Konsep Dasar dan Tes Psikologi

Konsep Dasar Tes Psikologi

hallo teman-teman, kali ini saya putri monica akan share tentang konsep dasar tes
psikologi, mohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan dalam share tes psikologi ini,
namun nanti setelah saya diterangkan oleh dosen saya mas Seta di kelas, maka saya
akan segera membenarkannya di dalam komentar blog saya. terimakasiiiiih :)))

Psikologi merupakan bidang ilmu pengetahuan yang cukup luas, sehingga penerapannya
dapat diaplikasikan dalam ruang lingkup pendidikan, sosial, industri, klinis, hingga
pengembangan ilmu itu sendiri. Terlepas dari keragaman tersebut, seseorang yang
berkecimpung di dunia psikologi harus menguasai dua hal, yaitu konsep mengenai perilaku
manusia dan pengukuran terhadap perilaku tersebut. Pengukuran in hanya dapat dilakukan
jika terdapat alat ukur yang valid dan dapat diandalkan.

salah satunya adalah tes psikologi. Berbicara mengenai tes psikologi berarti membahas hal
yang cukup kompleks karena pengukuran perilaku manusia bukan hanya sekedar perhitungan
statistik, namun mempertimbangakan aspek-aspek khusus dari perilaku yang ingin diukur.
Seiring berkembangnya ilmu psikologi, tes-tes psikologi pun meluaskan cakupan

pengukurannya yang tidak hanya berupa tes inteligensi, namun saat ini mencakup tes bakat,
kepribadian, prestasi, serta seleksi masuk dalam berbagai intansi.


Tes psikologis memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang cukup tinggi. Hal ini
membedakan dengan tes yang tidak standar seperti tes hasil belajar siswa yang dibuat oleh
guru, tes penerimaan mahasiswa baru, tes calon pegawai negeri (PNS), dan sebagainya sejauh
tesnya tidak dibakukan.

Berikut sedikit penjelasan validitas dan reliabilitas dalam tes psikologi :

Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila
alat tersebut dapat menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai
dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Suatu tes yang menghasilkan data yang
tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas
rendah.

Dari uraian di atas mengandung arti bahwa valid-tidaknya suatu tes sebagai alat ukur
tergantung pada mampu tidaknya alat ukur tersebut dapat mencapai tujuan pengukuran yang

dikehendaki dengan tepat. Suatu tes yang dimaksudkan untuk mengukur atribut inteligensi
dan kemudian memang menghasilkan informasi mengenai atribut inteligensi (intelligence),
dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki validitas tinggi. Sebaliknya suatu tes yang

dirancang untuk mengukur atribut bakat (aptitude), manun tidak bisa menghasilkan informasi
bakat subyek yang telah dites, maka tes tersebut dikatakan tidak memiliki validitas yang
tinggi.

Validitas tes psikologis dapat dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan tiga sudut pandang
(dari arah isi yang diukur, dari arah rekaan teoritis atau disebut contruct atribut yang diukur,
dan dari arah kriteria alat ukur), yaitu; (1) validitas isi (content validity), (2) validitas
kontruksi (construct validity), dan (3) validitas berdasar kriteria (criterion-related validity).

Validitas Isi (Content Validity)

Validitas isi tes psikologis menunjuk kepada sejauh mana tes psikologis yang merupakan
perangkat soal-soal sebagai stimuli, dilihat dari isinya memang mengukur atribut psikologis

yang dimaksudkan untuk diukur. Ukuran sejauh mana ini ditentukan berdasar derajat
representatifnya isi tes psikologis itu terhadap keseluruhan atribut psikologis yang akan
diukur. Validitas isi tes psikologis ditentukan melalui pendapat profesional (professional
judgement) dalam proses telaah soal (item review).

Validitas Konstruksi Teoretis


Atribut psikologis merupakan atribut yang tidak memiliki eksistensi riil (Suryabrata,
2000:42). Berbeda dengan atribut fisik, yang mempunyai eksistensi riil sehingga model
pengukurannya lebih konkret yang berpengaruh dengan ketepatan (akurasi) hasilnya
pengukurannya. Dalam atribut psikologis, seorang ahli membuat konstruksi teoritis guna
mendeskripsikan atribut yang dipersoalkan, dengan demikian bagaimana kontruksi teoritis ini
akan tergantung pada ilmuwan yang mengembangkannya. Oleh karena itu gambaran
mengenai sesuatu atribut dapat bermacam-macam tergantung kepada teori siapa yang
digunakan sebagai dasar pengembangan tes psikologis.

contoh, gambaran mengenai kepribadian menurut Sigmund Freud (Das Es, Das Ich, dan Das
Ueber Ich) tidak sama dengan gambaran teoritis kepribadian individu menurut teori Eric
Berne (Status Ego Anak, Status Ego Dewasa, dan Status Ego Orang-tua). Begitu juga dalam
teori inteligensi, gambaran atribut inteligensi menurut teori Thurstone berbeda dengan
gambaran atribut inteligensi menurut teori Guilford

Validitas Berdasar Kriteria

Validitas


berdasar

kriteria

sering

digunakan

dalam

pengembangan

validitas

tes

psikologis.karena telah tersedianya beberapa tes psikologis yang digunakan mengukur atribut
psikologis yang sama.

Reliabilitas


Reliabilitas merupakan hasil terjemahan dari kata reliability yang berasall dari kata rely dan
ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang
reliabel (reliable). Dalam berbagai kepustakaan, konsep reliabilitas memiliki arti yang luas,

mencakup; keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, dan konsistensi hasil
pengukuran, namun demikian ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah
keterpercayaan hasil pengukuran yaitu sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya.

Sejalan dengan uraian di atas, Suryabrata (2000:29) menyatakan bahwa reliabilitas alat ukur
menunjuk pada sejauh mana hasil pengukuran dengan menggunakan alat tersebut dapat
dipercaya. Hal ini ditunjukkan oleh konsistensi skor yang diperoleh para subyek yang diukur
dengan alat ukur yang sama, atau diukur dengan alat yang setara pada kondisi yang berbeda.

Estimasi reliabilitas tes psikologis dapat dilakukan dengan menggunakan tiga pendekatan,
yaitu : (1) pendekatan tes ulang (retes), (2) pendekatan dengan tes paralel, dan (3) pendekatan
satu kali pengukuran yang disebut teknik belah dua.

Pendekatan Tes Ulang (Retes)


Pendekatan ini dilakukan dengan cara satu perangkat tes psikologis diberikan kepada
sekelompok subyek dua kali, dengan selang waktu tertentu, misalnya tiga minggu. Situasi
testing pertama dengan testing kedua harus betul-betul sama, untuk menghindari adanya

pengaruh faktor lain. Reliabilitas tes dicari dengan menghitung korelasi skor testing pertama
dengan skor testing kedua, jadi rt-1 = rt-2

Pendekatan dengan Tes Paralel

Pendekatan ini dilakukan dengan cara membuat tes paralel yaitu tes A dan tes B (keduanya
dirancang bentuk paralel). Kedua tes tersebut diberikan kepada sekelompok subyek, lalu
hasilnya dikorelasikan, jadi rt-A = rt-B. Suatu tes dinyatakan reliabel bila diperoleh koefisien
korelasi yang signifikan antara skor hasil tes A dengan skor hasil tes B. Kelemahan
reliabilitas ini terletak pada sulitnya membuat dua tes yang paralel.

Pendekatan Satu Kali Pengukuran

Pendekatan satu kali pengukuran disebut pendekatan belah dua, yaitu seperangkat tes
diberikan kepada sekelompok subyek satu kali, lalu skor tes tesebut dibelah menjadi dua
bagian, misalnya belahan ganjil genap artinya skor tes bernomor ganjil dijadikan belahan

pertama, dan skor tes bernomor genap menjadi belahan kedua.

SISTEM PENGELOLAAN TES PSIKOLOGI

Dalam tulisan Delandshere dan Petrosky dalam jurnal The Educational Reseacher,

27, 2, 1998 teori pengukuran kontemporer yang pada akhir abad 19 sebagai

suatu cabang dari ilmu murni, dikembangkan melalui penentuan seperangkat aksioma. dan
fungsi transformasi angka untuk menterjemahkan dan memformalkan hubungan-hubungan
empirik dengan menggunakan angka. Selanjutnya, teori pengukuran berkaitan dengan
investigasi sifat dasar dari atribut- atribut pisik dan psikis dasar tertentu. Secara jelas
Campbell yang dikutip Guilford (1954) mengatakan: measurement as the assignment of
numerals to objects or events according to rules. Sama dengan Campbell, Keeves dan
Masters (1999) juga mengatakan bahwa pengukuran adalah pemberian angka ( kuantitas
numerik ) pada obyek-obyek atau kejadian.

Definisi pengukuran yang dijelaskan para ahli di atas menegaskan bahwa dalam pemberian
angka pada subyek, obyek atau kejadian tidak asal memberi angka namun harus
menggunakan aturan-aturan, tidak sembarangan. Artinya, orang yang akan memberi angka

pada subyek, obyek, ataupun kejadian harus memperhatikan kaidahnya.

Pengukuran psikologi, bukan pengukuran pisik, atau obyek dan kejadian lainnya.
Sehubungan dengan pengukuran psikologi, Nunnally (1978) menjelaskan bahwa ada dua tipe
kesalahan dalam pengukuran, yaitu: kesalahan sistematik dan kesalahan acak. Kesalahan
sistematik terjadi jika kualitas instrumen atau alat ukur yang digunakan kurang baik.

Sedangkan kesalahan acak dapat disebabkan oleh kondisi subyek yang dites, dan cara
menyelenggarakan tes termasuk di dalamnya pelaksana, waktu, dan tempat tesnya.

Dari penjelasan diatas kita bisa simpulkan kesalahan pengukuran di atas memberi gambaran
bahwa kualitas alat ukur merupakan faktor utama dan sangat penting artinya bagi
pengukuran. Oleh karena itu perlu dikaji lebih mendalam sistem pengelolaan alat ukur.
Berikut adalah beberapa tes psikologi :

1. Tes Akademis Dasar, merupakan tes pengetahuan yang bersifat umum yang diarahkan
sesuai dengan fungsinya umumnya berupa tes pengetahuan Bahasa Inggris dan Berhitung.
kadang dilengkapi dengan tes keterampilan. seperti tes mengoperasikan komputer ataupun tes
mengetik.


2. Tes Intelegensi Umum, dilakukan untuk mengetahui intelegensia / daya tangkap seseorang
umumnya dikenal dengan Tes IQ. (Intellegent Quotion). Dalam tes ini banyak menggunakan
pertanyaan maupun gambar-gambar yang memerlukan pemahaman serta nalar dalam
menjawabnya.

3. Tes Kepribadian, dilakukan untuk mengetahui kecenderungan Kepribadian seseorang.
Adapun salah satu alat ukur yang dipakai adalah DISC (DominanInfluence Steadyness
Compliance), tes ini berisi beberapa pertanyaan yang arahnya menggiring si penjawab agar
dapat lebih membuka diri, menemukan kesesuaian dengan jati dirinya dalam pertanyaan –
pertanyaan yang diajukan.

Selain itu terdapat juga

EPPS (Edward Preferences Personality Schedule) yang arahnya sama untuk mengetahui
kecenderungan kepribadian seseorang. Saat ini jenis-jenis alat ukur untuk mengetahui
kepribadian sudah cukup banyak dan beragam, kita tinggal menentukan alat ukur mana yang
dirasakan paling cocok untuk digunakan untuk kebutuhan kita.

4. Tes Ketahanan, Ketepatan, Ketelitian kerja, Kestabilan kerja, umumnya tes ini berupa
penjumlahan maupun pengurangan sederhana, namun dalampengerjaannya dibatasi oleh

waktu, memerlukan ketelitian, kecepatan danketahanan dalam menulis jawaban.

Contoh : 5+4, 4+3, 6+5, 7+8, dst............ terdiri atas 10 sampai 15 baris, jika

isian jawaban stabil akan terlihat grafik menaik atas jawaban dari baris perbaris, sedangkan
bila trendnya menurun, bisa diartikan kurang dalam ketahanan kerja.

Ada juga Tes Kepribadian MBTI. Tes ini merupakan analisis menyeluruh dari kepribadian
kita. kita akan jauh lebih memahami siapa diri kita sebagai pribadi dan memaksimalkannya.
Apa formula, kekuatan, relationships dan juga pilihan karir yang sesuai dengan pribadi kita.

Tes ini bersifat gratis atau tanpa dipungut biaya. Jalankan tes sesuai dengan diri kita, bukan
berdasarkan kondisi emosi sesaat. Kerjakan pada saat kondisi diri kita benar-benar nyaman.
Tidak ada jawaban benar dan salah di dalam tes ini.

Sekilas Myers-Briggs Type Indicator (MBTI): adalah instrumen yang mengukur beberapa
aspek kecerdasan individu, kepribadian, bakat, dll. MBTI ini dirancang untuk mengukur tipe
kepribadian kita dan merupakan instrumen yang paling banyak digunakan. Telah diperbarui
dan divalidasi secara ketat selama lebih dari tujuh puluh tahun. MBTI dapat digunakan untuk
personal, relationships, karir dan tim kerja. Bagaimana analisis kekuatan diri kit, karir yang

sesuai, relationships, dan apa formula yang baik untuk pribadi kita. Hal ini sering digunakan
untuk menyeimbangkan kepribadian yang berbeda sehingga kita dapat membangun pribadi
tangguh, menjalin hubungan personal lebih baik atau bekerja lebih efektif.