Konsep Dasar Penyebab dan Bentuk Psikote (1)

MAKALAH
ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI
KONSEP DASAR, PENYEBAB, DAN BENTUK-BENTUK
PSIKOTERAPI
Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Orientasi Baru Dalam Psikologi
Dosen: Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si

Oleh :
1. Sabar (2.16.04.00.224)
2. Singgih Aji Purnomo (2.16.04.00.223)

PROGRAM MAGISTER (S2)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) ALHIKMAH
JAKARTA
2017

1

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT,
dengan kasih sayang-Nya, telah melimpahkan nikmat tak terhingga yang takkan
mungkin

dapat

dihitung

meski

seluruh

lautan

dijadikan

tinta

untuk


menuliskannya. Terlebih atas nikmat terbesar yang telah Dia berikan, yaitu nikmat
iman dan Islam. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada revolusioner terbaik
sepanjang masa, pencetak sejarah kebenderangan dunia, Nabi Muhammad SAW.
Pada kesempatan ini, Kami sangat bersyukur mendapat kesempatan
menyusun karya tulis berbentuk makalah yang berjudul “Konsep Dasar,
Penyebab, dan Bentuk-Bentuk Psikoterapi”. Makalah ini merupakan tugas pada
mata kuliah Orientasi Baru Dalam Psikologi Semester I program studi Manajemen
Pendidikan Islam (MPI) Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) ALHIKMAH
Jakarta.
Terima kasih terhatur kepada orang tua Kami yang tak pernah lelah
membimbing Kami dengan segenap cinta kasihnya, kepada dosen mata kuliah
Orientasi Baru Dalam Psikologi yang dengan gigih memotivasi kita semua untuk
terus maju dan berkarya, serta kepada semua pihak yang tentunya begitu banyak
membantu hingga terselesaikannya penulisan makalah ini.
Semoga Allah SWT senantiasa memberi jalan kepada kita untuk selalu
memperbaiki diri dan memperoleh manfaat dari setiap detik yang berlalu. Amin.
Tangerang Selatan, 22 Januari 2017
Penyusun,

2


DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR.......................................................................................

i

DAFTAR ISI.....................................................................................................

ii

BAB I.

BAB II.

PENDAHULUAN

A. Latar Balakang.........................................................................

1


B. Rumusan Masalah....................................................................

3

C. Tujuan dan Manfaat.................................................................

3

PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikoterapi.....................................................................
B. Bentuk-Bentuk dan Teknik Psikoterapi.............................................
C. Psikoterapi Dalam Islam...................................................................
penutup
A. Kesimpulan......................................................................................
B. Saran................................................................................................

4
5
10


DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

21

BAB III.

19
20

1

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah

Psikoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang terandalkan
dalam tatalaksana pasien psikiatri disamping psikofarmaka dan terapi fisik.

Sebetulnya dalam kehidupan sehari-hari, prinsip-prinsip dan beberapa
kaidah yang ada dalam psikoterapi ternyata juga digunakan, antara lain
dalam konseling, pendidikan dan pengajaran, atau pun pemasaran.
Dalam praktek, psikoterapi dilakukan dengan percakapan dan
observasi. Percakapan dengan seseorang dapat mengubah pandangan,
keyakinan serta perilakunya secara mendalam, dan hal ini sering tidak kita
sadari. Beberapa contohnya, antara lain seorang penakut, dapat berubah
menjadi berani, atau, dua orang yang saling bermusuhan satu sama lain,
kemudian dapat menjadi saling bermaafan, atau, seseorang yang sedih dapat
menjadi gembira setelah menjalani percakapan dengan seseorang yang
dipercayainya. Bila kita amati contoh-contoh itu, akan timbul pertanyaan,
apakah sebenarnya yang telah dilakukan terhadap mereka sehingga dapat
terjadi perubahan tersebut? Pada hakekatnya, yang dilakukan ialah
pembujukan atau persuasi. Caranya dapat bermacam-macam, antara lain
dengan memberi nasehat, memberi contoh, memberikan pengertian,
melakukan otoritas untuk mengajarkan sesuatu, memacu imajinasi, melatih,
dsb. Pembujukan ini dapat efektif asal dilakukan pada saat yang tepat,
dengan cara yang tepat, oleh orang yang mempunyai cukup pengalaman.
Pada prinsipnya pembujukan ini terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dalam
berbagai bidang, dan dapat dilakukan oleh banyak orang.

Dalam dunia kedokteran, komunikasi antara dokter dengan pasien
merupakan hal yang penting oleh karena percakapan atau pembicaraan
merupakan hal yang selalu terjadi diantara mereka. Komunikasi berlangsung
dari saat perjumpaan pertama, yaitu sewaktu diagnosis belum ditegakkan
hingga saat akhir pemberian terapi. Apa pun hasil pengobatan, berhasil atau
pun tidak, dokter akan mengkomunikasikannya dengan pasien atau

2

keluarganya; hal itu pun dilakukan melalui pembicaraan. Dalam
keseluruhan proses tatalaksana pasien, hubungan dokter-pasien merupakan
hal yang penting dan sangat menentukan, dan untuk dapat membentuk dan
membina

hubungan

dokter-pasien

tersebut,


seorang

dokter

dapat

mempelajarinya melalui prinsip-prinsip psikoterapi.
Sejak berabad yang lalu, para ahli telah menyadari bahwa psikoterapi
berperan penting pada penyembuhan gangguan-gangguan pikiran dan
perasaan, dan dokter berperan penting dalam hal itu (A healer is a person to
whom a sufferer tells things; and out of his or her listening, the healer
develops the basis for therapeutic interventions. The good listener is the
best physician for those who are ill in thought and feeling). Oleh karena itu
dahulu psikoterapi sering disebut sebagai the talking cure. Psikoterapi
diterima sebagai ilmu dan ketrampilan tersendiri, sebagai pengembangan
lebih lanjut dari prinsip-prinsip the talking cure tersebut, oleh karena terdiri
atas teknik-teknik dan metode khusus yang dapat diajarkan dan dipelajari.
Mengapa psikoterapi penting dipelajari? Psikoterapi merupakan alat
yang dapat membantu dan penting dipelajari khususnya oleh dokter dan
para profesional lain yang berperan dalam kesehatan dan kesehatan jiwa,

namun perlu pula diingat bahwa teknik dan metodenya yang tertentu dan
bermacam-macam tersebut memerlukan waktu yang cukup lama untuk
dapat dipelajari dan dipraktekkan dengan baik. Tentunya, dengan hanya
membaca buku ajar yang singkat ini tidaklah mungkin mencakup
keseluruhan hal mengenai psikoterapi, namun setidaknya prinsip-prinsip
dasar psikoterapi dapat dipahami, untuk dapat diaplikasikan dalam praktek
sehari-hari, sehingga dapat turut menunjang upaya peningkatan mutu
pelayanan kepada pasien.
Secara non spesifik, psikoterapi dapat menambah efektivitas terapi
lain; sebagai suatu yang spesifik atau khusus, sebagaimana telah disebutkan
di atas, psikoterapi merupakan rangkaian teknik yang digunakan untuk
mengubah perilaku (catatan: teknik merupakan rangkaian tindakan yang
dibakukan untuk mendapatkan perubahan tertentu, bukan urutan perubahan

3

alamiah, sehingga harus dilatih untuk mencapai ketrampilan optimal).
Dengan psikoterapi, seorang dokter akan dapat memanfaatkan teknik-teknik
untuk meningkatkan hasil yang ingin dicapainya. Bila seorang dokter tidak
mengerti atau memahaminya, sebetulnya bukan hanya tidak akan

menambah

efektivitas

terapinya,

melainkan

setidaknya

dapat

menghindarkan hal-hal yang dapat merugikan pasiennya.
B.

Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana pengertian psikoterapi?
2. Bagaimana bentuk-bentuk dan teknik psikoterapi?

3. Bagaimana psikoterapi dalam Islam?
C.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan daan manfaat dari makalah ini diharapkan masiswa mampu:
1. Mengetahui pengertian Psikoterapi.
2. Mengetahui bentuk-bentuk dan teknik psikoterapi.
3. Memahami psikoterapi dalam Islam.

4

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikoterapi
Psikoterapi (psychoterapy) adalah pengobatan alam pikiran, atau
lebih tepatnya, pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode
psikologis.1 Istilah ini mencakup berbagai teknik yang bertujuan untuk
membantu individu dalam mengatasi gangguan emosionalnya, dengan cara
memodifikasi perilaku, pikiran, dan emosinya, sehingga individu tersebut
mampu mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah psikisnya.
James P. Chaplin lebih jauh membagi pengertian psikoterapi dalam
dua sudut pandang. Secara khusus, psikoterapi diartikan sebagai penerapan
teknik khusus pada penyembuhan penyakit mental atau pada kesulitankesulitan penyesuaian diri setiap hari. Secara luas, psikoterapi mencakup
penyemuhan lewat keyakinan agama melalui pembicaraan informal atau
diskusi personal dengan guru atau teman.2 Pada pengertian di atas,
psikoterapi selain digunakan untuk penyembuhan penyakit mental, juga
dapat digunakan untuk membantu, memperhatikan dan mengembangkan
integritas jiwa, agar ia tetap tumbuh secara sehat dan memiliki
kemampuan penyesuaian diri lebih efektif terhadap lingkungannya. Tugas
utama psikiater adalah memberi pemahaman dan wawasan yang utuh
mengenai diri pasien serta memodifikasi atau bahkan mengubah tingkah
laku yang dianggap menyimpang. Oleh karena itu, boleh jadi psikiater
yang dimaksudkan disini adalah para guru, orang tua, saudara, dan teman
dekat yang biasa digunakan sebagai tempat curahan hati, serta memberi
nasihat-nasihat kehidupan yang baik.3
Menurut Carl Gustav Jung, psikoterapi telah melampaui asal-usul
medisnya dan tidak lagi merupakan suatu metode perawatan orang sakit.
1 Frieda Fordham, Pengantar Psikologi Carl Gustav Jung, (Jakarta: Bhratara Karya
Aksara, 1988), h. 69.
2 James P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, terj. Karrtini Kartono, judul asli
“Dictionary of Psycholog)”, (Jakarta: Rajawali, 1999), h. 407.
3Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, (Jakarta: PT
RajaGrafindo, 2002), h. 208.

5

Psikoterapi kini digunakan untuk orang yang sehat atau pada mereka yang
mempunyai hak atas kesehatan psikis yang penderitaannya menyiksa kita
semua.4 Berdasarkan pendapat Jung ini, bangunan psikoterapi selain
diguanakan untuk fungsi kuratif (penyembuhan), juga berfungsi preventif
(pencegahan), dan konstruktif (pemeliharaan dan pengembangan jiwa
yang sehat). Ketiga fungsi tersebut mengisyaratkan bahwa usaha-usaha
untuk berkonsultasi pada psikiater tidak hanya ketika psikis seseorang
dalam kondisi sakit. Alangkah lebih baik jika dilakukan sebelum
datangnya gejala atau penyakit mental, karena itu dapat membangun
kepribadian yang sempurna.
Pengetahuan tentang psikoterapi sangat berguna untuk (1) membantu
penderita

dalam

memahami

dirinya,

mengetahui

sumber-sumber

psikopatologi dan kesulitan penyesuaian diri, serta memberikan perspektif
masa depan yang lebih cerah dalam kehidupan jiwanya; (2) membantu
penderita dalam menentukan langkah-langkah praktis dan pelaksanaan
terapinya.5 Diakui atau tidak, banyak seseorang yang sebenarnya telah
mengidap penyakit jiwa, namun ia tidak sadar akan sakitnya, bahkan ia
tidak mengerti dan memahami bagaimana seharusnya yang diperbuat
untuk menghilangkan penyakitnya. Karenanya dibutuhkan pengetahuan
tentang psikoterapi.
B. Bentuk-Bentuk dan Teknik Psikoterapi
Setelah mempelajari teks-teks al-Qur’an, Muhammad Abd al-‘Aziz
al-Khalidi membagi obat (syifa’) dengan dua bagian: Pertama, obat hissi,
yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit fisik, seperti berobat
dengan air, madu, buah-buahan yang disebutkan dalam al-Qur’an, dalam
hal ini contohnya pengobatan menggunakan air, air disini hanya sebagai
media yang menyembuhkan penyakit pasien tidak lain adalah sugesti;

4 Frieda Fordham, op.cit., h. 80.
5 Muhammad Mahmud Mahmud, Ilm al-Nafs al-Ma’ashir fi Dhaw’i al-Islam, (Jiddah: Dar
al-Syuruq, 1984), h. 403.

6

kedua obat ma’nawi, yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit ruh
dan kalbu manusia, seperti doa-doa dan isi kandungan dalam al-Qur’an.6
Pembagian dua kategori obat tersebut didasarkan atas asumsi bahwa
dalam diri manusia terdapat dua substansi yang bergabung menjadi satu,
yaitu jasmani dan ruhani. Masing-masing substansi ini memiliki sunnah
(hukum) tersendiri yang berbeda satu dengan yang lain. Kelainan
(penyakit) yang terjadi pada aspek jasmani harus ditempuh melalui sunnah
pengobatan hissin, bukan dengan sunnah pengobatan ma’nawi seperti
berdoa. Tanpa menempuh sunnahnya maka kelainan itu tidak akan
sembuh. Permasalahan tersebut menjadi lain apabila yang mendapat
kelainan itu kepribadian (tingkah laku) manusia.7 Kepribadian merupakan
produk fitrah nafsani (jasmani-ruhani). Aspek ruhani menjadi esensi
kepribadian manusia, sedang aspek jasmani menjadi alat aktualisasi. Oleh
karena kedudukan seperti ini maka kelainan kepribadian manusia tidak
akan dapat disembuhkan dengan sunnah pengobatan hissi, melainkan
dengan sunnah pengobatan m’nawi. Demikian juga, kelainan jasmani
seringkali disebabkan oleh kelainan ruhani dan cara pengobatannyapun
harus dengan sunnah pengobatan ma’nawi pula.
Dokter sekaligus filosof Muslim yang pertama kali memfungsikan
pengetahuan jiwa untuk pengobatan medis adalah Abu Bakar Muhammad
Zakariah al-Razi (864-925). Menurut al-Razi, tugas seorang dokter di
samping mengetahui kesehatan jasmani (al-thibb al-jasmani) dituntut juga
mengetahui kesehatan jiwa (at-thibb al-ruhani). Hal ini untuk menjaga
keseimbangan jiwa dalam melakukan aktivitas-aktivitasnya, supaya tidak
terjadi keadaan yang minus atau berkelebihan. Oleh karena konsep ini
maka al-Razi menyusun dua buku yang terkenal, yaitu al-Thibb al6 Muhammad Abd al-Aziz al-Khalidi, al-Istisyfa’ bi al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Kutub alIlmiah, 1996), h.8.
7 Kelainan kepribadian (personality disorder) adalah seperti: (1) paranoid, yaitu tidak
dapat mengendalikan perasaan, seperti cemburu, dengki, iri-hati, curiga, sikap bermusuhan; (2)
Schizoid, yaitu kepribadian menarik diri dari dunia ramai, mengurung diri, dan sulit
mengekspresikan implusif agresifnya; (3) eksploisif, yaitu kepribadian suka meledak; (4) histerik,
yaitu kepribadian yang terlalu sedih yang ditandai dengan isakan tangis, atau terlalu gembira yang
ditandai dengan tawa terbahak-bahak; (5) kepribadian anti sosial. Tarmizi, Kesehatan Jiwa,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1986), h. 29-30. C.P Chaplin, Op.Cit., h. 235, 352, 445.

7

Manshuriyah (kesehatan al-Manshur) yang menjelaskan pengobatan
jasmani, dan at-thibb al-ruhani (kesehatan mental) yang menerangkan
pengobatan jiwa.8
Kutipan diatas menunjukan urgensinya suatu pengetahuan tentang
psikis, Pengetahuan psikis ini tidak sekedar berfungsi untuk memahami
kepribadian manusia, tetapi juga untuk pengobatan penyakit jasmaniah
dan ruhaniah. Banyak di antara penyakit jasmani seperti kelainan fungsi
pernapasan, usus perut dan sebagainya justru diakibatkan oleh kelainan
jiwa manusia. Penyakit jiwa seperti stres, waswas, dengki, iri-hati, nifak
dan sebagainya seringkali menjadi kondisi emosi seseorang labil dan tak
terkendali. Kelabilan jiwa ini mempengaruhi syaraf dan fungsi organik,
sehingga terjadi penyempitan di saluran pernapasan, atau penyempitan
usus perut yang mengkibatkan penyakit jasmani.
Ibnu Qayyim al-jauziyah dalam “Ighatsah al-Lahfan”9 lebih spesifik
membagi psikoterapi dalam dua kategori, yaitu tabi’yyah dan syar’iyyah.
Psikoterapi tabi’iyyah adalah pengobatan secara psikologis terhadap
penyakit yang gejalanya dapat diamati dan dirasakan oleh penderitanya
dalam kondisi tertentu, seperti penyakit kecemasan, kegelisahan,
kesedihan, dan amarah. Penyembuhannya dengan cara menghilangkan
sebab-sebabnya.

Psikoterapi

syar’iyyah

adalah

pengobatan

secara

psikologis terhadap penyakit yang gejalanya tidak dapat diamati dan tidak
dapat dirasakan oleh penderitanya dalam kondisi tertentu, tetapi ia benarbenar penyakit yang berbahaya, sebab dapat merusak kalbu seseorang,
seperti penyakit yang ditimbulkan dari kebodohan, syubhat, keraguraguan, dan syahwat. Pengobatannya adalah dengan penanaman syariah
yang datangnya dari Tuhan. Hal itu dipahami dari Qs. Al-An’am : 125.













      
8 Zainul Kamal, dalam pendahuluan edisi terjemah Ibn Maskawaih, Menuju
Kesempurnaan Akhlak, terj. Helmi Hidayat, judul asli “Tahzib al-Akhlaq wa Tathyih al’Araq,”
(Bandung: Mizan, 1994), h. 13.
9 Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Ighatsah al-Lahfan, (Cairo: Dar al-Fikr, 1939), juz I, h. 18-20.

8

    
      
     

9

Artinya:
Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk,
niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. dan
Barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan
dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah
menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.
Muhammad Mahmud Mahmud, seorang psikolog muslim ternama,
membagi psikoterapi Islam dalam dua kategori; Pertama, bersifat
duniawi, berupa pendekatan dan teknik-teknik pengobatan psikis setelah
memahami psikopatologi dalam kehidupan nyata; Kedua, bersifat
ukhrawi, berupa bimbingan mengenai nilai-nilai moral, spiritual, dan
agama.10
Sampai saat ini, sebagaimana dikemukakan Atkinson11, terdapat
enam teknik psikoterapi yang digunakan oleh para psikiater atau psikolog,
1.

antara lain:
Teknik Terapi Psikoanalisis
Bahwa di dalam tiap-tiap individu terdapat kekuatan yang saling
berlawanan yang menyebabkan konflik internal tidak terhindarkan. Konflik
ini mempunyai pengaruh kuat pada perkembangan kepribadian individu,
sehingga menimbulkan stres dalam kehidupan. Teknik ini menekankan fungsi
pemecahan masalah dari ego yang berlawanan dengan impuls seksual dan
agresif dari id. Model ini banyak dikembangkan dalam Psiko-analisis Freud.
Menurutnya, paling tidak terdapat lima macam teknik penyembuhan penyakit
mental, yaitu dengan mempelajari otobiografi, hipnotis, chatarsis, asosiasi
bebas, dan analisa mimpi. Teknik freud ini selanjutnya disempurnakan oleh

2.

Jung dengan teknik terapi Psikodinamik.
Teknik Terapi Perilaku
Teknik ini menggunakan prinsip belajar untuk memodifikasi perilaku
individu, antara lain desensitisasi, sistematik, flooding, penguatan sistematis,
pemodelan, pengulangan perilaku yang pantas dan regulasi diri perilaku.

10 Muhammad Mahmud Mahmud, op.cit., h. 402.
11 Rita L. Atkinson, dkk., Pengantar Psikologi, terj. Widjaja Kusuma, judul asli
“Introduction to Psychology” (Batam: Interaksara, tt.), h. 491-543.

10

3.

Teknik Terapi Kognitif Perilaku
Teknik modifikasi perilaku individu dan mengubah keyakinan
maladatif. Terapis membantu individu mengganti interpretasi yang irasional

4.

terhadap suatu peristiwa dengan interpretasi yang lebih realistik.
Teknik Terapi Humanistik
Teknik dengan pendekatan fenomenologi kepribadian yang membantu
individu menyadari diri sesunguhnya dan memecahkan masalah mereka
dengan intervensi terapis yang minimal (client-centered-therapy). Gangguan
psikologis diduga timbul jika proses pertumbuhan potensi dan aktualisasi diri

5.

terhalang oleh situasi atau orang lain.
Teknik Terapi Elektik atau Integratif
Yaitu memilih teknik terapi yang paling tepat untuk klien tertentu.
Terapis mengkhususkan diri dalam masalah spesifik, seperti alkoholisme,

6.

disfungsi seksual, dan depresi.
Teknik Terapi Kelompok dan Keluarga
Terapi kelompok adalah teknik yang memberikan kesempatan bagi
individu untuk menggali sikap dan perilakunya dalam interaksi dengan orang
lain yang memiliki masalah serupa. Sedang terapi keluarga adalah bentuk
terapi khusus yang membantu pasangan suami-istri, atau hubungan arang tuaanak, untuk mempelajari cara yang lebih efektif, untuk berhubungan satu
sama lain dan untuk menangani berbagai masalahnya.
Berbagai teknik terapi di atas, tidak satupun menyebutkan teknik
terapi ukhrawi (psikoterapi yang berpijak pada ajaran agama). Freud
bahkan dalam The Future of an Ilusion mengaggap bahwa orang yang
memeluk suatu agama berarti ia telah menderita delusi, ilusi dan
(obsessional neurosis) yang berasal dari ketidakmampuan manusia
(helplesness) dalam menghadapi kekuatan alam di luar dirinya dan juga
kekuatan insting dari dalam dirinya sendiri. Agama merupakan kumpulan
neurosis yang disebabkan oleh kondisi serupa dengan kondisi yang
menimbulkan neurosis pada anak-anak.12
Teori freud ini kemudian dibantah oleh Carl Jung putra mahkotanya
sendiri. Jung terpaksa mengadakan penelitian pada mitologi, agama,

12 Erich Fromm, al-Din wa al-Tabliliy al-Nafs, terj. Fu’ad Kamil, (Cairo: Maktabah alGharbiyah, tt.), h. 15-17.

11

alkemi dari sumber-sumber kontemporer.13 Selanjutnya Allport juga
membantah teori Freud. Para dan astrologi. Penelitiannya ini dapat
membantu archetipe-archetipe yang sulit diperoleh psikolog kontemporer
tidak menemukan patologi-patologi yang terjadi pada pemeluk agama
yang salih. Pemeluk agama yang salih justru mampu mengintegrasikan
jiwanya dan tidak pernah mengalami hambatan-hambatan hidup secara
serius.14 Dengan demikian, teori Freud yang hanya mengutamakan
psikoterapi duniawi tidak dapat dipertahankan lagi dan dipandang perlu
untuk penambahan psikoterapi lain yang dikaitkan dengan kehidupan
agama, yakni psikoterapi ukhrawi yang berasaskan agama.
C. Psikoterapi Dalam Islam
Dalam ajaran Islam, selain diupayakan adanya pikoterapi duniawi,
juga terdapat psikoterapi ukhrawi. Psikoterapi ukhrawi merupakan
petunjuk (hidayah) dan anugrah (wahbah) dari Allah SWT. Yang berisikan
kerangka ideologi dan teologis dari segala psikoterapi. Sedang psikoterapi
duniawi merupakan hasil ijtihad (daya upaya) manusia, berupa teknikteknik pengobatan kejiwaan yang didasarkan atas kaidah-kaidah
insaniyah. Kedua model psikoterapi ini sama pentingnya, ibarat sisi mata
uang yang satu sama lain saling terkait. Berdasarkan uraian di atas tampak
bahwa pendekatan pencaharian psikoterapi yang didasarkan atas kerangka
Psiko-teo-antropo-sentris,

yaitu

psikologi

yang

didasarkan

pada

kemahakuasaan Tuhan dan upaya manusia. Kemahakuasaan Tuhan
sebagaimana yang tergambar dalam firman Allah SWT. Sebagai berikut:

     










   
Artinya:

13 Calvin Hall and Gardner Lindzey, Teori-teori Psikodinamik (klinis), terj. Yustinus, judul
asli “Theories of Personality” (Yogyakarta: Kanisius, 1993), h. 217.
14 Malik B. Badri, Dilema Psikolog Muslim, terj. Zainab Luxfiati, judul asli “The Dilemma
of Muslim Psychologits”, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), h. 57

12

(Yaitu Tuhan) yang telah menciptakan Aku, Maka Dialah yang menunjuki Aku,
Dan Tuhanku, yang Dia memberi Makan dan minum kepadaKu, Dan apabila aku
sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku. (Qs. Al-Syu’ara: 78-80).
Sabda Nabi SAW yang artinya:
“Allah tidak menurunkan suatu penyakit kecuali penyakit itu telah ada obatnya”
(HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah).
Sedangkan usaha manusia sebagaimana dalam firman Allah SWT
berikut ini:

     
      
      
      
       
   
Artinya:
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka
dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah
tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap
sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia. (Qs. Ar-Ra’d: 11)
Psikoterapi dalam Islam yang dapat menyembuhkan semua aspek
psikopatologi, baik yang bersifat duniawi, ukhrawi, maupun penyakit
manusia-manusia modern adalah sebagaimana dalam syair Jawa yang
dinukil dari ungkapan Ali Bin Abi Thalib sebagai berikut:
“Tombo ati iku limo sak wernane:
Maca Qur’an angen-angen sak maknane,
Kaping pindu shalat wengi lakonono,
Kaping telu wong kang sholeh kumpulono,
Kaping papat iku weteng ingkang luwe,
Kaping limo zikir wengi ingkang suwe,
Salah sawine sopo biso ngelakoni
Insya’ Allah. Gusti Allah nyembadani”
Artinya:
Psikoterapi hati itu ada lima macam:

13

(1) Membaca al-Qur’an sambil mencoba memahami artinya;
(2) Melakukan shalat malam;
(3) Bergaul dengan orang yang baik dan salih;
(4) Perut supaya lapar (puasa);
(5) Zikir malam hari yang lama.
Barangsiapa yang mampu melakukan salah satu dari kelima psikoterapi
tersebut

maka

Allah

akan

mengabulkan

(permintaannya

dengan

menyembuhkan penyakit yang dideritanya).”
Al-Qur’an dalam syair tersebut dianggap sebagai terapi yang
pertama dan utama, sebab di dalamnya memuat resep-resep mujarab yang
dapat menyembuhkan penyakit jiwa manusia. Tingkat kemujarabannya
sangat tergantung seberapa jauh tingkat sugesti keimanan pasien. Sugesti
yang dimaksud dapat diraih dengan mendengar dan membaca, memahami
dan merenungkan, serta melaksanakan isi kandungannya. Masing-masing
tahapan perlakuan terhadap al-Qur’an tersebut dapat menghantarkan
pasien ke alam yang dapat menenangkan dan menyejukkan jiwanya.

14

Firman Allah SWT:

     










   
Artinya:
Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orangorang yang zalim selain kerugian. (Qs. Al-Isra’: 82).
Al-Qurthubi dalam tafsirnya menyebutkan bahwa ada dua pendapat
dalam memahami term syifa’ dalam ayat tersebut. Pertama, terapi bagi
jiwa yang dapat menghilangkan kebodohan dan keraguan, membuka jiwa
yang tertutup, serta dapat menyembuhkan jjwa yang sakit; kedua, terapi
yang dapat menyembuhkan penyakit fisik, baik dalam bentuk azimat
maupun tangkal. Sementara Al-Thabathaba’I mengemukakan bahwa syifa’
dalam Al-Qur’an memiliki makna “terapi ruhaniah” yang dapat
menyembuhkan penyakit batin. Al-Thabathaba’I juga mengemukakan
bahwa Al-Quran juga dapat menyembuhkan penyakit jasmani, baik
melalui bacaan atau tulisan.
Menurut al-Faidh al-Kasyani dalam Tafsirnya mengemukakan
bahwa lafal-lafal al-Quran dapat menyembuhkan penyakit badan,
sedangkan makna-maknanya dapat menyembuhkan penyakit jiwa.
Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah, bacaan al-Quran mampu mengobati
penyakit jiwa dan badan manusia. Obat yang mujarab yang dapat
mengobati kedua penyakit ini adalah hidayah al-Quran.
Kemukjizatan lafal al-Quran bukan hanya perkalimat, tetapi perkata,
bahkan perhuruf. Hal itu dianalogikan dengan sabda Nabi bahwa pahala
membaca al-Quran bukan perkalimat atau perkata, tetapi per huruf.
Apabila al-Quran dihadapkan pada orang yang sehat mentalnya, maka ia
bernilai konstruktif. Artinya, ia dapat memperkuat dan mengembangkan
integritas dan penyesuaian kepribadian dirinya. Karena itu, berobat dengan
menggunakan al-Quran, baik secara lahiriah maupun batiniah, tidak hanya
ketika dalam kondisi sakit, namun sangat dianjurkan dalam kondisi sehat.

15

Terapi kedua adalah shalat di waktu malam. Shalat yang dimaksud
adalah shalat sunnah seperti shalat Tahajjud, Hajat, Mutlak, Tasbih,
Tarawih (khusus bulan Ramadhan), dan Witir. Keampuhan shalat sunnah
ini sangat terkait dengan pengamalan shalat wajib, sebab kedudukan terapi
shalat sunnah hanya menjadi suplemen bagi terapi shalat wajib. Firman
Allah SWT.:

     
     

Artinya:
Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu
ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke
tempat yang Terpuji. (Qs. Al-Isra’: 79).


















  
Artinya:
Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada
Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa
rezki yang Kami berikan. (Qs. Al-Sajadah: 16).
Shalat tahajjud memiliki banyak hikmah. Diantaranya adalah (1)
setelah melakukan ibadah tambahan (nafilah), baik dengan shalat maupun
membaca al-Quran, maka dirinya mendapatkan kedudukan terpuji
dihadapan Allah SWT; (2) memiliki kepribadian sebagaimana kepribadian
orang-orang salih yang selalu dekat (taqqarub) kepada Allah SWT,
terhapus dosanya dan terhindar dari perbuatan munkar; (3) jiwanya selalu
hidup sehingga mudah mendapatkan ilmu dan ketenteraman, bahkan Allah
SWT menjanjikan kenikmatan surga baginya; (4) doanya diterima,
dosanya mendapatkan ampunan dari Allah SWT, dan diberi rizki yang
halal dan lapang tanpa susah payah mencarinya; (5) sebagai ungkapan rasa
syukur terhadap apa yang telah diberikan oleh Allah SWT sebagai rasa

16

syukur, nabi SAW sendiri selalu melakukan tahajjud walaupun tumit
kakinya bengkak. (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah)
Setelah shalat sunat di malam hari, amalan yang perlu dilakukan
adalah berdo’a, berdzikir dan membaca wirid, sebab berdoa di malam hari
mudah dikabulkan oleh Allah SWT. Sabda Nabi SAW : “Sesuatu yang
lebih mendekatkan Tuhan kepada hamba-Nya di tengah malam adalah
apabila engkau mampu melakukan zikir kepada Allah maka lakukanlah.”
Shalat juga merupakan terapi psikis yang bersifat kuratif, preventif,
dan konstruktif sekaligus. Pertama, shalat membina seseorang untuk
melatih konsentrasi yang integral dan komprehensif. Hal itu tergambar
dalam niat dan khusyu’. Kedua, shalat dapat menjaga kesehatan potensipotensi psikis manusia, seperti potensi kalbu untuk merasa (emosi),
potensi akal untuk berpikir (kognisi), dan potensi syahwat (appetite) dan
ghadab (defense) untuk berkarsa (konasi). Dengan shalat, seseorang dapat
menjaga dua dari lima prinsip kehidupan. Lima prinsip kehidupan itu
adalah memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara
keturunan, dan memelihara kehormatan dan harta benda. Dengan shalat ia
mampu menjaga agamanya, sebab shalat merupakan tiang agama.
Demikian juga ia dapat menjaga akalnya agar terhindar dari segala zat
yang membahayakan. Ketiga, shalat mengandung doa yang dapat
membebaskan manusia dari penyakit batin.
Dosa adalah penyakit (psikopatologi), sedang obat (psikoterapi)-nya
adalah taubat.15 Shalat adalah manifestasi dari taubat seseorang, karena
dalam shalat seseorang kembali (taba) pada Pencipta-nya.salah satu
indikator taubat adalah mengakui kesalahan dan dosa-dosa yang diperbuat.
Dengan pengakuan akan dosa dan permohonan untuk penghapusan dosa
dalam doa iftitah, menghantarkan seseorang untuk kembali pada fitrah
aslinya yang terbebas dari segala penyakit batin. Bahkan dalam hadis lain,

15 Hal itu didasarkan atas hadits Nabi SAW.; “Bukankah Aku telah mengajarimu tentang
apa yang disebut obat (psikoterapi) dan penyakit (psikopatologi). Mereka menjawab; ‘tentu ya
Rasulullah’ beliau mengatakan; ”penyakit itu adalah dosa, sedang obatnya adalah bertaubat.”
(dikutip dalam al-Risalah al-Qusyairiyah).

17

shalat lima waktu dapat membersihkan fisik dan psikis seseorang seperti
orang yang membersihkan tubuhnya lima kali dalam sehari semalam.
Terapi yang ketiga adalah bergaul dengan orang yang salih. Orang
yang salih adalah orang yang mampu mengintegrasikan dirinya dan
mampu mengaktualisasikan potensinya semaksimal mungkin dalam
berbagai dimensi kehidupan. Dalam tradisi kaum sufi, seseorang yang
shalih dan dapat menyembuhkan penyakit ruhani manusia disebut dengan
al-thabib al-ilahi atau mursyid. Menurut al-Syarqawi, adalah al-thabib almurabbi (dokter pendidik). Dokter seperti ini lazimnya memberikan resep
1.
2.

penyembuhan kepada pasiennya melalui dua cara, yaitu:
Negative (al-salabi), dengan cara membersihkan diri dari segala sifat-sifat
dan akhlak yang tercela.
Positif (al-ijabi), dengan mengisi diri dari sifat-sifat atau akhlak yang terpuji.
Menurut Sa’id Hawwa, menyatakan bahwa zikir, wirid, dan amalanamalan tertentu belum cukup untuk mengobati penyakit jiwa, melainkan
diperlukan ilmu yang disertai dengan mujahadah. Baik mursyid maupun
al-thabib al-ilahi, keduanya memiliki-pinjam istilah Abraham Maslowpengalaman puncak (peak experience), sebab selain mereka melaksanakan
kewajiban-kewajiban pokok juga melakukan perluasan diri (extension of
the self) dengan ibadah-ibadah khusus.
Terapi yang keempat adalah melakukan puasa. Puasa disini adalah
menahan diri dari segala perbuatan yang dapat merusak citra fitri manusia.

1.
2.

Pembagian puasa ada 2:
Puasa fisik, yaitu menahan lapar,haus, dan berhubungan seks.(bukan miliknya
atau bukan pada tempatnya).
Puasa psikis, yaitu menahan hawa nafsu dari segala perbuatan maksiat.
Puasa juga mampu menumbuhkan efekemosional yang positif,
seperti menyadari akan kemaha kuasaan Allah SWT, menumbuhkan
solidaritas dan kepedulian terhadap orang lain, serta menghidupkan nilainilai positif dalam dirinya untuk aktualisasi diri sebaik mungkin. Hikmah

1.
2.
3.

lapar menurut Al-Ghazali:
Menjernihkan Qalbu dan mempertajam pandangan.
Melembutkan Qalbu sehingga mampu merasakan kenikmatan batin.
Menjauhkan prilaku yang hina dan sombong.

18

4.
5.
6.

Mengingatkan jiwa manusia akan cobaan dan azab Allah.
Memperlemah syahwat dan tertahannya nafsu amarah yang buruk.
Mengurangi jam tidur dan memperkuat kondisi terjaga dimalam hari untuk

7.
8.
9.
10.

ibadah.
Mempermudah seseorang untuk selalu tekun beribadah.
Menyehatkan badan dan jiwa serta menolak penyakit.
Menumbuhkan sikap suka membantu orang lain.
Menumbuhkan sikap mendahulukan suka membantu orang lain dan mudah
bersedekah.
Terapi yang kelima adalah zikir. Zikir dalam arti sempit memiliki
makna menyebut asma-asma Allah dalam berbagai kesempatan.
Sedangkan dalam arti luas mengingat segala keagungan dan kasih saying
Allah SWT yang telah diberikan,serta dengan menaati perintahnya dan
menjauhi larangannya.
Dua makna yang terkandung dalam lafal zikir menurut At-

1.

Thabathabai:
Kegiatan psikologis yang memungkinkan seseorang memelihara makna
sesuatu yang diyakini berdasarkan pengetahuannya atau ia berusaha hadir

2.

padanya (istikdhar).
Hadirnya sesuatu pada hati dan ucapan seseorang.
Zikir dapat mengembalikan kesadaran seseorang yang hilang, sebab
aktivitas zikir mendorong seseorang untuk mengingat, menyebut kembali
hal-hal yang tersembunyi dalam hatinya. Zikir juga mampu mengingatkan
seseorang bahwa yang membuat dan menyembuhkan penyakit hanyalah
Allah

SWT

semata,

sehingga

zikir

mampu

memberi

sugesti

penyembuhannya.
Melakukan zikir sama halnya nilainya dengan terapi rileksasi, yaitu
satu bentuk terapi dengan menekankan upaya mengantarkan pasien
bagaimana cara ia harus beristirahat dan bersantai-santai melalui
pengurangan ketegangan atau tekanan psikologis. Kunci utama keadaan
jiwa mereka itu adalah karena melakukan zikir.firman Allah SWT:









      
 
Artinya:

19

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram. (Qs. Al-Ra’d: 28)
Cara berzikir:
1. Zikir Jahar, zikir yang dikeraskan baik melalui suara maupun gerakan.
Fungsinya adalah untuk menormalisasikan kembali fungsi sistem jaringan
2.

syaraf,sel-sel, dan semua organ tubuh.
Zikir Sirr, zikir yang diucapkan dalam hati.
Sebagai kesimpulan kelima terapi diatas adalah terapi dengan doa
dan munajat. Doa adalah permohonan kepada Allah SWT agar segala
gangguan dan penyakit jiwa yang dideritanya hilang. Allah yang
memberikan penyakit dan Dia pula yang memberikan kesembuhan. Doa
dan munajah banyak didapat dalam setiap ibadah, baik dalam shalat,
puasa, haji, maupun dalam aktivitas sehari-hari. Agar doa dapat diterima
maka diperlukan syarat-syarat khusus, diantaranya dengan membaca
istigfar terlebih dahulu. Istigfar tidak hanya berarti memohon ampunan
kepada Allah, tetapi lebih esensial lagi yaitu memiliki makna taubat.
Yang unik dalam psikoterapi islam adalah keberadaannya sangat
subyektif dan teosentris. Dalam melakukan terapi, masing-masing individu
memiliki tingkat kualitas yang berbeda seiring pengetahuan, pengalaman,
dan pengamalan yang dimiliki. Tentunya hal itu mempengaruhi tingkat
kemujaraban terapi yang diberikan. Perbedaan itu dapat dipahami sebab
dalam islam mempercayai adanya anugrah dan kekuatan agung diluar
kekuatan manusia, yaitu Tuhan.16

16 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, op. Cit., h. 242.

20

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Psikoterapi (psychoterapy) adalah pengobatan alam pikiran, atau lebih
tepatnya, pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode
psikologis. Istilah ini mencakup berbagai teknik yang bertujuan untuk
membantu individu dalam mengatasi gangguan emosionalnya, dengan cara
memodifikasi perilaku, pikiran, dan emosinya, sehingga individu tersebut
mampu mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah psikisnya. Jadi
psikoterapi merupakan terapi psikis atau pengobatan alam pikiran melalui
metode psikologis.
Mengenai bentuk-bentuk psikoterapi, Muhammad Abd al-‘Aziz alKhalidi membagi obat (syifa’) dengan dua bagian: Pertama, obat hissi, yaitu
obat yang dapat menyembuhkan penyakit fisik, seperti berobat dengan air,
madu, buah-buahan yang disebutkan dalam al-Qur’an; kedua obat ma’nawi,
yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit ruh dan kalbu manusia,
seperti doa-doa dan isi kandungan dalam al-Qur’an. Ibnu Qayyim al-jauziyah
dalam “Ighatsah al-Lahfan” lebih spesifik membagi psikoterapi dalam dua
kategori, yaitu tabi’yyah dan syar’iyyah. Muhammad Mahmud Mahmud,
seorang psikolog muslim ternama, membagi psikoterapi Islam dalam dua
kategori; Pertama, bersifat duniawi, berupa pendekatan dan teknik-teknik
pengobatan psikis setelah memahami psikopatologi dalam kehidupan nyata;
Kedua, bersifat ukhrawi, berupa bimbingan mengenai nilai-nilai moral,
spiritual, dan agama.
Teknik psikoterapi menurut Atkinson, (1) Teknik Terapi Psikoanalisis,
(2) Teknik Terapi Perilaku, (3) Teknik Terapi Kognitif Prilaku, (4) Teknik
Terapi Humanistik, (5) Teknik Terapi Elektik atau Integratif (6) Teknik Terapi
Kelompok dan Keluarga.
Dalam islam dikenal menganai kerangka Psiko-teo-antropo-sentris, yaitu
psikologi yang didasarkan pada kemahakuasaan Tuhan dan upaya manusia.
Kemahakuasaan Tuhan sebagaimana yang tergambar dalam firman Allah SWT.
Kemahakuasaan Tuhan tergambar dalam firman Allah SWT dalam Qs. Al-Syu’ara:

21

78-80, sedangkan usaha manusia sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam Qs.
Al-Ra’d: 11. Psikoterapi dalam Islam yang dapat menyembuhkan semua aspek
psikopatologi, baik yang bersifat duniawi, ukhrawi, maupun penyakit manusiamanusia modern adalah sebagaimana dalam syair Jawa yang dinukil dari ungkapan
Ali Bin Abi Thalib mengenai psikoterapi hati yaitu:

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

Membaca al-Qur’an sambil mencoba memahami artinya;
Melakukan shalat malam;
Bergaul dengan orang yang baik dan salih;
Perut supaya lapar (puasa);
Zikir malam hari yang lama.

B. Saran
Ketrampilan

yang

perlu

dilatih

terus-menerus

ialah

dalam

mendengarkan dengan cermat (empathic listening). Dengan mendengar
dengan teliti, disertai observasi yang cermat, serta didasari oleh pengetahuan
yang memadai tentang psikologi, psikopatologi dan proses-proses kejiwaan,
kita akan mendapat gambaran yang tepat dan menyeluruh tentang pasien.

22

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, Jakarta: PT
RajaGrafindo, 2002.
al-Jauziyah, Ibnu Qayyim, Ighatsah al-Lahfan, Cairo: Dar al-Fikr, 1939, juz I.
al-Khalidi, Muhammad Abd al-Aziz, al-Istisyfa’ bi al-Qur’an, Beirut: Dar alKutub al-Ilmiah, 1996.
Atkinson, Rita L., dkk., Pengantar Psikologi, terj. Widjaja Kusuma, judul asli
“Introduction to Psychology” Batam: Interaksara, tt.
B. Badri, Malik, Dilema Psikolog Muslim, terj. Zainab Luxfiati, judul asli “The
Dilemma of Muslim Psychologits”, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994.
Calvin Hall and Gardner Lindzey, Teori-teori Psikodinamik (klinis), terj. Yustinus,
judul asli “Theories of Personality” Yogyakarta: Kanisius, 1993.
Chaplin, James P., Kamus Lengkap Psikologi, terj. Karrtini Kartono, judul asli
“Dictionary of Psycholog)”, Jakarta: Rajawali, 1999.
Fordham, Frieda, Pengantar Psikologi Carl Gustav Jung, Jakarta: Bhratara Karya
Aksara, 1988.
Fromm, Erich, al-Din wa al-Tabliliy al-Nafs, terj. Fu’ad Kamil, (Cairo: Maktabah
al-Gharbiyah, tt.), h. 15-17.
Kamal, Zainul, dalam pendahuluan edisi terjemah Ibn Maskawaih, Menuju
Kesempurnaan Akhlak, terj. Helmi Hidayat, judul asli “Tahzib al-Akhlaq wa
Tathyih al’Araq,” Bandung: Mizan, 1994.
Mahmud, Muhammad Mahmud, Ilm al-Nafs al-Ma’ashir fi Dhaw’i al-Islam,
Jiddah: Dar al-Syuruq, 1984.