TUGAS PSIKOLOGI HUMANISTIK dan aplikasinya

TUGAS PSIKOLOGI HUMANISTIK

Mukhammad Anggil Satriawan
111211132025

Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga
Surabaya

Masa remaja adalah masa dimana seseorang mengalami
perkembangan emosionalnya atau sering di sebut pencarian jati
diri.Pada masa ini seorang remaja kebanyakan akan mengikuti apa
yang mereka anggap “hebat” bagi mereka,termasuk pun saya,menjadi
seorang yang menjadi pusat perhatiaan di kalangan tertentu dengan
melakukan tindakan-tindakan yang bahkan terkadang menyimpang itu
terlihat menarik bagi saya.
Semasa SMA, seperti halnya anak seusia saya yang lain, saya
senang sekali bersosialisasi dengan anak seusia saya. Nongkrong,
jalan jalan menjadi aktivitas favorit saya. Yang sedikit membedakan
saya dengan teman teman nongkrong saya adalah saya mudah
menangkap pelajaran di sekolah. Tetapi tetap saja orang pintar yang

tidak belajar itu adalah orang yang tertinggal. Seperti kata orang
bijak,” orang pintar adalah pemilik masa lalu, sedangkan orang
belajar adalah pemilik masa depan”. Meskipun bisa di katakan saya
sedikit pintar,namun kemalasan membuat saya sealu terlambat dalam
mengumpulkan tugas tugas dari guru di sekolah.
Keterlambatan mengumpulkan tugas dan juga attitude yg
kurang baik, tentu saja dampaknya adalah nilai yang terus
menurun.puncaknya hingga kenaikan kelas 10 menuju kelas 11. saya

masuk jurusan IPS yang bertentangan dengan keinginan orang tua
yang menginginkan saya masuk jurusan IPA, meskipun sebenarnya
saya tidak masalah dengan hal tersebut.
Kekecewaan orang tua saya yang sedikit berlebihan terlalu
menekan saya seolah olah masa depan saya berakhir saat itu
juga.Dan apa yang bias dilakukan seorang anak ketika sedang “di
nasehati” orang tua,saya hanya bias diam.di tambah lagi jurusan IPS
di anggap jurusan kedua setelah jurusan IPA. Memang reputasi
jurusan IPS sudah terlanjur buruk di mata siswa dan para guru baik
dari segi nilai dan attitude.
Saat itu juga saya berjanji terhadap diri saya sendiri,saya akan

memperbaiki semua ini. Saya pun mulai menerima keadaan dan
belajar menjadi seorang siswa yang kewajiban utamanya adalah
belajar. Tentunya transisi dari seorang anak pemalas menjadi seorang
yang

bisa

dikatakan

rajin

dan

penurut

tidaklah

semudah

membalikkan telapak tangan. Bahkan terkadang saya merasa sedikit

frustasi dengan keadaan tersebut.
Tidak hanya masalah internal saja, bahkan perubahan sikap
sepeti ini

juga membuat teman teman di sekitar merasa tidak

nyaman dengan perubahanku ini,mereka menganggap saya yang

sekarang “tidak asyik”. mereka pun mulai menjauhi saya.pada
awalnya saya merasa acuh saja pada keadaan ini, tapi lama kelamaan
situasi ini mulai membuat saya merasa tidak nyaman.
Semua masalah yang mendera secara terus menerus membuat
saya bimbang untuk berubah menjadi lebih baik. Ternyata berubah
itu tidaklah mudah selain kita harus mengubah cara berpikir kita, kita
juga harus melakukan sosialisasi terlebih dahulu.
Saya mulai berpikir untuk kembali menjadi seperti dulu.
Bukan untuk menjadi seorang yang menolak perubahan tetapi untuk
hal yang lebih besar, yaitu menularkan perubahanku. Karena saya
berpikir bahwa untuk dapat menangkap ikan di kubangan lumpur,
saya harus menceburkan diri ke dalam kubangan lumpur juga.

Akhirnya saya pun kembali berkumpul dengan teman teman
yang dulu dan kembali melakukan kegiatan kegiatan yang sekarang
saya anggap hanya membuang waktu dan sia sia.
Perlahan lahan saya muluai menunjukkan perubahan saya dan
apa yang kami lakukan saat ini tidaklah ada gunanya. sedikit demi
sedikit usaha saya mulai menemui hasil, teman teman saya menjadi
lebih baik. mereka lebih sering melakukan kegiatan kegiatan positif
seperti mengerjakan tugas, belajar dan lain lain.bahkan mereka

mengajak saya untuk belajar kelompok bersama.saya sangat senang
dengan hal tersebut.
Saya senang bukan hanya karena dapat menularkan perubahan
saya, tetapi saya juga senang karena dapat menciptakan semacam
atmosfer belajar yang baik khusunya di lingkungan kelas IPS.
Beberapa guru di sekolah pun mulai memuji anak anak kelas
IPS karena perubahan mereka. Bahkan mereka berekspektasi bahwa
kelas IPS tahun 2012 ini akan menjadi lulusan IPS terbaik yang
pernah belajar di SMAN 1 Taman.
Suasana belajar yang kompetitif


ini sangat membuat saya

semakin bersemangat. kenaikan nilai pun mulai saya peroleh juga
tentunya teman teman saya.
Ujian nasional pun berhasil kami lewati dengan baik, bahkan
salah satu siswa SMAN 1 Taman memperoleh peringkat satu
provinsi.Dan itu merupakan klimaks atas perjuangan kami semua.
Meskipun saya gagal membuktikan pada orang tuaku saat
UNAS, namun

akhirnya saya berhasil membuktikannya di

SNMPTN.Sayapun berhasil masuk universitas perguruan tinggi
negeri sesuai keinginan saya yaitu di UNAIR.

Setelah masuk di UNAIR, saya merasa minder pada awalnya,
karena saya berasal dari sekolah yang namanya kurang terpandang
jika dibandingkan dengan teman-teman angkatan saya. Hal itu
menyebabkan saya kurang mampu untuk bersosialisasi dengan teman
di kampus, termasuk juga dalam hal akademis, saya menjadi tidak

begitu menonjol seperti saat saya di sekolah dulu. Saya adalah tipe
orang yang akan terpicu rasa percaya diri saya setelah saya
mendapatkan momen dimana semua orang dapat melihat kinerja
saya baik.
Hingga suatu saat kesempatan pun datang, teman saya
mengajak saya untuk mengikuti kompetisi membuat mainan
psikologi (psychotoys). Awalnya saya mengira itu adalah unit
kegiatan mahasiswa biasa yang ingin menerapkan teori-teori yang
telah mereka pelajari selama perkuliahan pada bentuk mainan. Saya
pun mau mengikuti kegiatan tersebut. Setelah mengikuti kegiatan
tersebut barulah saya tau bahwa itu adalah suatu cabang kompetisi di
olimpiade psikologi indonesia. Saya sempat kaget dan merasa ragu
karena saingannya pasti dari seluruh universitas terbaik di Indonesia.
Akhirnya karena tidak memiliki alasan untuk mundur, saya
nekat maju mengikuti kompetisi tersebut. Saya dan partner saya

mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Setiap hari kami pulang
larut malam untuk mengerjakan mainan kami. Kami benar-benar
mempersiapkannya dengan serius.
Waktu perlombaan pun tiba, disana saya melihat banyak sekali

peserta yang luar biasa. Awalnya saya menjadi sangat grogi. Begitu
pula dengan partner saya, dia juga terlihat tegang.
Kami mendapat giliran presentasi cukup belakang walaupun
bukan yang terakhir. Peserta-peserta yang mendapat giliran
presentasi

memberikn

penampilan

yang

memukau

dalam

mempresentasikan mainannnya masing-masing. Saya menjadi
semakin semakin gugup sebelum giliran kami tiba. Saya menjadi
sangat mengantuk, itu adalah respon alami saya ketika saya sdang
gugup luar biasa.

Hingga giliran kami untuk presentasi pun tiba. Saya menjadi
tegng luar biasa. Apalagi ketika presenter sebelum kami hendak
menutup presentasinya, yang artinya giliran saya dan teman saya
akan tiba. Namun ketika pembawa acara memanggil nama kami,
seketika perasaan tegang itu lenyap, kekhawatiran terhadap
kegagalan menjadi hilang begitu saja, beban karena melihat peserta
lain yang menampilkan performa yang baik tidak ada lagi, semua itu

berubah menjadi gairah yang meledak-ledak untuk menampilkan
sesuatu yang telah kam persiapkan dari hasil perjuangan saya dan
teman saya selama ini. Saya dan teman saya berhasil menaklukkan
ketegangan kami dan menampilkan performa yang cukup luar biasa
menurut saya dihadapan juri, penonton, dan peserta lain. Saya tidak
peduli lagi apakah kami akan meang atau tidak dalam kompetisi ini,
saya hanya merasa puas karena berhasil mempresentaskan hasil dari
apa yang kami perjuangkan selama beberapa minggu. Saya merasa
berada pada puncak performa saya.
Kami menunggu pengumuman hasil penilaian juri. Perasaan
tegang sebelum presentasi tadi hilang dan tidak kembali. Hingga
kami diumumkan sebagai pemenang kedua dan mendapatkan medali

perak dalam olimpiade psikologi nasional. Saya merasa senang
karena berhasil mempersembahkan medeali perak pada almamater
saya, begitu juga yag saya ihat pada rekan saya.
Dari situ saya dapat mengambil hikmah bahwa seseorang yang
jatuh,lalu dia mau untuk bangkit menata kembali maka tidak ada
yang

tidak

mungkin

baginya

bahkan

apa

yang

di


luar

ekspektasinya.seorang introvert pun mampu menaklukkan sebuah
olimpiade nasional

Aktualisasi diri menurut maslow
Salah satu sumbangan penting Abraham Maslow bagi psikologi
modern adalah teorinya tentang aktualisasi-diri (self-actualization).
Menurut Abraham Maslow aktualisasi diri merupakan puncak dari
perwujudan segenap potensi manusia di mana hidupnya penuh gairah
dinamis dan tanpa pamrih,konsentrasi penuh dan terserap secara total
dalam mewujudkan manusia yang utuh dan penuh. Orang yang tidak
tertekan oleh perasaan cemas, perasaan risau, tidak aman, tidak
terlindngi, sendirian, tidak dicintai adalah orang yang terbebas dari
meta motivasi.
Sifat-Sifat Orang Yang Mencapai Aktualisasi Diri
Untuk mencapai tingkat aktualisasi-diri, orang harus sudah
memenuhi empat kebutuhan sebelumnya. Ia jangan lagi direpotkan
oleh masalah mencari makan, jangan lagi dihiraukan oleh ancaman

keamanan dan penyakit, memiliki teman yang akrab dan penuh rasa
cinta, juga memiliki perasaan dihargai. Ia bebas dari neurosis,
psikosis, dan gangguan psikologis lain. Sifat lainnya adalah soal usia:
orang yang mengaktualisasikan dirinya tampaknya adalah orang yang
telah setengah tua atau lebih tua. Salah satu sifat yang menunjukkan
bahwa oran telah mengalami fase aktualisasi diri adalah jika dia

mengalami pengalaman-pengalaman puncak (peak experiences). Ada
kesempatan di mana orang yang mengaktualisasikan diri mengalami
ekstase, kebahagiaan, perasan terpesona yang hebat dan meluap-luap,
seperti pengalaman keagamaan yang mendalam. Inilah yang disebut
Maslow “peak experience” atau pengalaman puncak. Pengalaman
puncak ini ada yang kuat dan ada yang ringan. Pada orang yang
teraktualisasi, perasaan “berada di puncak” ini bisa diperolehnya
dengan mudah, setiap hari; ketika bekerja, mendengarkan musik,
membaca cerita, bahkan saat mengamati terbit matahari.
Aktualisasi diri menurut roger
Menurut Roger, Orang yang sehat adalah orang yang bisa
mengaktualisasikan dirinya. Kecenderungan untuk aktualisasi sebagai
tenaga pendorong jauh lebih kuat dari pada rasa sakit dan perjuangan,
memungkinkan organisme hidup terus dengan membantu dan
mempertahankan kebutuhan-kebutuhan jasmani dasar. Aktualisasi
dapat memudahkan dan meningkatkan pematangan dan pertumbuhan.
Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan
mengembangkan sifat-sifat serta potensi psikologisnya yang unik.
Roger percaya bahwa manusia memiliki dorongan yang dibawanya

sejak lahir untuk menciptakan dan hasil ciptaan yang paling penting
adalah diri orang sendiri, suatu tujuan yang dicapai jauh lebih sering
oleh orang-orang yang sehat daripada orang-orang yang sakit secara
psikologisnya.
Menurut roger manusia yang rasional dan sadar, tidak dikontrol
oleh masa kanak-kanak, tetapi menurutnya masa sekarang dan
bagaimana kita memandangnya bagi kepribadian yang sehat jauh lebih
penting daripada maa lampau. Tetapi beliau mengemukakan bahwa
pengalaman-pengalaman masa lampau dapat mempengaruhi kita
memandang masa sekarang yang dapat mempengaruhi tingkat
kesehatan psikologis.
Roger berpendapat bahwa kepribadian yang sehat, yaitu
bukan merupakan suatu keadaan yang ada, melainkan suatu proses
“suatu arah bukan suatu tujuan”. Aktualisasiberlangsung terus dan
statis. Tujuannya yakni orientasi ke masa depan, menarik individu
kedepan dan mengembangkan segala segi dari diri. Aktualisasi diri
merupakan proses yang sukardan kadang-kadang menyakitkan.
Aktualisasi diri merupakan ujian, rentangan, dan pecutan terus
menerus terhadap kemampuan seseorang. Aktualisasi diri yakni
mereka benar-benar adalah diri mereka sendiri. Mereka tidak

bersembunyi dibalik topeng, yang berpura-pura menjadi sesuatu yang
bukan diri mereka sebenarnya.
Roger mengungkapkan bahwa ada 5 tanda orang yang
melakukan aktualisasi diri :
1.

Keterbuka pada pengalaman

Kepribadian adalah fleksibel, tidak hanya mau menerima
pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tetapi dapat
menggunakannya dalam membuka esempatan-kesempatan persepsi
dan ungkapan baru. Sebaliknya kepribadian defensif beroperasi
menurut syarat-syarat penghargaan adalah statis, tersembunyi
dibelakang peran-peranan, tidak dapat menerima atau bahkan
mengetahui pengalaman-pengalaman tertentu. Orang yang berfungsi
sepenuhnya dapat dikatakan lebih emosional karena mereka
mengalami banyak emosi baik yang positif maupun negative
2.

Kehidupan eksistensial

Orang yang berfungsi sepenuhnya, aktualisasi diri, akan hidup
sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan karena ia terbuka pada
setiap pengalaman. Pengalaman selalu dirasa segar dan baru. Ia tidak
akan

beperasangka

dan

mudah

menyesuaikan

diri

terhadap

pengalaman sehingga tidak harus memanipulasi apa yang dialaminya

sehingga mereka dapat dengan bebas berpartisipasi didalamnya..
Menurut Rogers, kehidupan eksistensial ini merupakan ciri terpenting
kepribadian yang melakukan aktualisasi diri/keperibadian yang sehat.
3.

Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri

Orang yang sehat akan terbuka pada pengalaman sehingga ia
menerima semua informasi yang ada, informasi dapat berisi
kebutuhan-kebutuhan, tuntutan-tuntutan sosial, ingatan-ingatan pada
situasi yang serupa pada masa sekarang. Individu yang sehat dapat
membiarkan seluruh organisme mempertimbangkan setiap hal, dari
suatu situasi dengan faktor emosional maupun intelektual, akan
menyerap semua informasi yang diterima. Hal ini menjadikannya
dalam membuat keputusan dapat mempercayai organismenya sendiri,
intuisinya, impuls-impuls yang timbul seketika. Ia menjadi spontan
namun tidak terburu-buru (tidak mempertimbangkan konsekuensi
tindakan). Ia percaya pada dirinya sendiri.
4.

Perasaan Bebas

Orang yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa adanya
paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternatif pikiran dan
tindakan. Ia memiliki perasaan berkuasa secara peribadi mengenai
kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya,

tidak diatur oleh tingkah laku keadaan atau peristiwa masa lampau.
Karena merasa bebas dan berkuasa, ia menjadi mampu melihat
banyaknya pilihan dalam kehidupan dan mampu melakukan pilihanpilihan tersebut sesuai kehendaknya.
5.

Kreaifitas

Roger percaya bahwa, orang yang berfungsi sepenuhnya lebih
mampu menyesuaikan diri dan bertahan terhadap perubahanperubahan yang drastis dalam kondisi lingkungan, mereka memiliki
kreativitas dan spontanitas untuk menggulangi perubahan-perubahan
traumatis.

Konsep Mengenai Fully Fungtioning Person
Carl Roger
Menurut Carl Roger (1963), Fully Fungtioning Person adalah
salah satu yang berhubungan dengan perasaan dan keinginan
seseorang yang sangat dalam. Orang-orang ini memahami emosi
mereka sendiri dan menempatkan kepercayaan pada naluri dan
dorongan mereka sendiri. Rogers menyatakan bahwa seseorang
memiliki kecenderungan aktualisasi, atau kebutuhan untuk mencapai

potensi penuh mereka - sebuah konsep yang sering disebut sebagai
aktualisasi diri. Rogers percaya bahwa orang yang berfungsi penuh
adalah

seorang

individu

yang

terus

bekerja

dan

mampu

beraktualisasi diri. individu ini telah menerima hal positif tanpa
syarat dari orang lain, tidak menempatkan kondisi pada nilai
mereka , mampu mengekspresikan diri, dan sepenuhnya terbuka
untuk pengalaman hidup yang baru.
Definisi Fully Fungtioning Person
Rogers menyatakan bahwa Fully Fungtioning Person adalah
salah satunya mencakup ‘eksistensial livinhg’, dengan kata lain,
mereka mampu untuk hidup sepenuhnya di saat ini. Mereka
mengalami kebebasan batin yang mencakup kreativitas, kegembiraan
dan tantangan. Seperti pengalaman seseorang pada saat sekarang.
Dia mampu hidup dalam perasaan dan reaksi pada saat itu juga. Dia
tidak terikat oleh pengalaman belajar

masa lalunya. Dia hidup

bebas, subyektif, dalam konfrontasi eksistensial dalam hidupnya.
Hockenbury & Hockenbury (2006) mengungkapkan bahwa
Fully Fungtioning Person sangatlah fleksibel dan terus berkembang.
Konsep

diri

mereka

tidak

statis,

melainkan

terus-menerus

berkembang. Seseorang yang mampu menjadi Fully Fungtioning
Person terbuka untuk pengalaman baru, ia juga mampu mengubah

respon mereka dari apa yang telah mereka pelajari dari pengalaman
mereka. Seseorang yang mampu menjadi Fully Fungtioning Person
mampu mengendalikan emosi mereka dan secara sadar mampu
memahami hakikat manusia yang terus berkembang dalam mencapai
potensi tertinggi mereka.
Karakteristik Fully Fungtioning Person
Fully Fungtioning Person cenderung memiliki sifat-sifat dan
karakteristik tertentu yang membantu mereka tetap selaras dengan
emosi mereka sendiri serta mencakup kebutuhan mereka untuk
tumbuh sebagai individu. Beberapa karakteristik Fully Fungtioning
Person meliputi:

1.
2.
3.

Keterbukaan terhadap pengalaman
Kurangnya defensif
Kemampuan untuk menafsirkan pengalaman secara

4.

Sebuah konsep diri yang fleksibel dan kemampuan untuk

akurat
berubah melalui pengalaman mereka.
5. Kemampuan untuk percaya pada pengalaman seseorang
dan membentuk nilai mereka berdasarkan pengalaman mereka.
6. Unconditional self regard
7. Cenderung terbuka dengan pengalaman baru
8. Tidak mengubah atau menolak sebuah pengalaman

9.

Terbuka jika diberikan feedback dan bersedia untuk

membuat perubahan yang realistis
10. Hidup harmonis dengan orang lain
Analisis
11. Berdasarkan pengalaman yang telah saya paparkan
diatas, saya mencoba menganalisanya dengan perspektif teori
aktualisasi diri dari Abraham maslow dan carl rogers. Maslow
mengatakan bahwa orang yang aktualisasi diri merupakan puncak
dari perwujudan segenap potensi manusia di mana hidupnya penuh
gairah dinamis dan tanpa pamrih,konsentrasi penuh dan terserap
secara total dalam mewujudkan manusia yang utuh dan penuh.
Orang yang tidak tertekan oleh perasaan cemas, perasaan risau, tidak
aman, tidak terlindngi, sendirian, tidak dicintai. Orang itu berada
pada pucak pengalamannya (peak performance). Persis seperti apa
yang saya rasakan ketika nama saya dipanggil oleh pembawa acara
di kompetisi, saya merasa bebas, tidak ada belenggu, hanya ada
gairah yang memuncak dan ingin menampilkan yang terbaik saat itu.
Segala perasaan cemas yang sebelumnya mengelilingi saya hilang
begitu saja. Saya merasa saya telah berada pada puncak performa

saya, dan menurut ciri orang yang telah mencapai tahap aktualisasi
diri maslow saya telah mencapai tahap aktualisasi diri saat itu.
Sedangkan menurut roger orang yang mencapai fase aktualisasi
diri atau fully functioning person adalah manusia yang rasional dan
sadar, tidak dikontrol oleh masa kanak-kanak, tetapi menurutnya masa
sekarang dan bagaimana kita memandangnya bagi kepribadian yang
sehat jauh lebih penting daripada maa lampau. Ada beberapa
karakteristik dalam konsep roger mengenai aktualisasi diri, yaitu
Keterbukaan

terhadap

pengalaman,

Keterbukaan

terhadap

pengalaman, kurangnya defensive, kemampuan untuk menafsirkan
pengalaman secara akurat, sebuah konsep diri yang fleksibel dan
kemampuan untuk berubah, unconditional self regard, ketebukaan
pada pengalaman baru, tidak mengeluh pada pengalaman baru, hidup
harmonis dengan orang lain. Dalam konsep roger ini orang yang
disebut mencapai aktualisasi diri lebih komplek daripada pengalaman
yang sesaat dan butuh keajegan. Berdasarkan teori roger saya belum
dapat mengatakan bahwa saya telah mencapai tahap aktuasisasi diri
dari apa yang saya ceritakan.

Daftar pustaka
Frank G. Goble, Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow,
Penerjemah Drs. A. Supratiknya (Yogyakarta: Kanisius, 1994)
Hall, Calvin S. dan Gardner Lindzey, Teori-teori Holistik (OrganismikFenomenologis), Penerjemah Drs. Yustinus, M.Sc., OFM. (Yogyakarta: Kanisius,
1993).
Rogers, C. R. (1963). The concept of the fully functioning person.
Psychotherapy: Theory, Research & Practice, 1(1), 17-26. doi:10.1037/h0088567
Schultz, Suane, Psikologi Pertumbuhan: Model-model Kepribadian Sehat,
Penerjemah Drs. Yustinus, M.Sc., OFM. (Yogyakarta: Kanisius, 1997).