03 Kerangka Teoritis dan Penyusunan Hipo

RMK METODE
PENELITIAN
PERTEMUAN IV
DANAR SUTOPO SIDIG
NOMOR ABSEN 14

KELAS A STAR
UNIVERISTAS HASANUDDIN
2015

Halaman 1 dari 5
KERANGKA TEORITIS DAN PENYUSUNAN HIPOTESIS
A. Pentingnya Sebuah Kerangka Teoritis
Sebuah kerangka teoritis terdiri atas model dan teori. Model merepresentasikan
bagaimana fenomena/variabel/konsep saling berkorelasi. Adapun teori
menjelaskan mengapa fenomena/variabel/konsep tersebut saling berkorelasi.
Kerangka teoritis dibangun melalui tahapan-tahapan proses sebagai berikut.
1. Mendefinisikan variabel/konsep pada model yang akan digunakan.
2. Mengembangkan model yang menyatakan korelasi antarvariabel/konsep yang
telah didefinisikan sebelumnya.
3. Menyajikan teori yang menjelaskan korelasi antarvariabel/konsep sebagaimana

dinyatakan dalam model yang telah dikembangkan sebelumnya.
Kerangka teoritis adalah sesuatu yang sangat penting karena merupakan fondasi
untuk dapat menyusun hipotesis. Bahkan, dalam kasus tertentu yang dirasa tidak
perlu untuk menyusun hipotesis, kerangka teoritis tetap penting disusun sebagai
dasar untuk memeriksa permasalahan yang akan diteliti.
B. Jenis-Jenis Variabel
Telah dijelaskan bahwa kerangka teoritis merupakan hal yang sangat penting dalam
sebuah riset. Sebagaimana juga telah didefinisikan bahwa kerangka teoritis terdiri
atas model, yaitu korelasi antarvariabel dan teori, yaitu penjelasan atas korelasi
antarvariable tersebut. Dengan demikian, perlu dipahami jenis-jenis variabel dalam
sebuah riset.
Variabel adalah segala sesuatu yang memiliki nilai yang dapat berubah-ubah,
misalnya unit produksi, ketidakhadiran, motivasi, dan lain-lain. Variabel dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa jenis utama, yaitu:
1. Variabel Terikat (Criterion Variable/Dependent Variable)
Variabel terikat merupakan variabel yang menjadi perhatian utama periset
karena periset bertujuan untuk menjelaskan/mendeskripsikan variabel tersebut
atau menjelaskan dan memprediksikan perubahan-perubahannya. Dalam
sebuah riset mungkin terdapat satu atau lebih variabel terikat.
2. Variabel Bebas (Predictor Variable/Independent Variable)

Variabel bebas merupakan variable yang mempengaruhi variabel terikat baik
secara positif maupun negatif. Dengan demikian, terdapat hubungan kausalitas
antara variable bebas dan variabel terikat. Berikut adalah beberapa kriteria yang
harus dipenuhi menyatkan bahwa dua variabel atau lebih memiliki hubungan
kausalitas, yaitu:

Halaman 2 dari 5





Baik variabel bebas maupun variabel terikat harus bersifat kovarian, yaitu
perubahan variabel bebas dapat diasosiasikan dengan perubahan variabel
terikat.
Variabel bebas harus mendahului variabel terikat.
Tidak terdapat faktor-faktor lain yang memperngarui variabel terikat.
Terdapat teori yang menjelaskan secara logis pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat.


3. Moderating Variable
Moderating variable merupakan sebuah variabel yang memiliki pengaruh kuat
terhadap korelasi di antara variabel bebas dan terikat. Artinya, moderating
variable tersebut dapat memperkuat ataupun memperlemah korelasi di antara
variabel bebas dan terikat tersebut.
4. Mediating Variable (Intervening Variable)
Variabel yang akan mengalami perubahan setelah adanya perubahan variabel
bebas, tetapi sebelum terjadinya perubahan variabel terikat.
Pasangan-pasangan korelasi di antara variabel-variabel tersebut adalah sbb.
Dependent

Independent

Dependent

Independent

Moderating

(i)

Independent

(ii)
Mediating

Dependent

(iii)

C. Kerangka Teoritis
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, kerangka teoritis merepresentasikan
hubungan di antara variabel-variabel, teori yang menjelaskan hubungan tersebut,
serta sifat dan arah dari hubungan tersebut. Dengan demikian, komponen-kompoen
dari kerangka teoritis adalah sebagai berikut.
1. Variabel-variabel relevan yang didefinisikan secara jelas
Variabel-variabel dalam kerangka toritis harus didefinisikan secara jelas. Untuk,
itu definisi tersebut sebaiknya bukan diambil dari kamus, melainkan dari
literatur-literatur yang relevan. Di smping itu, selain memberikan definisi, hal
yang tidak kalah penting adalah menjelaskan mengapa definisi tersebut dipilih.


Halaman 3 dari 5
Terdapat beberapa manfaat dari mendefinisikan variabel secara jelas. Pertama,
definisi yang jelas akan mempermudah penentuan korelasi antar variabel.
Kedua, definisi yang jelas akan mempermudah proses pengumpulan data.
2. Model konseptual sebagai sarana untuk mendiskripsikan hubugan antarvariabel
Model konseptual membantu dalam menjelaskan korelasi satu variabel dengan
variabel yang lainnya. Sebuah diagram yang sistematik dari model konseptual
biasanya dibuat untuk memvisualisasikan korelasi antarvariabel tersebut.
Namun, model konseptual dapat pula berupa penjelasan dengan kata-kata,
bukan berupa diagram yang sistematik.
3. Penjelasan yang jelas tentang mengapa hubungan tersebut ada
Penjelasan tersebut harus memuat seluruh korelasi penting antarvariabel yang
ada. Jika korelasi tersebut dapat dijelaskan sifat dan arahnya, baik berdasarkan
riset sebelumnya maupun berdasarkan pemikiran periset sendiri maka perlu
untuk menjelaskan apakah hubungan tersebut bersifat positif atau negatif dan
linear atau nonlinear.
D. Penyusunan Hipotesis
1. Definisi Hipotesis
Definisi merupakan sebuah pernyataan yang tentatif, tetapi dapat diuji, yang
memprediksikan penemuan yang diharapkan oleh periset. Hipotesis dapat

diturunkan dari teori yang mendasari model konseptual dan bersifat relasional.
Dengan demikian, hipotesis dapat didefinisikan sebagai perkiraan yang logis
atas korelasi di antara dua variabel atau lebih yang dinyatakan dalam
pernyataan-pernyataan yang dapat diuji.
2. Format Pernyataan Hipotesis
Hipotesis dapat disajikan dalam bentuk proposisi maupun penyataan jika-maka.
Kedua format tersebut dapat dilihat dalam contoh berikut:
Pegawai yang lebih sehat akan lebih jarang mengajukan izin sakit.
Jika pegawai lebih sehat maka mereka akan lebih jarang mengajukan izin sakit.
3. Hipotesis Direksional dan Nondireksional
Hipotesis direksional adalah hipotesis yang menentukan hubungan atau
membandingan 2 atau lebih variabel yang dinyatakan dalam hubungan positif,
negatif, lebih dari, kurang dari, dan sama dengan. Contohnya:
Semakin besar stress yang dialami dalam menjalankan sebuah pekerjaan,
semakin rendah tingkat kepuasan kerja yang diperoleh.
Motivasi kerja perempuan lebih tinggi daripada laki-laki.

Halaman 4 dari 5
Hipotesis nondireksional adalah hipotesis yang menentukan hubungan dua atau
lebih variabel tanpa menyatakan bahwa hubungan tersebut positif, negatif, lebih

dari, kurang dari, atau sama dengan. Contohnya:
Usia berkorelasi dengan kepuasan kerja.
Terdapat perbedaan nilai etika antara pekerja Amerika dan Asia.
Tidak dicantumkannya hubungan positif, negatif, lebih dari, kurang dari, atau
sama dengan tersebut disebabkan karena tidak ada riset sebelumnya yang telah
menyatakannya, atau karena kurangnya dasar yang dimiliki periset untuk
menentukan hubungan tersebut, atau juga karena hubungan yang dinyatakan
oleh periset-periset sebelumnya saling bertentangan.
4. Hipotesis Nul dan Alternatif
Metode hypothetico-deductive mensyaratkan agar hipotesis dapat disalahkan,
yaitu hipotesis harus dapat dinyatakan sedemikian rupa sehingga periset lain
dapat menyatakan bahwa hipotesis tersebut salah. Unutk alasan itulah
terkadang hipotesis disertai dengan hipotesis nul (H0). Hipotesis nul adalah yang
sengaja dibuat untuk ditolak dalam rangka memeperkuat hipotesis alternatif
(HA).
Contoh pasangan hipotesis nol dan alternatif yang bersifat direksional, yaitu
Wanita memiliki motivasi kerja lebih tinggi daripada laki-laki adalah sebagai
berikut.
H0: µM = µW
atau

H0: µM - µW = 0
dan
HA: µM < µW
atau
HA: µW > µM
Dengan H0 sebagai hipotesis nol, HA sebagai hipotesis alternatif, serta µM dan
µW adalah level motiasi kerja pria dan wanita.
Adapun contoh pasangan hipotesis nol dan hipotesis alternatif yang bersifat
nondireksional, yaitu Terdapat perbedaan nilai etika kerja di antara pekerja
Amerika dan Asia adalah sebagai berikut.
H0: µAM = µAS

Halaman 5 dari 5
atau
H0: µAM - µAS = 0
dan
HA: µAM ≠ µAS

Dengan H0 sebagai hipotesis nol, HA sebagai hipotesis alternatif, serta µAM dan
µAS adalah etika kerja pegawai Amerika dan Asia.

Adapun langkah-langkah dalam pengujian hipoteis meliputi:
1. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif.
2. Memilih pengujian statistik yang sesuai (tes-t atau test-F) tergantung jenis
data, yaitu parametrik atau nonparametrik.
3. Menetapkan signifikan level yang dikehendaki.
4. Membaca hasil komputerisasi untuk menentukan tercapai tidaknya
signifikan level tersebut.
Penyusunan dan pengujian hipotesis dapat dilakukan secara deduktif maupun
induktif. Metode deduktif dimulai dengan adanya model teoritis yang diikuti
dengan penyusunan hipotesis, pengumpulan data, dan pengujian hipotesis.
Sedangkan metode Induktif penyusunan hipotesis dimulai dengan apa-apa yang
telah diketahui dari data yang terkumpul untuk selanjutnya dilakukan
pengujian.
E. Pengujian Hipotesis dengan Riset Kualitatif
Pengujian hipotesis dapat pula dilaksanakan dengan data kualitatif. Misalnya,
setelah melaksanakan interviu yang intensif seorang periset kemudian menyusun
kerangka teoretis bahwa praktik-praktik tidak etis yang dilakukan oleh karyawan
merupakan fungsi ketidakmampuannya dalam membedakan antara benar dan salah
atau sebagai akibat kebutuhan yang amat terhadap uang, atau juga sebagai akibat
pengabaian praktik tersebut oleh organisasi. Tahap selanjutnya yang harus

dilakukan adalah pengumpulan data untuk menguji hipotesis tersebut. Dalam hal
setelah dilakukan pengujian ternyata faktor penyebabnya bukan dari ketiga variabel
yang telah disebutkan tersebut maka fenomena ini disebut sebagai the negative case
method. Dalam kondisi ini, teori dan hipotesis harus terus direvisi sampai diperoleh
teori yang kokoh.
F. Implikasi-Implikasi bagi Manajemen
Pengetahuan tentang bagaimana dan untuk apa kerangka teoritis dikembangkan
memungkinkan manajer untuk menjadi pengambil keputusan yang cerdas atas
laporan hasil riset yang disampaikan oleh konsultan.