Rumus dan Info Penting Fisika
Besaran Pokok Besaran pokok ada tujuh macam yang ditunjukkan dalam tabel berikut.
Besaran Turunan Beberapa contoh besaran turunan dapat dilihat dalam tabel berikut.
6. Gaya massa × percepatan newton (kg m/s 2 )
5. Percepatan kecepatan : waktu m/s 2
4. Kecepatan jarak : waktu m/s
3. Massa jenis massa : volume kg/m 3
2. Volume panjang × lebar × tinggi m 3
1. Luas panjang × lebar m 2
No. Besaran Turunan Penjabaran dari Besaran Pokok Satuan Sistem MKS
Selain ketujuh besaran pokok di atas, terdapat dua besaran pokok tam bahan, yaitu sudut bidang datar dengan satuan radian (rad) dan sudut ruang dengan satuan steradian (sr).
No. Besaran Pokok Satuan SI (MKS) Singkatan Satuan Sistem CGS Singkatan
7. Jumlah zat kilomol kmol mol mol
6. Intensitas Cahaya candela Cd candela Cd
5. Kuat Arus Listrik ampere A stat ampere StatA
4. Suhu kelvin K kelvin K
3. Waktu sekon s sekon s
2. Massa kilogram kg gram g
1. Panjang meter m sentimeter cm
7. Usaha gaya × jarak joule (kg m 2 /s 2 )
Satuan
Awalanawalan untuk satuansatuan SI yang sering digunakan seperti ditunjukkan dalam tabel di bawah.
Awalan Simbol Arti dalam Desimal Contoh
Giga G 1.000.000.000 1.000.000.000 =10 9 Gigameter Mega M 1.000.000 1.000.000 =
10 6 Megawatt kilo k 1.000 1.000 =
10 3 kilogram senti c 0,01 = 10 2 sentimeter mili m 0,001 = 10 3 miligram mikro µ 0,000 001 = 10 6 mikrometer nano n 0,000 000 001 = 10 9 nanometer Skala Termometer
Skala termometer ada empat, yaitu skala Celsius, Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin.
9 R F T T =
C : R : F = 100 : 80 : 180 = 5 : 4 : 9 K = C + 273
5 R C T T Perbandingan skala:
4
T T =
32
9
4 C R T T = +
5
32
Rumus perhitungan pada skala termometer diberikan di bawah ini. Jika T C adalah suhu dalam skala Celsius, T F adalah suhu dalam skala Fahrenheit, dan T R adalah suhu dalam skala Reamur maka
4
= −
5 F C T T ( )
32
9
9 C F T T = +
32
5
( ) = −
Titik tetap atas 100º 80º 212º 373º Titik tetap bawah 0º 0º 32º 273º C R F K Secara umum, untuk dua skala termometer berlaku persamaan berikut ini.
X Y t t Titik tetap atas
X Y t
X T t Titik tetap bawah
X X Y Y − − =
X X Y Y − − t t Massa Jenis 3 3 Jika ), m = massa zat (kg), dan V = volume zat (m ),
r = massa jenis (kg/m massa jenis suatu zat dapat ditentukan melalui persamaan berikut ini.
m P = 3 v 3 Untuk mengubah satuan dari kg/m ke g/m gunakan cara berikut ini 3 3 3 3 1 kg/m = 0,001 g/cm atau 1 g/cm = 1.000 kg/m Kalor
Kesetaraan kalor dan energi 1 kalori = 4,2 joule 1 kilokalori = 4.200 joule 1 joule = 0,24 kalori Hubungan banyaknya kalor, massa zat, kalor jenis zat, dan perubahan suhu zat dapat dinyatakan dalam persamaan berikut ini
Q = m · c · DT
di mana:
Q = Banyaknya kalor yang diserap atau dilepaskan (joule) m = Massa zat (kg) c = Kalor jenis zat (joule/kg ºC) ΔT = Perubahan suhu (ºC) Pemuaian Panjang
Besarnya panjang logam setelah dipanaskan adalah sebesar
·
b · DT) b = Koefisien muai luas zat (/º C)
A = Luas mulamula (m 2
)
ΔA = Pertambahan luas (m
2
)
A = Luas akhir (m 2
di mana:
A = A (1+ b · DT)
A = A + DA DA = A
L = L + DL
b). Luas bidang setelah memuai atau pertambahan luas bidang setelah dipanaskan bisa dihitung dengan persamaan berikut ini
Pertambahan luas zat padat untuk setiap kenaikan 1ºC pada zat seluas 1 m 2 disebut koefisien muai luas (
ΔT = kenaikan suhu (ºC) Pemuaian Luas
a = Koefisien muai panjang (/ºC)
L = Panjang akhir (m) L = Panjang mulamula (m) ΔL = Pertambahan panjang (m)
di mana:
DL = L aDT
DL = L(1+
a DT)Besarnya panjang zat padat untuk setiap kenaikan 1ºC pada zat sepanjang 1 m disebut koefisien muai panjang ( a). Hubungan antara panjang benda, suhu, dan koefisien muai panjang dinyatakan dengan persamaan
ΔT = Kenaikan suhu (ºC) Besarnya b dapat dinyatakan dalam persamaan berikut.
b = 2a
Pemuaian VolumePertambahan volume zat padat untuk setiap kenaikan 1ºC pada zat seluas 3 1 m disebut koefisien muai volume ( g). Volume benda setelah memuai atau pertambahan volume benda setelah dipanaskan bisa dihitung dengan persamaan berikut ini
+ V = V
DV
·
DV = V g · DT
V = V (1 + g · DT)di mana atau
g = 3a g = 3/2b
Keterangan: 3 V = Volume akhir (m ) 3 V = Volume mulamula (m ) 3 )
ΔV = Pertambahan volume (m
g = Koefisien muai volume (/ºC)
ΔT = Kenaikan suhu (ºC) Pemuaian Gas
Pemuaian pada gas adalah pemuaian volume yang dirumuskan sebagai
V = V (1 + g · Dt)
g adalah koefisien muai volume. Nilai g sama untuk semua gas, yaitu
−1
1/273 ºC
Kelajuan dan Kecepatan
Kelajuan ratarata adalah jarak yang ditempuh oleh benda yang bergerak per satuan waktu. Jika s menyatakan jarak dan t menyatakan selang waktu, kelajuan ratarata v adalah
s V = t
Adapun, kecepatan ratarata dapat dinyatakan sebagai perpindahan yang dialami benda yang bergerak per satuan waktu. Jika perpindahan adalah
s t
dan selang waktu adalah , kecepatan ratarata v dituliskan sebagai
∆ ∆ Ds
V = Dt Kecepatan ratarata merupakan besaran vektor.
Gerak Lurus Beraturan (GLB)
Gerak lurus beraturan dapat digambarkan menggunakan dua grafik, yaitu grafik jarak terhadap waktu ( st) dan grafik kecepatan terhadap waktu (vt). kedua grafik ini ditunjukkan berikut ini.
v
s s
t t t t 1 2 Pada grafik st, hubungan jarak dan waktu digambarkan oleh garis lurus.
Berarti jarak berbanding lurus dengan waktu. Jarak dapat dinyatakan sebagai luas daerah di bawah grafik vt. secara matematis, jarak dapat ditulis sebagai berikut.
s = v t Percepatan
Percepatan dapat dinyatakan sebagai perubahan kecepatan per satuan waktu. Secara matematis, percepatan dinyatakan sebagai
v a = D Dt
Di mana a adalah percepatan, Dv adalah perubahan kecepatan, dan Dt ada lah selang waktu berlangsungnya perubahan kecepatan.
Gerak Lurus Berubah Beraturan
Gerak lurus berubah beraturan dapat digambarkan menggunakan dua grafik, yaitu grafik jarak terhadap waktu ( st) dan grafik kecepatan terhadap waktu ( vt). kedua grafik ini ditunjukkan berikut ini.
v s v s t t Gaya Berat
Besar gaya berat sebanding dengan massa benda, dan merupakan hasil kali massa m dengan percepatan gravitasi g. ini dituliskan sebagai
w = m · g
dimana w adalah gaya berat dalam satuan newton, m adalah massa dalam 2 satuan kg, dan g adalah percepatan gravitasi bumi dalam satuan m/s .
Gaya Gesek
Besar gaya gesek dinyatakan sebagai
f N
≤m
s sf = N
m
k kf dan f adalah gaya gesek statik dan kinetik, μ dan μ adalah koefisien
s k s k gesek statik dan kinetik, dan N adalah gaya normal.Besar gaya gesek statik maksimum menyatakan gaya gesek benda tepat akan bergerak yang dapat dituliskan sebagai
f = N
m sm sPenjumlahan Gaya
Penjumlahan dua gaya searah
R = + F
∑F = F1
2 Selisih dua gaya yang berlawanan arah R =
∑F = F − F
1
2 Hukum I Newton
Hukum I Newton menyatakan bahwa
”Jika resultan gaya yang bekerja pada suatu benda sama dengan nol
atau tidak ada gaya yang bekerja pada benda maka benda akan terus
bergerak dengan kelajuan tetap dalam lintasan lurus (bergerak lurus
beraturan) atau diam”.
Secara matematis hukum I Newton dinyatakan sebagai
∑F = 0
Hukum II NewtonHukum II Newton menyatakan bahwa
”Percepatan yang dihasilkan oleh resultan gaya yang bekerja pada
suatu benda sebanding dengan besar resultan gaya, searah dengan arah
resultan gaya, dan berbanding terbalik dengan massa benda”.
Pernyataan hukum II Newton dapat dituliskan secara matematis sebagai berikut. Jika a adalah percepatan, F adalah besar resultan gaya, dan m adalah massa benda, gaya adalah
f a
= atau F = m · a
mSecara umum, untuk sistem gaya hukum II Newton dituliskan sebagai
∑F = m · a Hukum III Newton
Hukum III Newton menyatakan bahwa
”Jika benda pertama mengerjakan gaya pada benda kedua maka benda
kedua juga akan mengerjakan gaya pada benda pertama yang sama
besar tapi dengan arah yang berlawanan”.
Hukum III Newton juga dapat dinyatakan berdasarkan konsep aksi dan reaksi, yaitu sebagai berikut.
”Gaya aksi dan reaksi sama besar tetapi berlawanan arah dan bekerja
pada dua benda yang berbeda”.
Energi Potensial
Jika benda bermassa m berada pada ketinggian h di atas tanah, benda tersebut memiliki energi potensial E yang dinyatakan sebagai p
E = m · g · h
P Dimana g adalah percepatan gravitasi bumi.Energi Kinetik
Jika benda bermassa m bergerak dengan kecepatan v, energi kinetik E k yang dimiliki oleh benda dapat dinyatakan sebagai
1
2 Ek = m · v
Energi mekanik adalah jumlah energi potensial dan energi kinetik suatu benda.
EM = EP + EK
Hukum kekekalan energi mekanik dapat dinyatakan sebagai berikut.
”Pada suatu sistem yang terisolasi (sistem yang tidak dipengaruhi oleh
gaya luar dimana hanya bekerja gaya berat saja), energi mekanik total
sistem adalah konstan”.
Secara matematis pernyataan hukum kekekalan energi mekanik dituliskan sebagai berikut. Jika kedudukan dan kecepatan benda berubah dari keadaan 1 (awal) ke keadaan 2 (akhir), energi mekanik tetap sehingga
EM = EM
1
2 EP + EK = EP + EK
1
1
2
2 Usaha
Jadi, usaha W adalah gaya F yang bekerja pada benda yang menyebabkan benda berpindah sejauh s. secara matematis, ini dapat dinyatakan sebagai
W = F s Usaha dinyatakan dalam satuan joule (J)
Jika gaya yang bekerja pada benda lebih dari satu gaya, usaha dapat dinyatakan sebagai jumlah usaha yang dilakukan tiaptiap gaya. Jika W 1 adalah usaha yang dilakukan oleh F , W adalah usaha yang dilakukan 1 2 oleh F , W adalah usaha yang dilakukan oleh F , dan seterusnya, secara 2 3 3 matematika dapat kita tulis
W = W + W + W + …
1
2
3 Daya
Daya dinyatakan sebagai laju melakukan usaha atau usaha yang dilakukan per satuan waktu. Secara matematis, daya dapat dituliskan sebagai
W P = t
Daya dituliskan dalam satuan watt (W) yang setara dengan joule per sekon (J/s). Daya juga seringkali dinyatakan dalam satuan tenaga kuda ( horse power atau hp) dimana 1 hp = 746 W.
Efisiensi
Efisiensi (
h) daya adalah persentase dari perbandingan daya masukan dengan daya keluaran. Efisiensi biasanya ditulis dalam bentuk persen.
P
masukan h =
P keluaran Prinsip Tuas
Pada tuas selalu berlaku prinsip tuas. Jika F adalah kuasa atau gaya (N), w adalah berat beban (N), l adalah lengan kuasa (m), dan l adalah lengan k b beban (m). maka berlaku
F × l = w × l
k bDimana lengan kuasa adalah jarak titik kuasa ke titik tumpu dan lengan beban adalah jarak titik beban ke titik tumpu.
Keuntungan Mekanis
Setiap pesawat sederhana memiliki keuntungan mekanis. Keuntungan mekanis menunjukkan perbandingan antara beban yang diangkat dan kuasa yang dilakukan. Pernyataan tersebut dapat dinyatakan secara matematis seperti berikut.
beban w Keuntungan Mekanik= = kuasa F
Keuntungan Mekanis bidang miring
Jika s adalah panjang bidang miring dan h adalah tinggi bidang miring, maka keuntungan mekanis bidang miring adalah
beban w s Keuntungan Mekanik= = = kuasa F h
F h w s Tekanan
Jika p adalah tekanan, F adalah gaya, dan A adalah luas, maka
F
P=2
A Satuan tekanan dalam SI adalah N/m atau pascal (Pa).Tekanan Hidrostatik
Jika suatu benda berada pada kedalaman h di dalam zat cair yang memi liki massa jenis r dan g adalah gravitasi bumi, tekanan hidrostatik p dari benda adalah
p = r · g · h
Udara di permukaan zat cair juga memiliki tekanan yang disebut dengan tekanan udara luar. Tekanan udara luar juga mempengaruhi tekanan di dalam zat cair. Dengan demikian, tekanan total di dalam zat cair adalah tekanan udara luar ditambah tekanan hidrostatik dan ditulis
- + p = p
r · g · h di mana p adalah tekanan udara luar.
Hukum Pascal
Jika gaya F dikenakan pada penampang 1 F 1 dengan luas A maka akan menghasilkan 1 gaya F di penampang A . prinsip ini 2 2 A A 2 1 disebut hukum Pascal. Secara matematis, hukum Pascal dapat ditulis sebagai
F 2 F F
1
2 = A A
1
2 Gaya ke atas
Gaya ke atas F merupakan selisih berat benda di udara w dengan berat A u benda di dalam zat cair w . c
F = w – w
A a c
Jika m adalah massa zat cair yang dipindahkan, adalah massa jenis zat c c r cair, dan
V adalah volume zat cair yang dipindahkan, maka gaya ke atas c
adalah
F = m ·g = ·V ·g
r
A c c c
Bejana BerhubunganDalam konsep berhubungan berlaku bahwa permukaan zat cair yang sejenis dalam suatu bejana berhubungan selalu mendatar dan sama tinggi. 3 Jika adalah massa jenis zat cair 1 (kg/m ), adalah massa jenis zat cair r r 1 3 2 2 (kg/m ), h adalah tinggi zat cair 1 dari bidang batas antara kedua zat 1 cair (m), dan h adalah tinggi zat cair 2 dari bidang batas antara kedua zat 2 cair (m), maka berlaku
·h = ·h
r r1
1
2
2 r h r h 1 1 2 2 Hukum Boyle
Hukum Boyle menyatakan bahwa
”Hasil kali antara volume dan tekanan gas dalam ruang tertutup dalam
ruang tertutup pada suhu konstan adalah tetap”.
2 Jika p adalah tekanan gas di ruang 1 (N/m atau Pa), p adalah tekanan 1 2 2 3 gas di ruang 2 (N/m atau Pa), V = volume gas di ruang 1 (m ), dan 3 1 V = volume gas di ruang 2 (m ), maka berlaku 2p ·V = p ·V
1
1
2
2 Getaran
Periode dan frekuensi getaran dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut.
1
1 T = atau f = f T
Dimana T adalah periode getaran dalam satuan sekon dan f adalah frekuensi getaran.
Gelombang
Hubungan antara frekuensi gelombang dan periode gelombang
1
1 T = atau f = f T
Dimana T adalah periode getaran dalam satuan sekon dan f adalah fre kuensi getaran. Cepat rambat gelombang dapat dinyatakan sebagai panjang gelombang ( g) per periode (T).
1 v = atau v = l · f
T Bunyi
Cepat rambat bunyi dapat dinyatakan sebagai hasil bagi jarak tempuh dengan waktu yang diperlukan bunyi untuk merambat. Singkatnya, ini dapat dituliskan sebagai
s v = t
Dimana v adalah cepat rambat bunyi (m/s), s adalah jarak antara sumber bunyi dan pendengar (m), dan t adalah waktu tempuh bunyi dari sumber ke pendengar.
Hukum Pemantulan n
1. Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal berpotongan pada satu titik dan berada pada satu bidang datar.
i r
2. Sudut datang ( i) sama dengan sudut pantul ( r). jadi, dapat dituliskan
i = r Perbesaran Bayangan Cermin lengkung Perbesaran bayangan dapat dihitung menggunakan persamaan berikut ini.
h’
- –s
M = =
h
sDi sini M adalah perbesaran bayangan, h’ adalah tinggi bayangan, h adalah tinggi benda, s’ menyatakan jarak bayangan ke cermin, dan s adalah jarak benda ke cermin.
Rumus Umum Cermin Lengkung
Jika sebuah benda berada pada jarak s di depan cermin lengkung (bisa cekung atau cembung) yang memiliki jarak fokus
f, akan terbentuk
bayangan dengan jarak s’ dari cermin. Hubungan antara jarak benda, jarak fokus cermin, dan jarak bayangan yang terbentuk dinyatakan oleh persamaan berikut ini.
1
1
1
= +
s s’ f Antara jarak fokus f dan jarijari kelengkungan cermin R terdapat hubungan sebagai berikut.
R = 2f
Rumus umum cermin lengkung di atas berlaku baik untuk cermin cekung maupun untuk cermin cembung. Berikut ini dituliskan perjanjian tanda dalam penggunaan rumus tersebut.
s bertanda (+) jika benda terletak di depan cermin (untuk cermin,
benda tentu harus selalu berada di depan cermin). s’ bertanda (+) jika bayangan terletak di depan cermin (bayangan
nyata). s’ bertanda (–) jika bayangan terletak di belakang cermin (bayangan
maya). f dan R bertanda (+) jika titik fokus dan titik pusat kelengkungan
cermin terletak di depan cermin. f dan R bertanda (–) jika titik fokus dan titik pusat kelengkungan cermin
terletak di belakang cermin. M bertanda (−) maka bayangan bersifat nyata dan terbalik terhadap
bendanya. M bertanda (+) maka bayangan bersifat maya dan tegak terhadap
bendanya.Hukum Snellius
Hukum snellius yang menjelaskan tentang pembiasan cahaya dinyatakan sebagai berikut.
1. Sinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
2. Sinar datang membentuk sudut datang ( i) terhadap garis normal dan sinar bias membentuk sudut bias ( r) terhadap garis normal.
3. Sinar datang dari medium yang kurang rapat ke medium yang lebih rapat akan dibiaskan mendekati garis normal, sedangkan sinar datang dari medium yang lebih rapat ke medium yang kurang rapat akan dibiaskan menjauhi garis normal.
i i n n 1 1 n 2 n 2
< > n n n n
1
2
1
2 r r
Indeks Bias
Indeks bias dapat dinyatakan sebagai perbandingan cepat rambat cahaya antara dua medium yang berbeda. Ini dinyatakan sebagai berikut.
n v
1
1
=
n v
2
2 Di sini v adalah cepat rambat cahaya di medium 1 dan v adalah cepat 1 2 rambat cahaya di medium 2.
Perbesaran Linier Lensa
Perbesaran linier lensa dinyatakan sebagai perbandingan tinggi (panjang) bayangan yang terbentuk terhadap tinggi (panjang) benda mulamula. Jika
M adalah perbesaran lensa, h’ adalah tinggi bayangan, dan h adalah tinggi
benda mulamula, s’ adalah jarak bayangan ke lensa, dan s adalah jarak benda ke lensa, perbesaran linier lensa adalah
h’ -s M = = h s
Jika perbesaran M bertanda positif (+), bayangan yang terbentuk nyata dan terbalik. Jika perbesaran M bertanda negatif (−), bayangan yang terbentuk maya dan tegak.
Persamaan Lensa Tipis
Untuk berbagai bentuk lensa baik lensa cembung maupun lensa cekung berlaku persamaan lensa tipis. Persamaan ini menghubungkan jarak benda ke lensa s, jarak bayangan yang terbentuk s’, dan jarak fokus lensa f. persamaan lensa tipis dinyatakan sebagai berikut.
1
1
1
= =
s s’ f
Perjanjian tanda yang berlaku dalam persamaan lensa tipis
s bertanda positif jika benda terletak di depan lensa atau di ruang
tempat sinar datang (benda nyata). s bertanda negatif jika benda terletak di belakang lensa atau di ruang
tempat sinar dibiaskan (benda maya). s’ bertanda positif jika bayangan terletak di belakang lensa atau di
ruang tempat sinar dibiaskan (bayangan nyata). s’ bertanda negatif jika bayangan terletak di depan lensa atau di ruang
tempat sinar datang (bayangan maya). f bertanda positif untuk lensa cembung atau konveks atau konvergen
f bertanda negatif untuk lensa cekung atau konkaf atau divergen.Kuat Lensa
Ukuran sebuah lensa dinyatakan sebagai kuat lensa yang merupakan kebalikan (invers) dari jarak fokus lensa. Jadi, kuat lensa dinyatakan sebagai
100 K = f (cm)
Dimana K adalah kuat lensa yang dinyatakan dalam satuan dioptri dan f adalah jarak titik fokus lensa dalam satuan meter (m). untuk jarak fokus yang dinyatakan dalam satuan cm kuat lensa dituliskan sebagai berikut.
Rabun Jauh
Jarak fokus lensa dan kuat lensa yang digunakan untuk memperbaiki mata yang mengalami rabun jauh dapat ditentukan berdasarkan persamaan lensa tipis dan rumus kuat lensa.
1
1
1
= =
s s’ f
dan
- -100
K = PR (cm)
Di sini jarak s adalah jarak tak hingga (titik jauh mata normal), dan s’ adalah titik jauh mata (PR).
Rabun Dekat
Jarak fokus lensa dan kuat lensa yang digunakan untuk memperbaiki mata yang mengalami hipermetropi dapat ditentukan berdasarkan persamaan lensa tipis dan rumus kuat lensa.
1
1
1
= =
s s’ f
dan
- –100
K = 4 – PP (cm)
Di sini jarak s adalah jarak titik dekat mata normal (25 cm), dan s’ adalah titik dekat mata (PP).
Teropong Bintang
Panjang teropong (atau jarak antara kedua lensa) adalah
d = f + f ob ok
dimana f adalah jarak fokus lensa objektif dan f adalah jarak fokus ob ok lensa okuler. Adapun perbesaran M yang dihasilkan oleh teropong adalah
f ob
M = f ok Hukum Coulomb
Hukum Coulomb menyatakan bahwa
”Besarnya gaya antara muatan Q dan muatan Q , yang dipisahkan
1
2oleh jarak r, adalah berbanding lurus dengan besarnya kedua muatan
dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara muatanmuatan
tersebut”.
Secara matematis, hukum Coulomb dinyatakan sebagai berikut
Q ·Q
1
2 F = k · C
2 r
Dimana k adalah sebuah konstanta atau tetapan yang besarnya 9 2 2 k = 9 × 10 Nm /C . Gaya dinyatakan dalam satuan newton dan muatan listrik dalam satuan coulomb.
Arus Listrik
Arus listrik merupakan aliran muatan dari potensial tinggi ke potensial rendah. Besar kuat arus listrik adalah besar muatan listrik per satuan waktu. Secara matematis besar kuat arus listrik dapat ditulis dalam persamaan
Q
I = t
Dimana I adalah besar kuat arus, Q adalah besar muatan listrik, dan t adalah waktu tempuh.
Tegangan Listrik
Tegangan adalah energi listrik dibagi muatan listrik. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai
W V = Q
Dimana V adalah beda potensial listrik, W adalah energi listrik, dan Q adalah muatan listrik.
Hambatan Listrik
Hubungan antara hambatan kawat penghantar, panjang kawat, luas penampang kawat, dan jenis kawat secara matematis dirumuskan
l R =
r ·
A
Dengan R adalah hambatan kawat, r adalah hambatan jenis kawat,
l adalah panjang kawat, dan A adalah luas penampang kawat.
Hukum I Kirchchoff
Hukum pertama kirchhoff menyatakan bahwa
”jumlah kuat arus yang memasuki titik percabangan sama dengan
jumlah kuat arus yang keluar dari titik cabang tersebut”.
Secara matematis, pernyataan hukum pertama kirchhoff dituliskan sebagai
= I SI masuk keluar Susunan Hambatan Seri
Jika dua buah hambatan listrik masingmasing memiliki hambatan R dan 1 R disusun secara seri, dua hambatan tersebut dapat diganti dengan sebuah 2 hambatan pengganti seri R yang merupakan jumlah tiaptiap hambatan S
R = R + R
s
1
2 Secara umum, n hambatan yang disusun seri dapat diganti dengan
hambatan pengganti seri dimana
R = R + R + R + … + R
s1
2 3 n
Tegangan pada masingmasing hambatan adalah
V = I · R dan V = I · R
1
1
2
2 Adapun, tegangan total pada hambatan pengganti R adalah s
V = V + V
1
2 Dapat dikatakan bahwa pada susunan seri, tegangan terbagi ke tiaptiap
hambatan. Oleh karena itu, susunan seri sering disebut sebagai pembagi tegangan.
Susunan Hambatan Paralel
Jika dua buah hambatan listrik masingmasing memiliki hambatan R dan 1 R disusun secara paralel, dua hambatan tersebut dapat diganti dengan 2 sebuah hambatan pengganti paralel R dimana p
1
1
1
+ =
R R R
P
1
2
atau
R · R
1
2 R = P
R + R
1
2 Secara umum, n hambatan yang disusun paralel dapat diganti dengan
hambatan pengganti paralel dimana
1
1
1
1
1
- + + = + … +
R R R R R
P
1
2 3 n
Pada susunan paralel, tegangan tiaptiap hambatan sama besar dan sama dengan tegangan pada hambatan pengganti paralelnya ( V = V = 1 V ). 2 Adapun, kuat arus yang melalui tiaptiap hambatan berbeda dan, sesuai dengan hukum ohm, kuat arus dapat dinyatakan sebagai
V I =
1 R
1 V
I =
2 R
2 Dan, kuat arus yang melalui hambatan pengganti paralel adalah jumlah
dari kuat arus dari tiaptiap hambatan
I
= I + I
1
2 Dapat dikatakan bahwa pada susunan paralel kuat arus terbagi ke tiap
tiap hambatan (atau hambatan) dan karenanya susunan paralel disebut pembagi arus.
Tegangan Jepit
Tegangan jepit adalah tegangan yang terukur oleh voltmeter saat posisi saklar ditutup atau ada arus yang mengalir pada rangkaian. Pada rangkaian berlaku
V = e – I · r ab
Dimana
V adalah tegangan jepit, ab e adalah ggl dari sumber tegangan (baterai), dan r adalah hambatan dalam sumber tegangan.
Tegangan jepit
V juga dapat dinyatakan sebagai hasil kali kuat arus yang ab
mengalir di dalam rangkaian dengan hambatan R dari komponen yang terpasang dalam rangkaian.
V = I · R
abSusunan Seri Sumber Tegangan
Secara umum, untuk n sumber tegangan identik yang disusun secara seri dapat diganti oleh sebuah sumber tegangan seri yang besar tegangan penggantinya adalah n kali besar tegangan itu dan besar hambatan dalamnya juga n kali hambatan dalam sumber tegangan itu. So, dapat dituliskan dengan rumus
= n
e e
sr = nr
sJika komponen dengan hambatan R dipasang pada rangkaian dengan sumber tegangan yang disusun seri, kuat arus yang mengalir dalam rang kaian adalah
e s
I = R + R s Susunan Paralel Sumber Tegangan
Secara umum, untuk n sumber tegangan identik yang disusun secara paralel, n sumber tegangan ini dapat diganti oleh sebuah sumber tegangan seri yang besar tegangan penggantinya sama dengan besar tegangan itu dan besar hambatan dalamnya juga 1/n kali hambatan dalam sumber tegangan itu. jadi, dapat dituliskan
=
e e
p r r = p nJika komponen dengan hambatan R dipasang pada rangkaian dengan sumber tegangan yang disusun paralel, kuat arus yang mengalir dalam rangkaian adalah
e p
I = R + r p
Daya Listrik
Daya listrik dinyatakan dalam satuan watt (W) atau kilowatt (kW). Jumlah daya yang digunakan oleh sebuah alat listrik berbanding lurus dengan beda potensial dan kuat arus listriknya, dan dapat dihitung dengan cara mengalikan beda potensial dengan arus.
P = V × I
dimana P adalah daya (watt), V adalah tegangan (volt), dan I adalah arus listrik (ampere).
Aturan Tangan Kanan untuk Medan Magnet
Aturan tangan kanan menyatakan bahwa
”Bila arah arus listrik dalam kawat oleh ditunjukkan oleh ibu jari, maka
arah garis gaya magnet di sekitar kawat berarus listrik ditunjukkan oleh
jarijari yang digenggamkan”.
arah arus arah garis gaya magnetGaya Lorentz F B
Jika adalah gaya Lorentz (N), adalah kuat medan magnet (T=tesla),
I
l
adalah kuat arus listrik (A), dan adalah panjang kawat penghantar (m), berlaku persamaan
F = B · I · l
Arah gaya Lorentz dapat ditentukan dengan menggunakan aturan tangan kanan seperti berikut.
Aturan tangan medan magnet arah arus kanan untuk gaya gaya Lorentz Transformator
Jika
V adalah tegangan listrik pada kumparan primer (volt), p V adalah s
tegangan listrik pada kumparan sekunder (volt), I adalah kuat arus listrik p pada kumparan primer (ampere), I adalah kuat arus listrik pada kumparan s sekunder (ampere), N adalah jumlah lilitan pada kumparan primer, dan p
N adalah jumlah lilitan pada kumparan sekunder, berlaku persamaan
s persamaan berikut ini pada transformator ideal.
V · I = V · I
p p s s
atau
I V
p s
=
I V
s p
N
V
s s
=
NV
p p
I N
s p
=
I N
p s
Efisiensi Transformator
Jika adalah daya listrik pada kumparan h adalah efisiensi transformator, P s sekunder (watt), dan P adalah daya listrik pada kumparan primer (watt), p maka
P s
Efisensi ( × 100%
h) = P p
P × I s s
= × 100% P × I p p Planet dalam Tata Surya
Beberapa data yang diketahui tentang kedelapan planet dalam tata surya Nama Planet Jarak Rata-Rata dari Matahari (juta km) Diameter (km) Suhu (ºC) Massa Relatif terhadap Bumi (6 × 10 24 kg) Massa Jenis (kg/m 3 ) Periode Revolusi Periode Rotasi
11,9 tahun 29,5 tahun 84 tahun 164,8 tahun
19 Satelit yang terbesar adalah Titan, sedangkan satelit lainnya adalah: Mimas, Enceladus, Tethys, Dione, Rhea, Hypherion, Iapetur, Phobe, Janus, Epimethius, Telesto, Calypso, Atlas, Pandora, Helene, Prometheus, dan Pan. Satu satelit lagi belum diberi nama. Uranus
Saturnus
16 Ganymede (satelit terbesar di tata surya), Callisto, Europe, dan Io. Dua belas satelit lainnya berukuran kecil dan diberi nama: Almathea, Himalia, Elara, Pasiphae, Sinope, Lysithea, Carme, Ananke, Leda (terkecil), Thebe, Adrastea, dan Metis.
2 Phobos dan Deimos Jupiter
1 Bulan Mars
Nama planet Jumlah Satelit Nama satelit Merkurius Venus Bumi
9,8 jam 10,7 jam 17,2 jam 16,1 jam
58,6 hari 243 hari 23,9 jam 24,6 jam