakan untuk mengamati budaya literasi yang dilakukan mahasiswa. Angket dan wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi tentang wujud budaya literasi dan kendala yang dialami dalam budaya literasi tersebut.

  Dalam hal aktivitas penggunaan online reading sebagai sumber bacaan dalam membangun budaya literasi membaca mahasiswa, dosen membantu mahasiswa menemukan alamat-alamat atau situs web yang diberikan kepada mahasiswa dan meminta mereka untuk mencari alamat tersebut melalui gadget atau laptop yang sudah terkoneksi dengan internet. Dengan begitu mahasiswa dapat menemukan beberapa variasi bacaan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran dan arahan dari dosen. Dosen akan mengontrol selama mahasiswa mengakses web tersebut. Cara ini dapat mengarahkan siswa dalam menemukan materi bacaan yang baik,

  Article & Journal (Library Genesis, DOAJ, AWER BioMed Central, JSTOR, Microsoft Academic, Scientific Research) 5. Materi & Karya Tulis (Academic.edu 6. Buku Fiksi dan Non Fiksi (Baen

  6. The ACCORD Trial - Berdasarkan uraian di atas, materi bacaan di internet sangat melimpah-ruah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskritif kualitatif karena data penelitian berupa data verbal. Keabsahan data penelitian ini dilakukan triangulasi dengan sumber. Menurut Patton (2014:674), triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Triangulasi dengan sumber yang dilaksanakan pada penelitian ini yaitu membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang terkait.

  Hasil penelitian ini menyatakan bahwa dari hasil observasi diketahui mahasiswa yang menggunakan sumber-sumber bacaan online menjadi terbiasa membaca, dan hasil bacaan yang mereka dapatkan juga dapat membantu mereka dalam mengerjakan tugas kuliah. Sedangkan hasil angket dan wawancara menunjukan bahwa sangat besar pengaruh sumber-sumber bacaan online terhadap budaya literasi membaca mahasiswa. Mahasiswa merasa senang membaca karena melalui smartphone yang mereka miliki mereka dapat mengakses kebutuhan informasi yang mereka butuhkan dimanapun mereka berada. Kemudahan akses ini menjadikan literasi membaca siswa meningkat.

  Namun hasil ini tidak terlepas dari kendala yang di temukan oleh mahasiswa dalam mewujudkan budaya literasi membaca yang sudah meningkat. Adapun kendala yang ditemukan dilapangan adalah: pertama, penggunaan internet membutuhkan smartphone atau laptop untuk dapat mengakses sumber bacaan. Dalam hal ini ada beberapa mahasiswa yang tidak memiliki smartphone ataupun laptop. Kedua, gangguan yang terjadi pada jaringan WI-Fi sehingga tidak bisa dimanfaatkan. Kebutuhan paket data untuk mengakses internet juga menjadi kendala. Kendala lainnya adalah, jika dosen tidak mengawasi ada saja mahasiswa yang memanfaatkannya untuk chatting. Untuk mengatasi semua kendala ini harus ada pengawasan dan perhatian dosen selama proses pembelajaran menggunakan online reading ini.

  SIMPULAN

  Sumber informasi adalah jendela dunia dan membaca adalah kuncinya. Dengan membaca berbagai sumber informasi, baik buku, jurnal, artikel, dan sumber bacaan lainnya, ilmu pengetahuan akan didapatkan. Kegiatan membaca akan menambah wawasan sekaligus mempengaruhi mental dan perilaku seseorang, dan bahkan memiliki pengaruh besar bagi masyarakat khususnya mahasiswa. Pada gilirannya, kegemaran membaca ini akan membentuk budaya literasi membaca yang berperan penting dalam menciptakan bangsa yang berkualitas. Berdasarkan paparan di atas, dapat di simpulkan bahwa kompetensi literasi membaca melalui sumber bacaan online adalah kemampuan membaca teks melalui sumber bacaan yang diakses melalui internet. Sumber- sumber bacaan yang digunakan dalam hal ini mampu merobah perilaku mahasiswa dari ketidak tertarikan mereka pada kegiatan membaca menjadi sangat menyenagkan bagi mereka, bahkan sangat bermanfaat dalam mengerjakan tugas-tugas kuliah dan menambah wawasan serta ilmu pengetahuan.

  REFERENSI Farris, P. J., C. J. Fuhler, and M. P. Walther.

  2004. Teaching reading. A balanced

  approach for today’s classrooms. New York: McGraw-Hill.

  Bourne, D. E. (1990). Computer-assisted instruction, learning theory, and hypermedia: an associative linkage.

  Research Strategies, 8 , 160-171.

  Burns, A. 2003. Reading practices: From outside to inside the classroom. TESOL

  Journal

  Berge, Z., & Collins, M. (1995). Computer- mediated communication and the online classroom in distance learning.

  Computer-Mediated Communication Magazine, Retrieved from

  http://www.ibiblio.org/cmc/mag/1995/a pr/ berge.html Tarigan, H.G. (1983) Membaca sebagai Suatu

  Keterampilan Berbahasa . Bandung:

  Angkasa R.Masri Sareb.2008.”Menumbuhkan Minat Baca Sejak Dini.” Jakarta : PT Indeks.

  Komunitas Ngejah (2013) Manfaat Membaca Dalam Kehidupan Sehari-hari sumber

  • ml Syarif Yunus (2012). Kebiasaan Membaca Berkontribusi terhadap Prestasi belajar bahasa

  Prasetyono, Dwi Sunar. 2008. Rahasia Mengajarkan Gemar Membaca pada Anak Sejak Dini. Yogyakarta: Think Farris, P. J., C. J. Fuhler, and M. P. Walther.

  2004. Teaching reading. A balanced

  approach for today’s classrooms. New York: McGraw-Hill.

  Tampubolon, D.P. (1990) Kemampuan

  Membaca: Teknik Membaca Efetif dan Efisien . Bandung: Angkasa

  Magara, E. (2002). Application of Digital Libraries and Electronic Technologies in Developing Countries: Practical experience for Uganda, Library Review, 51(5): 241-255

  Wagner, S. (2002). The reading habits of teams. Journal of Reading Today, Vol.46: 3-4 membaca file:///C:/Users/win_7/Downloads/Mengemban gkan-Kebiasaan-Membaca.htm

Dokumen yang terkait

PENGARUH PERILAKU DOSEN DALAM MENGAJAR TERHADAP MINAT BELAJAR MAHASISWA JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS Esya Alhadi, Rini, Yusleli Herawati

0 0 7

PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN MAHASISWA MEMILIH STMIK IBBI MEDAN Andriasan Sudarso, Lili Suryaty

0 0 10

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PEMANFAATAN YOUTUBE DALAM PEMBELAJARAN MATA KULIAH MEMBACA

0 0 12

PENGARUH PRESTASI, LOCUS OF CONTROL, RESIKO, TOLERANSI AMBIGUITAS, PERCAYA DIRI, DAN INOVASI TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA MAHASISWA

1 1 8

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI MEDIA GAMBAR SISWA KELAS VIII-1 SMP ISLAM YLPI KOTA PEKANBARU

0 1 6

TINJAUAN TERHADAP MINAT MAHASISWA DALAM MEMILIH JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS (Studi Kasus Jurusan Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Sriwijaya)

0 0 8

OPTIMASI PEMANFAATAN ASET GEDUNG BALAI PELATIHAN KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT MELALUI STRATEGI PEMASARAN Nurlaila Fadjarwati, Nandi Koswara

0 0 11

PENGARUH KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN MELALUI MOTIVASI KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi pada Karyawan PT Duta Oktan Semesta Palembang) Rini, Dibyantoro, M. Ihsan ardianto Jurusan Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Sriwijaya Jl.Srijaya

0 3 11

PENGARUH PEMBIMBING AKADEMIK MELALUI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN FASILITAS PEMBELAJARAN DALAM MEMOTIVASI MAHASISWA JURUSAN NON REKAYASA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

0 0 9

PENGARUH KARAKTERISTIK WIRAUSAHA DAN SIKAP WIRAUSAHA TERHADAP PERILAKU KEWIRAUSAHAAN (STUDI KASUS PADA MAHASISWA WIRAUSAHA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA )

0 0 9