Analisis Kebijakan Penanganan Konflik Etnis di Kota Sorong Papua Barat Analysis of Ethnic Conflict Handling Policy in Sorong City, West Papua Province

Analisis Kebijakan Penanganan Konflik Etnis di Kota Sorong Papua Barat

Analysis of Ethnic Conflict Handling Policy in Sorong City, West Papua Province

Eri R Hidayat, IDK Kerta Widana, Ezrah Ariandy Macpal Program Studi Damai dan Resolusi Konflik Fakultas Strategi Pertahanan, Universitas Pertahanan

Abstrak - Kota Sorong merupakan satu dari sekian banyak daerah yang memiliki keberagaman, baik kebiasaan, adat istiadat, maupun agama. Keberagaman tersebut dapat dilihat dari banyaknya kehadiran masyarakat dari wilayah Indonesia lainnya yang berbaur dengan masyarakat lokal. Namun nampaknya keadaan tersebut menyisihkan potensi konflik yang besar terutama dengan masyarakat lokal. Terjadinya konflik seringkali dipicu oleh maraknya aksi sepele yang mengganggu ketertiban masyarakat seperti aksi kejahatan yang diakibatkan oleh pengkonsumsian minuman keras yang tidak terkendali. Hal ini menarik untuk diteliti ketika permasalahan individu dibelokkan menjadi masalah antarkelompok. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana kebijakan penanganan konflik dilaksanakan oleh para pemangku kepentingan, yang mencakup pencegahan, penghentian, dan pemulihan pascakonflik. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dan proses analisis permasalahan menggunakan teori identitas sosial (Tajfel,1979), teori hubungan masyarakat (Frazer & Fitzduff, 1994), teori transformasi konflik (Miall, 2004) dan teori kebijakan (Lasswell & Kaplan,1970), yang dipadukan dengan konsep penanganan konflik sosial sesuai dengan UU N0.7 tahun 2012. Dari penelitian ini ditemukan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya konflik etnis adalah faktor ketertiban masyarakat, faktor sosial budaya, kondisi perekonomian yang tidak merata, isu politik, serta tumbuhnya paham-paham separatisme. Dalam rangka menangani permasalahan tersebut, Pemkot Sorong disarankan untuk memberdayakan wadah-wadah seperti FKUB, FPK, FKDM, dan Kominda sebagai langkah pencegahan konflik, selain daripada pembuatan kebijakan dalam rangka menanggulangi konflik etnis di wilayahnya. Selain itu, di sarankan untuk mengadakan penelitian lanjutan terkait konflik etnis di Kota Sorong mengingat kondisi sosial Kota Sorong yang heterogen, sehingga potensi ancaman perpecahan akan selalu ada di antara masyarakat.

Kata Kunci : Konflik etnis, Kebijakan, Hubungan Masyarakat, Penanganan Konflik Sosial

Analisis Kebijakan Penanganan Konflik Etnis … | Ezrah Ariandy Macpal | 1

Abstract - Sorong city is one of the many areas in Indonesia that have diverse habits, customs, and religion. This diversity can be seen from the number of immigrants from across Indonesia who are blending in with the locals. But this condition can become a great potential for conflicts, especially with the local community. The source of conflict in Sorong is often triggered by of small actions that can disrupt public order, such as criminal acts caused by uncontrolled consumption of alcohol. Therefore, it is interesting to know how individual problems can be deflected into problem between groups. Based on these facts, this research aims to analyze how conflict management policies were implemented by the stakeholders, including the prevention, cessation, and post-conflict recovery. Research method being used is qualitative, and to analyze the issues, theories of social identity (Tajfel, 1979), community relations (Frazer & Fitzduff, 1994), conflict transformation (Miall, 2004) and policy theory (Lasswell & Kaplan, 1970), combined with the Indonesian Law no. 7 2012 on handling of social conflicts, were utilized. The result of the research showed that the causes of ethnic conflict in Sorong were public order factors, social and cultural factors, imbalances in the economic conditions, political issues, and the growth of separatist ideologies. In order to address these problems, the municipal government of Sorong is advised to empower local forums such as: FKUB, FPK, FKDM, and Kominda as conflict prevention measures, apart from policy-making instruments to overcome ethnic conflict in the region. Further research related to the ethnic conflict in Sorong should also be conducted considering the heterogeneous social conditions which can cause future social conflict.

Keywords: ethnic conflict, policy, community relations, Social Conflict Handling

Pendahuluan

penuh dengan keragaman budaya namun onflik merupakan sebuah

juga menjadi potensi konflik yang dapat konsekuensi

meledak sewaktu-waktu. interaksi antarmanusia dengan

dasarnya, terdapat

persaingan baik antara orang Papua melatarbelakanginya. Konflik yang terjadi

berbagai kepentingan

yang

dengan masyarakat pendatang sehingga antarbangsa ataupun konflik internal

memunculkan perasaan “berbeda” yang yang melibatkan antarsuku di suatu

diimplementasikan dalam terbentuknya wilayah menjadi sebuah pemandangan

nasionalisme sebagai orang Papua, bukan yang sering muncul dalam sejarah

orang Indonesia (Chauvel, 2005). Ingatan manusia. Bahkan, konflik yang dipicu

sejarah masa lalu yang tetap ada pada karena adanya perbedaan etnis masih

sebagian orang Papua yakni mereka terjadi di Indonesia hingga saat ini.

merasa bukanlah bagian dari bangsa Indonesia sebagai sebuah negara

Indonesia karena Papua telah menjadi multikultural yang di dalamnya terdapat

sebuah negara merdeka. Kondisi ini bermacam-macam etnis membuatnya

membuat adanya anggapan dari pihak

2 | Jurnal Program Studi Damai dan Resolusi Konflik | April 2017, Volume 3, Nomor 1 2 | Jurnal Program Studi Damai dan Resolusi Konflik | April 2017, Volume 3, Nomor 1

transmigrasi akan ke dalam Indonesia dinilai sebagai bentuk

Selain

itu

memperparah konflik dan ketidakadilan di kolonialisasi dan penjajahan serta

Papua (Dagur, 2014).

terdapat praktik genosida didalamnya Kota Sorong sendiri merupakan (Anderson K. , 2015). Sehingga dalam hal

migrasi berbagai ini, Orang Papua belum benar-benar

daerah

tujuan

pendatang yang berasal dari wilayah lain mengidentifikasikan diri sebagai bangsa

di Indonesia. Menurut data dari Badan Indonesia. Seperti yang tertulis dalam

Pusat Statistik Kota Sorong pada tahun sebuah laporan perjalanan yang dibuat

2015 terdapat 225.588 jiwa. Seiring oleh media massa nasional, Kompas yang

dengan bertambahnya laju pertumbuhan berjudul Ekspedisi Tanah Papua (Anderson

penduduk dan makin besarnya arus K. , 2015) menyatakan bahwa masyarakat

pendatang yang ada di Kota Sorong, pendatang sering diidentikan dengan

maka hal ini dapat menjadi salah satu kata amber, yang sering di konotasikan

faktor pendorong terjadinya konflik dengan orang rambut lurus berbangsa

antaretnis yang sulit untuk dihindari. Melayu, berbeda dengan orang Papua

Adanya hal inilah yang sering memicu berambut keriting yang disebut komin

munculnya konflik di Sorong yang yang berbangsa Melanesia

dengan adanya Lebih lanjut, pasca Papua menjadi

biasanya

diawali

bentrokan oleh individu yang kemudian bagian dari Indonesia ialah kedatangan

bertransformasi menjadi bentrokan antar masyarakat pendatang lainnya, baik

kelompok. Untuk lebih jelasnya, berikut secara mandiri maupun melalui program

contoh bentrokan yang pernah terjadi di transmigrasi yang ditempatkan di

kota Sorong.

Kabupaten Sorong. Meskipun daerah Dalam perkembangannya kota tujuan program ini berada di Kabupaten

Sorong terindikasi sebagai wilayah yang Sorong dan bukan di Kota Sorong namun

rawan akan potensi konflik seperti pada prinsipnya ditentang oleh orang asli

terlihat pada bentrokan yang terjadi pada Papua yang menganggap program

28 Oktober 2012 yang menyebabkan transmigrasi yang pernah dan akan

terhambatnya segala aktivitas perkotaan kembali dilancarkan oleh pemerintah

yang berlangsung beberapa waktu pusat dianggap akan memperparah

(Waromi, 2012). Aksi bentrokan dimulai proses “peminggiran” orang asli Papua.

ketika terjadi pertikaian langsung di

Analisis Kebijakan Penanganan Konflik Etnis … | Ezrah Ariandy Macpal | 3 Analisis Kebijakan Penanganan Konflik Etnis … | Ezrah Ariandy Macpal | 3

tidak menerima aksi yang dilakukan oleh kelompok dari suku Serui. Kondisi

oknum yang menganiaya seorang tokoh permusuhan semakin membesar ketika

agama. Akibatnya, kelompok masyarakat terdapat pembakaran beberapa rumah

ini melakukan aksi balasan dengan saling orang Serui di wilayah Klademak Pantai

menyerang masyarakat kelompok lain yang akhirnya menambah kemarahan

yang diasosiasikan berasal dari kelompok orang-orang

etnis masyarakat yang sama dengan berdomisili di kota Sorong, namun juga

pelaku penganiayaan. Akhirnya dampak berdampak pada masyarakat Serui yang

yang ditimbulkan akibat aksi ini ialah tiga berada di Manokwari dengan melakukan

orang yang mengalami luka-luka, tiga unit aksi unjuk rasa (Setyawan, 2012). Namun

motor dan satu rumah warga yang demikian, bentrokan ini tidak sampai

dibakar oleh massa. Selain itu, suasana membesar hingga ke arah kerusuhan

kota yang mencekam dengan berhentinya massal berkat kerjasama dan koordinasi

segala aktivitas masyarakat. Hal menarik yang dilakukan oleh para pemangku

yang patut diperhatikan terkait bentrokan kepentingan seperti Pemerintah Kota

ini ialah pernyataan yang disampaikan (Pemkot) Sorong bersama aparat

Kepolisian yang Kepolisian beserta Kodim 1704/Sorong

oleh

pejabat

berwewenang seperti yang dilansir dalam yang melakukan fasilitasi dengan tokoh-

laman republika.com (Maharani, 2014) tokoh masyarakat seperti tokoh agama

menyatakan bahwa bentrokan di Kota dan adat serta pemuda (Anonim, Jawa

Sorong merupakan upaya yang sengaja Pos Group, 2012).

diciptakan oleh kelompok pro-Papua Selain contoh tersebut, peristiwa

membenturkan bentrokan kembali terjadi pada 21 April

Merdeka

untuk

kehidupan masyarakat melalui isu agama 2014 yang melibatkan dua kelompok

yang sebelumnya telah hidup harmonis di masyarakat

Kota Sorong.

dilatarbelakangi oleh adanya pemukulan

bentrokan yang seorang tokoh agama dari etnis

Peristiwa

melibatkan dua kelompok masyarakat pendatang yang dilakukan oleh seorang

juga terjadi pada 03 Febuari 2016 ketika oknum etnis asli Papua yang sedang

orang yang mabuk (Waromi, 2014). Peristiwa ini pun

sekelompok

mengatasnamakan

diri sebagai

4 | Jurnal Program Studi Damai dan Resolusi Konflik | April 2017, Volume 3, Nomor 1 4 | Jurnal Program Studi Damai dan Resolusi Konflik | April 2017, Volume 3, Nomor 1

tanah.

2016). Penyerangan ini dilatarbelakangi Dengan mempelajari fenomena oleh tuntutan pemenuhan janji kepada

konflik yang terjadi, maka dapat dilihat masyarakat Maybrat atas meninggalnya

penyebarluasan konflik mulai mengalami salah seorang dari Kei beberapa bulan

eskalasi ketika terdapat korban yang lalu. Terkait dengan konflik ini, seorang

meksipun tidak berujung pada hilangnya anggota Dewan Perwakilan Rakyat

nyawa seseorang, namun kejadian ini Republik Indonesia yang mewakili

menjadi pemicu dari sebuah masalah yang Propinsi Papua Barat Jimmie Demianus

memang sudah lebih dahulu ada di Kota Ijie memberikan respon yang dimuat

Sorong yaitu perselisihan antaretnis dalam republika.com yang menyatakan

antara masyarakat pendatang dengan bahwa Kota Sorong sebagai salah satu

masyarakat asli Papua. Adanya stigma pusat ekonomi di kawasan timur

yang menguat di dalam masyarakat Indonesia memiliki potensi konflik yang

misalnya terkait penguasaan sektor- cukup tinggi. Menurutnya konflik kerap

sektor ekonomi oleh suku-suku bukan asli kali timbul antara masyarakat asli Papua

Papua menjadi faktor pendorong konflik dan masyarakat pendatang misalnya yang

yang timbul dalam interaksi masyarakat. berasal dari Makassar, Buton, dan

diperhatikan bahwa Maluku. Potensi konflik yang tinggi di

Patut

hadirnya konflik di Kota Sorong meskipun Sorong dikarenakan adanya perpindahan

pada awalnya hanya bersifat personal, para mantan pelaku kerusuhan dari

namun pada perkembangannya dapat wilayah lain dan menetap di Sorong.

berubah menjadi konflik antaretnis. Selain itu menurut Ijie, konflik antaretnis

Peneliti beranggapan bahwa faktor di Kota Sorong dapat dibedakan kedalam

kedekatan individu ke dalam sebuah beberapa bentuk misalnya konflik antara

kelompok atau dalam hal ini primodialme masyarakat asli Papua dengan pendatang

memiliki pengaruh yang besar dalam yang berasal dari Makassar, Buton, dan

proses interaksi antarkelompok. Di satu Maluku biasanya berkaitan dengan

sisi sikap primordial memiliki fungsi untuk persoalan ekonomi. Sedangkan konflik

budaya kelompoknya, masyarakat asli dengan pendatang dari

melestarikan

namun di pihak lain sikap ini dapat membuat individu atau kelompok memliki

Analisis Kebijakan Penanganan Konflik Etnis … | Ezrah Ariandy Macpal | 5 Analisis Kebijakan Penanganan Konflik Etnis … | Ezrah Ariandy Macpal | 5

terjalin. Untuk itu, penanganan terkait memandang budaya orang lain (Rustanto,

konflik di Kota Sorong harus segara 2015, p. 50). Perasaan primordialisme ini

dilakukan mengingat potensi ancaman pada

yang secara tidak langsung dapat seseorang untuk mulai melakukan

merusak eksistensi perdamaian yang kategorisasi, dalam hal ini adanya

telah di bangun lama di kota ini. Dinamika kecenderungan untuk membuat kategori

antaretnis sulit untuk sosia l yang membedakan antara “kita dan

konflik

dikendalikan apabila telah berada dalam “mereka” yang dijelaskan oleh Tajfel dan

spektrum yang besar sehingga sedini Turner (1979) dalam sebuah teori yang

mungkin harus dapat dicegah, sehingga dinamakan

konflik tidak bertransformasi menjadi menjelaskan

kekerasan langsung. Konflik yang terjadi mengidentifikasikan

individu

yang

di Kota Sorong apabila tidak ditangani kelompok sosial tertentu dengan

dirinya

dengan

secara serius, maka akan menjadi sesuatu menganggap kelompoknya lebih baik dari

yang bersifat destruktif. kelompok lainnya (McLeod, 2008).

rangka menciptakan Kondisi yang terjadi di Kota

Dalam

hubungan masyarakat yang damai serta Sorong apabila dibiarkan tentu akan

menciptakan transformasi konflik yang berdampak pada terganggunya segala

efektif dalam setiap interaksi masyarakat, aktivitas dan bisa jadi konflik dapat

maka diperlukan sebuah kebijakan terkait dipakai sebagai media oleh beberapa

penanganan konflik sosial. Di Indonesia oknum dalam rangka menciptakan citra

sendiri terdapat kebijakan nasional terkait pemerintah

konflik sosial yakni Undang-Undang No. 7 mendapatkan

Tahun 2012 tentang penanganan konflik diperlukan upaya konkrit dalam rangka

tujuannya.

Sehingga

sosial. Kebijakan ini diperlukan demi pencegahan konflik di masa yang akan

menangani konflik yang dimulai dari dari datang mengingat konflik yang dilandasi

pencegahan konflik, penghentian konflik, pada

dan pemulihan pasca konflik. selain itu membahayakan, bukan hanya terhadap

diperlukan upaya bersama oleh para keharmonisan masyarakat di Kota

yang berkepentingan demi Sorong,

kebijakan terkait

6 | Jurnal Program Studi Damai dan Resolusi Konflik | April 2017, Volume 3, Nomor 1 6 | Jurnal Program Studi Damai dan Resolusi Konflik | April 2017, Volume 3, Nomor 1

namun pada perkembangan berikutnya pihak yang terkait dalam mengontrol

menjadi sebuah situasi

sering

di tarik

permasalahan kelompok. Akhirnya yang berdampak pada terciptanya masyarakat

terjadi ialah terjadi pembelokan fokus yang akan tersegmentasi berdasarkan

masalah, dari individu kepada kelompok. etnis. Dengan demikian, maka penelitian

Pada praktiknya, perlu diingat ini

bahwa segala bentuk kebijakan yang Kebijakan Penanganan Konflik Etnis di

dibuat tidak hanya sebatas pada tahapan Kota Sorong Papua Barat.

pembuatan

semata. Harus ada pengawasan secara berkelanjutan terkait

Pembahasan

kebijakan tersebut. Karena apa yang Untuk menganalisis kebijakan

ditemukan di lokasi penelitian masih yang dilakukan oleh para pemangku

menggambarkan hal yang sebaliknya. kepentingan dalam rangka penanganan

Masih banyak ditemukan lokasi-lokasi konflik etnis di Kota Sorong maka perlu

penjualan miras yang tidak pada diketahui terlebih dahulu faktor-faktor

tempatnya seperti di toko-toko, bahkan di yang melatarbelakangi terjadinya konflik

penduduk. Selain etnis diantara di Sorong, yakni:

rumah-rumah

pengawasan, perlu dilakukan evaluasi

dengan standar yang jelas terkait masyarakat. Ketidakpatuhan masyarakat

kebijakan yang diambil. Hal ini tampaknya dalam rangka tanggungjawabnya dalam

masih belum di lakukan oleh Pemerintah menjaga stabilitas keamanan dapat dilihat

Kota Sorong. Evaluasi kebijakan berguna dari aksi-aksi merugikan yang menganggu

dalam rangka memonitor keefektivitasan ketertiban masyarakat umum itu sendiri.

kebijakan tersebut dan apabila terdapat Kemunculan aksi-aksi partikular yang

kekurangan, maka hal tersebut menjadi meresahkan masyarakat umum menjadi

masukan guna perbaikan kebijakan bukti kurangnya kesadaran sebagian

tersebut.

orang untuk berpartisipasi dalam Selain dari sisi Pemkot Sorong, menjaga ketertiban dalam interaksi

setiap masyarakat harus menyadari antarmasyarakat. Hal

keamanan merupakan diperparah ketika aksi suatu oknum

ini semakin

bahwa

tanggungjawab bersama para pemangku

Analisis Kebijakan Penanganan Konflik Etnis … | Ezrah Ariandy Macpal | 7 Analisis Kebijakan Penanganan Konflik Etnis … | Ezrah Ariandy Macpal | 7

Kemudian komponen masyarakat. Kebijakan dan peraturan

pengadilan.

berikutnya yakni prosedur hukum yang dibuat oleh Pemerintah hendaknya

penanggulangan dibaca oleh masyarakat sebagai sebuah

menyangkut

cara

sebuah perkara, meloloskan sebuah hal yang berguna demi tertatanya

aturan, penanganan kasus, dan lain kehidupan antarmasyarakat yang baik

sebagainya. Komponen ketiga yaitu dan produktif. Dalam teori Constitutional

struktur hukum yang menyangkut Order theory yang dikemukakan oleh

tatanan kelembagaan dan kinerja Philip Bobbitt dikemukakan bahwa

dalam menjalankan kepatuhan terdapat sebuah hukum

kelembagaan

fungsinya sebagai penegak hukum. Dan menjadi kunci atas sebuah keadaan

komponen terkahir yakni budaya hukum teratur.

(1982). Dalam teori ini menyangkut sikap, keyakinan, harapan dikemukakan bahwa sebuah hukum bisa

dan opini mengenai hukum yang berasal saja dibuat dengan tidak bijaksana,

tidak hanya dari para pejabat negara, namun hal tersebut bukanlah sebuah

melainkan juga budaya dari masyarakat kesalahan fatal. Karena pada dasarnya,

itu sendiri. Dengan demikian, meskipun hukum dibuat berdasarkan dengan

struktur, prosedur, dan substansi suatu keadaan dan persetujuan yang berlaku

hukum bersifat sama, namun pada dalam masyarakat. Demi terciptanya

implementasinya, dapat berbeda-beda. sebuah sistem hukum yang teratur, maka

Hal ini dikarenakan adanya perbedaan hukum yang diterapkan sebaiknya

budaya yang berlaku dalam sebuah memperhatikan

masyarakat yang berbeda dengan dimana hukum itu akan diterapkan.

kondisi

lingkungan

masyarakat lainnya.

Dalam teori sistem hukum yang Dalam kasus yang terjadi di Kota dikembangkan oleh Friedman (2005)

Sorong, hal ini terlihat dengan sangat mengemukakan bahwa terdapat empat

jelas yakni adanya penghargaan akan komponen yang mempengaruhi jalannya

hukum adat untuk dijadikan sebagai salah sistem hukum yakni: substansi, prosedur,

satu media untuk menyelesaikan konflik struktur, dan budaya hukum seperti yang

diantara dua kelompok yang bertikai. Jika dijelaskannya bahwa substansi hukum

dilihat dari struktur, substansi, dan menyangkut segala aturan baik formal

prosedur yang ada, maka hukum yang maupun informal, norma, bahkan aturan

berlaku di Kota Sorong memiliki

8 | Jurnal Program Studi Damai dan Resolusi Konflik | April 2017, Volume 3, Nomor 1 8 | Jurnal Program Studi Damai dan Resolusi Konflik | April 2017, Volume 3, Nomor 1

melakukan konfrontasi. masyarakat yang memiliki hukum nasional

Lebih lanjut, apabila berbicara yang sama. Akan tetapi dalam praktiknya,

mengenai kelompok yang seringkali impelementasi hukum di Kota Sorong

terlibat dalam pertikaian ialah kesamaan memunculkan hal yang sedikit berbeda

kedua kelompok yang hidup dalam dengan

kuat. Kuatnya meletakkan hukum adat pada posisi yang

hubungan kekerabatan ini bahkan terlihat cukup penting.

dari tempat tinggal anggota-anggota Kedua, faktor sosial budaya. Pada

kelompok yang berdekatan bahkan dasarnya, faktor akibat benturan sosial

bersebelahan yang satu dengan yang budaya antarkelompok dapat ditelusuri

lainnya. Kehadiran wilayah-wilayah yang melalui analisis aktor seperti yang telah

sering diidentikan dengan salah satu suku dikemukakan oleh Jeong. Aktor konflik

tertentu misalnya terdapat: Kampung merupakan seorang individu atau

Bugis/Makassar, Kampung Kei, dan lain kelompok yang secara langsung ataupun

sebagainya di Kota Sorong secara tidak tidak

mempengaruhi tingkat mempengaruhi dinamika konflik. Dalam

kepercayaan diri suatu kelompok sebagai beberapa kali bentrokan yang bernuansa

sebuah entitas yang kuat dan solid. etnis di Kota Sorong, maka dapat

kondisi tertentu, diklasifikasikan beberapa aktor-aktor

Dalam

yang homogen dapat yang terlibat. Pihak yang terlibat

lingkungan

mempengaruhi pola tingkah laku individu seringkali berasal dari suku-suku yang

yang tinggal didalamnya. Apabila memiliki kepentingan dalam menuntut

seseorang telah terbiasa berinteraksi pihak lain yang dianggap merugikan

dengan individu yang berlatarbelakang mereka. Dalam kasus di Kota Sorong

berbeda dengannya, maka kecerdasan bahwa pada umumnya hanya beberapa

budaya (Cultural Intelegence) individu kelompok suku tertentu yang kerap kali

tersebut akan terlatih. Artinya, individu melakukan aksi penyerangan dengan

tersebut mampu menempatkan dirinya, bermotif konflik etnis. Suku-suku tersebut

dengan lingkungan apabila diamati memiliki beberapa

beradaptasi

antarmasyarakat. Kecerdasan budaya persamaan yang kurang lebih menjadi

sendiri didefinisikan sebagai sebuah

Analisis Kebijakan Penanganan Konflik Etnis … | Ezrah Ariandy Macpal | 9 Analisis Kebijakan Penanganan Konflik Etnis … | Ezrah Ariandy Macpal | 9

loss of face) yang juga akan di terima yang beragam (Early & Ang, 2003).

oleh kelompok yang berasosiasi dengan Kecerdasan yang dimiliki membuatnya

individu tersebut.

mampu bergaul

Identitas masyarakat-masyarakat perbedaan-perbedaan sosial kultural yang

dan

memahami

kolektif termasuk didalamnya suku-suku dimiliki oleh kelompok masyarakat lain.

yang hidup di Kota Sorong lebih memilih Permasalahan individu

mengindentikkan diri kedalam salah satu menjadi sebuah persoalan kelompok

dapat

kelompok karena beberapa alasan. Alasan tidak terlepas juga dari budaya

yang pertama ialah untuk mendapatkan masyarakat Kota Sorong dan kebanyakan

kekuatan yang lebih besar sehingga masyarakat di Indonesia pada umumnya,

dengan demikian tuntutan mereka akan yakni budaya kolektivisme yang kuat

lebih di dengar apabila menuntut sesuatu. mengakar dalam hubungan di dalam

Alasan yang kedua ialah adanya tujuan masyarakat. seperti yang dikemukakan

bersama bagi semua anggota kelompok oleh

yang sama. Tujuan bersama inilah yang masyarakat kolektif, “ke-kitaan” menjadi

Trubisky,dkk

bahwa

dalam

anggota suatu sebuah identitas yang penting daripada

menjadi

tendensi

kelompok cenderung lebih percaya sekedar “ke-akuan”. Kedekatan individu

kepada sesama anggota kelompoknya. dalam sebuah kelompok berhubungan

Selain melalui analisis aktor, dengan kebutuhan individu untuk di akui

penyebab konflik yang diakibatkan oleh di

perbedaan sosial budaya dapat dijelaskan menyematkan dirinya kedalam suatu

dalam masyarakat

dengan

melalui analisis tujuan dari konflik kelompok, maka tingkat kepercayaan

sebuah konflik dirinya akan semakin tinggi. Dalam

tersebut.

Tujuan

sebuah kondisi yang budaya masyarakat kolektif, dimana

merupakan

dimotivasikan oleh capaian-capaian yang harga diri kelompok sangat dijunjung

dapat dilihat secara kasat mata. Seperti tinggi. Apabila terjadi suatu hal yang

teritori, keuntungan buruk kepada salah satu anggota

mendapatkan

ekonomi dan politik. Proses tuntutan kelompok, maka anggota kelompok lain

demi mendapatkan tujuan masing-masing akan menanggap hal tersebut bukan

pihak yang berkonflik seringkali tidak sebagai masalah individu, melainkan

rasional, terutama ketika kedua belah

10 | Jurnal Program Studi Damai dan Resolusi Konflik | April 2017, Volume 3, Nomor 1 10 | Jurnal Program Studi Damai dan Resolusi Konflik | April 2017, Volume 3, Nomor 1

mengarah pada instabilitas keamanan sehingga dalam hal ini harus di bedakan

Kota karena kelompok dari korban tidak antara tujuan yang esensial dan yang non-

menerima hal tersebut. Upaya-upaya esensial (Jeong, 2008, p. 24).

dilakukan baik secara damai seperti Tuntutan tujuan yang esensial

mediasi, ataupun upaya konfrontatif dapat dilihat ketika terjadi sebuah konflik

seperti pemblokadean jalan dapat di yang melibatkan individu yang berbeda

lakukan. Namun perlu di waspadai karena suku. Dalam praktiknnya, apabila salah

dengan tujuan satu individu tersebut berasal dari etnis

seringkali aksi-aksi

membayar ganti rugi atau denda adat asli Papua, maka bentuk penyelesaiannya

dilakukan dengan motif-motif ekonomi. dilakukan melalui hukum adat, atau

Hal ini sangat berbahaya karena telah dengan kata lain pembayaran ganti rugi

dengan tujuan melalui denda. Dengan adanya ikatan

berseberangan

diterapkannya hukum adat tersebut yaitu kolektif yang kuat, maka permasalahan ini

itikad untuk berdamai dengan keluarga dapat di bawah ke ranah konflik

korban (Informan 6, dalam wawancara antarkelompok. Tuntutan pun semakin

pada 09 desember 2016). besar ketika melibatkan semua anggota

Bagi masyarakat asli Papua, kelompok. Karena tuntutan yang semakin

penghormatan terhadap hukum-hukum besar inilah, maka potensi konflik pun

adat merupakan sebuah keharusan. semakin besar.

Apabila terjadi kerugian yang menimpa Tujuan dari konflik ini ialah agar

orang asli Papua, maka bantuk kelompok dari pihak pelaku dan

penyelesaiannya di selesaikan dengan kelompoknya mau bertanggungjawab

Bentuk-bentuk atas kerugian, baik materi maupun nyawa

cara-cara

adat.

penyelesaian adat biasanya di tandai yang di alami bukan saja bagi keluarga

dengan pembayaran ganti rugi atau korban, namun bagi kelompok suku

denda. Nilai yang dituntut pun akan secara umum. Apabila tuntutan ini

pada kesepakatan disanggupi oleh pihak pelaku, maka

bergantung

musyawarah yang melibatkan keluarga tujuan mereka telah tercapai. Yang

dari korban, keluarga dari pelaku, tokoh- menjadi masalah apabila pihak pelaku

tokoh masyarakat yang terlibat, pihak tidak menyanggupi untuk membayar

keamanan, pihak pemerintah, dan pihak-

Analisis Kebijakan Penanganan Konflik Etnis … | Ezrah Ariandy Macpal | 11 Analisis Kebijakan Penanganan Konflik Etnis … | Ezrah Ariandy Macpal | 11

bagi pelaku dan sekaligus dipenuhinya Sedangkan, bagi pihak lain yang

tuntutan adat berupa pembayaran denda tidak berada dalam tatanan adat tersebut

menjadi pemandangan yang seringkali seperti masyarakat pendatang, hal

terlihat apabila terjadi konflik yang tersebut

melibatkan pendatang dan masyarakat membiarkan hukum positif sebagai jalan

asli Papua. Meskipun tidak semua kasus keluar demi terciptanya keadilan bagi

tindakan kriminal harus di bawa ke ranah korban dan keluarga korban. Namun bagi

kasus seperti pihak yang sangat menjunjung tinggi

adat,

beberapa

menjadi salah satu hukum-hukum adat, maka penolakan

pembunuhan

penyebab tuntutan adat ini muncul ke untuk tidak menyanggupi aturan tersebut

permukaan. Karena perbedaan inilah berupa pembayaran denda tidak hanya

seringkali tersulut bentrokan lanjutan melukai keluarga korban, tetapi juga

demi menuntut pihak pelaku tidak hanya dianggap tidak menghargai hukum adat

di tangani secara hukum, tetapi juga yang berlaku. Pada umumnya masyarakat

harus membayar ganti rugi adat. pendatang lebih mempercayakan bentuk-

Ketiga, bagi sebagian orang, bentuk penyelesaian melalui hukum

keadaan di Kota Sorong selama ini positif yang berlaku di Kota Sorong.

terkesan tidak adil karena penguasaan Hukum positif dianggap oleh masyarakat

sektor-sektor ekonomi lebih di dominasi pendatang sebagai sebuah perangkat

oleh para Pendatang daripada orang asli yang lebih adil karena segala hak dan

Papua. Persaingan di bidang informal kewajiban, serta bentuk-bentuk hukuman

selayaknya dikatakan sebagai persaingan telah tertera didalamnya. Sehingga

seimbang mengingat bentuk kepastian hukumnya lebih kuat.

yang

tidak

pengetahuan tentang ekonomi pasar dan Berbeda dengan hukum adat yang

manajemen perekonomian pasar masih biasanya berdasarkan pada tradisi-tradisi

terbatas terutama bagi orang-orang asli tidak

Papua. Hal ini berbanding terbalik dengan hukumannya bersifat longgar dan

tertulis dan

bentuk-bentuk

masyarakat pendatang, khususnya yang berdasarkan

berasal dari Sulawesi Selatan yang telah musyawarah. Akhirnya yang terjadi ialah

pada

keputusan

lama menekuni usaha di sektor informal terjadi konflik akibat perbedaan nilai yang

sehingga secara garis besar telah

12 | Jurnal Program Studi Damai dan Resolusi Konflik | April 2017, Volume 3, Nomor 1 12 | Jurnal Program Studi Damai dan Resolusi Konflik | April 2017, Volume 3, Nomor 1

masyarakat pendatang pun menuntut Tuntutan untuk menaikan taraf

untuk diberikan perlindungan bagi ekonomi masyarakat asli Papua selama ini

mereka dalam rangka menjalankan memang selalu di gaungkan. Kondisi rata-

usahanya di bidang perekonomian. Hal ini rata masyarakat asli Papua yang masih di

ketidaksamarataan hidup dalam garis kemiskinan menjadi

terjadi

karena

ekonomi dapat faktor pendorong isu ini terus diangkat.

pendapatan

menyebabkan kecemburuan yang datang Salah satu penyebab faktor ekonomi

dari masyarakat asli Papua. Ketimpangan masyarakat asli Papua masih ketinggalan

ekonomi yang dialami dianggap oleh dibandingkan

mereka sebagai dampak dari penguasaan masyarakat pendatang ialah karena

dengan

rata-rata

sektor ekonomi oleh Pendatang. pilihan profesi kerja masyarakat asli

ini dapat Papua lebih dominan pada sektor-sektor

Kecemburuan

membuahkan tuntutan irasional seperti formal seperti menjadi pegawai di

misalnya: mengusir para pendatang, pemerintahan dibandingkan dengan

khususnya dimana oknum dari salah satu menjadi pelaku usaha di sektor-sektor

suku pendatang tersebut melakukan informal. Yang terjadi ialah sektor

kerugian atas seorang individu yang informal

berasal dari masyarakat asli Papua. masyarakat Pendatang.

Pengusiran masyarakat pendatang dari Apabila di bandingkan di antara

etnis tertentu dianggap sebagai jalan sektor formal dan informal di Kota

guna menjerakan para pelaku untuk tidak Sorong secara kasat mata, maka

bertindak kasar terutama kepada keuntungan yang didapatkan melalui

masyarakat asli Papua. Dan juga hal ini sektor informal jauh lebih besar

mengindikasikan bahwa masyarakat dibandingkan dengan pendapatan yang

Pendatang tidak memiliki hak tinggal berasal dari sektor formal. Akhirnya yang

yang permanen karena tanah Papua terjadi di satu sisi masyarakat asli Papua

secara ekskusif diperuntukkan untuk menuntut penyetaraan ekonomi dengan

orang asli Papua semata. Meskipun pada cara memberikan kesempatan yang sama

praktiknya seperti yang terjadi di Kota untuk terlibat dalam sektor-sektor

Sorong, hak-hak kepemilikan tanah juga informal

diserahkan kepada adat setempat

Analisis Kebijakan Penanganan Konflik Etnis … | Ezrah Ariandy Macpal | 13 Analisis Kebijakan Penanganan Konflik Etnis … | Ezrah Ariandy Macpal | 13

untuk memenangkan dilakukan dengan motivasi penghargaan

kepentingan

Untuk memuluskan atas nilai-nilai luhur yang telah ada jauh

pertandingan.

kepentingannya, maka dibangun sebuah sebelum lahirnya negara. Sehingga

prasangka-prasangka bahwa kelompok seharusnnya

mereka “pasti menang” dalam Pilkada hendaknya

permasalahan

individu

tersebut. Informasi tersebut disebarkan dengan etnis para pelaku. Masing-masing

tidak

disangkutpautkan

kepada pendukungnya. Hal ini cukup pihak harus sama-sama menghargai

berbahaya karena apabila pihak mereka keberadaan kelompok lainnya.

tidak menang dalam Pilkada, maka hal Keempat, konflik yang muncul

berpotensi memunculkan akibat politik berangkat dari adanya

tersebut

dampak tidak perpecahan di dalam masyarakat sendiri

bentrokan

sebagai

menerima kekalahan. Hal ini diperburuk terkait isu-isu politik yang sedang

dengan “budaya suap” yang seringkali berlangsung misalnya terkait Pemilihan

mewarnai pesta demokrasi tingkat Kepala Daerah (Pilkada). Dalam teori

daerah tersebut. Kehadiran money politic konflik

dianggap sebagai pelengkap yang wajar Bartos&Wehr (2002) menyatakan bahwa

dalam setiap Pilkada. Sehingga dengan konflik dipicu karena adanya perbedaan

mudah massa di mobilisasi demi baik kepentingan maupun nilai yang

kepentingan pihak-pihak tertentu. berkembang

Kelima, isu ideologi juga muncul Perbedaan-perbedaan

dalam

masyarakat.

sebagai konsekuensi lahirnya organisasi- diperburuk oleh prasangka-prasangka

tersebut

organisasi pro-kemerdekaan Papua baik yang dibangun oleh satu pihak terhadap

muncul dengan gerakan kekerasan pihak yang lain.

seperti: Organisasi Papua Merdeka (OPM) Dari teori konflik tersebut, dapat

maupun gerakan moderat non-kekerasan ditarik beberapa hal yang dapat

seperti Presidium Dewan Papua. Namun digunakan untuk menganalisis konflik

selain di bidang politik, perjuangan akibat faktor politik. Yang pertama ialah

Papua nampaknya konflik dipicu karena adanya perbedaan

kemerdekaan

ditempuh dengan jalan adat seperti yang kepentingan. Hal ini jelas terlihat dalam

dijalankan oleh Dewwan Adat Papua beberapa kali Pilkada yang terjadi.

(DAP) yang merupakan lembaga yang

14 | Jurnal Program Studi Damai dan Resolusi Konflik | April 2017, Volume 3, Nomor 1 14 | Jurnal Program Studi Damai dan Resolusi Konflik | April 2017, Volume 3, Nomor 1

demonstran di Sorong pimpinan suku/adat dan mengutamakan

orang

(Widjojo,dkk, pp. 126-130) Pengaruh DAP perjuangannya pada masalah-masalah

yang besar akhirnya seringkali membuat hak-hak ulayat dan kebudayaan Papua.

DAP seing berurusan dengan pihak Pada tahun 2002 DAP dibentuk

keamanan.

oleh Thom Beenal dan aktivis Papua Pemerintah Provinsi pun dapat lainnya. Tujuan dibentuknya PDP ini ialah

mengupayakan pembinaan terhadap untuk meluruskan kembali sejarah Papua

pro-kemerdekaan yang diangap telah di ubah oleh pihak

kelompok-kelompok

dengan menggunakan lembaga-lembaga Nasionalis Indonesia. Selain itu PDP

yang telah ada. Majelis Rakyat Papua, sebagai jalan untuk memperjuangkan

merupakan representasi kultural orang kemerdekaan Papua dengan tanpa

asli Papua, yang memiliki wewenang kekerasan. Namun pada perkembangan

tertentu dalam rangka perlindungan hak- selanjutnya, PDP tidak memiliki kekuatan

Papua dengan yang

penghormatan terhadap adat dan pergerakan mereka hanya sebatas

budaya, pemberdayaan perempuan, dan wacana

pemantapan kerukunan hidup beragama. (Widjojo,dkk, 2008, pp. 34-36). Akhirnya

Dalam menjalankan tugasnya MRP DAP lebih aktif dibandingkan dengan

berkewajiban untuk setia dan taat kepada PDP. Pada 12 Agustus 2005, DAP

NKRI, memegang dan mengamalkan menyelenggarakan seminar dengan tajuk

Pancasila dan UUD 1945, bersedia pembahasan pada evaluasi Otsus dan

melayani masyarakat Papua dengan keputusan dari seminar tersebut menilai

membangun dan menjaga kehidupan bahwa Otsus telah gagal. Respon lanjutan

masyarakat asli Papua beserta adatnya. atas seminar tesebut berujung pada aksi

Setelah mengetahui faktor-faktor demonstrasi

yang melatarbelakangi terjadinya konflik mengembalikan

dengan

tuntutan

etnis diantara masyarakat asli dan diangggap gagal kepada pemerintah

pendatang di Kota Sorong. Maka berikut pusat. Tercatat lebih dari 15.000 orang

penjelasan terkait kebijakan penanganan mengikuti demonstrasi di Jayapaura,

konflik estnis oleh para pemangku belum lagi di beberapa daerah lainnya di

kepentingan di kota Sorong. Ketika tanah Papua, termasuk di ikuti oleh 2.000

konflik berlangsung, perlu ada upaya dari

Analisis Kebijakan Penanganan Konflik Etnis … | Ezrah Ariandy Macpal | 15 Analisis Kebijakan Penanganan Konflik Etnis … | Ezrah Ariandy Macpal | 15

tempat-tempat tertentu yang telah di konflik tersebut tidak melebar hingga

tentukan dan akan diawasi. kerusuhan massal. Untuk itu adanya

Perlu diingat bahwa menjaga pertemuan

pertahanan negara tidak hanya menjadi masyararakat, Pemkot, Pihak Keamanan,

para

tokoh-tokoh

tugas dari pihak militer semata, dan pemangku kepentingan lainnya

melainkan seluruh warga negara. Dalam merupakan kesempatan sebagai wadah

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat untuk melaksanakan musyawarah. Dalam

(3) menyatakan bahwa “setiap warga musyawarah ini juga yang nantinya akan

negara berhak dan wajib ikut serta dalam diputuskan kebijakan apa yang akan di

upaya pembelaan negara” . Selanjutnya ambil baik oleh tokoh-tokoh masyarakat

Pasal 30 ayat (1) menyatakan bahwa maupun Pemkot dan aparat keamanan.

“Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib Perlu diingat bahwa peran tokoh-tokoh

ikut serta dalam usaha pertahanan dan ini sangat penting dan berpengaruh

keamanan negara”. Selanjutnya dalam terhadap besar kecilnya konflik di masa

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 depan. Seperti yang telah dijelaskan oleh

Tentang Pertahanan Negara. Dengan Lasswell & Kaplan (1970, p. 71) pun

seluruh pihak mendefinisikan kebijakan sebagai sebuah

demikian,

maka

berkewajiban untuk mempertahankan program yang diproyeksikan dengan

negara, terutama Pemerintah Kota adanya tujuan, nilai, dan praktik tertentu.

sebagai pemegang kekuasaan eksekutif di Dalam kasus yang terjadi di Kota Sorong,

Kota Sorong. Keterlibatan Pemkot sangat terdapat salah satu kebijakan misalnya

penting karena terdapat beberapa hal pembuatan Perda Pengendalian Mirras

Pemkot merupakan yang dibuat dengan tujuan agar terjalin

seperti:

penanggungjawab yang sah terhadap hubungan yang positif baik antarindividu

kondisi keamanan di Kota Sorong. maupun antarkelompok dengan harapan

berkepentingan untuk setiap masyarakat dapat menghargai

Pemkot

memastikan kelangsungan hidup kotanya orang lain dengan tidak melakukan

stabil dan aman. Kedua, Pemkot memiliki kekerasan kepada pihak lain tanpa adanya

seperangkat alat yang dapat memaksa prasangka yang buruk. Akhirnya untuk

setiap masyarakatnya untuk mematuhi mencapai hal tersebut, di terapkannya

aturan yang telah di tetapkan. Dalam

16 | Jurnal Program Studi Damai dan Resolusi Konflik | April 2017, Volume 3, Nomor 1 16 | Jurnal Program Studi Damai dan Resolusi Konflik | April 2017, Volume 3, Nomor 1

melakukan] tindakan darurat guna kebijakan

ancaman keamanan Pemerintah Pusat. Salah satu contohnya

eksistensial (Malik, 2005, p. 53). ialah dengan membuat kebijakan terkait

Dalam hal ini, kondisi Kota Sorong pengendalian Miras. Hal ini sejalan

menunjukan bahwa kasus kekerasan, dengan cita-cita Negara

aksi-aksi yang Indonesia untuk mencerdaskan generasi

menimbulkan kerugian disebabkan oleh masa depannya.

pengkonsumsian minuman keras secara Dalam teori transformasi konflik

tidak terkontrol oleh beberapa oknum. Miall, dinyatakan bahwa transformasi

Permasalahan miras inilah yang pada personal yang merujuk pada perubahan

akhirnya akan menyulut pada masalah- pengambilan kebijakan pada diri individu

seperti: pemalakan, yang dilandaskan pada hati dan perasaan

masalah

lain

hingga pembunuhan. yang sebelumnya dipengaruhi oleh

pemukulan,

Akibatnya, respon yang di berikan atas intervensi pihak ketiga. Dalam hal ini,

kasus-kasus kejahatan tersebut menjadi intensi yang baik yang dilakukan oleh

faktor pendorong terbentuknya opini liar seorang pemimpin memainkan peran

yakni suku x melakukan kejahatan yang penting dalam konteks transformasi

terhadap suku y, meskipun dalam sebuah konflik. Pemerintah Kota bersama

praktiknya tidaklah demikian. Hal ini dengan aparat Keamanan dalam hal ini di

semakin besar apabila kasus tersebut sebut sebagai pihak ketiga yang

melibatkan dua kelompok suku yang memberikan masukan kepada tokoh

berbeda.

masyarakat yang mana anggotanya Berangkat dari permasalahan di terlibat dalam bentrokan etnis. Kehadiran

atas, maka bagi para pemangku tokoh masyarakat sebuah kelompok suku

kepentingan di Kota Sorong, perlu ada menjadi salah satu kunci keberhasilan dan

upaya pengendalian minuman keras di juga kunci kegagalan sebuah proses

Kota Sorong. Dengan melakukan kontrol perdamaian antarkelompok. Mereka

terhadap peredaran Miras, maka dengan seringkali disebut aktor sekuritisasi atau

bersamaan pencegahan konflik pun dapat desekuritisasi yang didefinisikan sebagai

di lakukan. Pemerintah Kota Sorong telah aktor utama yang bisa mempengaruhi

membuat dan menerapkan Peraturan

Analisis Kebijakan Penanganan Konflik Etnis … | Ezrah Ariandy Macpal | 17

Daerah (Perda) terkait Pengendalian kebakaran” di kala konflik etnis sudah Minuman Keras. Pada prinsipnya, aturan

mulai menyulut masyarakat. tersebut mengatur tentang pengendalian

Dalam rangka menangani konflik, minuman keras dan bukan pelarangan

maka terdapat 3 langkah yangg dilakukan minuman keras. Upaya pengendalian

para pemangku miras ini diharapkan berbanding lurus

terutama

oleh

kepentingan dalam menormalisasi kondisi dengan penurunan tindakan kejahatan

wilayah yang mengalami konflik menurut yang menjadi salah satu faktor penyebab

UU No. 7 tahun 2012 tentang Penanganan terjadinya konflik etnis di Kota Sorong.

Konflik Sosial yaitu :pencegahan konflik, Forum Komunikasi Umat Beragam

penghentian konflik, dan pemulihan (FKUB) merupakan wadah yang ideal bagi

pascakonflik.

pemangku kepentingan, secara khusus Upaya pertama ialah pencegahan Pemerintah dan tokoh-tokoh agama

konflik. Menurut UU No.7 Tahun 2012, untuk saling bertukar pandangan,

Pencegahan konflik dapat dilakukan menyusun

dengan upaya : (a) memelihara kondisi berkelanjutan, dan sebagai sarana

program-program

yang

masyarakat; (b) silahturahmi antartokoh agama. Namun

damai

dalam

mengembangkan sistem penyelesaian nampaknya Pemkot Sorong masih belum

secara damai; (c) memaksimalkan kehadiran FKUB sebagai

perselisihan

membangun sistem peringatan dini; (d) sarana

meredam potensi konflik. Perlu diingat antarkelompok. Hal ini dibuktikan dengan

bahwa pemelihataan kondisi damai dalam kurangnya dukungan, terutama dana bagi

masyarakat bukan hanya tanggungjawab kelangsungan kehidupan forum ini.

Pemkot Sorong, melainkan seluruh permasalahan ini nampaknya juga

masyarakat memiliki tanggungjawab diserukan oleh perwakilan tokoh-tokoh

untuk menjaga keamanan kota secara masyarakat yang menjelaskan kurangnya

berkelanjutan. Upaya yang pertama yaitu bantuan dana oleh Pemerintah Kota

kondisi masyarakat yang toleran dapat Sorong. Menurut mereka, posisi mereka

menjadi modal awal bagi pembangunan dibutuhkan hanya ketika konflik etnis

Kota Sorong. Selain itu prinsip kesetaraan mulai memanas. Dengan kata lain,

di Kota Sorong telah lama digaungkan. mereka hanya menjadi “pemadam

Tidak ada pembedaan kebijakan antara masyarakat pendatang dan masyarakat

18 | Jurnal Program Studi Damai dan Resolusi Konflik | April 2017, Volume 3, Nomor 1 18 | Jurnal Program Studi Damai dan Resolusi Konflik | April 2017, Volume 3, Nomor 1

konflik. Forum pemimpin putera daerah pun selama

mencegah sebuah

Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM), tidak dianggap sebagai kebijakan

Forum Pembauran Kebangsaan (FPK), diskrimintif oleh para pendatang namun

Forum Kerukunan Umat Beragama diangap sebagai sebuah kebijakan

(FKUB, merupakan forum yang digunakan pemberdayaan orang asli Papua untuk

guna menjaring informasi-informasi dari memimpin di negerinya sendiri.

bawah (grassroot) yang selanjutnya akan Selanjutnya ada upaya untuk

dibahas baik pada level taktis yakni pada mengembangkan sistem penyelesaian

Komunitas Intelejen Daerah (Kominda), perselisihan secara damai. Upaya ini

maupun pada level strategis yakni pada dapat dijalankan dengan memanfaatkan

Forum Komunikasi Pemerintah Daerah kearifan-kearifan lokal yang telah ada di

(Forkompida).

Kota Sorong. Sebagai masyarakat kolektif Setelah itu, aksi meredam potensi setiap masyarakat baik pendatang

konflik dilakukan oleh pemerintah dalam maupun orang asli Papua telah memiliki

hal ini oleh oleh Pemkot Sorong dapat wadah-wadah

menjadi cara mencegah konflik terjadi di dengan

organisasi

kesukuan

Kota Sorong. Hal-hal yang dapat masyarakatnya masing-masing. Apabila

dilakukan oleh Pemkot seperti yang terjadi konflik, maka perangkat-perangkat

tertuang dalam UU tersebut diantaranya: organisasi inilah yang menjadi garda

perencanaan dan terdepan dalam bermusyawarah demi

1. Melakukan

pelaksanaan pembangunan yang penyelesaian

memperhatikan aspirasi masyarakat. Tradisi dimana faktor ketokohan menjadi

suatu

persengketaan.

Pemerintah Kota Sorong telah sangat kharismatis di Kota Sorong secara

perencanaan dan tidak langsung turut membantu proses

melakukan

pelaksanaan pembangunan seperti penyelesaian konflik, tidak terkecuali

Perda tentang konflik etnis.

pembuatan

Pengendalian Minuman Keras. Perda Membangun sistem peringatan

ini sendiri lahir dari keprihatinan yang dini berupa penyampaian informasi

masyarakat atas mengenai potensi konflik atau terjadinya

muncul dari

maraknya tindakan kriminalitas yang konflik di daerah tertentu kepada

pengkonsumsian masyarakat merupakan langkah untuk

berasal

dari

minuman keras secara liar. Selain

Analisis Kebijakan Penanganan Konflik Etnis … | Ezrah Ariandy Macpal | 19 Analisis Kebijakan Penanganan Konflik Etnis … | Ezrah Ariandy Macpal | 19

mestinya diperhatikan oleh Pemkot peraturan daerah dibuat dalam

beberapa

Sorong, terutama terkait Peran dan rangka peningkatan taraf ekonomi

Fungsi Organisasi ataupun Forum terutama dengan sasaran utama

tersebut agar dapat di jalankan masyarakat asli Papua. Program yang

secara berkelanjutan. dimaksud seperti: Pemberdayaan

3. Melakukan program perdamaian di ekonomi dengan sasaran kaum

daerah potensi konflik. Terkait poin perempuan Papua, serta adanya

ke-3 ini, telah di lakukan oleh pelatihan

komunitas basis yang lebih kecil bertujuan mengajarkan manajamen

kewirausahaan

yang

daripada Pemerintah Kota, seperti ekonomi yang baik. Pemerintah Kota

misalnya tokoh-tokoh agama kepada Sorong memahami bahwa faktor

masing-masing umatnya atau tokoh ketimpangan ekonomi dapat menjadi

masyarakat suatu suku kepada penyebab konflik di masa depan,

anggota-anggota kelompoknya. Jadi Untuk itu perlu ada kebijakan

dapat dikatakan, program tersebut menyangkut peningkatan ekonomi

masih terbatas pada kelompok masyarakat asli Papua sehingga

tertentu dan partikulat, tidak di masyarakat

sebarkan secara masif oleh berkompetisi dalam bidang ekonomi.

Pemerintah Kota Sorong selaku

utama seluruh pemerintahan yang baik. Hal ini dapat

2. Menerapkan prinsip tata kelola

pembina

masyarakatnya tanpa terkecuali. dibuktikan dengan adanya beberapa

dialog peraturan

4. Mengintensifkan