DAMPAK HUBUNGAN INDUSTRIAL YANG BERSIFAT KAPITALISTIK TERHADAP HARMONISASI HUBUNGAN INDUSTRIAL PENGUSAHA DENGAN PEKERJA (Studi Kasus di PT Fiscous South Pacifik Kabupaten Purwakarta)

H. Gunarto

Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung Semarang E-mail: gunartowr2@yahoo.com

Abstract

The implementation of the concept on freedom of rights for association of trade union is facing the phenomenon of liberal capitalistic global economic trends characterized by conflicting industrial relations. The problems in this research, What are the impacts of the implementation of the concept on freedom for association in trade unions to industrial relations which is capitalistic to the workers’ welfare?. To answer these three problems, the writer used qualitative analysis with constructivism paradigm. This study draws some conclusions as follows, the implementation of the concept on freedom for association in trade unions, which is capitalistic, affects the following: (1) the high rates on labor strike, (2) the increasing number of disputes on industrial relations between the entrepreneurs and the workers.

Keywords: impact, industrial relations, capitalism

Abstrak

Pelaksanaan konsep kebebasan berserikat melalui serikat pekerja dihadapkan pada fenomena kecenderungan ekonomi global yang liberal kapitalistik yang antara lain ditandai dengan hubungan industrial yang bersifat konflik. Permasalahan yang diajukan yaitu: Bagaimana dampak pelaksanaan konsep kebebasan berserikat melalui serikat pekerja pada hubungan industrial yang bersifat kapitalistik terhadap kesejahteraan pekerja?, Untuk menjawab permasalahan tersebut digunakan tradisi kualitatif dengan paradigma konstruktivisme. Studi ini menyimpulkan pelaksanaan konsep kebebasan berserikat melalui serikat pekerja yang bersifat kapitalistik terbukti berdampak pada: (1) tingginya angka mogok kerja, (2) banyaknya perselisihan hubungan industrial antara pengusaha dengan pekerja.

Kata kunci: dampak, hubungan industrial, kapitalisme

Pendahuluan

negara lain, bahkan tidak sedikit perusahaan Pembahasan mengenai dampak hubungan

yang menutup usahanya karena tidak baiknya industrial yang bersifat kapitalistik di Indone-

hubungan industrial antara pengusaha dengan sia di era reformasi ini menjadi sangat penting,

pekerjanya.

mengingat hubungan industrial di Indonesia Memang sudah ada sistem hubungan in- tidak mampu menciptakan hubungan industrial

dustrial Pancasila yang pada zaman Orde Baru yang harmonis. Beberapa indikator yang me-

mampu menciptakan industrial peace yang se- nunjukkan tidak harmonisnya hubungan indus-

mu, karena Pemerintah Orde Baru mampu me- trial tersebut antara lain ditandai dengan masih

lakukan pemaksaan pada pekerja dan pe- banyaknya peristiwa mogok kerja yang dilaku-

ngusaha untuk melarang mogok kerja maupun kan oleh pekerja sehingga berakibat pada tu-

penutupan perusahaan oleh pengusaha, tetapi runnya produktifitas perusahaan, banyaknya

harmonisasi hubungan industrial antara pe- perselisihan hubungan industrial, adanya per-

ngusaha dan pekerja yang ideal belum terjadi. usahaan yang melakukan relokasi usahanya ke

Idealnya hubungan industrial di Indonesia mam-

2 Jurnal Dinamika Hukum Vol. 11 Edisi Khusus Februari 2011

pu menciptakan industrial peace yang tidak mendasarkan pada kosmologi barat yang dijiwai semu, serta bagi pemerintah Indonesia akan

oleh nilai-nilai kapitalisme barat yang bersifat mengurangi tingginya angka pengangguran, ter-

individual dan kapitalistik, yang sangat berbeda ciptanya lapangan kerja yang semakin luas, me-

dengan kosmologi Bangsa Indonesia yang ber- ningkatnya produktivitas perusahaan, mening-

sifat spiritual, kebersamaan dan harmonis . katnya kesejahteraan pekerja, bahkan mampu

Satjipto Rahardjo 4 menyatakan bahwa meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara In-

hukum suatu bangsa mempunyai dan bertolak donesia yang tinggi di atas 6 persen.

dari premis dasar, yaitu pandangan tentang Beberapa fakta fisik yang menunjukan

manusia dan masyarakatnya, yang disebut de- pelaksanaan hubungan industrial di Indonesia

ngan kosmologi hukum dari bangsa yang berjalan tidak harmonis, berupa besarnya jum-

bersangkutan. Berdasarkan pendapat di atas lah angka pemogokan kerja mulai tahun 2003

dapat dikatakan bahwa hukum modern yang sampai dengan tahun 2008, yaitu sebagai beri-

dipakai di dunia juga memiliki kosmologinya kut: tahun 2003 sejumlah 248 pemogokan, ta-

sendiri, maka dari sudut pandang tersebut hu- hun 2004 sebanyak 356, tahun 2005 sebanyak

kum modern sebenarnya tidak netral. Hukum

27, tahun 2006 sebanyak 127, tahun 2007 se- modern yang selama berabad-abad dikem- banyak 275 dan tahun 2008 sebanyak 79 mogok

bangkan di Barat atau Eropa memiliki kosmologi kerja. 1 Fakta hukum menunjukaan bahwa hu-

yang diseleraskan dengan kondisi sosial politik bungan industrial di Indonesia tidak mampu

masyarakat Barat atau Eropa yang bersifat in- menciptakan harmonisnya hubungan industrial

dividualistik, dan kapitalis. antara pengusaha dan pekerja dapat dilihat ju-

Pada waktu hukum modern menyebar ke

ga dari semakin meningkatnya jumlah perseli- berbagai penjuru dunia, maka hukum modern sihan hubungan industrial yang diajukan Ban-

masuk juga ke bangsa-bangsa di dunia yang ding ke PTUN mulai tahun 2002 sampai tahun

memiliki basis kultural yang berbeda dengan 2007, yaitu untuk tahun 2002 sebanyak 29 per-

Barat. Bangsa Indonesia memiliki basis kultural kara, tahun 2003 sebanyak 42 perkara, tahun

atau kosmologi sendiri yang berbeda dengan 2004 sebanyak 97 perkara, tahun 2005 seba-

kosmologi negara-negara Barat, yaitu bersifat nyak 157 perkara, tahun 2006 sebanyak 201

kolektif (tidak individual), keserasian-keseim- perkara, dan tahun 2007 sebanyak 262 perkara

bangan (harmoni), musyawarah dan menjun- yang dimintakan upaya hukum ke Pengadilan

jung tinggi nilai-nilai spiritualitas. Kosmologi Tinggi Tata Usaha Negara. 2 Bangsa Indonesia yang demikian terumuskan ke

Fakta sosial juga menunjukan pelaksana- dalam Pancasila yang merupakan moral positif an hubungan industrial yang tidak harmonis,

Bangsa Indonesia atau dapat dikatakan bahwa dapat dilihat juga dari sangat tingginya angka

Pancasila merupakan basis kultural atau kos- Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada tahun

mologi hukum Indonesia yang dapat dilihat dari 2006 sebanyak 72.264 pekerja yang di PHK dan

nilai-nilai yang terkadung dari kelima sila pada tahun 2007 sebanayak 28.317 pekerja

Pancasila.

yang kena PHK. 3 Pengaturan hubungan indus- Sila Pertama merupakan landasan spiri- trial di Indonesia yang tidak dapat mewujudkan

tualitas dalam hubungan industrial di Indonesia, hubungan industrial yang harmonis tersebut

sila kedua merupakan landasan kemanusiaan

dalam hubungan industrial di Indonesia, sila Laporan Dirjend Pembinaan dan Pengawasan Depnaker 2003-2008.

ketiga merupakan dasar kesatuan pengusaha, 2 Laporan Tahunan Panitera P4 Pusat dari tahun 2002 –

pekerja dan pemerintah dalam hubungan indus- 2007. Bandingkan fakta ini dengan tulisan Catharina Dewi Wulansari, “Dimensi Baru Peran Pemerintah dalam

trial di Indonesia, sila keempat merupakan lan- Mengatasi Masalah Ketenagakerjaan Melalui Pembangu-

dasan demokrasi dalam hubungan industrial di nan Hukum Di Indonesia”, Jurnal Hukum Pro Justitia, Vol. 24 No. 3 Juli 2006, FH Unpar Bandung, hlm. 227-

Indonesia, dan sila kelima merupakan landasan 3 237. Sumber: Ditjen PHI & Jamsostek, Depnakertrans, De-

4 Satjipto Rahardjo, Cara Bangsa Berhukum, Kompas, sember 2007.

Senin 8 November 1993, hlm. 4.

Dampak Hubungan Industrial yang Bersifat Kapitallistik … 3

perwujudan keadilan sosial dalam hubungan in-

Metode Penelitian

dustrial di Indonesia. Dalam hubungan indus- Penelitian ini menggunakan paradigma trial pekerja diberi hak untuk berserikat bagi

konstruktivisme (constructivism). Paradigma pekerja, yang merupakan hak dasar yang di-

merupakan seperangkat kepercayaan atau ke- lindungi dan dijamin secara konstitusional se-

yakinan dasar yang menuntun seseorang dalam bagaimana yang tertuang di dalam UUD Pasal

bertindak pada kehidupan sehari-hari maupun

28 E ayat 3. Menurut Undang-Undang Dasar ter- dalam penelitian ilmiah. 6 Penelitian yang di sebut, pekerja harus diberi kesempatan seluas-

pakai menggunakan tradisi penelitian kualitatif luasnya untuk mendirikan dan menjadi anggota

dengan operasionalisasi penelitian yang ber- serikat pekerja. Pendirian serikat pekerja

paradigma alamiah (naturalistic paradigm) 7 , mempunyai beberapa fungsi, yaitu: fungsi pe-

karena dengan menggunakan metode penelitian nyampaian aspirasi pekerja, fungsi kemitraan

kualitatif diharapkan akan ditemukan makna- dengan pengusaha, fungsi kesejahteraan bagi

makna tersembunyi di balik objek yang dite- pekerja, dan fungsi perlindungan bagi pekerja

liti. 8 Pendekatan yang dipakai adalah socio- serta fungsi pengembangan bagi pekerja (Pasal

legal approach. 9 Dalam konteks ini, institusi

4 UU No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Peker- hukum tidak dipahami sebagai entitas normatif ja/Serikat Buruh). Dalam menggunakan fungsi-

yang esoterik, akan tetapi justru dilihat sebagai fungsi tersebut, pekerja dituntut bertanggung

bagian dari totalitas sistem sosial yang berada jawab untuk menjaga kepentingan yang lebih

dalam keadaan kait-mengkait dengan variabel luas yaitu kepentingan umum atau kepentingan

sosial lainnya. Dengan demikian, yang ditekan- bangsa dan negara. Oleh karena itu pemben-

kan di sini adalah membuat deskripsi tentang tukan serikat pekerja dilaksanakan dalam ke-

realitas sosial dan hukum, serta berusaha me- rangka hubungan industrial yang harmonis dan

mahami dan menjelaskan logika keterhubungan dibatasi oleh kepentingan umum. Anggota seri-

logis antara keduanya. 10

kat pekerja harus memiliki rasa tanggung jawab Social Seting penelitian untuk penelitian atas keberlangsungan perusahaan. Sebaliknya,

ini dilakukan pada pekerja tetap yang menjadi pengusaha harus memperlakukan pekerja seba-

anggota serikat pekerja di dalam perusahaan, gai mitra sesuai dengan harkat dan martabat

PT. Fiscous South Pacifik di Kabupaten Pur-

wakarta, alasan penelitian disertasi dilakukan annya kehadiran serikat pekerja masih berbeda

kemanusiaannya secara adil. 5 Tetapi kenyata-

di PT. Fiscous South Pacifik di Kabupaten Pur- dengan apa yang dicitakan dalam pasal tujuan dibuatnya UU No. 21 Tahun 2000 tentang Seri-

6 Agus Salim, 2001, Teori dan Paradigma Penelitian So- kat Pekerja.

sial (dari Denzin Guba dan Penerapannya), Yogyakarta: 7 PT. Tiara Wacana, hlm. 33. Lihat dalam Suteki, Rekonstruksi HMN Atas Sumber Daya

Permasalahan

Air (Studi Kasus Privatisasi Air), Disertasi, PDIH UNDIP, Berdasarkan uraian di atas permasalahan

Semarang, 2008, yang menyatakan bahwa penelitian kualitatif mempunyai literasi empat unsur, yaitu: (I)

dalam makalah ini adalah bagaimana dampak Pengambilan/penentuan sampel secara purposive; (2) hubungan industrial yang berbasis kapitalistik

Analisis induktif-, (3) Grounded Theory, (4) Desain sementara akan berubah sesuai konteksnya. Banding-

terhadap harmonisasi hubungan industrial pe- kan, Noeng Muhadjir, 2002, Metodologi Penelitian ngusaha dan pekerja. Untuk menciptakan kon-

Kualitatif, Yogyakarta: Penerbit Rake Sarasin, hlm. sep hubungan industrial di Indonesia, yang

8 165-168. S. Nasution, 1996, Metode Penelitian Naturalistik Kua- mampu menciptakan industrial peace perlu di-

9 litatif, Bandung: Tarsito, hlm 18 Zamroni menjelaskan bahwa model pendekatan gali nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang ada

semacam ini dikenal dalam beragam istilah sesuai dalam Pancasila khususnya nilai keadilan.

disiplin ilmunya. Field research untuk studi sosiologi, naturalistic untuk studi-studi di bidang pendidikan,

ethnograpic untuk studi anthropologi, dan socio legal Lihat mengenai profesionalisme pekerja dan pengusaha

research bagi disiplin ilmu hukum. Zamroni, 1992, dalam Paulus Sukapto, “Penerapan Model Spencer &

Pengantar Teori Sosial, hlm. 80-81 Spencer dalam Penempatan Karyawan Secara Profe-

10 Wahjah Al-Zailiy, al-Wasid fi Ushlulfiqhi aI-Islami, sional”, Jurnal Hukum Pro Justitia Tahun XX No. 1 Ja-

Bairut: Darul Kitab, 1397-1398 H/ 1977-1978 M, hlm. nuari 2003 FH Unpar Bandung, hlm. 37-50

4 Jurnal Dinamika Hukum Vol. 11 Edisi Khusus Februari 2011

wakarta karena di Kab. Purwakarta mencermin- jahteraan pekerja karena akibat mogok sering- kan situasi kosmologi Indonesia, sebagai kota

kali berakibat penderitaan lahir batin bagi pe- penyangga Jakarta nilai-nilai individual dan

kerja, sebagai akibat setelah mogok kerja pe- kolektif tercermin di basis sosial perusahaan

kerja di PHK oleh pengusaha. tersebut. Di PT. Fiscous South Pacifik di Kabu-

Serikat pekerja PPMI PT South Pacific me- paten Purwakarta juga terdapat dua serikat

nggunakan mogok kerja sebagai jalan terakhir pekerja dalam satu perusahaan (sebagaimana

apabila perundingan dan negosiasi dengan pe- spirit UU No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat

ngusaha mengalami jalan buntu, khususnya da- Pekerja/Serikat Buruh), yaitu SPSI (Serikat Pe-

lam prosen pembuatan perjanjian kerja ber- kerja Seluruh Indonesia) dan PPMI (Persaudara-

sama (PKB) yang mengatur syarat-syarat kerja, an Pekerja Muslim Indonesia).

pengupahan dan kesejahteraan pekerja 14 . Di Analisa data digunakan teknik analisis da-

PT. Fiscous South Pacific mogok kerja yang me-

libatkan sebagian besar pekerja dan menimbul- menganalisis data sejak peneliti berada di la-

ta tipe Strauss dan. J Corbin 11 , yaitu dengan

kan proses produksi berhenti selama tiga hari pangan (field), oleh karena itu selama pene-

berturut-turut pernah terjadi pada bulan De- litian, peneliti menggunakan analisis interaktif

sember 2008 dengan tuntutan hak normatif pe- dengan membuat fieldnote yang terdiri atas

kerja berupa permintaan dana pensiun bagi

pekerja, yang akhirnya dengan perantaraan pe- liti akan melakukan klasifikasi data melalui pro-

deskripsi dan refleksi data. 12 Selanjutnya pene-

gawai pemerantaraan dari Depnaker Kabupaten ses indexing, shorting, grouping, dan filtering.

Purwakarta dipenuhi oleh pengusaha. Pada Setelah data dari hasil penelitian di-anggap va-

tahun berikutnya sudah tidak ada lagi mogok lid dan reliable, langkah selanjutnya adalah

kerja di perusahaan PT Fiscous South Pacific. menganalisis secara induktif kualitatif untuk

Setiap Hari Buruh yang jatuh pada tang- menjawab problematika yang menjadi fokus

gal 1 Mei, serikat pekerja PPMI Cabang Kabu- studi penelitian ini. Langkah-langkah teknik

paten Purwakarta menggunakannya untuk mo- analisis data penelitian ini mengikuti model in-

mentum refleksi kesejahteraan pekerja dan teraktif analisis data seperti yang dikemukakan

sosialisasi peraturan perundangan yang baru di oleh Mattew B.Miles and A. Michael Huber-

bidang ketenagakerjaan, yang dihadiri perwa- man 13 , yang bergerak dalam tiga siklus kegiat-

kilan pengurus PPMI di perusahaan-perusahaan an: yaitu reduksi data, penyajian data, dan pe-

di Kabupaten Purwakarta. Kebijakan organisasi narikan simpulan.

PPMI pusat tidak boleh menggunakan peringat- an Hari Buruh tanggal 1 Mei untuk kegiatan mo-

Pembahasan

gok kerja karena budaya mogok kerja di PT FSP

Dampak Pelaksanaan Hubungan Industrial

belum mencerminkan etika yang baik, apalagi

yang Berbasis Kapitalistik (Tingginya Jumlah

untuk menjaga hubungan industrial yang har-

Mogok Kerja dalam Hubungan Industrial)

monis, dan kebijakan ini dipatuhi oleh jajar-an Konsep hubungan industrial kapitalistik

pengurus PPMI kabupaten Purwakarta 15 . yang lebih berpihak kepada pengusaha, dengan

Gerakan pekerja di Indonesia sejak awal ciri negara tidak boleh campur tangan dalam

kemerdekaan hingga saat ini diwarnai oleh ge- hubungan industrial, berakibat angka pemogok-

lombang pemogokan 16 yang dapat dikatakan an tinggi. Walaupun mogok kerja adalah senja-

hampir tidak pernah reda. Perselisihan hubung- ta pekerja yang semu dalam menciptakan kese-

15 Lihat A. Strauss and J Corbin, Busir, 1990, Qualitative Wawancara dengan Wahyudi, tanggal 13 Januari 2010 Suripto, Ibid, tanggal 20 Januari 2010. Research; Grounded Theory Procedure and Techniques,

16 Misalnya dalam kurun waktu sejak tahun 2000 sampai 12 London: Sage Publication, hlm 19.

dengan April 2005, pemogokan yang terjadi di Indonesia Lihat HB Sutopo, 1990, Metodologi Penelitian Kualitatif

berjumlah 3.400 kali, melibatkan 800.352 pekerja. Data Bagian II, Surakarta: Universitas Negeri Sebelas Maret

ini diolah dari Laporan Tahunan tentang Perkembangan 13 Press, hlm 11.

Kasus Pemogokan yang dikeluarkan oleh Direktur Lihat, Mattew B. Milles and A. Michael Huberman, 1992,

Jenderal Binawas Departemen tenaga Kerja Republik Analisis Data Kualitatif, Jakarta: UI Press, hlm 57.

Indonesia dari tahun 2000 s/d April 2005.

Dampak Hubungan Industrial yang Bersifat Kapitallistik … 5

an industrial yang diikuti suatu pemogokan me- politik. Faktor-faktor yang menyebabkan ter- rupakan fenomena yang tak mudah untuk dihin-

jadinya pemogokan tersebut di atas dapat darkan oleh para pihak yang terikat dalam sua-

diuraikan sebagai berikut. Pertama, tingkat tu hubungan kerja. Keadaan semacam ini juga

upah pekerja yang rata-rata masih rendah serta dialami di berbagai belahan dunia yang hubu-

syarat-syarat kerja yang dirasakan oleh kaum ngan industrialnya bersifat kapitalistik, misal-

pekerja kurang memadai, 22 telah memicu ter-

jadinya pemogokan-pemogokan. Sebagian besar Inggris, Perancis, Jerman, Belanda, dan seba-

nya di Amerika Serikat 17 , Eropa Barat 18 seperti

dari pemogokan-pemogokan yang terjadi di- gainya, serta di negara-negara Asia seperti di

latarbelakangi tuntutan kenaikan upah. 23 Pada

tahun 1950 di Bandung, sekitar 50.700 pekerja an-pemogokan tersebut di atas sulit untuk di-

Jepang 19 dan di China. 20 Terjadinya pemogok-

yang awal mulanya diprakarsai oleh SARBUPRI hindarkan, karena bagi pekerja mogok merupa-

(Serikat Buruh Perkebunan Republik Indonesia) kan hak fundamental yang inherent dengan hak

melakukan aksi pemogokan menuntut kenaikan kaum pekerja untuk berunding. Hal ini tercer-

upah. 24 Selain di sektor Perkebunan, di sektor min dari alasan-alasan terjadinya mogok kerja

pertambangan minyak juga terjadi aksi pemo- di berbagai negara.

gokan dengan alasan menuntut kenaikan upah. Pemogokan-pemogokan yang terjadi di

Hal ini terjadi di pertambangan minyak Suma- Indonesia sedikitnya disebabkan oleh berbagai

tera Selatan dan Jambi, sekitar 23.800 buruh- faktor Antara lain berkaitan dengan tuntutan

nya melakukan aksi mogok menuntut kenaikan kebebasan berserikat; tuntutan kenaikan ting-

upah selama dua bulan terhitung sejak tanggal kat upah; tuntutan agar diberikan Tunjangan

18 Juli 1950. 25 Di sektor rokok, sejak tangga12 Hari Raya; tuntutan pelaksanaan ketentuan-ke-

September 1950 telah terjadi pemogokan yang tentuan hukum perburuhan (tuntutan normatif)

dilakukan oleh buruh-buruh BAT yang menuntut yang berkaitan dengan pelaksanaan jaminan

kenaikan upah. 26 Di Tasikmalaya pada tahun Sosial Tenaga Kerja, jam kerja, hak cuti (mens-

yang sama, buruh-buruh pabrik kendaraan ber- truasi), kontrak kerja serta syarat-syarat kerja

motor menuntut perbaikan upah dan meminta lainnya; 21 dan tuntutan yang berlatar belakang

agar syarat-syarat kerja yang diatur dalam Per- aturan Perusahaan ditinjau kembali. Tuntutan

ini diikuti dengan aksi pemogokan, dan mereka Pemogokan-pemogokan Umum di Amerika Serikat yang tercatat sangat signifikan antara lain adalah: Great

baru menghentikan aksi mogoknya setelah tun- Upheaval Strike 1877, Textiel Strike 1936, Railroad

tutannya di kabulkan perusahaan. 27 Selanjutnya Strike 1946, dan Postal Strike 1970. Lihat Jeremy Bre-

cher, 1997, Strike, Cambridge: South End Press Clas- dengan alasan menuntut tambahan tunjangan

18 sics, hlm. 295 kemahalan sebesar 20% yang ditolak oleh Di seluruh negara Eropa Barat pada akhir tahun 1970-an telah terjadi pemogokan sebanyak 14.754 kali yang melibatkan 21 juta buruh. Lihat Maximos Aligisakis, "La-

Justitia Vol. 27 No. 2 Oktober 2009 FH Unpar Bandung, bour Dispute in Western Europe: Typology and Ten-

hlm. 193-201

dencies," International Labour Review, 136; (Spring 22 Buruh-buruh PT. SIN melakukan mogok kerja menuntut 19 1997, No. 1) hlm. 75.

pemberian: kompensasi tambahan dan perbaikan kon- Di Jepang pada tahun 1976 tercatat 3.26 juta jam kerja

disi pekerjaan kepada pihak manajemen perusahaan telah hilang akibat pemogokan. Frekuensi pemogokan di

Suara Pembaharuan, 8 Mei 2000. Jepang ini rendah karena hubungan industrial di Jepang

23 Meskipun baru terbentuk pada tahun 1947, Serikat Bu- menekankan pada "harmony model," dimana tindakan

ruh Perkebunan Republik Indonesia pada tahun 1948 mogok dianggap sebagai "warning" bagi pengusaha un-

telah mengkoordinir pemogokan yang melibatkan tuk kembali ke meja perundingan. Lihat: William B.

15.500 buruh dari pabrik karung dan goni dan 7 (tujuh) Gould, "Labor Law in Japan and the United States: A

perusahaan, perkebunan di Delanggu menuntut ke- Comparative Perspective," Industrial Relations Law

naikan upah mulai dari tanggal 23 Juni sampai dengan 20 Journal, 6, (1984, No. l ) hlm. 16.

17 Juli 1948. Harian Berita Indonesia, 17 Juli 1948, Di Cina misalnya pada tahun 1956-1957 telah terjadi

hlm. 1

10.000 kali pemogokan I diet: Xiaobo Lu, and Elizabeth 24 Pemogokan ini didukung oleh masyarakat sekitarnya J. Perry, 1997, DANW'EI: The Changing Chinese Work-

dengan melakukan unjuk rasa serta oleh SOBSI dan BTI place in Historical and Comparative Perspective, New

baik tingkat Pusat maupun tingkat Cabang Cilacap dan 21 York and London: An East Idle Book, hlm. 48-51.

Sabang. Harian Indonesia, 2 Agustus 1950, hlm. 1. Lihat mengenai kontrak kerja ini pada Yohanes Suhar-

26 din, “Eksistensi Outsourcing dan Kerja Kontrak dari Harian Indonesia, Ibid. Harian Indonesia, 3 Oktober 1950, hlm. 1. Perspektif Hak Asasi Manusia”, Jurnal Hukum Pro

27 Harian Indonesia, 27 Oktober 1950, hlm. 3.

6 Jurnal Dinamika Hukum Vol. 11 Edisi Khusus Februari 2011

pengusaha, buruh-buruh Pabrik Bir Heineken's yang dilatarbelakangi alasan politik. 34 Selanjut- pada tahun 1959 melakukan mogok kerja di

nya pada awal kemerdekaan telah terjadi pe- bawah koor-dinasi Serikat Buruh Makan dan

mogokan dan mogok kerja yang berlatar- minum. 28 Pada tahun-tahun terakhir ini juga

belakang politik yang dilakukan oleh 50.000 terlihat besarnya jumlah angka pemogokan ker-

pekerja swasta dan pegawai negeri pada tang- ja mulai tahun 2003 sampai dengan tahun 2008,

gal 28 Desember 1950 di Makasar, menuntut yaitu sebagai berikut: tahun 2003 sejumlah

agar Pemerintah Belanda mengembalikan Irian 248 pemogokan, tahun 2004 sebanyak 356, ta-

Barat kepada Indonesia; Keputusan Konferensi hun 2005 sebanyak 27, tahun 2006 sebanyak

Meja Bundar dibatalkan; dan Uni Indonesia 127, tahun 2007 se-banyak 275 dan tahun 2008

dibubarkan. 35

sebanyak 79 mogok kerja. 29 Demikian pula pada tahun 1964, para pe- Kedua, tuntutan pekerja terhadap peng-

kerja dari 7 (tujuh) perusahaan perkebunan mi- usaha agar melaksanakan ketentuan-ketentuan

lik Amerika Serikat melakukan mogok kerja hak-hak normatif pekerja yang ada dalam hu-

karena memprotes Amerika Serikat telah meng- kum perburuhan juga melatarbelakangi pemo-

adakan perjanjian kerjasama dengan Ma-laysia gokan di Indonesia. Tuntutan semacam ini se-

serta protes terhadap tindakan agresi Amerika ring disebut tuntutan kaum pekerja yang

Serikat ke Vietnam. 36 Keempat, pemogokan-pe- bersifat normatif. sedikitnya 800 pekerja PT.

mogokan yang terjadi di Indonesia juga dise- A.P. pada tahun 1996 yang berlokasi di Jakarta

babkan adanya tuntutan hak-hak dasar (funda- Timur melakukan mogok kerja. Mereka menun-

mental rights) kaum pekerja. Misalnya pemogo- tut agar pengusaha melaksanakan ketentuan

kan-pemogokan yang berlatarbelakangi atau dalam perjanjian perburuhan yang menyatakan

bertujuan untuk mendirikan serikat pekerja di buruh yang perjanjian kerjanya telah diper-

perusahaan tempat mereka bekerja. Hal ini da- panjang dua kali berhak menjadi buruh tetap. 30 pat dibuktikan dari beberapa contoh terjadinya

Pada tahun yang sama sekitar 400 pekerja PT. pemogokan yang alasannya menuntut pemben- PAC di Teluk Gong Jakarta Utara, melakukan

tukan Serikat pekerja di beberapa perusahaan mogok kerja menuntut pelaksanaan ketentuan

di Indonesia. Misalnya pada tahun 1990, peker- upah minimum sebagaimana telah diatur dalam

ja PT. PR, Tangerang melakukan pemogokan Keputusan Menteri Tenaga Kerja tentang keten-

menuntut pembentukan Serikat pekerja di tuan upah minimum Wilayah DKI-Jakarta. 31 perusahaan tempat mereka bekerja. 37 Pada ta- Sekitar 3.500 pekerja PT. WST di Jakarta Barat,

hun 1991, dengan alasan 6 orang pengurus Se- melakukan mogok kerja karena upah mereka

rikat Pekerja Tingkat Perusahaan diputuskan dibayarkan tidak sesuai dengan perjanjian ker-

hubungan kerjanya oleh pihak manajemen pe- ja. 32 Mogok kerja yang dilatar belakangi tun-

rusahaan, ratusan pekerja PT. BTI Ungaran Ja- tutan pelaksanaan ketentuan upah minimum ini

wa Tengah, melakukan aksi mogok menuntut juga terjadi, pada PT. GT. yang berlokasi di

agar ke enam orang pengurus serikat bpekerja Tuban, Jawa Timur. 33 tingkat Perusahaan tersebut dipekerjakan kem-

Ketiga, pemogokan-pemogokan yang di bali. 38 Demikian pula di Bekasi, pada tahun latarbelakangi alasan-alasan politik juga terjadi

1993, 1.000 pekerja PT. AMIG melakukan aksi pada awal kemerdekaan Republik Indonesia. Bahkan pada saat menjelang Kemerdekaan Re-

34 Sebelum Indonesia merdeka, tepatnya pada tahun 1920, publik Indonesia telah terjadi pula pemogokan

PFB (Personeels Fabrieks Bond) mengkoordinir kaum buruh di pabrik-pabrik gula milik pengusaha Belanda untuk melakukan pemogokan dengan tujuan untuk menggulingkan Pemerintahan Hindia Belanda. Lihat: Is-

29 Harian Umum, 17 Maret 1959, hlm. 2. kandar Tedjasukmana, 1958, The Political Charter of Laporan Dirjend Pembinaan dan Pengawasan Depnaker

The Indonesian Trade Union Movement, Itacha, New 2003-2008. http://www.depnakertrans. org.id.

York: Cornell University Monograph Series, hlm. 12. 30 Harian Merdeka, 13 Agustus 1996, hlm. l.

36 Harian Indonesia, 29 Desember 1950, hlm. 1. 32 Republika, 12 Agustus 1996, hlm. 1. Merdeka, 22 Agustus 1996, hlm. 2.

37 Trompet Masyarakat, 3 September 1964, hlm.1.

Kompas, 2 Februari 1990, hlm. 2. Surya, 4 September 1996, hlm.1.

38 Kompas, 12 November 1991, hlm. 1.

Dampak Hubungan Industrial yang Bersifat Kapitallistik … 7

pemogokan menuntut agar di perusahaan tem- sebab hilangnya jam kerja untuk berproduksi. 44 pat mereka bekerja dibentuk Serikat Pekerja. 39 Di seluruh negara Eropa barat pada akhir tahun

Sekitar 380 pekerja PT. OPC Tangerang di ta- 1970-an telah terjadi pemogokan sebanyak hun 1994 mulai menghentikan aksi mogoknya

14.754 kali yang melibatkan 21 juta pekerja, dan mulai bekerja kembali setelah tuntutan

mengakibatkan 54,6 juta jam kerja yang hi- pembentukan Serikat Pekerja di perusahaan

lang. 45 Selanjutnya pemogokan yang terjadi di tempat mereka bekerja dikabulkan oleh

Amerika Serikat pada tahun 1976 telah me- perusahaan. 40 ngakibatkan 38 juta jam kerja yang hilang. 46

Kelima, mogok dirasakan oleh pekerja se- Demikian pula di Jepang pada tahun 1976 bagai senjata dalam memperjuangkan tuntut-

tercatat 3,26 juta jam kerja telah hilang akibat annya. Berbagai kasus pemogokan yang terjadi

pemogokan. 47 Selanjutnya 270 pemogokan di di perusahaan-perusahaan menunjukkan bahwa

Cina pada bulan Maret 1994 yang berlangsung hak mogok oleh pekerja dirasakan sebagai sen-

selama 40 hari telah melibatkan 10.000 peker- jata untuk memperjuangkan tuntutan pekerja,

ja. Demikian pula sebelumnya selama 6 bulan karena dari kasus-kasus pemogokan yang terja-

pada tahun 1956-1957 telah terjadi 10.000 kali di di berbagai wilayah, para pengusaha baru

pemogokan. 48 Pada tahun 1987-1988 di Cina mengabulkan tuntutan pekerja setelah mereka

juga telah terjadi 200 kali pemogokan. 49 Sela- mengadakan pemogokan. Sebagai contoh di sini

ma periode tahun 2000 sampai dengan April misalnya dapat dikemukakan pada tahun 1991

2005, Indonesia kehilangan jam kerja akibat PT. PAI Tangerang akhirnya mengabulkan tun-

mogok sebesar 8.000.381 jam. 50 tutan kenaikan upah para pekerjanya setelah

Kedua, hilangnya jam kerja akibat pe- mereka mengadakan pemogokan selama dua

mogokan sebagaimana telah diuraikan di atas, hari. 41 Demikian pula PT. IBP Tangerang menga-

pada gilirannya secara mikro akan menurunkan bulkan tuntutan pembentukan serikat pekerja

hasil produksi dan secara makro merupakan sa- di perusahaannya setelah para pekerjanya me-

lah satu faktor yang menghambat pertumbuhan ngadakan pemogokan pada tahun yang sama. 42 ekonomi nasional. Antara tahun 1965 sampai

Unjuk rasa ke Kantor Wilayah Departemen Te- dengan tahun 1980, rata-rata pertumbuhan naga Kerja Medan telah menggagalkan pemutu-

ekonomi Indonesia adalah 7%, selanjutnya an- san hubungan kerja seorang pekerja. 43 tara tahun 1980 sampai dengan tahun 1990

Jika dilihat dari dampak yang ditimbul- terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi rata- kan, setidak-tidaknya mogok kerja dapat me-

rata adalah 5,5%. 51 Demikian pula pertumbuhan nyebabkan 6 masalah yaitu kerugian materiil bagi perusahaan, menghambat pertumbuhan

44 Selama 5 tahun terakhir terhitung sejak tahun 2000 ekonomi nasional, menimbulkan ketidakstabil-

sampai dengan bulan April tahu 2005, jumlah jam kerja yang hilang akibat pemogokan tercatat 900.351 jam,

an politik dan ekonomi, menghambat masuknya melibatkan 800.352 buruh. Lihat: Laporan-laporan Ta- investasi, dan menghambat kegiatan ekspor

hunan Direktur Jenderal Binawas Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia dari tahun 2000 sampai de-

dan menurunnya produktivitas perusahaan. Ke-

45 ngan April 2005

enam dampak yang ditimbulkan oleh aksi pe-

46 Time, 2000, hlm. 2.

47 mogokan tersebut di atas dapat diuraikan seba- Gould, Op. Cit, hlm. 15-16. Gould, Ibid. hlm.17. gai berikut ini. 48 Xiabo Lu and Elizabeth J. Perry, ed., DANWEI: The

Changing Chinese Workplace in Historical and Pertama, mogok kerja dapat mengaki-

Comparative Perspective, NewYork, London: an East batkan kerugian materiil bagi perusahaan, ka-

49 gate Book, hlm. 48-5 William M. Moore, "China Industrial Relations: Amid the rena mogok kerja secara langsung menjadi

Conflic Tradition and Reform," Labor Law Journal, hlm. 40, (December 1991, No. 12). 50 Data diolah dari Laporan Tahunan Perkembangan, kasus

pemogokan dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Pembi- Kompas, 18 Maret 1993, hlm. 2.

naan dan pengawasan tenaga kerja Departemen Tenaga

41 Kompas, 28 Maret 1994, hlm. 2.

51 Kerja 2000 s/d April 2005.

42 Kompas, 5 Februari 1991, hlm. 3. John Bresnan, 1993, Managing Indonesia: The Modern 43 Bisnis Indonesia, 6 April 1991, hlm. 2.

Political Economy, New York: Columbia University Suara Pembaharuan, 19 Juni 1991, hlm. 2.

Press, hlm. 24

8 Jurnal Dinamika Hukum Vol. 11 Edisi Khusus Februari 2011

GNP per kapita (Gross National Product) dari Kelima, kegiatan ekspor-impor dapat ter- tahun 1965 sampai dengan tahun 1990 rata-rata

ganggu oleh aksi pemogokan. Pada tahun 1950 adalah 4,5%. 52 Di Inggris kerugian materiil aki-

di Medan, sekitar 3.000 pekerja pelabuhan Be- bat mogok secara keseluruhan mencapai 6 mil-

lawan melakukan aksi mogok kerja selama se- yar pound sterling, apabila dibandingkan de-

pekan. Pemogokan dimaksudkan untuk menun- ngan GNPnya, jumlah kerugian ini setara de-

tut kenaikan upah ini telah mengakibatkan ke- ngan 2% dari GNP negara Inggris 53 giatan ekspor-impor terhenti sehingga menim-

Ketiga, frekuensi pemogokan yang tinggi bulkan kenaikan harga beras. 57 Perkembangan dan berskala besar dan dalam waktu yang lama

ekspor tekstil misalnya dari tahun1992 sampai dapat menimbulkan ketidakstabilan ekonomi

dengan tahun 1994 mengalami kenaikan dan dan politik. Frekuensi mogok kerja yang demi-

penurunan pada tahun 1992 ekspor tekstil Indo- kian adalah pada tahun-tahun menjelang krisis

nesia adalah US$ 5.957 milyar, selanjutnya pa- moneter 1997. Pada tahun 1994 sampai dengan

da tahun 1993 naik menjadi US$ 6.064 miliar tahun 1996, jumlah pemogokan mencapai 2.689

akhirnya pada tahun 1994 ekspor tekstil Indo- kali, dan pada tahun 1997 sendiri jumlah pe-

nesia menurun menjadi US$ 4.03 miliar. 58 Ke-

enam, dampak mogok kerja juga akan mengu- 1997 yang berkepanjangan hingga saat ini juga

mogokan mencapai 1.203 kali. 54 Krisis moneter

rangi produktivitas perusahaan, apalagi pemo- telah mengakibatkan krisis politik yang belum

gokan kerja yang memakan waktu lama akibat menunjukan adanya pemulihan ekonomi hingga

lamanya penyelesaian perselisihanm hubungan saat ini.

induystrial antara pekerja dengan pengusaha. Keempat ketidakstabilan politik dan eko-

Meskipun dilihat dari dampak yang ditim- nomi yang diakibatkan oleh frekuensi mogok

bulkan suatu mogok kerja dapat menjadi salah yang tinggi dan berskala besar serta dalam

satu faktor yang dapat mengganggu pertumbuh- waktu yang lama pada gilirannya dapat meng-

an ekonomi suatu negara, namun terjadinya ganggu iklim investasi. Dalam masa orde baru

mogok kerja tidak mudah untuk dihapuskan besarnya investasi selama PELITA-IV adalah Rp.

oleh pemerintah melalui berbagai peraturan 240 trilyun, selanjutnya selama PELITA-VI be-

perundangan yang melarang atau mencegah pe- sarnya investasi mencapai Rp. 660 trilyun. 55 mogokan. Dilihat dari sejarah mengenai peng-

Krisis moneter yang diikuti dengan krisis politik aturan mogok kerja, di berbagai negara telah ini telah menghambat masuknya penanaman

mencoba untuk mencegah terjadinya mogok modal asing ke Indonesia. bahkan penanam

melalui ketentuan yang mencantumkan ancam- modal asing yang sudah menanamkan modal di

an sanksi pidana maupun sanksi perdata ter- Indonesia mengancam akan memindahkan mo-

hadap pelaku pemogokan ataupun terhadap pe- dalnya ke negara lain. 56 ngurus serikat pekerja yang menggerakkan- nya. 59

Melalui ketentuan-ketentuan yang me- 52 Ibid.

muat ancaman sanksi pidana pemerintah me- 53 Menurut Laporan Tahunan dari National Coal Board,

kerugian materiil akibat mogok sebesar 1,750 juta larang atau mencegah terjadinya suatu pemo-

poundsterling; Electricity Board menanggung kerugian gokan yang dilakiukan secara ilegal seperti sebesar 2.020 juta poundsterling; British Rail menang- gung kerugian sebesar 250 juta poundsterling; dan

diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja British Steel menanggung kerugian sel 1 SO juta pound

Dan Transmigrasi RI No. 232/MEN/2003 Tentang sterling. Lihat: Tony Weir, "A Strike Against the Law?,"

Akibat Hukum Mogok Kerja Yang Tidak Sah. 54 Mark Law Review, 46, Summer 1986, No. 1: hlm. 133 Lihat: Laporan Tahunan tentang Perkembangan Kasus

pemogokan yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal 57 Harian Indonesia, 11 Oktober 1950, hlm. l . Pembinaan dan Pengawasan Departemen tenaga kerja

59 Syahrir, op.cit, hlm. 230

55 Republik Indonesia dari tahun 1994 s/d 1997. Dalam hal ini mogok dikonsepkan sebagai persekong- Sjahrir, 1993, Ekonomi: Enak Dibaca dan Perlu, Jakarta:

kolan jahat yang dilakukan oleh kaum buruh untuk 56 PT. Pustaka Utama Graffiti, hlm. 225.

menghambat kemajuan perusahaan dan kemajuan PT. SIN akan hengkang dari Indonesia, jika buruh-buruh

ekonomi dan perdagangan. Doug E. Ray, et.al., 1999, PT. SIN tetap melakukan mogok. Kompas, 21 Mei 2000,

Understanding labor Law, New York: Matthew Bender & hlm. 1.

Company, Inc., hlm.10.

Dampak Hubungan Industrial yang Bersifat Kapitallistik … 9

Pemerintah Inggris melarang pemogokan me- ja ini, juga diterapkan di Belanda sebelum seri- lalui beberapa ketentuan misalnya Combination

kat pekerja yang menggerakan pemogokan di- Act 1825 sebagai pengganti Criminal conspiracy

bebani tanggung jawab perdata sebagaimana Statute. Amerika Serikat melarang pemogokan

telah teruraikan di atas. 62 melalui Sherman Act 1980 yang mempertegas

Negara-negara yang awal mulanya me- Section 7. Common Law Doctrine of Conspiracy

ngatur mogok dalam hukum pidana maupun Selanjutnya Jerman melarang mogok kerja me-

perdata, dalam perkembangannya mengakui lalui Anti Socialist Act 1878. Belanda melarang

mogok sebagai hak atau sebagai kebebasan. Di pemogokan melalui Pasal 414 dan 416 WvS De-

Inggris, misalnya: berdasarkan: Trade Dispute mikian pula pemerintah Cina melarang mogok

Act 1906 yang memuat prinsip Golden Formula, melalui Pasal 224 provesional Penal Code 1920.

serikat pekerja di Inggris memiliki hak kekeba- Pemerintah Jepang juga pernah mengancam

lan (immunity rights). Serikat pekerja dapat pemogokan dengan sanksi pidana. 60 dituntut pertanggunganjawab pidana mau pun

Melalui Pasal 161 bis dan Pasa1 335 ayat perdata pada saat menggerakan pemogokan (3) KUH Pidana, pemogokan di Indonesia dian-

sebagai akibat atau kelanjutan dari suatu per- cam dengan sanksi pidana. Meskipun kedua ke-

selisihan perubahan. 63 Negara-negara Eropa tentuan pidana tersebut di atas telah dicabut,

yang tergabung dalam masyarakat Ekonomi Ero- namun dengan diundangkannya Undang-undang

pa yang telah meratifikasi European Social No: 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,

Charter; mengakui mogok sebagai hak. Hal ini pekerja-pekerja yang melakukan mogok ilegal

sejalan dengan pandangan neoliberalisme, bah- diancam sanksi pidana(pasal 187 UU No. 13

wa mogok adalah hak kaum pekerja yang me- Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan).

miliki landasan yuridis, sehingga setiap kebijak- Berdasarkan ketentuan perdata, mogok

sanaan pemerintah yang hendak menghapuskan dikonsepkan sebagai tindakan perbuatan me-

atau melarang hak mogok akan mendapatkan langgar hukum (onrechtamatige daad) atau ci-

kecaman dari dunia internasional. ILO (Inter- dera janji (wanprestatie) terhadap perjanjian

national Labor Organization ) mengakui mogok kerja, yang menimbulkan tuntutan ganti rugi

sebagai hak fundametal kaum pekerja yang ti- dari pengusaha terhadap pekerja yang melaku-

dak dapat dipisahkan (inherent) dari hak berse- kan mogok kerja. Di Perancis setelah tahun

rikat dan berunding kolektif (freedom of asso- 1792, serikat pekerja yang menggerakan pemo-

ciation). Selanjutnya pada era globalisasi yang gokan dibebani tanggung jawab perdata, kare-

menekankan perdagangan bebas, negara-nega- na mereka dianggap melakukan perbuatan me-

ra maju sama sekali tidak memberikan toleran- langgar hukum atau melakukan cedera janji. 61 si kepada negara-negara berkembang yang me-

Pembebanan tanggung jawab perdata terhadap nentukan upah murah dan pelaksanaan peratu- serikat pekerja yang menggerakan pemogokan

ran perundang-undangan perburuhan yang lu- ini juga terjadi di Belanda dan Jerman. Bahkan

nak sebagai keunggulan komparatif. Menurut melalui ketentuan yang mengatur hubungan

negara-negara maju, tindakan negara-negara kerja, pekerja yang melakukan mogok kerja

berkembang yang menggunakan upah murah dianggap mengakhiri hubungan kerja secara

dan pelaksanaan peraturan perburuhan yang lu- permanen (pemutusan hubungan kerja) atau

nak dianggap melakukan social dumping. 64 Upa- mengakhiri hubungan kerja untuk sementara

waktu (skorsing). Pekerja dianggap memutus- 62 63 Ibid., hlm. 167 A.T.J.M. Jacobs, 1986, Recht op Collectief Onderhan- kan hubungan kerja jika melakukan mogok ker-

delen: in Rechtsvergelijkend en Europeen Perspectief, Alpehen aan den Rijn: Samson H.D Tjeenk Willink, hlm.

64 Sioban M. Healy, "Labor Relations in Japan, The United 150 “Social Dumping" digambarkan sebagai suatu proses States, and W Britain: Culture and Conflict," Connecti-

dimana mereka memperlakukan para buruh secara tidak cut Journal of International Law 4, September 1988,

wajar untuk menurunkan biaya produk lihat: Erika de 61 No.3, hlm. 44-45.

Wet, "Labor Standard in Globalization Economy: The P. Zonderland, 1974, Recht en Pticht by Staking en

inclusion Social Clause in the GATT/WTO”, Human Tegenstaking, Deventer: Kluwer, hlm.165-157.

Rights Quaterly, 17, (1999), hlm. 148.

10 Jurnal Dinamika Hukum Vol. 11 Edisi Khusus Februari 2011

ya pemerintah dalam pencegahan; maupun per- undangan mogok melalui ketentuan-ketentuan yang bersifat pidana maupun perdata, menun- jukan bahwa pemogokan tidak dapat dihindar- kan. Lebih-lebih mogok dalam perkembangan terakhir telah diakui diakui sebagai hak.

Banyaknya Jumlah Perselisihan Hubungan In- dustrial Antara Pengusaha Dan Pekerja

Hubungan industrial yang bersifat kapi- talistik berdampak pada timbulnya perselisihan hubungan industrial antara pekerja dengan pe- ngusaha. Perselisihan pekerja dengan pengusa-

ha pada dasarnya dapat terjadi dengan didahu- lui atau tanpa didahului suatu pelanggaran hu- kum. Jika suatu perselisihan perburuhan diawa- li dengan suatu tindakan pelanggaran hukum (perselisihan hak), perselisihan hubungan indus- trial demikian itu pada umumnya disebabkan

oleh beberapa faktor. 65 Pertama, sebagai aki-

bat terjadinya perbedaan faham tentang pe- laksanaan hukum ketenagakerjaan. Hal ini ter- cermin dalam tindakan pengusaha atau pekerja yang melanggar suatu ketentuan hukum. Misal- nya pengusaha membayar upah pekerja-peker- janya di bawah ketentuan hukum yang meng- atur upah minimum; atau pengusaha tidak memberikan cuti tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 13 tahun 2003 ten- tang Ketenagakerjaan. Pelanggaran hak pe- kerja oleh pengusaha di sini merupakan faktor penyebab terjadinya perselisihan hubungan in- dustrial. Kedua, perselisihan hubungan Indus- trial yang dialami dengan pelanggaran hukum ini, juga dapat disebabkan oleh terjadinya per- bedaan perlakuan yang tercermin dalam tin- dakan pengusaha yang bersifat diskriminatif. Misalnya, meskipun jabatan, pendidikan, masa kerja, prestasi kerja, dan produktivitas kerja- nya sama, namun karena "A" adalah pria, peng- usaha membayarkan upah kepada "A" lebih be- sar dari "B" yang senyatanya adalah perempuan. Pembedaan upah antara "A" dan "B" di sini ber- sifat diskriminatif karena didasarkan pada per- bedaan gender. Perlakuan diskriminatif ini da- pat diperluas pada ruang lingkupnya hingga

65 Charles D. Drake, 1981, Labor Law, 3th. Ed. London: Sweet & Maxwell Ltd., hlm. 240.

mencakup diskriminasi berdasarkan suku, ras, atau agama yang berbeda. 66

Perselisihan hubungan Industrial yang tanpa didahului suatu pelanggaran hukum (per- selisihan kepentingan), pada umumnya juga

disebabkan oleh beberapa faktor. 67 Pertama, adanya perbedaan pendapat dalam menafsirkan hukum perburuhan. Misalnya berdasarkan ke- tentuan hukum tertentu, menurut pengusaha, pekerja tidak berhak melaksanakan cuti sebe- lum melahirkan dan setelah la melahirkan anak secara prematur. Di lain pihak pekerja atau serikat pekerja menafsirkan bahwa ketentuan hukum tersebut menjamin cuti sebelum dan se- telah melahirkan tetap merupakan hak pekerja wanita yang melahirkan anak secara prematur. Kedua, perselisihan hubungan industrial yang tidak diawali oleh suatu pelanggaran, juga da- pat disebabkan oleh terjadinya ketidaksepa- haman tentang perubahan ketentuan hukum yang mengatur upah atau syarat-syarat kerja lainnya. Perselisihan perburuhan semacam ini tercermin dalam perselisihan perburuhan yang berkaitan dengan upaya perbaikan syarat-sya- rat kerja yang dilakukan oleh serikat pekerja atau perubahan isi peraturan perusahaan yang dilakukan oleh pengusaha. Misalnya serikat pe- kerja menuntut kenaikan upah, uang transport, atau uang ma-kan, sebesar 75% dari upah.

Perselisihan hubungan industrial yang di- sebabkan oleh ketidaksepahaman tentang per- bedaan pelaksanaan hukum perburuhan, pem- bedaan perlakuan, dan ketidaksepahaman da- lam menafsirkan hukum perburuhan sebagai- mana telah diuraikan di atas, disebut perselisi-

han hak (conflict of rights). 68 Sedangkan 66 Lihat tentang masalah gender dalam pekerjaan ini pada

Catharina Dewi Wulansari, “Perbedaan Pengaturan ten- tang Pekerja Perempuan dan Laki-laki Di Indonesia Ditinjau dari Teori Ketidaksamaan Seksual”, Jurnal Hu- kum Pro Justitia Tahun XIII No. 1 Januari 2005, hlm. 8-

67 18. 68 Charles D. Drake, op.cit., hlm. 240.

T. Hanami dan R. Blanpain, lntroducton , Remarks and Comparative Overview, T. Hanami, ed., dalam Indus- trial Convlict Resolution in Market Economies: A Study of Canada, Great Britain, and Sweden (Deventer/ Ne- therlands : Kluwer Law and Taxation Publishers, 1987), hlm. 6. Lihat: Xavier B1anc-Jouvan, The Setlfemenl of Labor Disputes in France, Benjamin Aaron, ed., dalam Labor Courts and Grievance Settlement in Western Europe, Berkeley Los Angeles: University of California

Press, 1971, 8-9. Lihat juga: Dennis R.1 Jolan,

Dampak Hubungan Industrial yang Bersifat Kapitallistik … 11

perselisihan perburuhan yang disebabkan oleh kaum pekerja hanya sebagai faktor komple- ketidaksepahaman tentang perubahan syarat-

menter produksi serta hanya berorientasi men- syarat kerja dikategorikan sebagai perselisihan

cari keuntungan semata. Sedangkan dari segi

pekerjanya, belum berjalannya hubungan kemi- selisihan hak, hukumnya dilanggar, tidak dilak-

kepentingan (conflict of interest) 69 . Dalam per-

traan di tempat kerja ini disebabkan oleh ku- sanakan, atau ditafsirkan secara berbeda. Se-

rangnya rasa memiliki (sense of belonging) dangkan dalam perselisihan kepentingan, hu-

kaum pekerja terhadap perusahaan dimana me- kumnya belum ada karena dalam perselisihan

reka bekerja. Pekerja cenderung untuk menda- kepentingan ini, para pihak memperselisihkan

patkan upah yang besar tanpa harus bekerja hukum yang akan dibentuk.

keras. Kedua, kegagalan perundingan yang di- Kedua jenis perselisihan perburuhan ter-

laksanakan oleh para pihak dalam menyelesai- sebut di atas menentukan sifat dari bentuk/

kan perselisihan hubungan industrial yang ter- jenis pemogokan apakah pemogokan tersebut

jadi sebagai akibat ketiadaan hubungan komu- masuk dalam kategori pemogokan yang bersifat

nikasi yang baik dan efektif. Hal ini antara lain normatif atau di luar normatif. Jika pemogokan

disebabkan oleh belum adanya lembaga-lemba- tersebut terjadi karena adanya perselisihan

ga yang berfungsi sebagai forum komunikasi, kepentingan yang berkaitan dengan ketidak-

dimana partisipasi kaum pekerja dapat dilaksa- sepahaman tentang perubahan ketentuan yang

nakan. Ketiga lamanya proses penyelesaian mengatur syarat-syarat kerja, maka pemogokan

perselisahan perburuhan yang tercermin dalam tersebut bersifat di luar normatif. Hal ini ter-

mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan cermin dalam kasus pemogokan yang menuntut

industrial sebagaimana diatur dalam UU No. 2 kenaikan upah atau perbaikan kesejahteraan,

Tahun 2004 tentang Penyelesian Perselisihan atau perbaikan syarat-syarat kerja serta kondisi

Hubungan Industrial, yang proseduralnya masih kerja lainnya.

paanajang. Misalnya perselisihan hak dimulai Selanjutnya jika pemogokan tersebut di

perundingan di lembaga bipartit antara pengu- sebabkan oleh perselisihan hak atau hukum

saha dan pekerja, apabila belum adaa kesepa- yang antara lain berkaitan dengan tidak adanya

katan diajukan ke mediasi di depnakertran se- kesepahaman tentang perbedaan pelaksanaan

tempat, apabila masih belum ada kesepakaatan hukum perburuhan atau akibat pembedaan

diajukan ke Pengadilan Hubungan industrial, perlakuan terhadap buruh, maka pemogokan

dan terakhir diajukan kasasi apabila salah satu tersebut bersifat normatif. Hal ini tercermin

pihak mengajukan upaya hukum atas putusan dalam kasus pemogokan yang disebabkan oleh

Pengadilan Hubungan Industrial (Pasal 110 UU tuntutan buruh agar pengusaha melaksanakan

No. 2 Tahun 2004 Tentang PPHI). Berangkat da- ketentuan upah minimum, atau ketentuan hu-

ri sumber terjadinya perselisihan hubungan in- kum lainnya yang menjadi kewajiban peng-

dustrial yang beresiko munculnya terjadinya usaha.

pemogokan, serta faktor-faktor pendorong ter- Terjadinya perselisihan hubungan Indus-

jadinya pemogokan tersebut di atas, maka un- trial yang diikuti oleh pemogokan ini merupa-

tuk meng-atasi masalah mogok, pemerintah kan fenomena yang tidak mudah untuk dihin-

memiliki posisi sentral dalam menciptakan si- dari atau dicegah. Hal ini antara lain disebab-

tuasi yang kondusif bagi peningkatan hubungan kan oleh beberapa hal. Pertama belum terlak-

kerjasama yang baik antara pengusaha dan sananya hubungan kemitraan di tempat kerja.

pekerja-pekerjanya, tanpa harus melarang hak Dilihat dari segi pengusaha, hal ini merupakan

mogok kaum pekerja. 70

akibat dari sikap pengusaha yang memandang 70 Jika pemerintah memiliki posisi sentral, bagaimanakah "Regulation of Industrial Disputes in Australia, New

posisi pekerja (buruh). Lihat dan baca C. Djiman Samo- Zealand, and The United States", Wirittier Law Review

sir, “Posisi Buruh dan Pengusaha dalam Menghadapi 69 II (Winter 1990, No. 4), hlm. 761

Milenium III”, Majalah Hukum Pro Justitia Tahun XIX Dennis R.l Jolan, loc.cit, hlm. 761

No. 1 Januari 2001 FH Unpar Bandung, hlm. 21-30

12 Jurnal Dinamika Hukum Vol. 11 Edisi Khusus Februari 2011

Selanjutnya untuk mendorong tercapai- nya maksud tersebut di atas, perlu adanya tindakan konkrit dari para pelaku dalam proses

produksi. Pertama, setiap keluh kesah 71 yang

baru akan muncul atau sudah sempat muncul ke permukaan, harus mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat agar tidak berkembang menjadi perselisihan hubungan industrial yang mengarah pada digunakannya hak mogok. Oleh karena itu mekanisme penyelesaian keluh kesah (grievance procedure) merupakan suatu hal yang penting di setiap perusahaan. Kedua, hu- bungan kemitraan harus diterapkan dalam ke- hidupan sehari-hari, bukan hanya dijadikan slo- gan. Untuk itu perlu adanya institusi-institusi yang berfungsi sebagai media bagi kaum peker- ja dan pengusaha dalam mengembangkan hubu- ngan kemitraan. Ketiga, jika terjadi perselisi- han hubungan industrial yang tidak dapat dice- gah, lebih-lebih perselisihan hubungan indus- trial yang diikuti suatu tindakan pemogokan, maka diperlukan mekanisme penyelesaian per- selisihan hubungan industrial yang dapat men- jaga hubungan baik antara para pihak yang berselisih pada masa setelah terjadinya per- selisihan.