Adakah Etnis dan Kebudayaan Batak Jawabn

OPINI | 06 October 2014 | 18:34
ADAKAH ETNIS DAN KEBUDAYAAN BATAK?
Jawabnya tidak ada.
aOleh Kawar S. Brahmana

1. Pendahuluan
Dalam banyak literatur tertulis etnis Batak terdiri
dari lima atau enam cabang yaitu Toba, Karo,
Mandiling, Simalungun, Pakpak dan Angkola.
Bahkan dalam memory banyak orang juga
demikian. Seolah-olah ada kebudayaan dan etnis
Batak tersebut.
Kalau ada etnis, tentu ada kebudayaannya yang
bisa mempersatukan tenis tersebut. Sebagai
perbedaan dengan etnis lainnya.
Lalu kalau ditanya yang mana kebudayaan
Batak itu, semua bingung menjelaskannya secara
rinci. Tetapi akan menyebutnya secara campur
aduk. Misalnya budaya Toba, budaya Karo,
budaya Simalungun, budaya Pakpak, budaya
Mandiling, budaya Angkola. Itulah yang mereka

maksud budaya Batak.
Apa memang demikian?

2. Istilah Batak
Menurut Dada Meuraxa (1971:40) ada yang
menduga asal Batak ini, nama seorang raja =
Siraja Batak. Ada pula berpendapat kata ini
berasal dari kalimat: Beratak atak = berbaris.
Rumah orang. Batak disusun berbaris, lalu
disebut beratak-atak. Kalau bukan itu, ada pula
berpendapat, Batak itu asal kata : Batok = Keras.
Ingat batok kelapa. Orang Belanda menyebut
Batakker = Kuda Batak. Maksudnya Batak ahli
penunggang Kuda. Ada pula yang menyangka
Bata = Debata. (Tuhan). Mana yang benar,
entahlah Anda boleh pikir sendiri.
Menurut Ichwan Azhari, “Kata Batak awalnya
diambil para musafir yang menjelajah ke wilayah
Pulau Sumatera dari para penduduk pesisir untuk
menyebut kelompok etnik yang berada di

pegunungan dengan nama bata. Tapi nama yang
diberikan penduduk pesisir ini berkonotasi negatif
bahkan cenderung menghina untuk menyebut
penduduk pegunungan itu sebagai kurang
beradab, liar, dan tinggal di hutan,” kata Ichwan
Azhari di Medan, Minggu (14/11/2010).
Masih menurut Ichwan Azhari, pada sumbersumber manuskrip Melayu klasik yang
ditelusurinya, seperti manuskrip abad 17 koleksi
Leiden, memang ditemukan kata Batak di
kalangan orang Melayu di Malaysia, tetapi sebagai

label untuk penduduk yang tinggal di rimba
pedalaman semenanjung Malaka. Dalam
manuskrip itu, saat Malaka jatuh ke tangan
Portugis tahun 1511, Puteri Gunung Ledang yang
sangat dihina dan direndahkan oleh teks ini,
melarikan diri ke hulu sungai dan dalam teks itu
disebut, “… masuk ke dalam hutan rimba yang
amat besar hampir dengan negeri Batak. Maka
diambil oleh segala menteri Batak itu,

dirajakannya Puteri Gunung Ledang itu dalam
negeri Batak itu.”
Masih menurut Ichwan Azhari, tidak hanya di
Malaysia, di Filipina juga penduduk pesisir
menyebut penduduk pedalaman dengan streotip
atau label negatif sebagai Batak. Untuk itu
menurut Ichwan, cukup punya alasan dan tidak
mengherankan kalau peneliti Batak terkenal asal
Belanda bernama Van der Tuuk pernah risau dan
mengingatkan para misionaris Jerman agar tidak
menggunakan nama Batak untuk nama etnik
karena imej negatif yang terkandung pada kata
itu. “Di Malaysia dan Filipina penduduk yang
diberi label Batak tidak mau menggunakan label
merendahkan itu menjadi nama etnik mereka. Di
Sumatera Utara label itu terus dipakai karena
peran misionaris Jerman dan pemerintah kolonial
Belanda yang memberi konstruksi dan makna
baru atas kata itu,” katanya.


Berdasar keterangan di atas, sama sekali tidak
menyebut ada kerajaan Batak atau etnis Batak.
3. Adakah Etnis Batak?
Kalau menurut keterangan dari saudara-saudara
etnis Toba, ada etnis Batak yang dipimpin oleh si
Raja Batak. Kalau menurut Tarombo Batak, Batak
Tobalah yang tertua, lalu bercabang-cabang,
berpencar ke wilayah Sumatera Utara.
Ada yang menggolongkan etnis Batak itu 5
kelompok, ada yang menggolongkan 6 kelompok
yaitu Toba, Karo, Mandailing, Simalungun, Pakpak
dan Angkola.
Semua orang Toba, Karo, Mandiling, Simalungun,
Pakpak dan Angkola ditarik silsilahnya ke Raja
Batak, seolah-olah semua etnis Toba, Karo,
Mandiling, Simalungun, Pakpak dan Angkola
keturunan si Raja Batak.
Tidak pernah dipahami, kalau dalam etnis tersebut
ada keturunan Tamil. Kalau pada masyarakat
Aceh keturunan Tamil adalah orang-orang Aceh

yang berdomisili di Sigli (Pidie ?), kalau pada
masyarakat Karo keturunan Tamil ini adalah
semua yang bermarga Sembiring dengan cabangcabangnya.

Jadi tidak benar yang bermarga Sembiring pada
masyarakat Karo adalah keturunan si Raja Batak.
Jadi tidak benar Tarombo Raja Batak itu bila
dilihat dari perspektif masyarakat Karo.
Pertanyaan kemudian, kalau ada etnis Batak,
tentulah ada kebudayaan Batak, yang
mempersatukan kelima atau keenam etnis
tersebut. Ada yang mengatakan yang dimaksud
kebudayaan Batak itu adalah bahasa, marga,
dalihan natolu antara lain.
4. Adakah kebudayaan batak?
Pertanyaan sekarang, yang mana kebudayaan
Batak itu? Atau adakah kebudayaan Batak itu?
Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa bila ditanya
tentang kebudayaan Batak, akan menyebutnya
secara campur aduk. Misalnya budaya Toba,

budaya Karo, budaya Simalungun, budaya
Pakpak, budaya Mandiling, budaya Angkola. Itulah
yang mereka maksud budaya Batak. Itu jelas
bukan penjelasan tentang kebudayaan Batak.
Kalau ada kebuadyaan Batak, kebudayaan itulah
yang mempersatukan semua etnis Batak yang
ada. Nyatanya tidak.
Jadi kalau kebudayaan Batak tidak ada, maka
yang ada adalah kebudayaan Toba, Karo,
Simalungun, Pakpak dan Mandailing. Diantara
kebudayan Toba, Karo, Simalungun, Pakpak dan

Mandailing, selain terdapat banyak persamaan,
juga terdapat banyak perbedaan.
Contoh perbedaan itu antara lain, salam dalam
kelima etnis tersebut., Karo salamnya Mejuahjuah, Pakpak salamnya Njuah-juah, Toba
salamnya Horas, Simalungun salamnya Horas,
Mandailing/Angkola salamnya, Horas. Beda
pengucapannya dan penulisannya.
Kalau ada kebudayaan Batak, salamnya tentu

sama pengucapannya, bukan berbeda begitu
Mejuah-juah, Njuah-juah dan Horas. Kalau
berpedoman kepada kata salam boleh jadi yang
dimaksud Batak itu adalah Toba, Simalungun dan
Mandailing/Angkola.
Contoh lain misalnya dalam hal bahasa, antara
bahasa Toba, Karo, Simalungun, Pakpak dan
Mandailing/Angkola, berbeda, walau ada
persamaan.
Bahkan bahasa Karo mempunyai kata-kata yang
sama penulisan dan artinya dengan bahasa Bali.
Sebagai contoh perbedaan dan persamaan
bahasa Karo dan Toba.
BAHASA TOBA DAN KARO
Karo
bahan
ban

Toba
bahen

baen

Indonesia
Bikin
Buat

beluh
bernak
berngi
beteh
bincar
buat
buni
cikep
dalan
dung
ema
gegeh
gelem
imen

jabu

malo
bornok
borngin
boto
binsar
buat
buni
tiop
dalan
dung
umma
gogo
golom
monmon
jabu

jelma
kalak

kedun
keleng
kepe
kundul
kuta
lungen
malem

jolma
halak
haduan
holong
hape
hundul
huta
lungun
malum

manuk
mbelgah

mbelin
mbentar

manuk
balga
bolon
bontar

Pandai
Basah
Malam
Tahu
Bercahaya
Buat, Bikin
Simpan
Pegang
Jalan
Selesai
Begitulah
Kuat
Pegang
Ingus
Rumah
Tangga
Orang
Orang
Lusa
Sayang
Begitulah
Duduk
Kampung
Sunyi
Sejuk,
Nyaman
Ayam
Besar
Besar
Putih

mbiar
biar
Takut
mbiring
birong
Hitam
me
ma
Iyalah
medem
modom
Tidur
mela
maila
Malu
motu
oto
Bodoh
mundukundukmondokondookTerkantukkantuk
nai
nai
Dahulu
ndabuh
Dabuh
Jatuh
ndauh
Dao
Jauh
ngadi
maradi
Berhenti
nggersing
gorsing
Warna
Kuning
nggit
Giot
Mau
nipi
Nipi
Mimpi
ntabeh
Tabo
Enak
padan
Padan
Nasib
pantem
pantom
Tikam
pedah
Poda
Pesan
penggel
ponggol
Patah
piga
Piga
Berapa
pudi
Pudi
Belakang
ratah
Ratah
Hijau
reh
Ro
Datang
ridi
Maridi
Mandi
sangap
sangap
Bernasib
Baik
sip
Sip
Diam
sitik
Saotik
Sedikit

sungkun
tangko
tenah
tukur
uis
ula

sungkun
Tangko
Tona
Tuhor
Ulos
Unang

Tanya
Curi
Tanah
Beli
Kain
Jangan

Bahasa karo dengan Bahasa Bali
Kata Dalam
Bahasa Karo
dan Bali
bangke
bapa

bedil
belat
dakep
daksina
dingding
dukut
getep/getap
gim
inem

Artinya (Dalam
Bahasa
Indonesia)
Bangkai
ayah (istilah Bapa
pada masy. Bali
hanya digunakan
golongan
tertentu)
Senjata
Sekat
peluk (karo),
tangkap (bali)
Selatan
Dinding
Rumput
Potong
akhir dari
permainan
Minum

inget
jelma
jemak
jukjuk
kacip
lateng
matah
mulih
tasak

Ingat
Orang
pegang (Karo),
ambil (Bali)
Menjolok
Jepit
Jelatang
Mentah
Pulang
Masak

Walaupun banyak persamaan kata dalam bahasa
Karo dengan bahasa Bali, bukan berarti etnis Karo
sama dengan etnis Bali, dan Etnis Bali sama
dengan etnis Karo.
Demikian dalam sistem relegi, di Toba disebut
Parmalim, di Karo disebut Pemena. Keseniannya
juga berbeda.
Kalau tidak ada perbedaan dapatlah dikatakan
itulah kebudayaan Batak. Ini terdapat banyak
perbedaan mulai dari bahasa sampai gaya hidup
dan nilai-nilai filosofis, bagaimana menjelaskan
perbedaan ini dengan memasukkannya ke dalam
pengertian kebudayaan Batak?
Beda dengan kebudayaan Indonesia, walaupun
Indonesia baru dibentuk sejak 17 Agustus 1945,
kebudayaannya sudah ada yaitu antara lain
bahasa Indonesia yang menjadi bahasa persatuan

antar etnik yang ada di wilayah Indonesia,
Bendera Merah Putih, Ideologi Pancasila dengan
Lambang Binneka Tunggal Ika, produk-produk
hukum, peraturan-peraturan yang dibuat sesudah
Indonesia merdeka, dan lainnnya yang berfungsi
sebagai alat pemersatu.
Jadi adakah kebudayaan Batak itu? Yang dapat
mempersatukan Batak tersebut secara
epistemology (bukti materialnya)?! Tidak ada.
Maka kebudayaan Batak tidak ada , yang ada
adalah kebudayan Toba, Karo, Simalungun,
Pakpak dan Mandailing. Kalau demikian adanya,
maka jelas KARO BUKAN BATAK, atau TOBA
BUKAN BATAK, SIMALUNGUN BUKAN BATAK,
PAKPAK BUKAN BATAK, dan MANDAILING
BUKAN BATAK.
Jadi kalau etnis lain seperti Simalungun, Pakpak,
Mandailing/Angkola dan Toba juga menganggap
dirinya bukan Batak ya terserah mereka . Tetapi
yang jelas kebudayaan Batak itu tidak ada.
Bila ada yang masih mempertahankan istilah
Batak untuk merangkul ke lima etnis (Toba, Karo,
Simalungun, Pakpak dan Mandailing), maka orang
yang mempertahankan tersebut pasti mendapat
keuntungan di balik penggunaan nama Batak
tersebut, pertama mungkin keuntungan materi dan
kedua keuntungan psikologis. Kalau kelima etnis

ini tidak lagi disebut Batak, maka dagangannya
tidak lagi laku, akhirnya dia tidak mendapat untung
lagi.
4.1 Bahasa
Kalau ada bahasa Batak, tentu para pendukung
kebudayaan Batak ini, saling mengerti ketika
berkomunikasi. Kalau Toba menggunakan bahasa
Toba untuk berkomunikasi sesama Toba, Karo
atau Mandailing, atau Pakpak, atau Simalungun,
juga ikut mengerti. Demikian sebaliknya kalau
Karo berkomunikasi sesama Karo, Toba atau
Mandailing, atau Pakpak, atau Simalungun, juga
mereka mengerti. Kenyataannya tidak. Kalau Toba
menggunakan bahasa Toba untuk berkomunikasi
menggunakan bahasa Toba, Karo atau
Mandailing, atau Pakpak, atau Simalungun, tidak
mengerti. Demikian sebaliknya kalau Karo
berkomunikasi menggunakan bahasa Karo, Toba
atau Mandailing, atau Pakpak, atau Simalungun,
juga juga mengerti.
Jadi kalau dari segi bahasa, tidak ada bahasa
Batak yang mempersatukan yang masuk ke
dalam etnis Batak tersebut, yang ada adalah
bahasa Toba, Karo, Mandailing,.Angkola, Pakpak,
dan Simalungun.

4.2 Marga
Marga bukan hanya dimonopoli Batak saja, tetapi
etnis non-Batak juga banyak yang punya marga,
misalnya Nias, orang Bengkulu, orang Lampung,
orang di Papua, orang di Sulawesi Utara, orang di
Maluku, NTT, juga punya marga. Kalau samasama punya marga mengapa mereka tidak
dimasukkan ke dalam Batak juga oleh merka yang
mengatakan marga hanya dimiliki oleh etnis
Batak?
4.3 Dalihan Natolu.
Dalihan Na Tolu bukan hanya milik orang yang
disebut Batak di Sumatera Utara saja.
Nama Tiga Tungku ini, Karo menyebutnya Rakut
Si Telu/Daliken Si Telu, Mandiling Angkola
menyebutnya Dalian Na Tolu , Pakpak
menyebutnya Daliken Sitelu, Simalungun
menyebutnya Tolu Sahundulan dan Toba
menyebutnya Dalihan Natolu.
Dari penyebutan nama atau isitilahnya saja sudah
berbeda. Kalau Karo itu bagian dari Batak
penyebutan 3 Tungku ini seragam. Kalau Toba
menyebutnya Dalihan Natolu, maka semua etnis
yang tergabung ke dalam Toba menyebutnya
Dalihan Natolu juga. Inikan tidak.

Kemudian 3 tungku ini bukan hanya terdapat pada
masyarakat Karo, Mandailing-Angkola, Pakpak,
Simalungun dan Toba saja. Dalam masyarakat
Minang juga ada yang disebut Tigo Tungku
Sajarangan dan Masyarakat Lamaholot di Nusa
Tenggara Timur juga ada dengan menyebutnya
Lika Telo.
Mengapa Minang dan Lamaholot tidak
dimasukkan ke dalam Batak juga oleh yang
mengatakan 3 tungku ini hanya ada dalam
masyarakat Batak? Pada hal mereka juga punya 3
tungku?
5. Simpulan
Dari uraian di atas, jelaslah tidak ada etnis Batak
itu, tidak ada kebudayaan Batak, yang adalah
etnis Toba, Karo, Mandailing,.Angkola, Pakpak,
dan Simalungun, dan kebudayaan Toba,
Karo, Mandailing,.Angkola, Pakpak, dan
Simalungun.
Daftar Pustaka
Dada Meuraxa . 1971. Keradjaan Melaju Purba
(Sekitar Suku2 Dï Sumatera). Atjeh, Gajo,
Dairi/Pakpak, Karo, Simelungun, Batak Toba,
Mandailing., Minang Kabau. Nias, Kubu, Dll..
Medan: Penerbit : Kalidasa

Darwin Prints. Kamus Karo-Indonesia
Ichwan Azhari . Batak Sebagai Nama Etnik
Dikonstruksi Jerman Dan Belanda.
http://news.detik.com/read/2010/11/15/011100/149
4118/10/batak-sebagai-nama-etnik-dikonstruksijerman-dan-belanda
JP. Sarumpaet. Kamus Batak Indonesia
P. Leo Joosten. Kamus Indonesia-Karo
SK. Gintings, EP. Gintings, Bujur Surbakti. Kamus
Karo-Indonesia.
Sri Reshi Anandakusuma. Kamus Bahasa Bali.
Dan Berbagai sumber lainnya.
Sumber
http://www.kompasiana.com/brahmanamedan/ada
kah-etnis-dan-kebudayaan-batak-jawabnya-tidakada_54f963ffa33311ed068b4f60